Pada waktu itu rakyat Indonesia tidak bisa pergi ke sekolah. Mereka
dipaksa bekerja dan pendapatan mereka diambil oleh Tentara
Belanda atau yang sering disebut dengan Komunis. Rakyat jelata yang
menentang aturan komunis, akan disiksa, dibunuh, bahkan dibakar
rumahnya. Penderitaan masyarakat Indonesia benar-benar tragis saat
itu. Para Komunis terlalu kejam.
(suasana rakyat jelata sedang bekerja disawah…)
Sesekali mereka istirahat pun dengan sembunyi-sembunyi dari
pengawasan komunis. (narator)
Sesaat mereka hampir gaduh, Ian berusaha untuk melerai agar panji
tidak disiksa oleh komunis.
Beberapa waktu kemudian sekelompok ini mulai muak dengan
tindakan komunis, mereka menginginkan kemerdekaan dan
menentang penjajah. Namun apa boleh buat, mereka tidak punya
pemimpin yang bisa menuntun mereka untuk melawan penjajah.
Tetapi mereka tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan
termasuk anak muda bernama Panji
Naufal: “saya ingin kabur secara diam diam dari neraka ini
Lita : “Saya juga ingin kabur, tapi bagaimana?
Ian: “kalian yakin untuk kabur? Jika ketahuan oleh komunis?
Bagaimana nasib kita? Lebih buruk karena kita disiksa
Naufal: “Kamu tinggal ikuti kita saja, saya sudah ada ide untuk kabur
dari neraka ini
Lita: “saya ingin kabur karena saya ingin belajar, saya lelah disebut
rakyat jelata yang bodoh, mengapa saya ditakdirkan untuk bekerja
Ian: “yasudah, saya mengikuti kalian saja
Falih: “kalau ketauan tinggal menentang saja
Lita: “menentang? Apa kalian sudah cukup berani menentang
komunis?
Naufal: “Kenapa tidak?
Panji: (Diam mendengarkan omongan mereka)
Raden Ajeng Karitni adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas
bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati
Jepara, Jawa Tengah. Beliau hanya bisa melihat penderitaan
masyarakat ini setiap harinya. Hati beliau tersentuh. Kartini ingin
wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini
dilarang ayahnya untuk sekolah, sebagaimana adat Jawa pada waktu
itu yang masih membedakan antara kaum perempuan dengan kaum
laki-laki. Tetapi tekad Kartini untuk memajukan orang Indonesia
sangat kuat waktu itu. Karena tekadnya yang sudah bulat untuk
memajukan bangsa Indonesia, Kartini pun memutuskan untuk
mengajar orang-orang desa tersebut.
Suasana kartini sedang mengajari murid2 perempuan berhitung,
menjahit,bahkan membuat pola pakaian. Setelah murid2nya pulang,
ayah Kartini memarahinya karena tidak suka dengan ulah Kartini yang
mengajari anak2 desa dengan ilmu pengetahuannya.
Ibu Kartini : “ibu ngerti maksud kamu cah ayu, tetapi adat istiadat itu
tidak bisa dilanggar”
Van Den Burg (fandya) :”Indah sekali Negeri jajahan ini. Tidak
salah bila para pendahulu menyebut negeri ini negeri surganya
rempah-rempah. Tapi sayang, orang-orangnya katrok dan bodoh
semua!”
Van Den Burg : “Surat apa ini? Oh, anak Bupati Jepara yang cantik
itu? Ya sudah pergi sana”
Kartini : “Oke, lebih baik mana merah putih dengan merah putih
biru?”
Van Den Burg :”Ya iyalah saya orang belanda, saya jendral kompeni
disini.