Anda di halaman 1dari 9

PANGGUNG PERJUANGAN

CINTA DAN IDENTITAS DI


BUMI NUSANTARA
Tata Letak Panggung: Panggung dibagi menjadi dua bagian: satu sisi menggambarkan desa
tradisional, sementara sisi lain menggambarkan kota kolonial.

Pemeran Utama: NARATOR : KAK PUTRI


 Minke ( IQBAL )
 Annelies ( KAK VINA )
 Nyai Ontosoroh ( KAK MELLA )
 Nyi ageng ( KAK ASSA )
 Laras (KAK UMI )
 Isabela (KAK SAKINAH )
 Penari ( KAK NISA, KAK DINDA, KAK AINUN )

FIGURAN

 Pedagang ( MAS ISMAN & MBA NUNUNG )

Narator :
Naskah ini menggambarkan perjuangan melawan penjajahan dan eksplorasi tentang cinta
serta identitas dalam konteks kolonial di Indonesia. Adaptasi teater ini akan menghadirkan
inti cerita dengan sentuhan dramatisasi yang mendalam. Di bawah cakrawala Indonesia,
sebuah kisah menggeliat. Kisah tentang cinta, perjuangan, dan identitas dalam belitan
penjajahan eropa yang menggempur bumi Indonesia di tanah nusantara.
( Bunyi alunan gamelan lembut terdengar dari kejauhan. Seorang pria muda, Minke, muncul
di tengah panggung, memandang ke arah cakrawala.)

Minke (berbicara dalam monolog)


Di tengah perubahan dan perjuangan, cinta dan identitas terjalin menjadi kisah yang tak
terpisahkan. Sungguh, dalam kerumitan kehidupan, terkadang kita menemukan diri kita sendiri
terombang-ambing antara kewajiban dan hasrat, antara harapan dan realitas. Di tanah ini, yang
kaya akan budaya dan sejarah, aku, Minke, berdiri sebagai saksi akan kisah yang menguak
lapisan-lapisan makna tentang siapa kita sebenarnya. Di antara gemerlap kolonialisme yang
menggoda dan panggilan hati yang merdu, kita memulai perjalanan ini menuju penemuan diri
yang penuh warna. Dan di panggung ini, kita akan merasakan getar perjuangan dan kekuatan
cinta dalam suasana yang mencerahkan dan memilukan. Selamat datang, sahabat-sahabat, di
dalam "Panggung Perjuangan Cinta dan Identitas di tanah nusantara". Mari kita melangkah
bersama dalam kisah yang akan menginspirasi dan menggugah jiwa kita semua.

Adegan 1: Pertemuan Awal


Narator :
Di tengah pasar yang riuh, pertemuan yang tak terduga terjadi. Dua dunia bertabrakan dalam
pandangan mata yang cermat dan cinta yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya.
(Minke dan Annelies bertemu di pasar desa. Minke sedang membaca buku, sementara Annelies
melihat-lihat barang dagangan.)

Minke: (tersenyum) Maafkan saya, apakah Anda juga tertarik pada buku-buku ini?
Annelies: (menatap Minke dengan rasa ingin tahu) Ya, sebenarnya saya mengejar pengetahuan
sebanyak mungkin. Tidak seperti mayoritas orang di sini, sepertinya.
Minke: (tertawa) Saya merasa kesepian dengan kegemaran saya kadang-kadang. Semua orang di
desa ini lebih suka berkebun atau berdagang.
Annelies: (sambil memilih buku) Yah, kita semua memiliki peran yang berbeda dalam dunia ini,
bukan? Saya pikir, perbedaan itu yang membuat hidup menarik.

( di sajikan tarian annelis dan minke menonton tarian )


Minke mengobrol dengan ann sampai tarian selesai
Narator :
( minke dan ann menjadi dekat dan dengan pandangan mereka bertemu, menandai awal
pertemuan yang penuh arti. Juga, minke menjadi kenal dekat dengan ibu ann , nyai anto soroh
yang juga seorang pribumi jawa seperti minke )

Adegan 2:Cinta dan Konflik Batin

(Narator)
( Namun, di balik kisah cinta yang merebak, ada konflik yang lebih mendalam. Identitas yang
tercerabut, perjuangan yang menggetarkan, dan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk
dalam batin. Minke menemukan surat-surat lama yang mengungkap hubungan Nyai Ontosoroh
dengan ayahnya. Nyai Ontosoroh masuk dan melihat Minke sedang membaca surat.)

Nyai Ontosoroh: (dengan tegas) Minke, apa yang sedang kamu baca?
Minke: (tersentak, memandang Nyai dengan takut) Maaf, Nyai, saya hanya menemukan surat-
surat ini. Mereka... Mereka membicarakan Anda dan ayah saya.
Nyai Ontosoroh: (memandang surat dengan rasa haru) Surat-surat yang menyimpan cerita masa
lalu. Cerita tentang perjuangan dan cinta yang mungkin sulit kamu pahami sepenuhnya.
Minke: (penuh rasa ingin tahu) Mengapa Anda tidak pernah berbicara tentang ini? Tentang ayah
saya...
Nyai Ontosoroh: (berpikir sejenak) Ada saatnya untuk setiap rahasia terungkap, Minke. Tetapi
ingatlah, masa lalu bisa mempengaruhi masa depan. Jika kamu ingin tahu lebih banyak, kamu
juga harus siap untuk menghadapi konsekuensinya.

(Improff sampai nyai menyuruh minke pulang )


Minke ingin mengetahui dan nyai menyuruh minke pulang
Adegan 3: Perubahan dan Pertanyaan Identitas

Narator :
(Panggung berpindah ke desa tradisonal, dimana Minke dan laras sedang berdiskusi tentang
masa depan, Di bawah bimbingan kebijakan kolonial yang menghimpit, Minke dan teman
merangkak naik menuju perubahan, mencari jalan untuk menjembatani konflik identitas yang
meruncing.

laras: (bersemangat) Minke, pendidikan dan budaya adalah jalan untuk mengubah takdir kita dan
negeri ini.
Minke: (penuh pemikiran) Saya khawatir, laras. Apa artinya ilmu tanpa mengerti siapa diri kita
sebenarnya?
laras: (bijaksana) Identitas adalah bagian penting dari perubahan. Tetapi kita perlu menemukan
keseimbangan antara meraih ilmu dan menjaga akar budaya kita.

( Improf semaksimal mungkin sampai memiliki keyakinan untuk melawan penjajah )

Adegan 4: Mempertanyakan Norma

Narator :
Panggung berpindah di rumah ann, di mana Annelies dan issabela berbicara tentang konflik
antara norma kolonial dan budaya lokal.

Annelies: (sambil melihat sekeliling) Pandangan mereka tentang kemajuan adalah menggusur
identitas kita. Mereka harus memahami bahwa kita juga memiliki kekayaan budaya.
isabela: (bersemangat) Betul sekali! Kita harus berani mengekspresikan diri dan
mempertanyakan norma-norma yang mendikte kita.
Adegan 5: Klimaks Perjuangan

Narator :
(Minke, Annelies, dan penduduk desa berkumpul, sedang berdiskusi tentang bagaimana mereka
akan melawan dominasi kolonial. Nyi ajeng, pemimpin Wanita lokal yang bijaksana, juga hadir.)
Minke: (penuh semangat) Kami harus berdiri bersama melawan ketidakadilan ini! Kami memiliki
suara dan kekuatan jika kami bersatu!
Annelies: (memandang Minke dengan penuh keyakinan) Minke benar. Kita tidak boleh terus
berdiam diri di bawah cengkeraman mereka.
“Sorak warga dengan penuh semengat mendukung minke dan ann”
Nyi ajeng: (dengan bijaksana) Pertarungan melawan penjajahan bukanlah tugas yang mudah.
Tapi jika kita bersatu dan bekerja bersama, kita memiliki peluang untuk mengubah masa depan.

(Improf dengan semangat perjuangan untuk melawan penjajah)

Adegan 6: Kesimpulan dan Pengorbanan

Narator :
(Panggung berpindah ke depan rumah ann, di depan matahari terbenam Nyai Ontosoroh
berbicara dengan Minke dan Annelies. Ketika kebenaran dan perjuangan melawan dominasi
kolonial menemukan suara, karakter-karakter ini membangkitkan semangat dan tekad dalam
menghadapi tantangan yang tidak pernah mereka duga. Namun, tidak ada kemenangan tanpa
pengorbanan. Cinta dan perjuangan saling bercampur, membentuk takdir yang meneguhkan
bahwa masing-masing langkah, walaupun penuh dilema, adalah bagian dari peta jalan menuju
kemerdekaan.
Nyai Ontosoroh: (dengan penuh penyesalan) Minke, Annelies, cinta itu indah, tetapi juga bisa
sangat merusak. Kadang-kadang, pengorbanan yang paling berat harus dilakukan demi orang
yang kita cintai.
Minke: (memandang Nyai dengan perasaan campur aduk) Saya tidak tahu apa yang harus saya
lakukan. Saya mencintai Anda berdua, tetapi saya juga memiliki tanggung jawab pada perjuangan
ini.
Annelies: (menyentuh tangan Minke dengan lembut) Kita harus memilih jalan yang akan
membawa perubahan bagi banyak orang, bahkan jika itu berarti kita harus berpisah untuk
sementara waktu.

Narrator :
sejarah dan sosial di Indonesia sedang berada dalam situasi yang penuh ketidakpastian dan
ketegangan akibat penjajahan kolonial Belanda. Annelies menyadari bahwa perjuangan di
Indonesia tidak semudah yang dia bayangkan, dan dia merasa perlu kembali ke Belanda untuk
mengejar pendidikannya serta untuk menjalani hidup yang lebih aman dan stabil. Keputusan
Annelies untuk kembali ke Belanda juga mencerminkan perpecahan yang kompleks antara
identitas, aspirasi pribadi, dan realitas sekitarnya. Meskipun dia memiliki simpati terhadap
perjuangan rakyat Indonesia, dia juga menyadari bahwa sebagai wanita Eropa, dia memiliki hak-
hak dan kesempatan yang berbeda dalam lingkungan yang lebih familiar baginya.
Nyalakan Soundtrack gugur bunga dan minke berpuisi

Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini


Tidak ada pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita


Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka?????


Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.

Anda mungkin juga menyukai