PENDAHULUAN
tata Bahasa Indonesia yang termasuk dalam angkatan Pujangga Baru. Novel
karyanya yang terkenal antara lain Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian
Tak Kunjung Padam (1932), Layar Terkembang (1936), dan Anak Perawan di
memberikan gambaran adopsi budaya Barat oleh masyarakat Indonesia. Buku ini
sangat laris sehingga sempat mengalami cetak ulang beberapa kali dan bahkan
berminat membaca karya sastra lama. Kebanyakan dari mereka hanya suka
membaca karya modern seperti novel teenlit, metropop, dan lain-lain. Padahal
karya sastra lama sangat beragam dan penulis akhirnya tertarik untuk memilih
Karya sastra lama ini menjadi sangat menarik karena tata bahasanya yang
berbeda serta pemilihan kata-kata yang kurang lazim didengar sehingga berbeda
dari novel-novel zaman sekarang. Selain itu Sutan Takdir Alisjahbana mampu
1
menyuguhkan tema yang unik sehingga sungguh tidak mudah untuk menebak alur
ceritanya.
Melalui karya tulis ini, penulis mencoba menganalisis salah satu karya
sastra lama Indonesia yang populer pada zamannya. Penulis, yang hidup di zaman
yang berbeda dengan Sutan Takdir Alisjahbana, ingin merasakan cita rasa sastra
zaman dulu.
dapat meningkat sebab karya ini merupakan salah satu koleksi budaya Indonesia
yang berharga. Oleh karena itu, penulis juga berharap agar anak muda lebih
Dalam karya sastra ini ada beberapa masalah yang akan dianalisis oleh
1. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan Sutan Takdir Alisjahbana dalam novel
Layar Terkembang?
Penulisan karya tulis ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan utama dan
tujuan tambahan. Tujuan utama adalah untuk memenuhi tugas akhir mata
2
1. Untuk mengetahui gaya bahasa yang digunakan Sutan Takdir Alisjahbana
seperti mengetahui dan berani mencoba untuk membaca karya sastra lama. Selain
menjadi lebih luas dan bertambah. Dalam proses pengerjaan, penulis menjadi tahu
cara menyusun sebuah karya tulis sederhana dan menganalisis sebuah karya
sastra.
Selain itu karya sastra lama ini membuat penulis bisa belajar memahami
latar belakang zaman penulisan yang tentu sangat berbeda dengan sekarang. Ini
menjadi tantangan tersendiri untuk mengolahnya menjadi sebuah karya tulis dan
Karya tulis ini juga bermanfaat untuk membantu pembaca yang ingin
membuat sebuah karya tulis. Manfaat yang didapatkan dari karya tulis ini penulis
Metode yang penulis gunakan dalam membuat karya tulis ini adalah
metode studi pustaka. Metode studi pustaka adalah metode pencarian data dan
informasi melalui buku ataupun media lainnya. Beberapa orang juga menyebutkan
3
bahwa metode studi pustaka adalah metode yang menggunakan buku sebagai
sumber utama.
bahan utama dan buku Teori Pengkajian Sastra karya Burhan Nurgiyantoro
sebagai pedoman landasan teori. Selain itu penulis juga mencari tambahan
manfaat penulisan dan pembuatan karya tulis ini, dan yang terakhir adalah
sistematika penulisan.
akan penulis pakai untuk menganalisis. Teori yang dimaksud ialah teori gaya
Layar Terkembang. Melalui sinopsis tersebut penulis akan mengulas garis besar
Pada bab empat penulis menjelaskan analisis gaya bahasa dan amanat
yang terkandung di dalam novel Layar Terkembang. Bab ini juga menjabarkan
hasil analisis novel secara keseluruhan dengan menggunakan landasan teori yang
Bab lima adalah bab penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari
4
karya tulis ini serta saran yang diberikan penulis terhadap novel Layar
Terkembang.
daftar pustaka. Lampiran berisi informasi yang lebih mendalam mengenai novel
Layar Terkembang dan profil dari Sutan Takdir Alisjahbana. Daftar pustaka berisi
5
BAB II
LANDASAN TEORI
landasan teori yang sekaligus akan menjadi panduan agar unsur tersebut dapat
terjabarkan dengan benar. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan teori-teori
tersebut. Teori-teori ini pada bab selanjurnya akan digunakan dalam menganalisis
gaya bahasa dan amanat dalam novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir
Alisjahbana.
Teori-teori ini penulis kutip dari buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan
internet.
Stile (style) atau gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa,
Setiap karya sastra memiliki gaya bahasa yang berbeda tergantung dengan
konteks, bentuk dan tujuannya. Namun tujuan utama dari stile adalah untuk
mendapatkan efek keindahan atau memberi ciri khas tersendiri bagi karya sastra
tersebut.
pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan
6
diungkapkan. Teknik itu sendiri, di pihak lain, juga merupakan suatu bentuk
pilihan dan pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang
bahasa yang dimaksud oleh pengarang. Kajian stile sebuah novel biasanya
1. Unsur Leksikal
2. Unsur Gramatikal
kalimat yang ada harus sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa
yang bersangkutan.
3. Retorika
7
Dalam membuat sebuah novel, pengarang berusaha untuk mengungkapkan
Unsur retorika sendiri dibagi menjadi dua bagian menurut Keraf (dalam
Nurgiyantoro, 2012:296):
membahas sedikit tentang jenis-jenis majas. Perlu diketahui bahwa masih ada
banyak lagi jenis-jenis majas selain yang penulis jabarkan sebagai berikut,
Majas perbandingan
benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
8
c. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain
keseluruhan objek.
kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
9
j. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Majas sindiran
Majas penegasan
diperlukan.
tubrukan.
10
b. Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu
kalimat.
kuharap
penting.
sederhana/kurang penting.
Contoh: Kepala sekolah, guru, dan siswa hadir dalam acara syukuran
itu.
sebelum subjeknya.
berdamai?
11
sesungguhnya.
Contoh: Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus
diberantas.
Majas pertentangan
berlimpah-limpah.
rasa rindu.
12
2. Pencitraan (imagery)
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Gerakan
d. Rabaan
e. Penciuman
Pada umumnya, amanat atau moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca yang terkandung dalam sebuah karya dan seringkali
yang disarankan lewat cerita. Moral juga dapat dipandang sebagai salah satu
wujud tema dalam bentuk yang sederhana, namun tidak semua tema merupakan
Fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para
tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral, melalui cerita, sikap dan
dari pesan-pesan moral yang disampaikan. Setiap karya sastra pasti memiliki
13
pesan moral sebab pengarang yang bersangkutan memiliki tujuan yang ingin
dicapai.
Pesan moral yang berwujud moral religius dan kritik sosial dianggap
memberi banyak inspirasi bagi para penulis khususnya penulis sastra Indonesia
modern. Hal ini mungkin disebabkan banyaknya masalah kehidupan yang tidak
keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat
bersifat mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang nampak, formal,
dan resmi.
masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ratna (2008: 243), bahwa karya seni,
dan dapat pula dianggap sebagai perjuangan non fisik dan sastra bisa disampaikan
14
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kritik sosial dalam karya sastra
lebih dalam mengenai gaya bahasa pemajasan dan amanat kritik sosial dari novel
15
BAB III
SINOPSIS
LAYAR TERKEMBANG
sifat yang sangat berbeda bagaikan siang dan malam. Sang kakak, Tuti, adalah
seorang guru sekaligus aktivis pergerakan wanita. Sifatnya yang serius dan teliti
berbanding terbalik dengan adiknya Maria. Maria adalah gadis yang ceria, terbuka
dan menikmati hidup apa adanya. Meskipun begitu, mereka hidup rukun dan
saling menyayangi.
sekolah Tabib Tinggi (Sekolah Kedokteran) yang bernama Yusuf. Perkenalan yang
sebentar dan tidak disengaja itu ternyata sangat membekas di hati, terutama bagi
Yusuf. Tanpa disadari, dirinya tertarik dengan Maria hingga semenjak itu ia rajin
ia merasa ada ruang hampa di dalam hatinya. Tapi begitu ia menerima surat dari
Maria yang sedang berlibur di rumah saudaranya di Bandung, ruang yang kosong
itu langsung terisi kembali. Saat itu juga ia memutuskan untuk menyusul Maria ke
Bandung.
Maria yang tidak menyangka akan kedatangan Yusuf, terkejut dan tidak
16
selalu ada di pikirannya. Akhirnya dua remaja yang saling menyukai dalam diam
itu memutuskan untuk berjalan-jalan melihat keindahan air terjun Dago sekaligus
melepas rindu karena tidak bertemu satu sama lain selama beberapa waktu.
Tak bisa dipungkiri, hati Yusuf sudah tidak bisa lagi menahan perasaannya
kepada gadis manis itu dan akhirnya ia dengan pelan tapi pasti menyuarakan isi
hatinya. Maria yang memang sudah menunggu-nunggu perkataan Yusuf itu tidak
perjalanan mereka di Dago. Pikirannya yang sedang kalut itu membuat dirinya
menjadi suka melamun dan pelupa. Hal ini dimanfaatkan Rukamah, saudara
mereka, untuk menjahilinya. Tuti pun terkadang ikut tertawa melihat perubahan
Namun lama kelamaan Tuti menjadi kurang setuju dengan sikap adiknya
yang terlalu mencintai kekasihnya itu. Menurutnya seorang wanita tidak boleh
terlalu bergantung dengan pria sehingga tidak akan dibodohi. Adiknya yang
mendengar nasehat tersebut menjadi tersinggung dan akhirnya mereka terlibat adu
mulut.
lalu percintaan kakaknya yang gagal menjalin hubungan dengan Hambali meski
sempat bertunangan. Kegagalan itu disebabkan karena Hambali merasa Tuti tidak
peduli dengan dirinya. Sedangkan Tuti sendiri sebenarnya butuh seseorang yang
17
Semenjak bertengkar dengan Maria, sikap Tuti menjadi berubah. Dirinya
merasa sepi dan hampa karena di satu sisi dirinya sudah jarang mengobrol dengan
Maria yang sibuk dengan Yusuf. Padahal adiknya itu adalah salah satu orang yang
menjadi teman obrolnya selama ini. Di satu sisi dirinya mau tidak mau mengakui
bahwa diam-diam ia cemburu dan iri hati karena melihat adiknya yang sukses
Pendiriannya juga menjadi goyah dan sering kali ia melamun dan termenung.
Bahkan terkadang karena terlalu banyak pikiran, Tuti menjadi lemah dan hilang
tenaga.
Namun perlahan tapi pasti pola pikir Tuti mulai berubah. Ditambah lagi
muncul sosok pemuda yang lembut dan bersahaja yaitu Supomo guru muda yang
baru enam bulan kembali dari Belanda yang ternyata jatuh hati kepadanya.
Kehadiran Supomo ini membuat pikirannya kalut karena sesungguhnya Tuti ingin
menerima kenyataan yang pahit. Maria terserang penyakit malaria dan TBC.
Begitu lemah dan parah kondisinya hingga harus dirawat di luar Jakarta.
18
Wiriatmaja, ayah mereka, Tuti dan Yusuf sangatlah terpukul mengetahui hal ini,
pernikahan dalam waktu dekat. Tapi apalah daya, Maria yang lincah dan ceria itu
Tuti yang sudah lebih terbuka itu bahkan rela meninggalkan kongres
organisasinya demi menjenguk Maria yang hari demi hari makin lemah fisiknya.
Yusuf dan Tuti sebenarnya sudah mulai khawatir dengan kondisi Maria tersebut.
Tapi mereka tetap berpikir positif dan memberi Maria semangat. Maria sendiri
sudah pasrah dan terkadang dirinya berpikir yang bukan-bukan, tapi ia masih terus
tumbuh tali persaudaraan yang lebih erat dari sebelumnya di antara Yusuf dan
Tuti. Mendekati ajalnya, Maria berpesan kepada Yusuf dan Tuti bahwa ia ingin
kakak dan tunangannya itu menikah sebab ia tidak rela orang yang dicintainya itu
mencari orang lain. Akhirnya Yusuf dan Tuti menyanggupinya dan ternyata itu
Mahakuasa.
19
BAB IV
Setelah membahas teori-teori pada bab sebelumnya yaitu pada bab II,
maka pada bab IV ini penulis akan menganalisis lebih dalam mengenai gaya
bahasa yang dipakai dalam novel Layar Terkembang dan amanat yang bisa dipetik
Seperti yang sudah penulis jabarkan pada bab 2, pada bagian ini penulis
Dari sekian banyak majas yang ada, penulis hanya mengambil sebagian
saja sebagai contoh untuk dianalisis. Penulis pertama-tama akan mengutip kalimat
para pembaca.
4.1.1. Inversi
Majas inversi adalah salah satu dari majas penegas. Ciri dari majas ini
kalimat.
20
1. “Melepaskan dirinya dari pelukan kekasihnya itu Maria berkata, selaku tiba-
maksud dari penggunaan majas inversi adalah untuk menggambarkan Maria yang
tiba-tiba teringat sesuatu hal tentang Tuti. Dari penegasan ini pembaca bisa
(Alisjahbana, 1981:46)
Sehingga dari kutipan tersebut terlihat jelas bahwa Yusuf dan temannya Sukarto
sangat terpesona dengan keindahan danau Ranau dan pembaca juga bisa ikut
merasa takjub karena penjabaran keindahan alam di sana yang begitu detail.
3. “Teringat kepadanya, bahwa ia akan meminta kepada juru rawat dan dokter,
supaya Tuti dan Yusuf dapat tiap-tiap hari mengunjunginya selama libur
Majas inversi pada kutipan tersebut ingin menjelaskan kepada pembaca di saat
Maria sedang lesu karena memikirkan penyakitnya yang tak kunjung sembuh, ia
tiba-tiba teringat kepada Tuti dan Yusuf. Penggunaan majas inversi dalam kalimat
21
4. “Pergi ia kembali ke pokok kayu tempat sepatu dan bajunya direngangkannya
Dalam kutipan tersebut sedang dijelaskan mengenai Yusuf yang sedang pergi
memancing namun tiba-tiba teringat bahwa hari sudah malam dan menuntutnya
untuk segera pulang. Penggunaan majas inversi dalam kutipan tersebut secara
5. “Kelihatan kepadanya seorang anak kira-kira umur empat belas tahun. Melihat
rupanya tahu sekali ia, bahwa anak itu adik Supomo, sebab pada mukanya ada
Bila diperhatikan ada dua kali penggunaan majas inversi dalam kutipan
menggambarkan keadaan di mana Tuti yang tiba-tiba melihat seorang anak kecil
dalam sekejap saja Tuti bisa tahu bahwa anak kecil itu adalah adik Supomo.
4.2.2 Simile
perumpamaan. Majas ini diungkapkan dengan perbandingan tegas dan jelas yang
22
1. “Sebagai cambuk perkataan itu berdengung-dengung di telinganya.”
(Alisjahbana, 1981:70)
yang pedas. Tuti menganggap kata-kata itu seperti cambuk karena setiap kali
teringat, hatinya sakit dan marah. Dari kutipan tersebut pembaca bisa merasakan
2. “Mata suami istri yang memandang kepadanya itu adalah sebagai lembing yang
Maria yang sudah bertunangan saat itu sedang dijamu oleh paman dan bibinya.
Sementara itu di lain sisi Tuti menjadi sasaran untuk ditagih; membawa pria yang
Tuti merasa serangan paman dan bibinya itu sangat mengenai hatinya dan
membuatnya sesak dan tidak dapat menjawab mereka. Di sini pembaca menjadi
3. “Laksana hidup di surgalah baginya yang suka akan warna dan kepermaian,
suasana berjalan-jalan di taman rumah sakit dengan kehidupan di surga. Bila tidak
menggunakan majas ini, pembaca akan kurang bisa merasakan bosannya hidup di
23
rumah sakit bagi Maria yang suka akan keramaian.
4.2.3 Antitesis
dua kata yang berlawanan dalam susunan kata yang sejajar. Majas ini sering kali
1. “Tetapi perbedaan sifat dan pekerti yang sebagai siang dan malam itu…”
(Alisjahbana, 1981:8)
tepat sifat Tuti dan Maria yang berbeda jauh yang diibaratkan bagai siang dan
mengenali karakter dari tokoh-tokoh utama. Dengan pengenalan ini pembaca akan
(Alisjahbana, 1981:120)
Ketika sedang putus asa karena penyakitnya tak kunjung sembuh, Maria tiba-
tiba teringat akan Yusuf yang berjanji akan menyembuhkannya bila sudah menjadi
dokter. Dari kutipan tersebut bisa dilihat bahwa Maria menjadi begitu gembira,
24
4.2.4 Repetisi
Majas repetisi adalah salah satu dari majas penegas, disebut penegas
karena terjadi pengulangan kata atau frasa yang sama dalam satu kalimat.
dipakai untuk melayani laki-laki. Tetapi perempuan yang menurut selalu akan
yang diulang hingga tiga kali itu mengisyaratkan sebuah ketegasan dan dengan
majas ini pembaca bisa membayangkan kewibawaan Tuti dan kegeraman atau
perempuan.
4.2.5 Hiperbola
sisi jumlah, bentuk, ukuran adalah ciri khas pada majas hiperbola.
1. “Baru habis ucapan ketua itu, memecahlah di tengah-tengah kesucian itu tepuk
orang amat riuhnya, sehingga gedung yang besar itu selaku bergegar.”
(Alisjahbana, 1981:32)
25
suasana gedung kongres Putri Sedar saat ketua pergerakan wanita tersebut selesai
berbicara dan yang antusias dan gembira menyambut Tuti untuk berpidato tentang
4.2.6 Personifikasi
ini adalah membandingkan benda mati atau tidak dapat bergerak sehingga seperti
1. “Di gunung-gunung kabut yang tebal berkejar-kejaran, sangat cepat tiada habis-
menjelaskan suasana saat itu yang sedang hujan deras dan karenanya Maria jadi
teringat akan Yusuf. Suasana yang mendung itu juga membuatnya menjadi sayu
26
2. “Bau air yang rangsang, gemuruh bunyi ombak memecah dan pemandangan
Dari kutipan tersebut dijelaskan dengan begitu rinci keadaan laut di kampung
Yusuf yang membuat pembaca ikut bisa merasakan keindahannya. Apalagi air laut
4.2.7 Eksklamasio
Majas eksklamasio merupakan salah satu dari majas penegasan. Majas ini
mudah sekali dicari karena selalu menggunakan tanda seru sebagai penegas.
yang kagum melihat begitu banyaknya buah-buahan yang ranum di dekat pantai
sehingga membuatnya ingin memetiknya. Dengan majas ini, pembaca juga bisa
2. “Engkau tidak usah mempedulikan urusan saya! Saya tidak minta nasehatmu!”
(Alisjahbana, 1981:64)
Ketika Maria dan Tuti sedang bertengkar, Tuti berusaha untuk menasehati
27
adiknya tapi tidak berhasil. Malah keadaan semakin buruk seperti yang
maka ketegangan suasana pertengkaran itu akan kurang dirasakan oleh pembaca.
3. “Mendengar jawab Maria itu segera berubah muka Yusuf, keningnya berkerut
dan cemas menajam matanya memandang kepada gadis di sisinya itu, “Engkau
Saat sedang berjalan-jalan di Dago, Yusuf merasa Maria tiba-tiba menjadi lesu
dan ketika ditanya ternyata Maria merasa kurang enak badan dan lesu. Sontak
Yusuf panik dan saat itulah majas eksklamasio terlihat jelas kegunaannya, yaitu
bahwa Maria tidak dapat menahan kegembiraannya saat melihat Yusuf walaupun
datang.
5. “Nantilah kita lihat, janganlah engkau cemas... Tetapi Maria, pabilakah habis
(Alisjahbana, 1981:121)
28
Dalam kutipan tersebut, diceritakan mengenai perawat yang sedang berusaha
membangkitkan semangat Maria lagi. Ciri pada majas eksklamasio yang berupa
tanda seru tersebut justru memberi kesan menghibur, mengingat tanda seru hanya
dikenal masyarakat sebagai nada membentak atau marah. Bila tidak ada majas ini,
pembaca tidak bisa membayangkan nada suara sang perawat dan jika tanda seru
4.2.8 Sarkasme
1. “Orang hendak memberi nasehat yang baik kepadanya. Tidak membalas guna.
sehingga ia sudah tidak peduli lagi dengan adiknya dan itu bisa dilihat dari
kutipan tersebut.
Majas sarkasme pada kutipan tersebut dapat dilihat melalui ucapan Tuti yang
cukup kasar dan membuat pembaca bisa turut merasakan kekesalan dan
kemarahan Tuti.
29
4.2 Analisis Amanat
melalui kisah serta konflik yang dihadapi oleh para tokoh. Selain itu di dalamnya
juga terdapat cukup banyak pesan kritik sosial. Berikut ini amanat yang bisa
Maria terserang penyakit malaria dan TBC, padahal saat itu ia sudah
tenaga namun Tuhan berkata lain. Menjelang ajalnya Maria berpesan kepada Tuti
dan Yusuf agar mereka berdua menikah. “Alangkah berbahagia saya rasanya di
akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan
(Alisjahbana, 1981:135)
Di situ terlihat jelas bahwa Maria dengan tulus dan ikhlas merelakan,
terakhir dari Maria. Maria menyadari bahwa Tuti, kakaknya, sulit membina
hubungan dengan laki-laki. Oleh sebab itu dia merasa bahagia saat melihat adanya
Kongres Putri Sedar dilaksanakan tepat saat Maria sedang sakit keras
30
“Sebenarnya belum puas lagi ia bersua dengan teman-temanya
dan bukan main ingin hatinya menanti kongres itu sampai habis.
Tetapi tidak, liburnya tinggal hanya seminggu lagi dan yang
semingu itu hendak dipakainya untuk menggirangkan hati Maria.”
(Alisjahbana, 1981:117)
lalu segera pergi menjenguk Maria. Padahal dirinya masih ingin mengikuti
kongres sampai selesai, tapi karena rasa sayang pada adiknya, ia rela
teguh prinsip bahwa perempuan tidak boleh bergantung kepada laki-laki. Tetapi
Dengan ini terlihat jelas bahwa sesempurna apapun sifat atau sikap kita,
pasti di balik itu terdapat kekurangan. Sebab tidak ada manusia yang sempurna.
31
d. Menjalani hidup harus dengan semangat
Setiap orang yang sedang sakit kadang merasa lemah dan tidak berguna.
Hal itu berbeda sekali dengan sifatnya yang biasa. “Maria, engkau mesti kuat.
Engkau mesti girang selalu. Jangan diturutkan hati iba. Lawan rasa kesepian
Dalam 'keterpurukan' Maria tersebut, Tuti dan Yusuf setia menemani dan
berbagai tantangan menghadang. Peran keluarga dan sanak saudara serta sahabat
Dari kutipan tersebut, terlihat jelas Tuti sangat bimbang dan tidak mau
32
dirinya menerima Supomo hanya karena ia takut tidak mendapat pasangan hingga
tua.
untuk memajukan kehidupan wanita pada zaman itu. Pidato yang disampaikannya
berisi tentang rendahnya derajat kaum wanita karena hanya menjadi hamba dari
laki-laki.
Tuti mengajak agar seluruh wanita bangkit dan membanting tulang untuk
pergerak wanita turut terlibat aktif. Di dalam konteks masa sekarang ini, peran
wanita dalam berbagai bidang sudah jauh lebih terasa. Wanita sudah tidak lagi
33
Dengan bertambahnya pengetahuan maka kesempatan kaum perempuan
untuk bangkit semakin besar sehingga perempuan juga dapat turut memajukan
memiliki hak untuk menjadi manusia bebas yang memiliki kedudukan sejajar
dengan laki-laki.
rumah.
34
harus diberi kesempatan untuk bekerja mengembangkan kemampuan seluas-
luasnya.
Tuti dan Maria dalam novel Layar Terkembang ini digambarkan sebagai
dua bersaudara yang memiliki sifat dan sikap yang sangat berbeda.
dapat diatasi dan malah menimbulkan sikap toleransi juga saling menerima di
antara mereka.
35
BAB V
PENUTUP
Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, penulis akan mengakhiri karya tulis
5.1 Kesimpulan
Terkembang ini kurang lebih ada delapan majas. Dari majas yang penulis
jelaskan di sini mungkin ada yang terlewat dan tidak disebutkan oleh
Menurut penulis majas yang menonjol dan sering digunakan adalah majas
contoh yang diberikan penulis tiap majas tidak terlalu dominan, tetapi bila
memang terlihat tidak lazim karena bila dilihat sekilas seperti bahasa
36
bagaikan pantun. Namun di dalamnya ternyata terdapat banyak sekali
penggunaan majas.
Penulis juga bisa menyimpulkan bahwa gaya bahasa dalam novel ini
menjadi salah satu ciri khas kuat yang membuat pembaca sangat menyukai
novel ini.
2. Novel Layar Terkembang memiliki banyak amanat yang bisa dipetik dan
jelas bahwa derajat perempuan pada zaman itu masih rendah sehingga Tuti
Oleh sebab itu amanat dalam novel ini didominasi oleh pesan kritik sosial.
Secara keseluruhan amanat utama dalam novel ini adalah perempuan harus
berjuang untuk mendapatkan haknya yang saat itu lebih banyak diberi
kepada laki-laki.
Selain itu amanat utama lainnya adalah bahwa perbedaan yang tidak
perbedaan sifat dan sikap dari Maria dan Tuti yang justru menjadi ciri khas
5.2 Saran
Setiap karya fiksi pasti memiliki sebuah pesan yang dalam dan dapat
37
dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Demikian pula dengan Novel Layar
Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana ini. Oleh sebab itu penulis sangat
Sebagai salah satu karya sastra yang paling terkenal di Indonesia dan
menjadi salah satu buku wajib untuk bacaan sastra di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) novel ini menarik karena para
Selain itu nilai moral yang terkandung dalam novel ini banyak dan dapat
bermanfaat bagi para pembaca, terutama tentang kodrat dan pergerakan wanita
pada zaman itu. Dengan ini pembaca diharapkan untuk lebih menghargai kaum
hawa dan tidak merendahkan mereka karena pada dasarnya kodrat perempuan dan
generasi muda tertarik dan mencoba untuk membaca karya sastra yang ternyata
sangat menarik dan memiliki makna yang dalam. Memang akan ada kesulitan saat
awal membacanya mengingat adanya jurang perbedaan zaman yang cukup lebar
memahami latar belakang sosial budaya saat novel ditulis dan juga dalam
Sebagai kata penutup, penulis ingin berterima kasih kepada para pembaca
yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca karya tulis ini.
38
Semoga karya tulis ini pada akhirnya dapat memberikan inspirasi, menjadi
39
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/40985/3/BAB_III.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Sutan_Takdir_Alisjahbana
https://en.wikipedia.org/wiki/Layar_Terkembang
https://khaerulsobar.wordpress.com/pengetahuan-umum/kritik-sosial-terhadap-
karya-sastra/
https://id.wikipedia.org/wiki/Majas
http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-dan-contoh-majas-sindiran-
lengkap.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/03/pengertian-dan-contoh-majas-hiperbola-
lengkap.html
http://www.ilmusiana.com/2015/05/majas-personifikasi-pengertian-dan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sarkasme
40
LAMPIRAN
Data Buku
Cetakan ke : 24
41
Profil Pengarang
tanggal 11 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994 pada umur 86
tahun.
Saat kecil STA bukan seorang kutu buku melainkan seorang yang suka
bepergian dan aktif dalam kegiatan politik. Ia merupakan salah seorang pendiri
Universitas Indonesia.
Setelah lulus dari sekolah dasar , STA sering pergi ke Bandung dan
menempuh perjalanan tujuh hari tujuh malam dari Jawa ke Sumatera. Pengalaman
ini yang membantunya untuk menuliskan perjalanan Yusuf, salah satu karakter di
dalam salah satu bukunya yang paling terkenal yaitu Layar Terkembang.
Ia yang pertama kali menulis Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936)
dipandang dari segi Indonesia, yang mana masih dipakai sampai sekarang. Serta
Kamus Istilah yang berisi istilah-istilah baru yang dibutuhkan oleh negara baru
42
KARYA-KARYA LAIN OLEH SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA
43