B. Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Belenggu" sebagai berikut.
D. Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Belenggu" sebagai berikut.
1.Istri harus bisa mengerti Suaminya, begitu pula dengan Suami harus mengerti Istrinya
Sebaiknya dalam kehidupan berumah tangga harus ada rasa saling menghormati satu sama
lain agar tercipta rumah tangga yang harmonis.
2.Agar terwujud Hubungan yang harmonis si Sukartono dan Sumarti
Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga mereka harus disertai rasa cinta antar sesama.
3. Menjadi Istri yang dapat membahagiakan Suaminya
Jadilah istri yang dapat membahagiakan suami dengan menunjukkan perilaku baik,
menjalankan kewajiban sebagai seorang istri dengan cara melayani dan peduli dengan suami
sesuai dengan haknya. Agar tidak terjadi perselingkuhan dan perceraian.
Adat, Etika, dan Kebiasaan yang ada pada Novel Azab dan Sengsara dan
A. Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
C. Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai
berikut.
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
1. Mengenai warisan, harta benda yang ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi
hak/diambil alih oleh keluarga asal bukan keluarga setelah menikah (Sumatra)
2. Aturan adat sangat ketat, dan bagi yang melanggar hukumannya berat
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
1. Penolakan secara halus dan tidak menyakiti hati saat ada yang menyatakan perasaan.
Bukti: Ketika Hanafi mengemukakan isi hatinya.
2. Belenggu Kebiasaan: Bukti: Sementara itu. walaupun mereka telah mengetahui bahwa
Hanafi akan menikah dengan Corrie. Corrie menolak secara halus.
3. Meminta maaf apabila berbuat salah. Bukti: Maka ia meminta kepada istrinya supaya
disediakan kain kafan pembungkus mayatnya.
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
1. Dilarang menikah beda suku. Bukti: Corrie merasa tidak mungkin menjalin hubungan
dengan Hanafi karena perbedaan budaya di antara mereka.
3. Seorang istri bagaimanapun juga harus bersikap hangat pada suami. Rapiah dan
ibunya tetap menunggu kedatangan Hanafi di kampungnya.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
1. Hanafi: Bergaul dengan orang Eropa.Bukti: Selama di Betawi, Hanafi dititipkan pada
keluarga Belanda,sehingga dia setiap hari dididik secara Belanda dan bergaul dengan
orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi setamat HBS juga tidak terlepas dari
lingkungan orang-orang Eropa.
3. Rapiah: Menerima perlakuan suaminya dengan pasrah. Bukti: Namun, Rapiah tak
pernah melawan dan semua perlakuan Hanafi diterimanya dengan pasrah.
4. Ibu Hanafi: Memperhatikan Hanafi. Bukti: Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang
janda, dia menginginkananaknya menjadi orang pandai. Karena itu, ia bermaksud
menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya. Selama sakit, Hanafi banyak mendapatkan
nasihat dari ibunya.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
1. Ia terbiasa memakai topi putih yang seringkali dipakai bangsa Belanda. Bukti kutipan:
"Topinya topi rumput putih yang biasa dipakai bangsa belanda"
2. Seorang gadis yang selalu mengenakan gaun terbuat dari kain batis dengan motif
kembang kembang berwarna merah jambu. Bukti kutipan: "Gaunnya (baju nona-
nona) terbuat dari kain batis yang berkembang merah jambu"
3. Orang zaman dahulu merokok dengan cara yang berbeda dengan orang-orang zaman
sekarang. Bukti kutipan: "Dekat putri ini duduk saudaranya yang bungsu, Sutan
Hamzah sedang menggulung rokok dengan daun nipah."
4. Orang padang saat berbicara seringkali menggunakan peribahasa yang penuh arti.
Bukti kutipan: "Akan tetapi sebab ia seorang yang 'pandai hidup' sebagai kata
peribahasa Melayu, selalulah rupanya seperti orang yang tak pernah kekuranagan.
5. Seorang istri di masyarakat padang merupakan hamba dari laki-laki dan laki-laki itu
adalah tuannya perempuan. Bukti kutipan: "Bukankah laki-laki itu tuan perempuan
dan perempuan itu hamba laki-laki? Tentu saja mereka boleh berbuat sekehendak
hatinya kepada kita; disiksa, dipukul, dan didera dengan tiada diberi belanja yang
cukup dan rumah tangga yang baik."
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
3. Di gunung Padang terdapat banyak kuburan, dan pada moment tertentu, tempat itu
ramai dikunjungi pendatang yang ingin mendoakan arwah yang telah pergi. Bukti
kutipan: " Memang digunung itu banyak kuburan, sedang dipuncaknya adalah sebuah
makam, didalam suatu gua batu, tempat yang berkaul dan bernazar. Sekali setahun,
saat-saat akan masuk puasa pada waktu hari raya, penuhlah gunung itu dengan
penziarah..."
4. Orang besar, penghulu/orang berpangkat tinggi yang memiliki istri lebih dari 1 sudah
banyak, sebab itulah adat di Padang, sebab dengan memiliki banyak istri, itu berarti
dia meiliki banyak keturunan. Bukti kutipan: "Sekalian penghulu di Padang ini
beristeri 2,3, sampai 4 orang. Bukankah harus orang besar itu beristri banyak?"
5. Saat ingin makan, sebelumnya harus menyiapkan makan terlebih dahulu dan bersikap
seperti ada yang sudah ada. Bukti kutipan: ".... menyediakan makanan diatas tikar
rumput yang telah dialas dengan kain putih, terbentang di tengah rumah. Beberapa
lama kemudian, duduklah Ahmad Maulana makan dihadapi istrinya, sedang Alimah &
Nurbaya duduk jauh sedikit dari sana...."
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
2. Apabila ada tamu yang datang hendaknya kita menyediakan minuman dan makanan
kecil. Bukti kutipan: "Sementara itu segala kue-kue yang lezat rasanya, diedarkanlah,
dibawa kepada sekalian tamu. Demikian pula minum-minuman..."
3. Sebagai anak muda, hendaklah kita menghormati dan menghargai orang yang lebih
tua. Bukti kutipan: "Ah jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru
sehari dua hari bekerja pada ayahmu. melainkan telah bertahun-tahun. Dan belum ada
ia berbuat kesalahan apa-apa."
4. Jika sedang bermain dengan teman, sebaiknya kita menjaga tingkah laku. Bukti
kutipan: "Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga dirimu dan si Nurbaya! Janganlah
engkau berlaku yang tiada senonoh!"
5. Jika orang tua kita sedang berbincang dengan tamu, dan kita tidak berkepentingan,
sebaiknya kita masuk dan tidak perlu mendengarkan pembicaraan mereka. Bukti
kutipan: "Kemudian masuklah ia kedalam biliknya. Rupanya ia mengerti bahwa
orangtuanya itu sedang memperbnincangkan hal yang tak boleh didengarnya."
5. Novel Salah Pilih
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
1. Jika sedarah dilarang menikah, karena Asri dan Asnah sudah tinggal bersama maka
penduduk desa menganggap bahwa mereka adalah sedarah sebenarnya tidak, tidak
ada ikatan darah apapun. Karena merasa tidak bersalah mereka akhirnya menikah dan
mereka harus keluar dari Minangkabau.
2. Harta dan kedudukan, Rangkayo Saleah tidak menyetujui pernikahan anaknya karena
mengira Kaharuddin menikah dengan wanita yang tak tentu asal usulnya sebenarnya
wanita tersebut adalah anak saudagar batik.
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
1. Anak yang berbakti terhadap orang tuanya, meskipun Asri ingin melanjutkan sekolah
sampai menjadi dokter namun, karena ibunya memintanya untuk pulang ke kampung
halamannya dan bekerja di kampung. Akhirnya Asri menuruti keinginan ibunya.
2. Kita harus tegar menghadapi cobaan, sikap Asnah yang sabar dan tulus mencintai Asri
membuahkan hasil yang manis walaupun ia harus menghadapi berbagai cacian dari
Saniah. Berkat keteguhan dan kesabaran hati Asnah dalam mencintai Asri membawa
kebahagiaan di akhir cerita.
3. Kita harus bekerja keras, awal kepindahannya di Jawa, Asri dan Asnah dijauhi oleh
orang-orang yang sama-sama berniaga di Jawa. Karena kerja keras mereka, akhirnya
mereka dapat memajukan usahanya.
4. Bertanggung jawab, Asri tidak berniat sedikit pun untuk menceraikan Saniah
meskipun Saniah bukanlah jodoh yang terbaik.
Suria adalah seorang Manteri Kabupaten yang sangat angkuh. Ia sangat sombong dan gila
hormat. Istirinya, Zubaidah sudah tak tahan tinggal dengan suaminya itu. Suria senang
berfoya-foya. Itu pun dari uang Ayahnya Zubaidah, Hj. Hasbulah. Sebenarnya, Hj.Hasbulah
ingin menikahkan anaknya itu kepada Raden Prawira, anak jaksa kepala. Tetapi, tiba-tiba Hj.
Zakaria, ayah Suria memohon untuk menikahkan anaknya dengan anak Hj. Hasbulah. Karena
Hj. Zakaria adalah sahabatnya, ia tak ingin membuat sahabatnya putus harapan, lalu ia
kabulkan permintaan Hj. Zakaria. Zubaidah dulu, hanyalah gadis penurut. Ia menurut untuk
di nikahkan oleh Suria.
Tetapi, pernikahan itu tidak membawakan kebahagiaan untuk Zubaidah. Setelah menikah,
mereka di karuniai anak laki-laki bernama Abdulhalim, tetapi Suria meninggalkannya begitu
saja. Ia meninggalakan mereka berdua selama 3 tahun. Setelah 3 tahun lamanya itu, Suria
kembali kepada Zubaidah, hanya untuk meminta hartanya Hj. Hasbulah. Hingga kini,
kehidupan rumah tangga Suria dan Zubaidah selalu di bantu oleh ayah Zubaidah. Walaupun
Suria sudah berpenghasilan, dan menjabat Manteri Kabupaten.
Kini Suria sudah di karuniai 3 anak. Tetapi, ia sama sekali tidak punya perhatian kepada
keluarganya tersebut. Gajinya saja di pakai untuk hal yang tidak perlu. Urusan rumah
tangganya pun di serahkan kepada Zubaidah. Suria hanya mengandalkan uang kiriman
mertuanya. Zubaidah malu dengan hal itu, dan mulai berhemat dengan hanya
mempergunakan gaji suaminya itu. Tetapi, Suria tidak peduli dengan perbuatan istrinya, ia
tetap berfoya-foya.
Di kantornya, ia pun angkuh dan sombong. Ia senang memerintah para pesuruh dengan
seenaknya. Semua orang menghormati dia. Patih, Raden Atmadi Nata pun tau akan hal ini.
Walaupun ia tau akan hal ini, tetapi ia tidak terlalu memikirkannya, karena Suria bekerja
dengan baik. Di kantornya, Suria tidak pernah suka dengan anak emasnya patih, yang
magang menjadi juru tulis. Raden Muhamad Kosim. Ia sering berlaku tidak sepatutnya
kepada Kosim itu.
Suria pernah di undang oleh Hj.Junaedi ke rumahnya yang besar. Hj.Junaedi menyambutnya
penuh sukacita. Tapi, setelah ia tahu bahwa Suria yang gila hormat itu, dan sering menjelekan
Kosim. Ia pun menjadi sebal dengan Suria.
Karena Suria senang berfoya-foya. Akhirnya kebutuhan rumah tangga menjadi semakin tidak
terpenuhi. Zubaidah telah memperingatkan Suria untuk berlaku, hemat. Tetapi, tetap saja
tidak di hiraukannya. Ia mengatakan, bahwa kebutuhan rumah tangga bisa di dapat dari
mertuanya, tapi sayang. Mertuanya itu sedang dalam keadaan tak punya uang. Walaupun
sudah di paksa, tetap saja ia tak mau, dan akhirnya Suria memilih untuk menjadi Klerk yang
gajinya lebih besar.
Ia pun merayakan, jabatannya yang akan berubah dari Manteri Kabupaten, menjadi Klerk. Ia
membeli barang yang tidak perlu, karena ia berpikir. Bahwa gaji Klerk nant i akan memenuhi
kebutuhannya.
Setelah menunggu beberapa minggu tentang hasil surat yang di berikan Suria untuk
mengubah pekerjaannya, ternyata hasilnya adalah nihil. Suria tidak menjadi Klerk, dan yang
menjadi Klerk adalah Kosim. Betapa malunya ia saat itu.
Setelah tahu, bahwa ia tak menjadi Klerk. Hutangnya semakin bertumpuk. Karena barang-
barang yang tidak di perlukan itu adalah barang kreditan. Para penagih hutang terus
menerornya. Akhirnya ia menyerah, dan meminta bantuan kepada sahabat-sahabatnya. Tetapi,
tak ada yang mau menolongnya. Akhirnya, ia memakai uang kas pemerintah untuk menutupi
hutangnya. Karena hal itu, Suria memberhentikan diri.
Suria memilih tinggal bersama Abdulhalim, yang sudah menjadi amtenar di Bandung.
Padahal Zubaidah tidak ingin menyusahkan anak sulungnya itu. Ia lebih baik tinggal bersama
orang tuanya di Tasik. Tetapi, keras kepala Suria yang sudah di berhentikan dari jabatannya
tetap saja tak mau mengalah. Akhirnya mereka pindah dari Sumedang ke Bandung tanpa
meninggalkan hutang sedikit pun.
Walaupun sudah tinggal menumpang, Suria tetap saja bersikap angkuh dan merasa ia berada
di rumahnya sendiri. Seenaknya menyuruh orang, dan mendapat uang pula. Itu pun uang
anaknya sendiri, yang sudah berumah tangga bersama anak kepala jaksa, Sutilah.
Kelakuan Suria semakin menjadi-jadi, hingga akhirnya istirnya meninggal. Abdulhalim yang
tak tahan dengan kelakuan ayahnya itupun, mengusir Suria. Suria pun yang merasa sudah
terhina, meninggalkan anaknya itu. Ia merantau ke Jakarta, dan akhirnya ia kembali pulang
ke rumah orang tuanya di desa Rajapolah. Disana ia tinggal bersama Mak Iyah, ibunya.
Tetapi, setelah beberapa hari ia tinggal. Ia pergi dan tak kembali lagi. Ia pergi entah kemana.
1. ia tak ingin membuat sahabatnya putus harapan, lalu ia kabulkan permintaan Hj.
Zakaria.
2. Hutangnya semakin bertumpuk. Karena barang-barang yang tidak di perlukan itu
adalah barang kreditan.
3. Di daerah Sunda dalam menentukan pasangaan hidup masih dengan cara dijodohkan
4. Orang yang berpangkat dan kaya akan dihormati
Etika Moral
1. Suria adalah seorang Manteri Kabupaten yang sangat angkuh. Ia sangat sombong dan
gila hormat.
2. Suria senang berfoya-foya. Akhirnya kebutuhan rumah tangga menjadi semakin tidak
terpenuhi.
3. keras kepala Suria yang sudah di berhentikan dari jabatannya tetap saja tak mau
mengalah
4. Walaupun sudah tinggal menumpang, Suria tetap saja bersikap angkuh dan merasa ia
berada di rumahnya sendiri.