Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN BUKU FIKSI (Novel)

KD 3.9
Isi dan Kebahasaan Novel (unsur intrinsik)
1. Tema: Perjuangan pemuda tahun 1998 demi keadilan.

2. Tokoh:
o Biru Laut:
- Pemberani
- “Peristiwa ini sama sekali tak mengurangi militansiku, atau kawan-kawan yang lain,
- aku melirik Julius yang sedari tadi tak bersuara”
- “Peristiwa ini sama sekali tak mengurangi militansiku, atau kawan-kawan yang lain,
- aku melirik Julius yang sedari tadi tak bersuara”
- “Peristiwa ini sama sekali tak mengurangi militansiku, atau kawan-kawan yang lain,
- aku melirik Julius yang sedari tadi tak bersuara”
“Peristiwa ini sama sekali tak mengurangi militansiku, atau kawan-kawan yang lain,
aku melirik Julius yang sedari tadi tak bersuara”
- Penyayang
- “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
- punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
- sekaligus terharu
- “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
- punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
- sekaligus terharu
- “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
- punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
- sekaligus terharu
- “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
- punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
- sekaligus terharu
- “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
- punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
- sekaligus terharu
- “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
- punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
- sekaligus terharu
“Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang
membuat semakin rindu sekaligus terharu”
o Asmara Jati:
- Kritis
“Ini kan sebetulnya laporan internal. Bagaimana caranya berbagi informasi dengan
keluarga tanpa mengumbar bagian sensitif tapi tetap komprehensif.”
- Realistis
“Peristiwa yang tak nyaman atau menyakitkan tidak perlu dihapus, tetapi harus
diatasi.”
o Naratama:
- Enerjik
“Kita adalah generasi yang harus bergerak, bukan hanya mendiskusikan undang-
undang yang mengekang kita selama puluhan tahun dibawah tekanan satu jempol.”
- Suka mencemooh
“Ini lemari es dari mana? Jelek amat…”
o Kasih Kinanti:
- Tenang
“Mandilah dulu, Laut, lalu makan. Nanti aku jelaskan bagai-mana kami bisa ada
disafehouse ini.”
- Bijak
“Kamu harus bisa membedakan mereka yang bermulut besar, omong besar, dengan
mereka yang memang serius ingin memperbaiki negeri ini.
o Bapak:
- Pemberani
“Bapak hanya mengatakan mereka semua kawan-kawan kitayang sudah menjalani
hukuman, itu pun tanpa pengadilan. Samaseperti kita semua, mereka perlu bekerja
mencari nafkah.

3. Latar:
o Waktu: Antara tahun 1991 hingga 2008. Pagi, siang, sore, malam.
o Tempat: Di beberapa daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jakarta, dan New
York.
o Suasana: Menegangkan dan menyedihkan

4. Alur/Plot: Alur mundur atau kilas balik.

5. Amanat: Perjuangan yang dikisahkan secara fiktif dalam novel Laut Bercerita adalah
aksi nyata yang terjadi pada saat rezim Orde Baru 1998. Para pejuang rela untuk
jatuh, lalu bangkit, mereka harus mati dan kembali hidup berkali-kali dengan
pengharapan masa depan tidak lagi seperti masa mereka. “Matilah engkau mati, Kau
akan lahir berkali-kali…” Maka, kita sebagai generasi penerus harus berani
memberikan kontribusi untuk setidaknya dengan cara tidak diam dan menjaga
integritas bangsa dengan sepenuh hati.
6. Sudut Pandang: Penulis mengisahkan cerita perjuangan Biru Laut dan teman-
temannya menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang aku yang pertama yaitu
datang dari Laut digambarkan ketika ia dan teman-teman melalui perjuangan dalam
bersuara. Sudut pandang selanjutnya datang dari Asmara Jati, adik Biru Laut. Pada
babak ini rasa perih yang hadir bukan lagi karena gambaran penyiksaan yang
dirasakan oleh Laut, melainkan berasal dari narasi kehilangan yang dirasakan oleh
Keluarga Biru Laut, keluarga teman-teman Biru Laut dan bahkan Anjani ketika Laut
dan para aktivis lain mulai hilang Jejak.

7. Gaya Bahasa:
- Majas Hiperbola
“Di kiri kananku berdiri dua lelaki sebesar pohon yang tempo hari menculikku.”
- Majas Simile
“Matahari menumpahkan seluruh cahayanya hingga permukaan laut di hadapan kami
bagaikan kepingan perak yang bergelombang.”
“Menurut Alex, selama Orde Baru, Indonesia bagaikan sungai besar dengan
permukaan yang tenang.”
8. “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
9. punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
10. sekaligus terharu
11. “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
12. punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
13. sekaligus terharu
14. “Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
15. punggung tangganya yang masih bau kunyit dan bawang putih yang membuat
semakin rindu
16. sekaligus terharu
- Majas Eufemisme
“Meski dari jauh, aku mengenali rambutnya yang berminyak, tak beraturan, dan pasti
jarang menyentuh sisir.”
- Majas Personifikasi
“Aku merasakan arus bawah laut itu berputar-putar memelukku. Begitu erat, begitu
hangat, seolah aku adalah bagian dari laut ini.”
- Majas Disfimisme
“Kampret! Lepas Dan...ini bisa jadi macet. Tentara masih dibelakang kita, Dan!!”

“Aku menghampiri ibuku yang sedang mengelap tangganya celemek dan aku
mencium
punggung tangganya yang masih
bau kunyit dan bawang putih
yang membuat semakin rindu
sekaligus terharu

Anda mungkin juga menyukai