CONFIDENCE - XI IPA 1
“APAKAH INDONESIA SUDAH BENAR-BENAR MERDEKA?”
Drama kontemporer ini menceritakan tentang penjajahan yang harus dihadapi oleh
bangsa Indonesia. Pada mulanya “Penjajah” berlayar mengelilingi bumi yang luas hingga
akhirnya menemukan sebuah pulau yang amat subur serta menyimpan berbagai kekayaan
alam yang begitu luar biasa. Burung berkicau merdu, angin berhembus lembut membuat siapa
pun yang ada akan terdiam sejenak dan menghirup udara yang sejuk itu dalam-dalam.
Masyarakat yang ramah, ibu-ibu yang menumbuk padi serta menyapu halaman, anak-
anak yang bermain dengan gembira, merupakan pemandangan yang biasa terlihat di negeri
yang damai, Indonesia. Namun pagi yang damai itu tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk
yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tidak pernah terbayangkan oleh rakyat
Indonesia, bahwa mulai detik itu mereka akan hidup terjajah sebagai budak “Penjajah” yang
tidak ragu menembak siapa pun diantara mereka yang mencoba membangkang ataupun
melawan.
Waktu seakan berjalan sangat lambat serta menyakitkan bagi mereka. Hidup bagai robot
yang dipaksa bekerja tanpa asupan bahan bakar. Tidak ada lagi perbincangan hangat ibu-ibu,
tidak ada lagi canda tawa anak-anak yang bermain dengan bebas. Suasana yang terasa baik
pagi, siang maupun petang sama saja, suram. Tidak ada cahaya yang terpacar dari setiap
wajah rakyat Indonesia. Peluh dan derita merupakan makanan sehari-hari yang tidak dapat
terpisahkan.
Para “Penjajah” yang arogan itu seakan kehilangan hati nurani dan sisi kemanusiaan.
Hak azasi manusia untuk hidup merdeka serta hidup tentram seakan musnah di tangan
mereka. Keadaan ini terus berlanjut tanpa terlihat tanda-tanda “Penjajah” akan angkat kaki
dari ibu pertiwi. Rakyat Indonesia pada akhirnya berusaha mengusir para “Penjajah” dengan
senjata tradisional dan sisa tenaga yang mereka miliki. Perang pun tidak dapat dihindari.
Rakyat Indonesia sudah tidak lagi memperdulikan nyawa mereka demi kemerdekaan yang
selama ini mereka idamkan. Peperangan berlangsung begitu sengit, namun hingga saat ini
apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka ?
STUKTUR ORGANISASI
Panitia Kelas :
Arief Rachmat Robiana
Ariliani Indiastuti
Ayuninda Agusandra
Penanggung Jawab : Taufik Rimansyah
Konseptor : Ayuninda Agusandra
Sutradara : Kuntum Kawuryan Sinar Ramadhan
Composer : Taufik Rimansyah
Tata rias dan kostum : Raisa Ayumi
Prolog : Maya Srimela
Lighting :Kuntum Kawuryan Sinar Ramadhan
Crew :
Andhini Nur Ramdhini
Meidita Tresna Komarasari
Ramdhana Karimah
Musik :
Nurlana Rahayu
Dinda Priatni Sapaah
Andre Dwi Januar
Pemeran Utama :
Gilang Yanuar Rachman: kepala suku
Sri Rahayu Nurul Mastur: istri kepala suku
Rakyat Indonesia :
Dewi fajar Kharisma
Diani Wibowo Putri
Ica Dwi Prilicia
Reva Nourmayany
Rimadhani Purnama
Alsa Giani Mahesa
Sri Nurhayati
Nurlita Oktavia
Tia Aprianti Lestari
Devi Aditya Pratama
Deri Sugiharja
“Penjajah” :
Muhamad Taufik
Indrabayu
Vanya Nafisha Hidaya
Rika Mustika
Raisa Ayumi
Rona Khoerunnisa
Risa Hoirunnisa
PROLOG DRAMA KONTEMPORER
CONFIDENCE - XI IPA 1
“APAKAH INDONESIA SUDAH BENAR-BENAR MERDEKA?”
ADEGAN 1
Pagi yang cerah langit yang biru. Di bayang-bayangi kumpulan jejeran awan putih. Di
kejauhan terlihat samar tumpukan pulau-pulau di kelilingi dengan warna kehijauan. Terteguan
aku dengan kekaguman yang dalam seolah berada di dalam mimpi. Didasar laut aneka ragam
makhluk. Berwarna- warni melengkapi kombinasi. Tapi Suasana itu kini hilang. Kini yang
terlihat hanya serdadu-serdadu perang yang siap melebarkan sayap pertempurannya
menancapakan bendera perang.
ADEGAN 2
Lihat kekyaan alam kami, alam yang memberi kehidupan dan perbedaan yang memberikan
warna. Tradisi yang di junjung tinggi, sebagai perlambang budaya menghiasi keindahan
nusantara yang kaya akan warna. Menjadi simbol kedamaian dalam negeri yang kaya dan
makmur
ADEGAN 3
Derap langkah penjajah datang bersama peluru dan senapan, membunuh menangkap setiap
pejuang. Tak mampu sungguh aku tak bisa melihat darah mengalir, mendengar tangis
menggema. Saat itu, setetes darah tiada apa apanya, satu nyawa tiada berarti, satu jantungpun
hanya angin kelabu, satu ledakan mewakili seluruhnya. Saat itu, malam bukan seperti malam,
pagi bukan seperti pagi. Pahlawan ! untukmu derita ini, untukmu penjara, bukan bintang
tersemat didada. Semangatmu api negara berdaulat namamu terukir dijantung rakyat.
ADEGAN 4
Dalam diam aku menangis, dalam sepi aku bersembunyi. Hanya bisa diam.. menikmati angin,
dan paduan alam lainnya. Sendiri disini, dengan langit yang gelap dan sepi. Disaat dingin
menyapaku untuk kesekian kalinya. Menabrakkan kerasnya tusukkan itu ke tubuhku. Dengan
harapan setinggi langit. Berharap waktu bisa mempertemukan aku dengannya. Tapi aku mulai
bangkit dari lemahku, dari rapuhku, menjejak lebih kuat, berdiri lebih tegap. Berjalan dengan
pasti. Tak lagi peduli apa disampingku, hiraukan semua bisik-bisik sayu yang terus berusaha
menjatuhkanku tak lagi pasrah. Kini aku berjuang untuk diriku untuk mimpiku.
ADEGAN 5
Mengendap dalam gelap malam di lereng strategis sebuah bukit kecil menghadang komfoni.
Jantung berdebar ketika iring-iringan kendaraan itu semakin mendekat. Tubuh ditembus
peluru dan kau rebahkan ke tanah berlumur darah, terbaring beku di rumput ilalang. Dalam
lengan yang panjang terpelanting dari tebing-tebing pertempuran. Dalam diam aku menangis,
dalam sepi aku bersembunyi. Kau korbankan apapun untuk kami agar hidup sekali ini bisa
lebih punya arti dan kami semua mengetahui, kau melakukan itu bukan hanya untuk sebuah
pamrih, yang semu. Pembunuhan, pembantaian dihiasi bunga-bunga api mengalir sungai
darah disekitarmu bahkan tak jarang mata air darah itu muncul dari tubuhmu. Namun tak
dapat runtuhkan tebing semangat juangmu. Demi negeri kau korbankan waktumu, demi
bangsa rela kau taruhkan nyawamu, maut menghadang didepan kau bilang itu hiburan ?
nampak raut wajahmu tak segelintir rasa takut. Semangat membara dijiwamu taklukkan
mereka penghalang negeri.
ADEGAN 6
Terkenang merdeka kala lalu, penindasan angkara murka. Negeri terbakar kemerdekaan sejati.
Dalam lingkar kehidupan kerakyatan. Bila merindu mencari kemerdekaan. Tiba saat
kemerdekaan untuk semua rakyat. Satu tanah air, satu bangsa dan satu nusantara.
Kemerdekaan negeri telah mengalir. Dari babakan sejarah panjang. Darah rakyat yang butuh
kemakmuran dan keadilan. Kemerdekaan sejati adalah pilar sejati. Sarat makna kehidupan
kebangsaan. Sepadan kesetaraan untuk globalisasi. Merah putih landasan makna yang
bersandingkan kedamaian. Kemerdekaan adalah ketika hati nurani bebas melangkah dengan
gagah bebas berkata tanpa terbata-bata. Indonesiaku, berdiri berkibar, bertahanlah! Ingin
rasanya aku sekali menguak angakasa dengan pekik yang lebih perkasa : APAKAH
INDONESIA SUDAH BENAR-BENAR MERDEKA ?
NASKAH DRAMA KONTEMPORER
CONFIDENCE - XI IPA 1
“APAKAH INDONESIA SUDAH BENAR-BENAR MERDEKA?”
ADEGAN 1
Datangnya “Penjajah” ke Indonesia. Latar yang digunakan adalah lautan dengan simbol pulau
Indonesia. Adegan diawali dengan “Penjajah” masuk mengarungi lautan dan singgah di
Indonesia dengan simbol menancapkan bendera “Penjajah” di pulau Indonesia.
ADEGAN 2
ADEGAN 4
ADEGAN 5
ADEGAN 6
Adegan 5 diakhiri dengan kepala suku yang gugur, disambung dengan adegan 6 yaitu rakyat
Indonesia bersatu membentuk suatu kekuatan “BHINEKA TUNGGAL IKA”-nya dengan
semangat perjuangan yang dahsyat. Didalam adegan ini, peperangan terjadi antara rakyat
Indonesia dan “Penjajah”. Suasana perang begitu meneganggkan . Rakyat Indonesia
memperjuangkan harkat, martabat, hak dan juga kebebasannya hingga tetes darah
penghabisan. Drama ini berakhir dengan peperangan yang tiba tiba terhenti dan kalimat
“APAKAH INDONESIA SUDAH BENAR BENAR MERDEKA ?” yang diucapkan oleh
prolog.
Adegan 1 :
- suara effect ombak : keyboard no.
- Tabuhan hat-hat
- Tabuhan symbal
- Gemuruh : Goong dan Gamelan
- Goong 3x berturut turut saat bendera ditancapkan
Adegan 2 :
- Gamelan : Catrik
- Suara effect kicauan burung : keyboard no.
Adegan 3 :
- Effect tegang : keyboard no.60
- Goong bergemuruh
- Symbal ditabuh
Adegan 4 :
- Suara effect angel : keyboard no.
Adegan 5 :
- Bass drum, tam-tam, sner drum, hat-hat, ditabuh secara bergantian
- Symbal dipukul keras
Adegan 6 :
ADEGAN 1
General Depan : MATI
Siluet : MATI
Warna
- Merah : MATI
- kuning : MATI
- biru : MATI
Sudut
- Kanan : NYALA
- Kiri : NYALA
ADEGAN 2
General Depan : NYALA
Siluet : MATI
Warna
- Merah : MATI
- kuning : MATI
- biru : MATI
Sudut
- Kanan : NYALA
- Kiri : NYALA
ADEGAN 3
ADEGAN 4
General Depan : MATI
Siluet : MATI
Warna
- Merah : MATI
- kuning : MATI
- biru : NYALA
Sudut
- Kanan : NYALA
- Kiri : MATI
:
ADEGAN 5
ADEGAN 6
General Depan : NYALA
Siluet : MATI
Warna
- Merah : NYALA
- kuning : NYALA
- biru : NYALA
Sudut
- Kanan : NYALA
- Kiri : NYALA