Anda di halaman 1dari 5

Tema: Perbedaan pilihan calon presiden

Berbeda Pilihan

Suatu malam yang tenang aku beranjak dari meja. Aku pergi menuju westafel yang tidak

terlalu jauh dari meja makan. Aku menaruh piring bekas makanku, lalu aku beranjak pergi keruang

keluarga untuk menonton televisi. Tidak seperti hari biasa aku tidak ingin menonton televisi karena

siaran televisi sekarang kurang menarik, tapi malam ini aku tertarik untuk menonton televisi karena

hari ini akan ditayangkan di televisi debat capres.

Saat aku menuju keruang keluarga aku melihat suasana ruang keluarga ku yang sepi. Aku lalu

pergi ke lemari di samping televisi ku. Aku duduk di sofa berwarna merah yang berada tiga meter

menghadap televisi, lalu aku pun menyalakan televisi itu. Mencari siaran yang menyiarkan debat

capres.

“ Kira-kira siapa ya... yang akan unggul di debat kali ini? ” tanyaku di dalam hati. Dari arah

belakang aku mendengar langkah kaki menuju ke arahku, langkah itu tidak terdengar asing ditelinga

ku.

“ Lagi nonton apa kamu? ” tanyanya dari arah belakang. Belum sempat aku melihat wajahnya

tapi aku sudah tahu bahwa itu adalah ibuku, terdengar dari suaranya.

“ Ini aku lagi nonton debat capres. ” Jawabku, sambil menatap layar televisi, dan ibuku yang

datang dari arah belakang sofa lalu duduk di sebelahku.

“ Ibu, kira-kira untuk saat ini menurut ibu siapa yang unggul atau yang mungkin ibu pilih? ”

tanyaku beberapa detik saat ibuku duduk di sofa.

“ Ya.... Kalau saat ini ibu masih bingung sih mau pilih yang mana tapi kalau yang unggul

menurut ibu nomor 01, secara kan dia pintar banget menjawab pertanyaan yang dikasi. ” Mendengar

jawaban ibuku aku hanya menganggukkan kepala. Suasana pun hening, hanya terdengar suara
televisi dan sesekali suara motor yang lewat di depan rumah. Saat kami berdua fokus menonton tiba-

tiba terdengar suara teriakan.

“ 02, 02, 02 pasti menang... ” ternyata itu adalah suara kakakku yang dari tadi mendengar

pembicaraan ku dan ibu.

“ Apaan sih kakak bikin kaget aja. ” Tanyaku dengan muka yang bete.

“ Hehehe minta maaf yaa... “ jawab kakakku.

“ Kirain tadi kakak lagi keluar soalnya gak kedengaran suara dari kamar kakak, kayak gak ada

kehidupan gitu. “ tanyaku dengan heran karena mengira kakakku tadi sedang berada diluar.

“ Kakak tadi ketiduran, tapi tiba-tiba bangun dan dengerin pembicaraan kalian. “ jawab

kakakku menjelaskan kenapa kamarnya sepi. Lalu kakakku dudu dilantai dekat kaki ku.

“ Kamu itu keluar kamar jangan langsung teriak-teriak, sudah tau suasana hening pake teriak-

teriak segala lagi, kan bikin kaget. “ kata ibuku dengan nada sedikit emosi. Dan memukul pelan

kepalanya.

“ Yaa... Minta maaf soalnya aku gak terima ibu bilang 01 yang unggul, yang cocok jadi

presiden itu yang 02. “ jawab kakakku sambil mengelus kepalanya yang tadi dipukul ibuku.

“ Dimana-mana orang itu pilih presiden berdasarkan visi dan misinya, bukan cuman karna

terkenal di sosmed karna sering joget-joget aja. “ kata ibu ku sambil menyisir rambutnya yang

tergerai.

“ Kan 02 akan memberikan makan dan susu gratis untuk anak-anak sekolah. Dan dia itu kalau

ada sesuatu langsung bertindak gak perlu banyak ngomong apa lagi janji gak jelas. Gak kayak 01 yang

cuman modal janji doang tapi gak pernah nepatin janjinya. “ kata kakakku dengan nada bercanda.
“ Kamu tau gak sih kalau 02 itu pernah terlibat dalam pelanggaran HAM kasus penculikan

beberapa orang aktivis. Udah emang yang paling bener itu 01! “ balas ibuku yang ngotot tetap pada

pilihannya.

“ Duhhh ribut banget deh kok malah kalian yang berdebat sih, jadi bingung nih mau dengerin

televisi atau kalian. “ balas ku karena mulai pusing mendengar perdebatan mereka.

“ Kakak tuk yang mulai teriak-teriak gak jelas. “ balas ibu yang sedang mengikat rambutnya.

“ Udah kak gak usah ngejawab lagi diem tutup mulut gak usah cerita lagi. “ tanyaku sambil

menutup mulut kakakku karena mau menjawab ibu ku lagi.

Suasana pun kembali hening dan hanya terdengar suara televisi. Kami pun kembali fokus

dengan debat yang disiarkan. Waktu berlalu, debat akan selesai. Ayahku lalu keluar dari kamarnya

dan ternyata mendengar semua percakapan kita.

Ayahku bisa mendengarkannya karena kamarnya persis disamping ruang keluarga.

“ Siapapun presidennya jangan sampai kita terpecah cuman karena beda pilihan. “ kata

ayahku sambil menghampiri kita dan duduk disamping kakakku.

“ Iya ya... Ngapain juga kita ikut debat, loh bukan kita yang mencalonkan. “ balas ibuku

sambil mengelus kepala kakakku.

“ Siapa pun yang kalian pilih yang terpenting itu pilihan dari hari kita bukan karena suruhan

orang. “ ujarku sambil memainkan hp karena siaran debat telah selesai. Sementara itu ayahku

mengambil remote dan mengganti siaran televisi.

Kami pun melanjutkan tontonan film yang sedan tayang di televisi sambil mendiskusikan

capres dan cawapres. Pilihan kita boleh berbeda tapi yang terpenting jangan sampai perbedaan itu

memutuskan tali persaudaraan dan kekeluargaan kita.

Tamat.
Saran dan Kritik

1. Tidak adanya nama pemeran. Azizah

2. Ceritanya bagus tapi kurang membangun suasananya. Akbar

3. Ceritanya bagus dan seru dibaca. Mail

4. Karakter utamanya kurang banyak dialognya. Faki

5. Mungkin bisa dimodifikasi lagi ceritanya biar lebih seru. Nurul

6. Kurang panjang ceritanya. Iis

7. Konflik nya kurang seru. Intan

8. Ceritanya bagus. Icha

9. Sarannya ceritanya diperpanjang. Dira

10. Bagus banget seru cuman kurang panjang. Difa

Anda mungkin juga menyukai