Suara bising menggelegar di seluruh medan tempur, penuh dengan suara teriakan,
suara timah panas meluncur bagaikan kilatan petir, hujan artileri membasahi tanah dan
menghasilkan tanah yang becek oleh darah manusia, di tanah penuh sekali dengan mayat
manusia yang terlihat seperti ritual pengorbanan manusia dalam kebudayaan suku Maya.
Pada tanggal 20 Mei 1942 Pasukan Divisi ke-8 milik Jerman yang berada di Kota
Kharkov sedang bertempur hebat dengan Tentara Merah atau Tentara Uni Soviet dan kami
disini sedang menahan Tentara Merah yang ingin merebut kembali Kota Kharkov.
“Semuanya !!, jangan sampai mati sebelum membunuh 10 musuh !!, Terus Maju !!”
Kami Pasukan Jerman terus melakukan perlawanan sampai membuat Tentara Merah
terpojok. Saat perang ini berlangsung aku menolehkan kepalaku, terlihat di sebelah sana
tentara merah tergeletak di tanah, merintih kesakitan sambil menggenggam sebuah foto hitam
putih.
“Tembak saja orang itu Rainart, orang itu sangat menderita, kau lihat saja sendiri perutnya,
ususnya berceceran kemana-mana….jangan berpikiran kau bisa menyelamatkannya…tapi
maaf, dia sudah tidak bisa diselamatkan lagi”
“Berpikirlah Logis Rainart, mereka adalah Bangsa Slavia, bangsa rendahan, walaupun dia
berhasil selamat dia tetap bakal di bunuh cepat atau lambat.”
Kepalaku kosong, semua yang dia katakan benar dia akan tetap di bunuh walaupun
berhasil sembuh. Kenapa ini semua harus terjadi, aku mengambil senjata dari pinggangku lalu
mengarahkannya tepat dikepalanya, ketika ingin menarik pelatuk, dunia serasa berhenti, saat
itu terjadi aku terus berpikir “Apakah aku boleh membunuhnya?”.
“Rainart…tembak dia !”
Bagaikan budak, hanya bisa menurut, lalu menembaknya. Aku melihat tangan
kanannya, di jari manisnya terdapat cincin dan ketika aku melihat jelas foto tersebut, terdapat
2 anak kecil, 1 laki dan 1 perempuan dan ada 2 orang dewasa, pria dan wanita. Lalu aku
melihat ke arah wajah mayat tersebut. Rasa bersalah ini terus menggerogotiku dari dalam
sedikit demi sedikit. Aku sudah mulai lelah dengan perang ini.
Pada tanggal 24 Mei 1942 Divisi Ke-8, 51 dan 3 milik Jerman dan Divisi Ke-6 milik
Romania berhasil mengepung tentara merah dan menghancurkan mereka, yang menandakan
perang ini berakhir dengan kemenangan Jerman.
“Ragnar, apa yang akan dilakukan para petinggi terhadap tentara merah yang telah menyerah
itu?”
”Hah, sepertinya mereka akan ditaruh di Kamp Konsentrasi, mereka akan jadi budak tanpa
bayaran sampai mereka sudah tidak bisa digunakan lagi atau sampai mati!.”
“Biarkan saja!, kan sudah kubilang mereka adalah bangsa Slavia, bangsa rendahan. Kau
sebagai Bangsa Arya sejati seharusnya bangga dengan rasmu, aku saja sampai iri,” ucap
Ragnar sambil tersenyum pahit
“Ah sepertinya sebentar lagi musim panas, ketika aku masih di Jerman aku biasanya
melakukan Wasser Wandern bersama teman dan keluargaku ketika perang ini berakhir aku
ingin kembali bermain bersama dengan keluargaku dan teman temanku yang berada di
Frankfurt, Itu pun kalau aku masih hidup." Ucap Ragnar ketika dengan wajah sedih
Apakah perang ini perlu? padahal kita sama-sama manusia, padahal kita ini semua
sama, apakah perbedaan keyakinan sebegitu pengaruhnya terhadap perang ini. Sudah terlalu
banyak kematian, kematian yang sia-sia. Para mayat dikumpulkan ditumpuk menjadi satu
sampai menjadi gundukan yang besar, mereka semua dibakar sampai menjadi abu,
menyisakan besi yang tidak berguna, dengan teriknya matahari terdapat kilau-kilauan
berwarna perak di antara abu kremasi berbentuk lingkaran kecil tanpa perlu dikasih tau semua
orang sudah tahu apa itu, berapa banyak keluarga yang telah ditinggalkan, berapa banyak
keluarga yang telah menderita, berapa banyak anak yang telah kehilangan ayahnya, berapa
banyak istri yang telah ditinggalkan, sungguh kasihan sekali dengan mereka, para anak-anak
ini aku yakin sekali mereka menunggu kepulangan sang ayah dan sang istri menunggu
kepulangan suaminya, meja makan mereka akan ada 1 kursi kosong untuk selamanya.
Terlihat banyak mayat-mayat korban yang masih berusia muda, umurnya sekitar
belasan tahun, masa depan mereka yang cerah telah diambil oleh malaikat maut. Aku melihat
sekitar, banyak kawah-kawah bakas artileri yang bagaikan bekas amukan sang malaikat maut.
Dilain sisi para tahanan pasrah akan ajal yang menanti, sekilas di belakang mereka malaikat
maut mengikuti mereka. Aku melihat rekan sebayaku menangis meratapi kematian temannya.
Apakah manusia masih memiliki harapan, apakah kemanusiaan masih ada di dunia ini.
Hari demi hari minggu demi minggu telah terlewati, aku terus berjalan melewati
neraka yang tak berujung ini, bulan demi bulan kakiku semakin susah diangkat, tanah yang
kupijak ini sangatlah lengket dan becek yang disebabkan oleh darah manusia yang telah
kubunuh dengan tanganku sendiri. Tanganku terlihat telah bersimbah darah. Aku terus
berjalan tanpa melihat ke arah belakang, terdengar suara jeritan dari orang-orang yang telah
kubunuh berbicara.
Aku terus merasakannya, merasakan banyak sekali tangan yang memegangiku seperti
di leher, di kaki, di tangan. Mereka terus mencoba menarik ku ke dalam lubang hitam yang
mengerikan. Aku meronta meminta tolong tapi salah satu tangan mereka ada yang menutup
mulutku. Aku benar benar takut.
Diriku terbangun dari mimpi buruk yang mengerikan, mimpi ini terus terusan terjadi
selama seminggu.
“Mimpi buruk lagi ya, itu sangat tidak baik untuk kesehatan mentalmu dan itu akan
memengaruhi aktivitasmu, ini Air putih minumlah.” ucap Frederik sambil memberikanku air
putih
“Terima kasih….Frederik” ucapku sambil mengulurkan tangan mengambil air putih tersebut
“Rainart….Aku mendengar dari Ragnar bahwa kau menyelamatkan seorang tentara musuh
pada pertempuran sebelumnya.” Dengan eskpresi penasaran
“Ya sudahlah, lebih baik kau bersiap, kita akan menuju Kota Stalingrad.” Ucap Frederik
Pada tanggal 7 Agustus 1942 Divisi ke-8 sedang menuju ke kota Stalingrad dan pada
tanggal 1 September 1942 kami berhasil memasuki Kota Stalingrad. Ketika memasuki Kota
Stalingrad suasana sekitar sangat mencekam, banyak bangunan yang hancur tak terbentuk.
Terdapat anak kecil duduk di anak tangga sedang memegangi boneka beruang yang sudah
kusut, sedang meratapi kematian hewan peliharaannya, bau busuk menyengat dari setiap
tempat yang disebabkan oleh para mayat yang belum dikremasi. Wajah keputusasaan terlihat
dimana-mana, banyak warga sipil yang sudah tidak memiliki tujuan hidup memilih bunuh diri
karena keluarga mereka sudah meninggal disebabkan oleh serangan bom-bom pesawat.
Kepalaku terbesit sesuatu, kenapa aku harus ikut permainan iblis ini, kenapa permainan
iblis ini bisa terjadi, sebenarnya permainan iblis ini untuk apa dan untuk siapa, mengapa kita
harus saling membunuh, sebenarnya untuk apa aku disini, untuk apa aku diciptakan apakah
untuk menjadi monster berdarah dingin atau menjadi manusia berdarah hangat. Aku ingin
sekali melihat kalau kemanusiaan itu masih ada.
Pada tanggal 18 November 1942 Tentara Merah menyerang kami secara besar-
besaran dan membuat kami terkepung. Pada tanggal 30 November 1942 kami terjebak Di
Kota Stalingrad. Seluruh pasukan Jerman sudah mulai kehilagan semangat juang dan mereka
melepaskan stress dengan bersenang-senang ke pada warga sipil, penderitaan terus terjadi
dimana-mana, banyak warga sipil yang kelaparan.
Jika kemanusiaan memang tidak ada maka akulah yang akan membuat kemanusiaan
itu biar tetap ada.
“Maaf, tapi mereka adalah warga sipil, kita harus melindungi mereka.”
“Kau terlalu naif Rainart!!, bukankah sudah kubilang kemanusiaan itu sudah tidak ada, yang
ada hanya Orang kuat menguasai yang lemah.”
“Hentikan itu Ragnar!” Ucap Frederik sambil memegang erat tangan Ragnar
“Kau akan menyeselinya Rainart!” Ucap Ragnar sambil melepaskan kerah Rainart yang
ditarik
“теперь все в порядке” (Sekarang semuanya baik baik saja) dengan senyum hangat
Aku tidak mengerti apa yang dia katakan, tapi dari senyumannya dan perlakuannya
kepadaku, mungkin saja aku tau maksudnya. Lalu dia menghampiriku dan mendekatiku, dia
mengangkat tanganku dan membuat aku seperti memeluk dia.
“тепло” (hangat)
Mataku mengeluarkan air mata, rasa hangat ini menyelimuti diriku. Anak kecil polos
nan baik hati ini adalah contoh dari sifat kemanusiaan, aku tarik kata-kataku yang tadi,
kemanusiaan itu masih ada walaupun dalam keadaan yang terburuk sekalipun. Kalaupun
kemanusiaan memang sudah tidak ada, maka akulah yang harus membuat sifat kemanusiaan
itu tetap ada. Aku tidak menyesali apa yang telah kuperbuat, akhirnya badan ini bisa
istirahat dengan tenang.
TAMAT
KEMANUSIAAN
Cerita Pendek
Karya
XI MIPA 2 / 28
BOGOR - 2022