Anda di halaman 1dari 10

UNSUR INTRINSIK NOVEL

LAYAR TERKEMBANG

1. Tema

Perjuangan Wanita Indonesia

2. Alur

2.1. Perkenalan

Kisah bermulai dari sosok kakak beradik yang bersifat berbeda, Tuti dan Maria. Tuti yang
tertua diantara dua saudara itu, telah dua 25 tahun usianya, sedangkan Maria berusia 20
tahun. Saat di Gedung Akuarium, Maria dan Tuti bertemu dengan seorang pemuda. Pemuda itu
bernama Yusuf. Pertemuan itu memberi kesan istimewa pada Maria. Hingga akhirnya, Yusuf selalu
merasa ingin bertemu dengan Maria. Dari pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan Maria dan
Tuti, Yusuf mulai jatuh cinta kepada Maria. Ternyata perasaan Yusuf dibalas pula oleh Maria. Mereka
berdua hingga akhirnya merajut suatu ikatan khusus yang semakin lama semakin mendalam.

2.2. Konflik

Maria dan Tuti bertengkar hebat. Pertengkaran itu disebabkan oleh kritikan pedas Tuti terhadap
Maria. Tuti mengkritik bahwa cinta Maria kepada Yusuf sangat berlebihan dan dapat melemahkan
diri Maria sendiri. Tetapi Maria yang hatinya saat itu sedang marah, Ia membalas kritikan Tuti
dengan mengatakan bahwa dalam masalah cinta Tuti sangat perhitungan dan tak pernah mau rugi
sedikit pun serta Tuti selalu memikirkan kongres daripada memikirkan perasaanya. Dan disinilah Tuti
sadar bahwa sampai kapanpun Ia tak bisa melawan kodratnya sebagai perempuan yang memiliki
perasaan untuk mencinta. Dilain sisi, Tuti gelisah karena secara mendadak Supomo meminta Tuti
untuk menjadi istrinya. Tuti berpikir bahwa dia tidak ingin menganggap pernikahan hanya sebagai
ajang untuk melarikan diri dari perasaan sepi seorang perempuan yang umurnya semakin tua. Di
surat yang Tuti tulis, dia menolak cinta supomo yang begitu suci dan mulia.

2.3. Klimaks

Suatu ketika Maria terkena penyakit malaria. Penyakit tersebut membuat Maria begitu lemah
ditambah lagi penyakit TBC yang dideritanya sejak lama. Maria diperiksa oleh seorang dokter dan
ternyata Maria mendapat penyakit batuk darah. Ia disarankan oleh dokter untuk dirawat di rumah
sakit khusus TBC di Pacet. Disana, keadaannya semakin parah. Tuti dan Yusuf mengunjungi Maria
setiap minggu, namun ada kalanya tidak seorang pun yang datang mengunjunginya. Maria sering
menangis melihat kondisinya yang tidak kunjung membaik, dia sering menulis surat untuk Yusuf
tetapi tidak pernah dikirimnya. Hingga pada suatu hari, datanglah Tuti dan Yusuf mengunjungi
Maria. Maria sudah sangat lemah dan tidak kuat lagi untuk berdiri. Saat kunjungan terakhir itu,
Maria menghembuskan napas terakhirnya di dunia.

Layar Terkembang
1
2.4. Anti-Klimaks

Sebelum Maria meninggal dunia, Ia menitipkan pesan terakhirnya kepada Tuti dan Yusuf, yaitu
jika kelak Ia meninggal nanti, Ia berharap bahwa Tuti dan Yusuf dapat menikah. Tuti dan Yusuf
terkejut mendengar perkataan Maria, mereka ingin membantah perkataan itu, tetapi Maria sudah
menyambung perkataannya lagi bahwa itu adalah permintaan terkahir Maria. Maria tidak ingin
melihat Tuti masih mencari pasangan yang tidak jelas. Setelah itu, Tuti dan Yusuf hendak kembali ke
rumah dan memberi nasihat kepada Maria bahwa ia harus sembuh.

2.5. Penyelesaian

Akhirnya Tuti dan Yusuf menuruti permintaan terakhir Maria. Mereka berdua menikah. Dengan
begitu, Tuti tak perlu tersiksa lagi dengan perasaan kesepian yang selama ini ia coba untuk melawan.
Lima hari lagi akan berlangsung perkawainan antara Tuti dan Yusuf di Jakarta. Sebelum pernikahan
mereka berlangsung, mereka ziarah ke kuburan Maria yang sama-sama mereka cintai. Tibalah Tuti
dan Yusuf di sebuah pemakaman. Masuklah mereka ke pemakaman tersebut dan hendak menuju ke
sebuah batu pualam tempat dimana Maria dimakamkan. Dengan tidak bercakap-cakap, kembalilah
Tuti dan Yusuf ke arah auto yang sudah menunggunya sejak lama. Bunyi auto yang menderu dan
pergilah mereka ke Cianjur. Sekali lagi mereka melihatke belakang ke pemakaman yang sunyi.
Mereka mengusap matanya untuk menahan air mata yang mendesak hendak ke luar.

3. Penokohan

3.1. Maria

Mudah Kagum
Sebaliknya Maria seorang yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja.
(halaman 2)
Suka Bicara
Yang seorang lagi suka bicara, lekas tertawa gelisah, penggerak. (halaman 13)

3.2. Tuti

Tidak Mudah Kagum

Tuti bukan seorang yang mudah kagum, yang mudah heran melihat sesuatu. (halaman 2)

Jarang Memuji

Segala sesuatu diukurnya dengan kecakapannya sendiri, sebab itu ia jarang memuji.
(halaman 2)

Layar Terkembang
2
Rajin

... Segala isi rumahnya beres sejak diselenggarakan oleh Tuti, jauh lebih rapi dari ketika
mendiang istrinya masih hidup. (halaman 12)

Pendiam

Yang seoarang agak pendiam dan tertutup rupanya, tetapi segala ucapannya teliti.
(halaman 13)

Halus

Maka berbunyilah suaranya, halus sebagai badannya, tetapi nyaring nyata,... (halaman 32)

Tegas

Dan ketika kalimat penghabisan, yang dikatakan dengan tekanan yang keras dan tegas
itu,... (halaman 41)

3.3. Yusuf
Baik

Mendengar itu Yusuf berpikir sebentar dan segera berkatalah ia, Bolehkah saya menemani
Zuz berdua samapai kerumah? (halaman 10)

Tegas

Perkataannya itu diucapkan oleh Yusuf dengan tetap dan pasti,... (halaman 15)

Patuh

Melihat bundanya bersungguh-sungguh dan mencoba menahannya, lemah hati Yusuf


sehingga diturutkannya kehendak bundanya menunda berangkat beberapa hari. (halaman
52)

Layar Terkembang
3
3.4. R. Wiriaatmaja

Memberikan Kebebasan

Perkataan anaknya itu tiada sedikit jua pun janggal terdengar kepadanya. Ia biasa
memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya. (halaman 11)

Baik

Wiriaatmaja girang melihat iparnya itu; disuruhnya ia duduk dahulu sebentar,... (halaman
23)

Pasrah

Ya, payah benar kita dengan anak-anak muda sekarang, kata Wiriaatmaja sebagai orang
yang menerima saja akan nasibnya. (halaman 28)

3.5. Parta

Peduli

Saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran Saleh, maka ia minta berhenti dengan
tiada bicara lagi dengan famili. (halaman 23)

Perhatian

Ketika itu datang Parta dari belakang menggendong anaknya yang bungsu menangis di
tangannya,... (halaman 86)

3.6. Supomo

Baik hati
ia telah menghargai Supomo dalam hatinya: orang yang baik hati,lemah lembut dan
sopan dalam pergaulan.... (halaman 112)

Layar Terkembang
4
4. Sudut Pandang

Sudut Pandang orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan
tokoh-tokohnya.

Kutipan alenia 3 halaman 2.


Maria tidak menyahut..
Kutipan alenia 1 halaman 5.
Terkejut berbaliklah Tuti seraya tersenyum.....
Kutipan alenia 3 halaman 11.
R.Wiriaatmaja menundukkan kepalanya...
Kutipan alenia 4 halaman 12.
Yusuf ialah putra Demang Munaf.
Kutipan alenia 1 halaman 20.
Tuti duduk membaca buku.

5. Amanat

1. Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh
yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian
perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat.

2. Masalah yang datang harus dihadapi, bukan dihindarkan dengan mencaripelarian, seperti
perkawinan yang digunakan untuk pelarian mencariperlindungan, belas kasihan, dan
pelarian dari rasa kesepian atau demi statusbudaya sosial.

Layar Terkembang
5
6. Latar

6.1. Tempat
1. Pasar Ikan
Sekarang pada hari Minggu, kedua bersaudara itu pergi melihat-lihat akuarium di
Pasar Ikan (halaman 1)
2. Di bawah pohon Mangga
Tuti duduk membaca buku di atas kursi kayu yang lebar di bawah pohon mangga di
hadapan rumah sebelah Cidengweg. (halaman 20)
3. Di jalan Gang hauber
Di jalan Gang Hauber turun seorang anak muda dari sepeda,... (halaman 21)
4. Kamar
Sejak dari sudah makan pukul delapan tadi Tuti mengetik dalam kamarnya.
(halaman 73)
5. Tepi Pantai
Sudah itu pergi berjalan-jalan ke tepi pantai. (halaman 46)
6. Gedung Permufakatan
Orang banyak yang kusut kacau berserak dalam Gedung Permufakatan selaku tiba-
tiba dikuasai oleh suatu tenaga gaib. (halaman 32)

6.2. Waktu
1. Hari Minggu
Sekarang pada hari Minggu, kedua bersaudara itu pergi melihat-lihat akuarium di
Pasar Ikan (halaman 1)
2. Pukul Tujuh
Pukul tujuh mereka telah bertolak dari rumah dan meskipun sepanjang jalan tadi
mereka amat perlahan-lahan memutar sepedanya,... (halaman 2)
3. Sore
Tiap-tiap petang apabila sudah menyelesaikan rumah dan sudah pula mandi dan
berdandan, biasanya ia duduk berangin-angin di hadapan senja.
4. Pukul Sebelas Tengah Hari
Keesokan harinya kira-kira pukul sebelas tengah hari,... (halaman 44)

Layar Terkembang
6
5. Sebelum Setengah Tujuh
Keesokan harinya pagi-pagi sebelum setengah tujuh ia telah siap makan dan
berpakaian akan pergi ke sekolah. (halaman 13)

6.3. Suasana
1. Kecewa
Lekas benar kita sampai ini, kata Maria agak kecewa, lihatlah belum seorang juga
lagi. (halaman 2)
2. Ribut
Dalam ribut gemuruh gembira itu, kelihatan berdiri seorang perempuan dari
sebuah kursi di belakang meja pengurus. (halaman 34)
3. Sepi
Dalam sepi yang sesepi-sepinya itulah kedengaran suara,... (halaman 34)
4. Terkejut
Sesungguhnya demikian, jawab Maria, setelah menggelengkan kepalanya untuk
menjauhkan rambut yang halus, yang menutupi mukanya. (halaman 7
5. Khawatir
Suaranya terang menyatakan bahwa ia agak khawatir melihat rupa Maria ketika
itu. (halaman 61)
6. Gembira
... anak muda itu dengan gembira laksana seseorang yang girang berbicara...
(halaman 16)
7. Ramah
Sengaja ia berhenti di belakang perkataan lekas-lekaslah, matanya melihat
kepada Tutu yang tersenyum. (halaman 91)
8. Heran
Wiriaatmaja menggelengkan kepalanya,... (halaman 24)
9. Malu
Muka Tuti nyata berubah mendengar pekataan pamannya itu. (halaman 26)
10. Terkejut
Sekejap terperanjat ia mendengar suara itu lalu berpalinglah ia ke belakang dan
nampak kepadanya Maria. (halaman 13)

Layar Terkembang
7
6.4. Sosial

1. Masyarakat yang berpendidikan. (halaman 108)


2. Masyarakat yang berkecukupan dengan bertani. (halaman 148)

7. Bahasa

1. Majas Personifikasi
Sekian perkataan itu melancar dari mulutnya sebagai air memancar dari celah
gunung.
Air mata dan gelak berselisih di mukanya sebagai siang dan malam.
Bersinar-sinar muka anak yang kecil itu menyambut makanan....
Sedap dan nikmat perkataan itu, menari-nari dikalbunya.

2. Majas Metafora
Suara alam.
Air emas.

3. Majas Hiperbola
Yang lain perempuan dalam arti penjelmaan pancaran perasaan yang tiada
terhambat-hambat, berlimpah-limpah, menggenangi segala sesuatu disekitarnya
dengan kepenuhan kalbunya.

Layar Terkembang
8
Unsur Ekstrinsik Novel
Layar Terkembang

1. Nilai Moral.
Keikhlasan dan ketulusan dalam memberikan sesuatu kepada seseorang.
Tegas dalam mengambil keputusan.
Bersikap mandiri.
Teguh pendirian dalam menghadapi masalah.

2. Etika.
Taat pada perintah orang tua.
Membantu orang tua.
Menerima tamu dengan hormat.
3. Kebiasaan.
Ketaatan pada agama.
Pergi sembahyang saat Maghrib tiba.
Saling membantu sesama pelajar dan dapat berupa beasiswa.

4. Adat Istiadat.
Mempertahankan budaya lama.
Mencari pasangan seiring meningkatnya umur seseorang.

5. Nilai Sosial

Kasih sayang dan perhatian.


Perempuan mempunyai hak dan derajat yang sama dengan laki-laki.

6. Nilai Budaya

Menggunakan bahasa Belanda


Mempertahankan budaya lama.

7. Nilai Agama
Taat pada aturan agama.

Layar Terkembang
9
TUGAS BAHASA INDONESIA

Mengidentifikasi Unsur Intrinsik dan Unsur


Ekstrinsik pada Novel Th. 20-30an

DISUSUN OLEH

NAMA : ILHAM NUGROHO

NO. ABSEN : 19

KELAS : IX 1

Layar Terkembang
10

Anda mungkin juga menyukai