Anda di halaman 1dari 8

 Cerita 1

Suatu hari, ketika saya masih duduk dikelas 1 SMA, saya melihat seorang anak  dari kelas saya berjalan pulang
dari sekolah, namanya Michael.
Saat itu  ia sedang menenteng semua bukunya. Lalu saya berpikir, ” kenapa ada orang yg  masih mau membawa
bukunya pulang pada hari Jumat? ”  Pasti dia anak yang aneh, karena kalau saya pikir, setiap akhir pekan acara 
saya sudah padat terencana, pesta, pertandingan  sepak bola, dan lain – lain. Jadi, sambil menggelengkan kepala,
aku  melangkah.
Tiba-tiba saya melihat sekelompok anak kecil berlari ke arahnya, dan  dengan sengaja menabraknya. Bukunya
berhamburan dan ia pun jatuh ke tanah  berlumpur.  Kacamatanya melayang jatuh ke rerumputan, kira – kira 10
kaki jauhnya dari  tempat dimana ia jatuh. Ia menatap ke atas, dan kulihat kesedihan yang amat  mendalam di
wajahnya.  Hatiku tergerak dan merasa kasihan kepadanya.
Aku melangkah perlahan menghampirinya. Sambil merangkak, Ia melihat ke  sekeliling mencari kacamatanya.
Kulihat matanya berlinang. Kuambil  kacamatanya dan kuberikan padanya.  ” Anak – anak tersebut memang
sangat nakal, ” kataku kepadanya.
Ia menatapku dan berucap lembut : ” Hey, terima kasih. ”  Ia tersenyum lebar. Itulah senyuman tertulus tanda
ucapan  terima kasih yang pernah kulihat selama ini.
Aku bantu dia mengumpulkan buku-bukunya yang berserakan sambil kutanya dimana ia tinggal. Ternyata ia
tinggal dekat rumahku.
Aku lalu bertanya, kalau dia memang tinggal dekat rumahku,  bagaimana mungkin aku belum pernah melihat dia
sebelumnya.
Ia bercerita bahwa sebelumnya ia sekolah di sebuah sekolah swasta.  Aku memang belum pernah bergaul dengan
anak dari sekolah swasta sebelumnya.    Sepanjang jalan ia bercerita, sementara buku – bukunya kubawakan.
Ternyata, ia anak manis juga. Aku tanyai apakah dia mau bermain sepakbola  bersama saya, dan ia menjawab : “ya
“, dengan bersemangat.
Kami berjalan  bersama sepanjang akhir pekan, dan ternyata semakin kukenal Kyle, semakin  suka aku padanya. 
Teman – temanku juga menyukainya.
Hari Senin tiba dan kulihat Kyle dengan setumpuk bukunya lagi.  Kudekati dia dan kukatakan sambil bercanda:
“Gila kamu,Kyle!  Kamu bisa mengencangkan otot – ototmu dengan mengangkut buku – bukumu setiap  hari.”  Ia
cuma tertawa dan memberikan separuh bukunya kepadaku.
Selama 4 tahun kemudian, kami terus bersahabat.
Ketika kami sudah duduk di  kelas senior, dan kami harus mulai memikirkan tentang Universitas, Kyle 
memutuskan untuk melanjutkan ke Georgetown, dan saya berencana ke Duke.  Saat itu saya tahu, bahwa
persahabatan kami akan terus abadi, dan bahwa  jarak yang memisahkan kami tidak akan menjadi penghalang. Ia
akan menjadi  seorang dokter, dan saya akan mengambil jurusan bisnis karena saya  mendapatkan beasiswa dari
kegiatan sepakbola saya.
Kyle memang seorang bintang kelas dan aku bahkan sering menggodanya sebagai  kutu buku. Sebagai bintang
kelas, Ia harus menyiapkan pidato perpisahannya.  Pada saat-saat seperti itu aku bersyukur, bukan aku yang harus
berdiri di  mimbar dan berpidato.
Persis pada hari wisuda kami, aku lihat Kyle tampak begitu gagah.  Benar – benar seorang anak SMA yang kerja
keras dan berhasil, yang sungguh – sunggu patut dicontoh. Teman ceweknya banyak.  Dalam hal satu ini aku
sering iri padanya .  Tapi aku juga melihat bahwa ia sangat gelisah menjelang saat  pidatonya.
Maka aku dekati dia dan kutepuk punggungnya  :  “Hai, Kawan ! pasti OK.”
Dia terdiam melihatku dengan tatapan yang sungguh – sungguh  penuh terima kasih, lalu katanya dalam – dalam: ”
terima kasih …”
Ketika hendak memulai pidatonya, dia mengambil nafas dalam-dalam dan mulai berkata: “Wisuda adalah saat
untuk mengucapkan  terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu kita  melewati masa-masa yang berat.
Orangtua kita, guru-guru,  teman sekamar, mungkin para tutor, tetapi yang paling banyak adalah teman. Saya
berdiri disini dan akan menceritakan  sebuah kisah nyata.”
Aku menatapnya dengan rasa tidak percaya pada apa yang kemudian  kudengar. Ia bercerita bahwa suatu hari ia
merasa sangat putus asa  hingga ia berniat hendak bunuh diri di akhir minggu. Ia memulai dengan  mengosongkan
lockernya supaya mamanya tidak repot nantinya, dan ia mengangkut semua bukunya pulang.

1
Sambil terus bercerita, ia menatapku sambil tersenyum. “Untungnya, saya diselamatkan. Seorang teman saya
menyelamatkan  saya dari rencana putus asa tersebut.”
Saya menangkap getaran dalam suaranya, dan ia terdiam mengambil  nafas dan mengatur emosinya kembali. Saya
juga menangkap emosi para  hadirin, hampir semua para menahan nafas dan terhanyut dalam cerita  tersebut. 
Semua mata menatap pemuda pintar dan tampan yang sungguh populer itu  menceritakan kenangannya tatkala
melewati masa yang paling sulit dalam  hidupnya. Saya juga melihat orangtuanya melihat ke arahku dengan
tersenyum.  Belum pernah aku merasakan rasa yang begitu mendalam.
Teman, jangan sekali kali meremehkan tindakan yang anda lakukan.  Bahkan dengan tindakan kecil-pun anda
dapat saja mengubah hidup  orang lain.
“Sahabat adalah malaikat yang mengangkat kita tatkala  kita lupa bagaimana caranya terbang”

 Cerita 2
Disebuah rumah mungil dipinggir hutan, tinggal sebatang lilin kecil. Ketika hari menjelang malam pemilik rumah tersebut
menyalakan lilin kecil itu. Tiba-tiba datang angin besar menerobos masuk ke jendela rumah itu. Wusshh! Si Lilin Kecil ini
merasakan apinya telah padam. “Aduh, aku harus segera mencari cahaya, hari sudah semakin gelap”, kata Lilin Kecil dengan
panik.
Si Lilin Kecil lalu keluar dari rumah itu dan berteriak kepada Paman Matahari, “Paman, bolehkah aku meminta sedikit
cahayamu?”
“O o! Mana mungkin Nak, jarak kita kan terlalu jauh! Lagipula Paman harus segera pulang, karena malam akan tiba. Daah”,
kata Paman Matahari dengan terburu-buru.
Hari sudah beranjak malam, si Lilin Kecil terus berjalan mencari cahaya. Tiba-tiba dia melihat kilatan lampu mobil, dengan
terburu-buru dia mengejar cahaya lampu mobil itu.
“Tunggu! Tunggu! Lampu mobil, tolonglah aku!”, teriak Lilin Kecil sambil berlari-lari.
“Aduh!”, jerit Lilin Kecil, rupanya dia berlari dengan menggebu-gebu sehingga tidak melihat jalan dan menabrak tiang
listrik.
“Lilin Kecil hati-hatilah kalau berjalan,” kata Paman Tiang Listrik.
“Oh, maafkan saya, sebenarnya saya hanya ingin meminta sedikit cahaya, tetapi tidak ada yang menghiraukan saya,” kata
Lilin Kecil tertunduk sedih.
“Sudahlah jangan bersedih hati,” kata Paman Tiang Listrik. “Paman punya teman kecil bernama Lampu Meja. Dia tinggal
diseberang jalan itu. Cobalah menemuinya, mungkin dia bisa membantu masalahmu.”
Seketika itu wajah Lilin Kecil berubah gembira, setelah mengucapkan terima kasih kepada Paman Tiang Listrik. Lilin kecil
pergi menemui si Lampu Meja.
“Cobalah masukkan sumbumu kedalam saklar itu, saya mendapatkan cahaya juga berasal dari sana”, saran si Lampu Meja. Si
Lilin Kecil itu dengan tidak sabar menancapkan sumbunya kedalam saklar tersebut. Tetapi kok tidak terjadi reaksi apa-apa
ya. Berulang kali dicobanya, namun tetap tidak berhasil. De-ngan hati kecewa siLilin Kecil meninggalkan tempat itu.
Si Lilin Kecil pulang dengan menundukkan kepala dan langkah gontai. Dia merasa benar-benar putus asa. Ketika pikirannya
sedang berkecamuk sedih, tiba-tiba dia mendengar jeritan mengaduh. Oh, rupanya si Lilin Kecil lagi-lagi menabrak sesuatu.
“Aduh! Maafkan saya Korek Api, saya tidak melihatmu karena saya sibuk memikirkan kemana lagi mencari cahaya,” kata
Lilin Kecil.
“Oh, kamu sedang mencari cahaya? Cepatlah julurkan sumbumu kesini, aku punya cahaya,” kata si Korek Api.
“Waah, benarkah? Baiklah kalau begitu”, kata si Lilin Kecil penuh semangat.
“Aduh Korek Api, Engkau baik hati sekali mau membantuku. Maukah engkau menjadi temanku?”
“Aku senang menjadi temanmu, Lilin Kecil. Ttt…tapi aku akan segera mati”, kata Korek Api dengan lemas.
“Tidak, tidak, aku tidak mau begini! Janganlah mati,” kata Lilin Kecil sambil menangis tersedu-sedu.
“Jjj…jangan sedih Lilin Kecil. Meskipun aku sudah tiada, tetapi cahayaku senantiasa berada di tubuhmu.”
Dan akhirnya si Korek Api itu benar-benar telah mati, namun cahaya Lilin Kecil telah menerangi rumah mungil itu sepanjang
malam.

RENUNGAN:
Lilin Kecil ini menggambarkan sebuah perjuangan dan ketulusan hati demi penerangan disekelilingnya, sedangkan si Korek
api menggambarkan sebuah pengorbanan sampai akhir hayatnya juga demi orang lain.

2
Persahabatan antara Lilin Kecil dan Korek Api walaupun sekejap, namun kerukunan dan ketulusan mereka telah memberikan
manfaat yang besar kepada lingkungan sekitar.

 Cerita 3
Pada suatu hari di sebuah kota, tinggallah dua orang bersahabat. Mereka bersahabat sudah dari sejak kecil. Mereka
tertawa bersama, menangis bersama, bermain bersama, saling mengerti dan saling memahami satu dengan yang
lain. Pendeknya mereka bersahabat sangat baik dan semua masalah diselesaikan mereka berdua baik-baik.
Pada suatu hari, ketika mereka sudah dewasa, keduanya memiliki pasangan hidup dengan lelaki yang sama-sama
disukai oleh mereka berdua. Sahabat yang satu sangat mencintai lelaki itu namun sahabat yang lain tidak
mengetahui bahwa sahabatnya telah lebih dahulu jatuh cinta dan akhirnya mereka bertengkar mulut dan
pertengkaran mulut itu berakhir pada suatu perpecahan. Singkat cerita mereka tidak lagi bersahabat.
Kemudian setelah beberapa tahun salah satu dari sahabatnya sakit keras dan ginjalnya tidak berfungsi lagi serta
harus menjalani cuci darah. Sedangkan dia adalah orang yang kurang mampu. Kemudian teman-teman dari
gerejanya datang membantu,mereka turut prihatin dengan keadaannya dan mereka memberitahukan keadaannya
pada sahabatnya. Sahabatnya masih dongkol, kesal dan marah namun sahabat ini sedih melihat keadaan sahabatnya
yang terbaring sakit dan akhirnya sahabat ini memutuskan untuk mendonorkan ginjalnya untuk sahabatnya yang
sedang sakit ini. Akhirnya sahabat yang sakit ini lama kelamaan pulih dan sembuh dari sakitnya. Sahabat yang
sakit ini pada suatu hari berkata kepada sahabatnya " Sahabatku, maafkan aku selama ini, aku sudah membuatmu
berduka, aku bukan sahabat yang baik buatmu." Lalu kemudian sahabatnya berkata kepada sahabatnya yang sakit "
Sudahlah, tidak usah dipikirkan masalah lalu, biar bagaimanapun aku tetap adalah sahabatmu dan kita akan tetap
bersahabat sampai mati."
Setiap orang di dunia ini tentunya menginginkan seseorang sahabat yang bisa menjadi sahabat yang baik baginya.
Seseorang dalam hidupnya membutuhkan penghargaan dan kasih dari sahabatnya. Namun, tidak semua orang bisa
menjadi sahabat sejati. Amsal 17:17 mengemukakan tentang ciri-ciri seorang sahabat sejati yaitu menaruh kasih
setiap waktu, baik suka maupun duka, dan bisa menjadi seorang saudara dalam kesukaran ( bisa memahami
dan ikut berempati dengan kesusahan sahabatnya).
Tidak ada orang bisa menjadi sahabat sejati, namun Alkitab memberikan contoh sahabat yang baik yaitu antara
Daud dan Yonatan yang tetap mengasihi dalam suka maupun duka dan tetap menjadi sahabat dalam keadaan
terjepit sekalipun. Inilah contoh sahabat yang cukup baik menurut Alkitab. Namun kalau kita perhatikan, berbeda
dengan sahabat-sahabat Ayub pada saat kesusahan Ayub, mereka meninggalkan Ayub dan menyalahkan Ayub
bukan menghibur dan menguatkan Ayub. Demikian juga dengan sahabat dalam perumpamaan tentang anak yang
hilang ( Lukas 15) , sahabat-sahabatnya meninggalkannya saat dia berada dalam kesusahan bukan menghibur dan
menguatkannya.
Namun kita mempunyai sahabat yang baik seperti Tuhan, tidak ada satu manusiapun yang menjadi sahabat yang
baik bagi sahabatnya akan tetapi Tuhan ketika kita dalam suka dan duka dia adalah sahabat kita, tempat kita
mengadu, tempat kita bersandar ( Amsal 17:17; Yohanes 15:15). Amin !

1. Persahabatan menurut Kristus


Pertanyaan: Menurut Alkitab, seperti apakah persahabatan sejati itu?
Jawaban: Tuhan Yesus Kristus mendefinisikan sahabat sejati sebagai: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada
kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu
berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa
yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu
segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku" (Yoh 15:13-15).
Yesus menjadi contoh yang sempurna mengenai sahabat sejati, karena Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk
"sahabat-sahabat"-Nya. Apalagi, siapapun bisa menjadi sahabat-Nya dengan beriman-percaya kepada-Nya sebagai
Juru Selamat, sehingga mereka bisa dilahirkan kembali dan menerima hidup baru di dalam Dia.

3
Kita juga dapat belajar mengenai persahabatan sejati dengan melihat persahabatan Daud dan Yonatan, anaknya
Saul. Meskipun ayahnya memburu Daud dan mencoba untuk membunuhnya, namun Yonatan selalu membela
Daud. Saudara akan menemukan kisah ini di kitab 1 Samuel pasal 18-20. Beberapa ayat yang berkaitan dengan
kisah ini ada di 1 Samuel 18:1-4; 19:4-7; 20:11-17, 41-42.
Amsal juga merupakan sumber hikmat yang memadai untuk memahami apa yang dimaksud dengan persahabatan
yang sejati itu. "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran"
(Ams 17:17). "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada
seorang saudara" (Ams 18:24). Untuk bisa mendapatkan seorang teman yang baik, kita harus menjadi teman yang
baik bagi orang lain terlebih dahulu. "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan
mencium secara berlimpah-limpah" (Ams 27:6). "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya" (Ams
27:17).
Prinsip persahabatan sejati juga dapat ditemukan di kitab Amos. "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika
mereka belum berjanji?" (Amos 3:3). Teman sejati itu akan sependirian dan sependapat. Teman adalah seseorang,
yang menjadi tempat Saudara dapat mengungkapkan isi hati dengan kepercayaan penuh. Teman adalah seseorang,
yang Saudara hormati dan yang menghormati Saudara, bukan berdasarkan kelayakan tetapi berdasarkan kesamaan
pikiran.
Rasul Paulus juga mendefinisikan siapakah sahabat sejati itu: "Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang
yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan
kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Rm 5:7-8).
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya"
(Yoh 15:13). Nah, itulah persahabatan sejati!

2. Persahabatan menurut Kristus


Persahabatan sejati termasuk kesetiaan. Ada dalam Alkitab, Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan
menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17).
Sahabat terbaik untuk dimiliki ialah Yesus. Ada dalam Alkitab, Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab
hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah
memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku (Yohanes 15:15).
Pilihlah teman-teman yang mengasihi Tuhan dan memiliki hati yang murni. Ada dalam Alkitab, Sebab itu jauhilah
nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru
kepada Tuhan dengan hati yang murni (2 Timotius 2:22).
Apakah ciri-ciri seorang sahabat yang baik? Ada dalam Alkitab, Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau
puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih
utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga (Filipi 2:3-4).
Gosip dapat merusak persahabatan. Ada dalam Alkitab, Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan
seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib (Amsal 16:28). Gosip memisahkan teman-teman akrab (NIV).
Persahabatan harus dipelihara. Ada dalam Alkitab, Jangan kautinggalkan temanmu dan teman ayahmu. Jangan
datang di rumah saudaramu pada waktu engkau malang. Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang
jauh. Anakku, hendaklah engkau bijak, sukakanlah hatiku, supaya aku dapat menjawab orang yang mencela aku
(Amsal 27:9-10).
Seorang sangat ingin bersikap jujur kepada anda walaupun menyakiti hati. Ada dalam Alkitab, Seorang kawan
memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah (Amsal 27:6).
Baca: 1 Samuel 23:14-18 | Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 16-18; Lukas 7:1-30
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. —Amsal 17:17

3. Persahabatan menurut Kristus


Persahabatan adalah salah satu karunia hidup yang terbesar. Sahabat sejati membawa kebaikan yang tertinggi bagi
sahabat-sahabatnya, dengan maksud supaya mereka bisa mengenal Allah dan mengasihi-Nya dengan segenap hati,

4
jiwa, dan pikiran mereka. Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta dan martir asal Jerman, pernah berkata, “Tujuan
persahabatan semata-mata ditentukan oleh kehendak Allah atas sang sahabat itu.”
Yonatan, sahabat Daud, menjadi teladan yang luar biasa dari persahabatan sejati. Daud sedang berada di
pengasingan, bersembunyi di padang gurun Zif, ketika menyadari bahwa “Saul telah keluar dengan maksud
mencabut nyawanya” (1Sam. 23:15). Yonatan pun pergi ke Koresa untuk menemui Daud. Arti penting dari
peristiwa ini terletak pada niat Yonatan: Ia menolong Daud untuk mendapatkan kembali kekuatan di dalam Allah,
atau seperti disebutkan Alkitab, “Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah” (ay.16).
Itulah inti persahabatan Kristen. Lebih dari berbagi minat bersama, lebih dari berbagi kasih sayang, lebih dari
berbagi sukacita dan tawa, tujuan utama persahabatan adalah menaburkan firman hidup yang kekal di dalam hidup
orang lain, mengingatkan mereka pada hikmat Allah, menyegarkan kembali jiwa mereka dengan firman tentang
kasih- Nya, dan mengokohkan iman mereka kepada Allah.
Berdoalah bagi sahabat Anda dan mintalah kepada Allah untuk memberi Anda perkataan yang tepat dan pada saat
yang tepat untuk menolong mereka memperoleh kekuatan baru di dalam Allah dan firman-Nya.
Baca: 1 Samuel 23:14-18
23:14 Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, di padang
gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.
23:15 Daud takut, karena Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawanya. Ketika Daud ada di padang gurun
Zif di Koresa,
23:16 maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud
kepada Allah
23:17 dan berkata kepadanya: “Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau
akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui
yang demikian itu.”
23:18 Kemudian kedua orang itu mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di Koresa, tetapi
Yonatan pulang ke rumahnya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
 
Persahabatan adalah salah satu karunia terbesar dalam kehidupan. Sahabat sejati merindukan kebaikan terbesar
bagi teman-temannya, yaitu agar mereka bisa mengenal Allah dan mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan
pikiran mereka. Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta asal Jerman yang kemudian menjadi martir, pernah
berkata,“Persahabatan kita seharusnya ditujukan untuk menolong sahabat kita menjalankan kehendak Tuhan dalam
hidupnya.”
Yonatan, sahabat Daud, adalah contoh seorang sahabat sejati. Saat itu Daud sedang melarikan diri dan
bersembunyi di padang gurun Zif, karena menyadari bahwa “Saul telah keluar dengan maksud mencabut
nyawanya” (1Sam. 23:15). Yonatan pun pergi ke Koresa untuk menemui Daud. Catatan yang penting di sini adalah
niat Yonatan dalam menolong Daud, yaitu untuk “menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah” (ay.16).
Inilah esensi dari persahabatan Kristen. Lebih dari sekadar berbagi minat yang sama, kasih sayang, cerita, dan
tawa, persahabatan Kristen bertujuan untuk menaburkan firman tentang hidup yang kekal dalam hidup orang lain,
mengingatkan mereka pada hikmat Allah, menyegarkan kembali jiwa mereka dengan firman tentang kasih-Nya,
dan mengokohkan iman mereka kepada Allah.
Berdoalah bagi sahabat-sahabatmu dan mintalah agar Allah memberimu perkataan yang tepat pada saat yang tepat
untuk menolong mereka memperoleh kekuatan baru di dalam Allah dan firman-Nya.—DHR

1. Makna persahabatan Daud Dan Yonathan


Peliharalah kasih persaudaraan (brotherly love), demikian penulis Ibrani memberikan nasehatnya pada bagian akhir
surat yang ditulisnya. Menjadi orang yang dikasihi tentu menyenangkan, tetapi ada kebahagiaan yang bahkan
Persahabatan sejati tidak didasarkan pada syarat- syarat yang berubah-ubah. "Seorang sahabat menaruh kasih
setiap waktu." Seringkali seorang sahabat menjadi lebih karib daripada seorang saudara. Karena seorang sahabat
adalah orang yang menambah sukacita kita dan membagi kesedihan kita. Seorang teman / sahabat yang baik akan
memberikan waktunya kepada sahabatnya pada saat ia membutuhkannya, termasuk pada masa-masa kesukaran/
kemalangan/ kesengsaraan.

5
Dalam Yohanes 15:14 ditulis bahwa seorang sahabat akan melakukan apa yang diminta oleh sahabatnya tersebut.
Untuk menyatakan pentingnya persahabatan, di dalam ayat ini diperjelas lagi dengan mangatakan bahwa sahabat
itu bagaikan seorang saudara yang memang dilahirkan untuk berbagi dalam kesulitan-kesulitan atau kesukaran-
kesukaran.
Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih kepada orang lain? Sebab, manusia adalah makhluk sosial
yang membutuhkan hubungan dengan orang-orang yang lain. Manusia tidak dapat hidup sendirian. Dan, terlebih
dari itu, sikap kasih adalah inti Kekristenan sejati. Tanpa kasih, kita tidak bisa memiliki ikatan yang erat dengan
orang-orang sekeliling kita. Bagaimana jika kita kurang memiliki kasih? Rasul Paulus mengatakan : "tetapi jika
aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing" (1
Korintus 13:1). Dan selanjutnya sang rasul melanjutkan tentang betapa pentingnya mengasihi itu: "sekalipun aku
memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama
sekali tidak berguna" (1 Korintus 13:2b, lihat penjabaran ayat-ayat ini di yang-terbesar-ialah-kasih)
Dalam bahasan ini kita akan mempelajari "Brotherhood" kasih persaudaraan, yaitu hubungan antara Daud dan
Yonatan. Yonatan, putera sulung raja Saul dari istrinya yang satu-satunya (1 Samuel 14:49-50). Dialah ahli waris
bapaknya; dia setia kepada Dauddan sangat mengasihi Daud (1 Samuel 20: 17), yang akan menggantikan Saul.
Keberanian dan semangatnya sebagai pendekar, yang dikenang dalam nyanyian ratapan Daud (2 Samuel 1:22).
Yonatan dikenang adalah terutama karena persahabatannya dengan Daud. Yonatan, dia mengikat sumpah dan
mengikrarkan kesetiaan persaudaraan dengan Daud sesudah kematian Geliat (1 Samuel 18:1-4). Oleh karena itu, ia
terpaksa menghadapi permusuhan dan kecurigaan dari pihak bapak kandungnya, bahkan membahayakan hidupnya
sendiri (1 Samuel 19: 1-7; 20). Perpisahan dua sahabat karib ini sangat mengharukan. Agaknya Yonatan tidak
menyertai bapaknya dua kali memburu Daud, yaitu ke En-Gedi dan Hakhila. Akhirnya ia tewas secara
menyedihkan dalam kemenangan orang Filistin di Gunung Gilboa, bersama bapaknya dan kakak-adiknya (1
Samuel 31:2).
Hubungan Persahabatan yang erat antara Daud dan Yonatan menjadi contoh kisah kasih persaudaraan yang paling
menonjol dalam catatan Alkitab Perjanjian Lama. Meskipun Yonatan, berdasarkan keturunan, adalah ahli waris
takhta Saul, ayahnya, ia tidak membenci Daud dan memandangnya sebagai saingan, tetapi ia mengakui bahwa
perkenan Allah ada pada Daud. Alkitab menyatakan persahabatan Daud dan Yonatan ini sebagai "perpaduan jiwa":

Ketika Yonatan tewas dalam pertempuran, Daud dengan sangat pilu meratapi kematian sahabatnya itu:
* 2 Samuel 1:26 LAI TB, Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku;
bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan.
Daud berbicara tentang persahabatannya yang istimewa dengan Yonatan dipandang dari segi pengabdian,
penyerahan, dan kesatuan tujuan. Yonatan telah menerima pilihan Allah untuk Daud sebagai raja yang berikut
tanpa merasa iri atau dengki.
Hubungan Daud dengan Yonatan jika digambarkan dengan bahasa sekarang, istilah kekinian-nya adalah
"Bromance" yaitu suatu ikatan emosional non-seksual yang erat antara dua orang laki-laki (atau lebih). Suatu
persahabatan yang memiliki tingkat keintiman emosional yang sangat tinggi seperti hubungan kakak-beradik
bahkan lebih dari itu. Anda tentu tahu makna kata "romance" yang menunjukkan suatu keadaan yang
mengungkapkan perasaan riang bahagia yang berhubungan dengan cinta antara dua orang yang saling mencintai.
Istilah "Bromance" diambil dari situ, hanya saja "Bromance" ini tidak melibatkan perasaan cinta-asmara dan
seksualitas. Tetapi lebih ke perasaan kasih persaudaraan/ brotherhood. Persahabatan yang sedemikian itu dapat
terjalin karena Daud maupun Yonatan menempatkan loyalitas kepada Allah di atas segala-galanya.
Bentuk kasih persaudaraan dalam Perjanjian Baru, bisa pula kita teladani dari gaya hidup Jemaat mula-mula di
Yerusalem pada abad pertama Masehi. Dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 kita bisa melihat bagaimana cara hidup
jemaat yang pertama. Mereka dikatakan selalu tekun dalam pengajaran dan persekutuan, selalu berkumpul,
bersama-sama memecah roti dan berdoa (ayat 42). Metode bersekutu dalam Jemaat mula-mula itu dengan sistem
komuitarianisme yang egaliter (lawannya otoriter), yaitu penyamaan derajat artinya semua orang memiliki derajat
yang sama kebersamaan. Hubungan tsb. tidak akan terjalin tanpa adanya rasa kasih persaudaraan di antara mereka.

Dan, merujuk kembali kepada "Bromance" Daud dan Yonatan, kita melihat kesetiaan Yonatan, secara jasmani dan
rohani merupakan teladan tentang kesetiaan kepada kebenaran dan persahabatan, maupun dalam hal mendamaikan
orang. Sikap Yonatan merupakan tugas dan watak yang harus dimiliki anak-anak Allah.

6
2. Makna Persahabatan Daud Dan Yonatan
Yonatan yang Berani dan Setia
Yonatan, anak tertua Raja Saul, adalah pejuang yang berani. Daud berkata bahwa Yonatan lebih cepat daripada
elang dan lebih kuat daripada singa. Suatu hari, Yonatan melihat prajurit-prajurit Filistin di atas bukit. Dia berkata
kepada pembawa senjatanya, ’Kalau Yehuwa memberi tanda, baru kita serang mereka. Kalau orang Filistin
menyuruh kita naik, itu saatnya kita serang mereka.’ Lalu para prajurit Filistin berteriak, ’Naik ke sini dan lawan
kami!’ Maka, mereka naik dan mengalahkan 20 prajurit.
Karena Yonatan itu anak tertua Saul, seharusnya dia yang menjadi raja berikutnya. Tapi, Yonatan tahu bahwa
Yehuwa sudah memilih Daud untuk menjadi raja Israel berikutnya. Meski begitu, Yonatan tidak iri. Yonatan dan
Daud berteman baik. Mereka berjanji untuk saling  menjaga dan membantu. Sebagai hadiah persahabatan, Yonatan
memberikan rompi panjang, pedang, busur panah, dan ikat pinggangnya kepada Daud.
Saat Daud lari dari Saul, Yonatan menemuinya dan berkata, ’Kamu harus kuat dan berani. Yehuwa sudah pilih
kamu untuk jadi raja. Ayah saya tahu itu.’ Apa kamu mau punya teman baik seperti Yonatan?
Yonatan berkali-kali menolong temannya meski itu berbahaya. Dia tahu bahwa Raja Saul mau membunuh Daud.
Jadi, dia berkata kepada Saul, ’Daud tidak bersalah. Kalau Ayah bunuh dia, Ayah akan berbuat dosa.’ Saul pun
sangat marah kepada Yonatan.
Beberapa tahun kemudian, Saul dan Yonatan mati dalam perang. Setelah Yonatan mati, Daud mencari Mefibosyet
anak Yonatan. Ketika bertemu dengannya, Daud berkata, ’Saya akan menjagamu seumur hidupmu, karena ayahmu
teman baik saya. Kamu akan tinggal di istana saya dan makan bersama saya.’ Daud tidak pernah melupakan
Yonatan temannya.
”Kasihi satu sama lain seperti aku sudah mengasihi kalian. Tidak ada yang memiliki kasih yang lebih besar
daripada orang yang menyerahkan nyawanya demi sahabat-sahabatnya.”—Yohanes 15:12, 13

3. Makna Persahabatan Daud Dan Yonatan


PERSAHABATAN SEJATI DAUD DAN YONATAN
“Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.” 
(1 Samuel 18:3)
Di dalam Alkitab kita akan menemukan sebuah persahabatan sejati yaitu persahabatan antara Daud dan Yonatan.
Alkitab menyatakan “Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud;
dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.” (1 Samuel 18:1). Kata “berpadulah” artinya terjalin begitu
erat dan kuat, tak terpisahkan. Kasih yang terjalin di antara keduanya melebihi kasih saudara kandung. Inilah kisah
seorang sahabat sejati yang “….Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara
dalam kesukaran.” (Amsal 17:17). Atas dasar kasih inilah Yonatan dan Daud mengikat perjanjian dan saling
berkomitmen. Perjanjian adalah bukti kesatuan dalam hati dan jiwa.
Kasih seorang sahabat tidak melihat rupa, tingkat pendidikan, status atau pun pangkat. Yonatan, yang adalah putera
raja Saul, tidak pernah merasa malu menjadikan Daud sebagai sahabatnya meski profesi Daud hanyalah seorang
gembala. Perbedaan status bak langit dan bumi bukan jadi penghalang bagi keduanya untuk membangun sebuah
persahabatan. Ketika Daud hendak terjun ke medan peperangan, Yonatan pun rela “….menanggalkan jubah yang
dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat
pinggangnya.” (1 Samuel 18:4), padahal jubah dan perlengkapan perang adalah lambing kehormatan dan
kedudukan. Namun inilah bukti kasih dan kerendahan hati Yonatan. Bukan hanya itu, Yonatan juga rela
mempertaruhkan nyawanya demi Daud “Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya:
"Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah memilih pihak anak Isai dan itu
noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu? Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi,
engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia
kepadaku, sebab ia harus mati." Tetapi Yonatan menjawab Saul, ayahnya itu, katanya kepadanya: "Mengapa
ia harus dibunuh? Apa yang dilakukannya?" Lalu Saul melemparkan tombaknya kepada Yonatan untuk
membunuhnya. Maka tahulah Yonatan, bahwa ayahnya telah mengambil keputusan untuk membunuh Daud.

7
Sebab itu Yonatan bangkit dan meninggalkan perjamuan itu dengan kemarahan yang bernyala-nyala. Pada
hari yang kedua bulan baru itu ia tidak makan apa-apa, sebab ia bersusah hati karena Daud, sebab ayahnya
telah menghina Daud.” (1 Samuel 20:30-34). Sahabat sejati pasti mau dan rela berkorban demi sahabatnya.
Setelah menduduki tahta Israel Daud tidak begitu saja melupakan janji dan komitmennya dengan Yonatan. Meski
Yonatan telah tiada kasih Daud tak berubah, terbukti dari tindakan Daud yang bersedia merawat anak Yonatan
yaitu Mefiboset, kata Daud, "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh
karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau
akan tetap makan sehidangan dengan aku." (2 Samuel 9:7).
“Persahabatan sejati; ada kasih, kesetian dan komitmen.”
Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.

Anda mungkin juga menyukai