Anda di halaman 1dari 2

Tyasno Nugroho

XI MIPA 2 (35)

Fasis atau Komunis?

Biasanya aku melihat temanku sangat ceria dan gembira, namun kali ini berbeda. Ia
sangat pendiam dan sangat terlihat dari raut mukanya yang seperti ada sesuatu yang
mengganjal.
Lalu aku bertanya kepada temanku, “ada apa kawan? Kamu tidak terlihat seperti biasanya.
Bolehkah aku mengetahui sesuatu yang membuatmu seperti ini?”
Lalu ia menjawab dengan nada yang terdengar seperti orang yang bingung, “tidak ada apa-
apa, aku baik baik saja. Tidak usah dipikirkan”.
Akupun lantas menjawabnya “oh yasudah kalau begitu, semoga harimu benar-benar tidak ada
masalah”.
Hmm… sepertinya dia benar-benar menyembunyikan sesuatu, biarkan sajalah daripada aku
memaksanya dan berakhir tidak menyenangkan.

Keesokan harinya aku melihat temanku di taman. Seperti kemarin, temanku tetap
terlihat murung dan pendiam. Yap betul, tidak seperti biasanya.
Lantas akupun bertanya lagi “Ada apa kawanku? kalau ada masalah cerita saja ya…”.
Namun, ia merespon dengan jawaban yang mirip, namun dengan nada yang lebih tinggi dari
kemarin “Tidak ada apa-apa. Biarkan saja, tidak usah dipikirkan!”.
Aku pun sedikit kesal dengan nadanya yang tinggi, lalu meninggalkannya sendirian.
Aku pun berfikir saat perjalananku pulang ke rumah “Mungkin dia ada masalah, ah
sudahlah biarkan saja”. Saat aku berada dirumah, diriku kembali memikirkan tentang ia, “apa
masalah yang ia punya sampai ia sangat murung begitu ?”, aku sangat ingin bertanya
kepadanya tetapi aku yang sudah lelah akan sekolah akhirnya mengurungkan niatku untuk
bertanya.

Esoknya aku pergi kesekolah seperti biasa, tapi dengan perasaan mengganjal akan
pertanyaan pertanyaan di benakku aku bertemu temanku didepan gerbang sekolah. Sekali lagi
diriku bertanya kepada dia,
“kamu ada masalah apa? Mengapa kamu selalu murung? Cerita saja, aku kan temanmu”.
Ia yang terlihat murung akhirnya mau menjawab “aku ingin mencoba menjadikan negara ini
menjadi negara komunis, soalnya aku melihat kesenjangan sosial di negeri Wakanda sangat
nampak terlihat”.
Aku pun menjawab, “Daripada jadi negara komunis lebih baik jadi negara fasis”.
Namun, temanku bersikukuh ingin membuat negara komunis.

Akhirnya aku dan temanku saling berdebat akan pendapat masing masing.
“hei! Negara komunis itu bagus, mereka sangat menjunjung tinggi kebersamaan!”
Akupun menjawab respon temanku, “apa maksudmu? Fasis itu sangat keren tau! Mereka
menjunjung tinggi bangsa sendiri!”.
Aku dan temanku terus berdebat panas akan komunis dan fasis sampai kami menghina satu
sama lain, “dasar panuan Eropa kau!” “dasar hitam kau!”.
Aku dan temanku tetap saling berdebat sembari berjalan ke kelas kami, setelah duduk di
bangku pun hal itu masih berlanjut. Kami terus berdebat akan pendapat masing-masing
sampai terdengar keras bel berbunyi “Kringg…. Kringg….!” Setelah bel berbunyi pun aku
dan temanku tetap melanjutkan debat kami.

Perdebatan ini masih terus berlanjut, kami pun saling melontarkan fakta tentang Fasis
dan Komunis. Sampai akhirnya ada dua orang temanku yang ikut ke dalam perbincangan
kami. Mereka pun bertanya “Ada apasih kalian? Sepertinya lagi bahas yang seru. kami juga
mau ikutan dong!”
Temanku lantas menjawab “ini kita lagi bahas mana yang lebih baik, fasis atau komunis”.
Lantas salah satu teman yang ingin ikut bersabda “daripada kalian berdebat tentang ideologi
mana yang paling bagus diantara dua itu, lebih baik kalian memikirkan ideologi bangsa dan
negara kalian sendiri. Para tokoh-tokoh bangsa Indonesia pasti sudah memikirkan matang-
matang apa yang terbaik untuk para anak bangsa di masa yang akan datang”.
Lantas temanku yang satunya ikut membahas “apakah kalian sudah memikirkan kekurangan
apa yang terjadi jika kedua ideologi itu diterapkan di Indonesia? Apakah kalian yakin kedua
ideologi itu tidak akan menimbulkan perpecahan bila diterapkan? Lebih baik kalian belajar
dari masa lalu saat negara lain menerapkan kedua ideologi tersebut”.
Temanku yang satunya lagi pun menambahkan “betul, setiap ideologi pasti ada
kekurangannya. Seperti fasisme yang hanya mementingkan bangsanya sendiri dan
komunisme yang akan membawa banyak orang menjadi kontra dan menimbulkan kerusuhan.
Jadi ideologi negara ini yaitu Pancasila sudah menjadi ideologi yang terbaik untuk bangsa
dan negara Indonesia karena dasarnya mempersatukan seluruh suku bangsa di Indonesia yang
sangat beragam dan berbeda satu sama lain”.
Lantas aku dan temanku yang berdebat pun berpikiran akan hal yang sama “betul juga yah,
daripada kita berdebat untuk hal yang akan menimbulkan perpecahan lebih baik mengikuti
ideologi yang sudah diterapkan saat ini. Terimakasih kalian berdua telah menyadarkan kami
agar menghargai ideologi bangsa sendiri dan tidak merubahnya”.
Mereka berdua pun menjawab “iya sama-sama, tidak apa. Namanya juga masi pelajar, jadi
rasa ingin mengetahuinya lebih tinggi dan lebih berani mengemukakan pendapatnya”.

Anda mungkin juga menyukai