Novel Sejarah"
(CANTING)
Nama
Kelompok
Hana Maulina
Mita Putri Utami
Nurul Silviyani
Nyi Mas Jihan Haswini
Winahyu
Savira Faradiba
Unsur - Unsur
Unsur
Instrinsik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tema
Tokoh
Penokohan
Latar
Alur
Sudut Pandang
Amanat
Unsur Ekstrinsik
1.Nilai-Nilai
a. Moral
b. Sosial
c. Budaya
1. Tema
Penjelasan : Tema yang terdapat dalam
novel canting yaitu tentang sikap hidup
manusia dalam menghadapi kenyataan
hidup.
Bukti Kalimat : Kenyataan hidup yang
dialami Ni anak bungsu Raden Ngabehi
Sastrokusuma
yang
berkeinginan
melanjutkan usaha pembatikan yang telah
mengalami kekalahan.
2. Tokoh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3.Penokohan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
4. Latar
WAKTU
1. Jum'at Kliwon : Tepat hari jum'at kliwon dimulai dari
Ndalem.
2. Malam : Malam itu Pak Bei datang menjelang pukul
22.00.
3. Besok : Besok beli buku bu.
4. Sore : Sore begitu biasanya mereka muncul.
TEMPAT
SUASANA
1. Sunyi : Ndalem Ngabean Sestrokusuma tampak
sunyi.
2. Gembira dan Ceria : Kegembiraan dan keceriaan
masih terdengar.
3. Ramai : Untuk lebih ramai pada setiap pertemuan
disertai dengan pertunjukkan tarian.
5. Alur
Alur Campuran : maju dan
mundur.
o Mundur: Pak Bei teringat masa kanak-kanaknya.
Ketika ia dan teman-teman sebayanya
mempermainkan kusir gerobak yang tertidur.
o Maju: Baru kemudian Pak Bei berdehem kecil,
saya tidak bisa bicara sekarang ini. mengenai
anak yang kamu kandung. Saya tak tahu. Kalau
nanti besarnya jadi buruh batik, ia memang anak
butuh batik. Memang darah buruh yang
mengalir, bukan darah Sastyrokusuman Canting.
6. Sudut Pandang
Sudut Pandang Orang ketiga (Ia menceritakan orang
lain): Orang kedua yang menggambarkan seorang
gadis yang sangat memperhatikan keprihatinan
para buruh pembatik Canting. Ia melabrak semua
aturan yang ada.
7. Amanat
1. Bersyukur kepada Tuhan jika Tuhan memberi cobaan
janganlah kita larut ke dalam cobaan itu : Janganlah
tenggelam dalam kesedihan. Jangan terlontar dalam
kegembiraan. Jelek - jelek aku ibumu, tak pernah tenggelam
dan silau .
2. Banyak beramal dan berbuat baik terhadap sesama untuk
bekal di akhirat sebelum kita terlanjur meninggal dunia:
Hidup ini hanya mampir ngombe, singgah minum terlalu
singkat dibandingkan dengan hidup sebelum dan sesudah
mati .
3. Jika mau berusaha pasti akan mendapatkan hasilnya. Begitu
juga mau berkecukupan kita harus bekerja: Mereka tau
tangan mana yang bekerja, itu yang layak menguap nasi ke
mulutnya. Bukan tangan yang digenggam .
1. Nilai-Nilai Unsur
Ekstrinsik
Moral
Novel ini mengajarkan kepada pembaca bahwa seseorang
harus memiliki sopan santun berbahasa sebagai sifat
hormat kepada yang lebih tua. Urutan kastanya masih
diatasnya. Sehingga dermaste yang ngaben ini berbahasa
Jawa halus, karna inggil pada istrinya sendiri. Mereka
berdua adalah pasangan yang dibanggakan orang tua.
Sosia
l
Novel ini mengajarkan kepada pembaca bahwa gotong
royong dalam kerukunan meningkatkan hubungan
silaturahmi antar sesama masyarakat tidak boleh putus.
Banjir melanda kota Solo para buruh mengagumi sikap
Pak Bei yang berusaha keras gotong royong dalam
mengatasi bahaya banjir
Budaya.
Novel ini menceritakan tradisi masyarakat dengan adanya
tata cara berbau tahayul dan mistik : "Pak Bei akhirnya
menemui dukun yang terkenal itu bukan untuk mengurus
minah, tetapi untuk mengurus dirinya sendiri. Untuk
menanyakan bibit siapa yang ada dalam kandungan
istrinya. Pak Bei memberikan uang, ayam putih dan segala
perlengkapan, termasuk tanggal lahirnya, tanggal lahir Bu
Bei, asal - usul, dan segala yang ditanyakannya".
2.
3.
Reorientasi/Penutup
Akhirnya Ni menjadi sarjana farmasi, calon
pengantin, Putri Ngabean yang pada saat itu
kesuksesan batik Canting lama-kelamaan
merosot, karna telah meninggalnya Bu Bei.
Namun Ni lah yang dapat membangkitkan
kembali usaha keluarganya.