Anda di halaman 1dari 2

MUFTIHATUL RAHMA

INFORMATIKA B

Mereview Film Jenderal Sudirman

Film ini diawali dengan pemungutan suara pemilihan panglima besar Tentara Nasional
Republik Indonesia yang dimenangkan oleh Oerip Soemoharjo. Seseorang utusan datang
membawa mandat dari komandan divisi dan komandan resimen dari jaman Sumatra, yang
berisi bahwa Soedirman lah yang sehat menjadi panglima Tentara Nasional Republik
Indonesia. Semua hadirin menyepakati mandat tersebut.

Soedirman memang sangat setuju dengan selogan "merdeka 100%". Soedirman mengatakan
ia adalah seorang tentara dan dia pastikan akan memperebutkan kemerdekaan 100% tanpa
melawan negara.

Soekarno menolak ajakan Soedirman yang meminta untuk ikut bergerilya bersamanya.
Perang gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman yang berlangsung selama 7 bulan.
Walaupun ia memiliki penyakit, ia tetap yakin masih memiliki tenaga untuk membangun
semangat tentunya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Soedirman memulai gerakan gerilyanya di Desa kretek. Seorang utusan menyampaikan kabar
pada Soedirman bahwa sebenarnya penduduk tidak keluar kota tetapi ditahan oleh Belanda
dan memberikan dana taktis yang tertinggal dimarkas.

Radio menyiarkan tentang keadaan Yogyakarta yang semakin ricuh. Incaran utama Belanda
adalah Soedirman. Dukungan dari rakyat merupakan senjata yang paling ampuh dalam
melawan Belanda yang hanya mengandalkan senjata belaka, itulah perkataan Soedirman
untuk membangkitkan semangat pasukannya ketika berada di medan gerilya. Saat bermalam,
datang seorang warga yang menyelinap masuk ke tempat persembunyian, bernama Karsani
yang ingin ikut serta dalam perang gerilya. Kemudian, Belanda kembali menjatuhkan bom
dan serangan lainnya di tempat persembunyian TNI. Ada seorang mata-mata yang
memberikan info kepada Belanda bahwa Soedirman masih berada di Wonosari. Ternyata
markas Belanda berada di dekat markas persembunyian TNI. Hal ini diketahui TNI karena
Karsani yang mencuri dokar dari markas Belanda.

Soediman mengatakan bahwa perang gerilya dari dalam hutan bukanlah sikap takut terhadap
musuh, tetapi merupakan taktik berperang dengan cara melakukan serangan, lalu berlari
dengan penuh perhitungan, memanfaatkan persenjataan seadanya untuk menguras tenaga
musuh. Tidak jarang Belanda begitu dekat dengan pasukan TNI, dengan amunisi yang serba
terbatas, tentu pasukan Soedirman tidak akan gegabah dalam melawan Belanda. Hanya
kebesaran Tuhan yang menjadi kekuatan para pasukan TNI .Senjata bukan lagi yang utama.
Perang bukan lagi melawan penjajah, tetapi melawan kejahatan, itulah yang terus dikatakan
Soedirman.

Belanda memasuki tempat persembunyian TNI dan mencari Soedirman. Soedirman dan
pasukan lain menyamar menjadi pasukan biasa dan seakan sedang melakukan acara tahlilan,

1
Tentara Belanda tidak mengetahui secara tepat sosok Soedirman, jadi mereka
menanyakannya kepada pengkhianat seorang mata-mata dari Indonesia yang termasuk salah
satu dari tentara republik bemama Kunto. Tapi tentara Belanda tidak percaya dengan apa
yang Kunto katakan dan Kunto dianggap telah berbohong, akhirnya Kunto ditembak mati.
Dilanjutkan dengan aksi penangkapan Tan Malaka dan para pengikutnya, karena gerakan
komunis yang dipimpinnya dianggap sudah semakin membahayakan kesatuan Indonesia.
Noly diperintahkan Jenderal Soedirman untuk menyusup ke Yogyakarta guna memantau
situasi di sana sekaligus memberikan surat kepada Sri Sultan yang terkait dengan serangan
umum. Sesuai saran Sri Sultan, bahwa pasukan gerilya akan menyerang kota pada siang hari,
tepatnya di depan gedung para delegasi KTN

Saat diperintahkan mencari Hanum yang diberikan amanah untuk memberikan sepucuk surat
yang ditulis oleh Jendral Soedirman untuk istrinya di Yogyakarta, Karsani pun langsung
pergi untuk memberitahukan Hanum bahwa tentara Belanda sedang berada di sekitar mereka.
Ternyata Hanum tertidur di balik pohon dan sudah banyak tentara Belanda yang lewat di
belakangnya, tetapi Hanum berhasil lolos dari kerumunan tentara Belanda. Karsani yang
bemiat menyelamatkan Hanum pun malah tertangkap dan ditembak mati. Pada napas
terakhirnya, dengan lantang ia mengucapkan kata "Merdeka!

70 tahun lagi negeri ini akan tenang, damai, makanan berlimpah, dan kesejahteraan terjamin,
kata Karsani.

Jenderal Sudirman memiliki semangat berkorban demi kemerdekaan Republik Indonesia, tak
pantang menyerah meski dengan senjata seadanya. Meski sedang sakit, Jenderal Sudirman
tetap mampu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia hingga akhirnya dikenal sebagai
pahlawan bangsa. Bersatu dan bergabung dengan rakyat demi mewujudkan kemerdekaan RI
dan sikap teguh yang tidak rela bangsa dan negaranya dijajah bangsa lain yang dimiliki oleh
karakter dari Jenderal Sudirman.

Anda mungkin juga menyukai