waktu luang. Dengan banyaknya jenis novel yang tersedia di pasaran, kamu bisa
memilih novel sesuai dengan seleramu. Mulai dari genre romance, thriller, hingga
sejarah, semuanya memberikan pengalaman membaca yang berbeda-beda dan unik
bagi para pembacanya.
Nah, salah satu jenis novel yang harus Toppers coba adalah jenis novel sejarah
dengan latar Indonesia. Ketika mempelajari sejarah Indonesia di sekolah mungkin
terasa membosankan, novel sejarah berlatar Indonesia dapat memberikan gambaran
yang lebih berwarna tentang sejarah itu sendiri.
Melalui novel sejarah Indonesia, Toppers juga bisa mendapatkan ide tentang kondisi
masyarakat yang ada di dalam novel. Dengan demikian, kita bisa mengambil hikmah
penting dari sejarah Indonesia tersebut. Yuk simak rekomendasi novel sejarah
Indonesia terbaik untuk masuk ke reading list!
TEMPO EKSKLUSIF
BERLANGGANAN
MasukDaftar
Terbaru
Terpopuler
Ramadan
News
Multimedia
Seleb
Gaya Hidup
Olahraga
Otomotif
Tekno
Interaktif
Cek Fakta
Difabel
Kolom
Newsletter
Nusantara
Info Tempo
Indeks
Beranda
Seleb
Ikuti Kami di
Bagikan Berita
Ilustrasi wanita menulis. Freepik.com/Wayhomestudio
IKLAN
Cerita fiksi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya dongeng, fabel, legenda, mitos,
novel, cerpen, dan masih banyak lagi. Hasil karangan ini sepenuhnya fiktif, jadi
bukan kenyataan yang benar-benar terjadi. Cerita fiksi juga bisa terinspirasi dari
kisah nyata, namun tetap mengandung unsur khayalan yang cenderung fenomenal.
Baca Juga:
Baca Juga:
Tan Mien mengurung raksasa itu karena raksasa itu senang mencuri gula di rumah-
rumah penduduk. Raksasa itu suka sekali makanan manis. Tan Mien lalu
mengumpulkan penduduk dan menceritakan rencananya. "Itu tidak mungkin. Kami
tidak mau berurusan dengan raksasa itu lagi Raksasa itu berbahaya!" kata para
penduduk.
"Tapi itu satu-satunya cara. Aku butuh banyak bawang untuk dibawa ke Gunung
Pen. Karena itu aku butuh bantuan kalian,” kata Tan Mien. Penduduk tidak mau
membantu Tan Mien. Akhirnya Tan Mien melakukan sendiri rencananya. Tan
Mien meminta raksasa untuk menumbuk bawang dan air mata raksasa yang keluar
dialirkan dalam lubang yang ditujukan ke Desa Yuan. Sebagai balasannya, raksasa
akan mendapatkan makanan yang manis-manis.
2. Ketamakan An Li
Judul: Ketamakan An Li
Karya: Rikianarsyi A., Majalah Bobo, Tahun XXXIV
Di sebuah kota, hiduplah seorang saudagar kaya namun tamak yang bernama An
Li. Suatu hari An Li sedang berjalan-jalan, ia mendengar percakapan dua
penduduk desa. "Menurut cerita, di dalam hutan itu, ada sebuah bukit sakti. Bukit
itu bisa melipatgandakan kekayaan..." An Li penasaran. Ia terus menguping sampai
akhirnya ia tahu di mana letak bukit yang dibicarakan kedua orang itu.
Tanpa membuang waktu, An Li segera pergi ke bukit sakti itu. Ia pergi ke hutan
yang terletak di tepi kota itu. Belum lama ia masuk ke hutan itu, tiba-tiba
muncullah seorang pertapa tua di hadapan An Li.
"Pertapa tua, betulkah ada bukit sakti di dalam hutan ini?" tanya An Li. Pertapa itu
langsung menjelaskan. "Bukit itu akan segera kau temukan begitu aku pergi.
Dakilah bukit itu. Disana terdapat empat tangkai mawar biru. Kau hanya boleh
memetik satu tangkai. Jangan berbalik ke mawar yang sudah kau lewati! Ingatlah
pesanku. Keserakahan akan menghancurkanmu. Menyesal tak ada gunanya,"
katanya melanjutkan lalu menghilang.
Pada saat itu juga, muncul sebuah bukit hijau di hadapan An Li. Saudagar itu agak
takut, namun ia lalu mengikuti petunjuk pertapa tua tadi. Setelah An Li mendaki, ia
menemukan setangkai mawar biru yang tumbuh di tanah. An Li segera mendekat.
Saat jemari An Li menyentuh helai mawar biru tersebut, muncullah peri kecil.
Sambil tersenyum sang peri berkata lembut, "An Li, bila kau memetik mawar ini,
hartamu akan berlipat lima kali. Kau akan menjadi orang terkaya di kotamu."
"Ah, tanpa memetik kau pun, aku sudah menjadi orang terkaya di kota," An Li pun
meninggalkan mawar pertama. Beberapa saat kemudian, An Li menemukan mawar
kedua. "Mawar kedua ini akan membuatmu menjadi orang terkaya di seluruh
negeri, An Li," ucap peri penjaga mawar itu. "Huh, tanpa mawar ini pun sebentar
lagi aku pasti bisa melebihi kekayaan Kaisar Chen," jawab An Li sombong lalu
melanjutkan perjalanan.
Lalu sampailah An Li pada mawar ketiga. Muncul peri yang berkata, "Petiklah
mawar ketiga ini, An Li. Kau akan menjadi orang terkaya di Pulau." "Mawar
pertama membuatku menjadi orang terkaya di kota. Mawar kedua membuatku
menjadi orang terkaya di negeri. Mawar ketiga ini membuatku menjadi orang
terkaya di Pulau. Hahaha, berarti mawar keempat akan membuatku menjadi orang
terkaya di dunia!" ucap An Li penuh ketamakan.
"Ingatlah An Li, ketamakan dan rasa tidak puas hanya akan menghancurkanmu!
Dengan memetik mawar ini, terlihatlah betapa tamaknya engkau!"
Tahukah kau apa yang akan diberikan mawar ini untukmu jika kau memetiknya?"
tanya sang peri penuh kemarahan. "Aku akan menjadi orang terkaya di dunia,
kan?" tanya An Li gugup. "Tidak akan! Mawar keempat yang terlanjur kau petik
itu akan membuatmu menjadi orang paling miskin di dunia. Hartamu akan habis!
Terimalah akibat dari ketamakanmu, An Li!" seru sang peri. Ucapan tersebut
seketika membuat An Li berada di kotanya sendiri.
"Malangnya nasib Tuan An Li. Baru tadi pagi kudengar empat kapal dagangnya
tenggelam. Kini rumah dan hartanya terbakar habis. Bahkan kereta kudanya juga
dirampok tadi siang!" sayup-sayup An Li mendengar percakapan sekelompok
penduduk kota. "Hei, lihat! Pengemis itu mirip sekali dengan Tuan An Li!" seru
seorang anak kecil kepada temannya, saat ia melihat An Li. An Li langsung
melihat dirinya sendiri. Benar saja. Baju yang kini ini pakai sudah compang-
camping.
An Li terjatuh lemas. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya saat itu. Andai saja ia
tidak mendengar percakapan tentang harta yang bisa dilipatgandakan. Andai saja ia
tak tamak. Memang benar apa yang dikatakan sang pertapa tua. Tak ada gunanya
menyesal. Semua ini terjadi karena ia tak pernah puas dan bersyukur atas apa yang
ia miliki.
Pada mulanya para penghuni rimba terkejut. Namun, mereka sadar bahwa tidak
mungkin menolak kehendak Sang Pencipta. "Ibu Peri Penjaga Hutan, kami tunduk
kepada kehendak Sang Pencipta. Tapi sekarang, kami belum bisa mencari bahasa
baru untuk kami pakai. Berilah kami waktu," ujar Singa mewakili teman-
temannya. "Aku mengerti. Kalian diberi waktu satu minggu. Kalian akan
berkumpul lagi di sini dan memberitahu padaku bahasa apa yang kalian pilih.
Setelah itu, pakailah bahasa serta suara itu, dan lupakan bahasa manusia."
Hari berganti hari, semuanya mencoba berbagai suara kecuali Beo. Ia sibuk
mengejek suara-suara yang berhasil ditemukan. "Hahaha, seperti suara pintu yang
tidak diminyaki," ejek Beo kepada Jangkrik yang menemukan suara berderik.
"Hahaha, kudengar nenek-nenek tertawa," ejeknya kepada Kuda. "Ban siapa yang
bocor? Hahaha," ia menertawakan suara desis Ular. Begitulah pekerjaan Beo setiap
hari. Ia sibuk mengintip dan menertawakan penduduk hutan lainnya yang mencoba
suara baru. Teman-temannya tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka malu dan
menghindar dari Beo. Tapi, Beo selalu berhasil menemukan dan menirukan suara
mereka.
Beo tertegun. Ia baru sadar, selama ini ia terlalu sibuk mengejek teman-temannya
sehingga lupa untuk mencari suaranya sendiri. "Muuu,…guk-guk,…meong," Beo
panik. Ia menirukan saja suara yang pernah ia dengar. Tentu saja Sapi, Anjing, dan
Kucing tertawa terbahak-bahak. Beo sangat malu. Akhirnya ia menangis tersedu-
sedu dan meminta maaf kepada teman-temannya. Dengan tersenyum Ibu Peri
Penjaga Hutan berkata, "Sudahlah, kamu akan tetap kuhadiahkan sebuah suara.
Tapi sebagai pelajaran, kau akan tetap menirukan suara orang sehingga kau akan
ditertawakan selamanya." Begitulah riwayatnya, mengapa burung beo selalu
menirukan suara-suara.
Karya: Andrie Wongso, Buku Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SD/MI
Kelas VI
Alkisah, di sebuah kerajaan yang subur makmur, raja dicintai rakyatnya karena
memerintah dengan bijaksana. Raja banyak mempunyai putra dan putri, namun
sayang, sejak kecil mereka tidak pernah akur. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk memberi pengertian kepada anak-anaknya agar jangan hanya memikirkan
diri sendiri.
IKLAN
Suatu hari, saat berkumpul di meja makan, raja memerintahkan kepada mereka,
"Anakku, ambillah sebatang sumpit di depan kalian dan coba patahkan!"
Walaupun heran dengan perintah sang ayah, mereka segera mematuhinya dan
mematahkan sumpit itu dengan mudah. Kemudian, raja meminta sumpit tambahan
kepada pelayan. "Sekarang, patahkan sepasang sumpit di depan kalian itu."
Kembali mereka dengan senang hati memamerkan kekuatan fisik masing-masing
dan segera patahlah sepasang sumpit tersebut.
Raja kemudian kembali meminta sumpit tambahan dan memerintahkan setiap anak
mematahkan tiga batang. Dengan susah payah, ada yang berhasil mematahkan,
namun ada juga yang akhirnya menyerah. Salah seorang dari mereka lantas
bertanya, "Ayah, mengapa kami harus mematahkan sumpit-sumpit ini dari satu
batang hingga tiga batang. Untuk apa semua ini?"
"Pertanyaan bagus anakku. Sumpit-sumpit adalah sebuah perlambang kekuatan.
Jika satu batang mudah dipatahkan, maka jika beberapa batang sumpit disatukan,
tidak akan mudah dipatahkan. Sama seperti kalian. Jika mau bersatu maka tidak
akan ada pihak luar atau musuh yang akan mengalahkan kita. Tapi jika kekuatan
kita tercerai berai maka musuh akan mudah mengalahkan kita. Jika kita mampu
menjaga kekompakan dan memberi contoh kepada seluruh rakyat negeri ini maka
kerajaan kita pasti akan tetap sejahtera dan semakin makmur," jelas sang raja.
5. Gerhana Bulan
Karya: Kumpulan Cerita Rakyat, Buku Indahnya Bahasa Dan Sastra Indonesia
Untuk SD/MI Kelas V
Satu demi satu dewa pun minum tirta amerta dari kendi tersebut. Mula-mula Dewa
Iswara, kemudian Dewa Sambu, Brahma, Mahadewa, dan Sangkara. Ketika giliran
tiba pada Dewa Kuwera, Dewa Wisnu mencium bau aneh. Dewa Wisnu merasakan
sosok Dewa Kuwera mencurigakan. Kecurigaan Dewa Wisnu semakin besar
setelah melihat Dewa Kuwera meneguk tirta amerta berkali-kali. Tiba-tiba Dewa
Wisnu berteriak, "Kamu bukan Kuwera! Kamu raksasa Kala Rau!"
Semua dewa yang mendengar teriakan Dewa Wisnu terkejut. Dewa Wisnu lalu
memanah leher Dewa Kuwera palsu itu. Perlahan-lahan Dewa Kuwera berubah
menjadi Kala Rau. Leher Kala Rau putus dan kepala terpisah dari badannya.
Dengan segera, para dewa membuang badan Kala Rau ke bumi. Bangkai tubuh
Kala Rau yang dibuang ke bumi berubah menjadi kentungan atau lesung.
Sedangkan kepala Kala Rau yang terpisah dari badannya melayang-layang di
angkasa. Kepala itu belum menjadi bangkai karena sempat meminum tirta amerta.
Air yang diminumnya baru sampai kerongkongan. Oleh sebab itu, kepala Kala Rau
masih tetap hidup.
Pada suatu ketika, saat bulan purnama, kepala Kala Rau berjumpa dengan Dewi
Ratih. Kepala Kala Rau lalu menghadang Dewi Ratih. "Dewi Ratih! Kamu tidak
dapat menghindar dariku lagi! Kamu tidak dapat menolak cintaku. Kini
kamu menjadi milikku!" kata Kala Rau kepada Dewi Ratih. Tubuh Dewi Ratih
gemetar mendengar kata-kata Kala Rau. Ia tidak dapat menghindar saat kepala
Kala Rau semakin mendekat dan mendekapnya. Tubuh Dewi Ratih yang cantik itu
perlahan-lahan tertelan Kala Rau.
Raksasa yang rakus itu mengira tubuh Dewi Ratih masuk ke perutnya. Ternyata
dugaan Kala Rau salah. Sesaat kemudian, sedikit demi sedikit tubuh Dewi Ratih
muncul kembali. Ketika tubuh Dewi Ratih tertelan kepala Kala Rau, Bumi
Balidwipa menjadi gelap. Peristiwa tertelannya tubuh Dewi Ratih oleh Kala Rau
dipercaya oleh penduduk Balidwipa sebagai penyebab terjadinya gerhana bulan.
Oleh karena itu, setiap terjadi gerhana bulan penduduk beramai-ramai memukul
kentungan, lesung, dan alat bunyi-bunyian lain.
Karya: Cerita Rakyat Bengkalis Riau, Buku Indahnya Bahasa Dan Sastra Indonesia
Untuk SD/MI Kelas V
Di kampung yang damai, hidup sepasang suami istri miskin. Mereka tinggal di
gubuk. Sebagian atapnya sudah berlubang-lubang. Pak Garam, begitulah orang-
orang kampung memanggil laki-laki itu. Badannya kurus, tinggi, dan berkulit
hitam legam. Setiap hari ia berjalan sambil menjinjing tas berisi garam untuk dijual
dari rumah ke rumah atau ke pasar. Pada suatu hari, di kampung tetangga ada
orang meninggal. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat memandikan dan
menyembahyangkan jenazahnya. Beberapa orang diutus mencari orang yang dapat
memandikan dan menyembahyangkan jenazah.
Akhirnya, mereka bertemu Pak Garam dan meminta tolong kepadanya. "Saya tak
punya pengetahuan untuk menyalatkan orang mati," jawab Pak Garam singkat.
"Kami tak peduli Pak Garam pandai atau tidak, tetapi tolong keluarga kami yang
meninggal itu dimandikan dan disembahyangkan," tutur salah seorang utusan
tersebut. Setelah berpikir panjang dan tak ragu lagi, Pak Garam akhirnya
menyutujui. Sesampainya di rumah orang yang meninggal itu, Pak Garam
langsung memandikan mayat. Namun, Pak Garam menjadi terkejut ketika melihat
batu di ketiak mayat yang dimandikan. Diam-diam Pak Garam menyimpan batu
itu. Konon, batu itu bernama buntat manusia atau disebut juga "barang keramat".
Kegunaannya sangat luar biasa dan termasuk barang antik yang tak ternilai
harganya.
Setelah upacara jenazah selesai, Pak Garam segera pulang. Sesampainya di rumah,
Pak Garam menceritakan semua kejadian yang dialami saat ia memandikan mayat
kepada isterinya. "Tapi, saya tidak tahu apa nama batu ini dan apa pula
kegunaannya," lanjut Pak Garam. Kita simpan sajalah batu ini," saran istri Pak
Garam. Ternyata, pembicaraan Pak Garam itu didengar oleh Bujang Selamat
(pesuruh kerajaan) yang sedang memikat burung puyuh tak jauh dari rumahnya.
Bujang Selamat bergegas pulang ke kerajaan dan melaporkan apa yang baru dia
dengar kepada raja.
Raja tahu kegunaan batu tersebut. Raja segera memerintah prajuritnya untuk
meminta batu itu kepada Pak Garam. Semula Pak Garam ragu, tetapi akhirnya Pak
Garam menyerahkan benda itu kepada utusan kerajaan. Pak Garam dan isterinya
kemudian diundang ke kerajaan untuk menerima hadiah. Pak Garam dan isterinya
diberi kekayaan, rumah, pakaian, emas, dan sebagainya. Dari kejadian tersebut,
barulah terjawab apa yang dipikirkan Pak Garam mengenai manfaat dan guna batu
tersebut.
Dari kejadian itu, Pak Garam membuat petuah, yang kemudian oleh masyarakat
Sakai dikenal sebagai Petuah Pak Garam. Isi petuah itu adalah pertama, rahasia
jangan dibuka sebelum berjuntai di pintu kubur. Kedua, harapan orang jangan
diputuskan, dan ketiga, orang besar jangan dibohongi. Maksudnya, orang kaya
seperti raja dapat membuktikan pembicaraannya dalam sekejap saja.
Karya: Putri Intan P., Buku Indahnya Bahasa Dan Sastra Indonesia Untuk SD/MI
Kelas V
Aku terkejut, ketika siang itu melihat orang beramai-ramai ke sawah dengan
membawa pentungan. Tiba-tiba, aku melihat Rudi, putra Paman Danu. "Hai, Rudi!
Rud, Rudi!" teriakku. Namun, tampaknya Rudi tidak mendengar. Aku mencoba
berteriak sambil berlari, "Rudi, tunggu!" Akhirnya, Rudi menengok ke arahku.
"Ya, ada apa Intan?" katanya sambil berhenti, menepi dari iring-iringan. "Kamu
mau ke mana?" "Ke sawah, memberantas tikus. Kamu mau ikut?" tanya Rudi, yang
membuatku jadi penasaran.
"Sebenarnya aku ingin, tapi....." "Nggak apa-apa, nanti kamu lihat dari kejauhan
aja," bujuk Rudi. Akhirnya, aku bergabung dengan orang-orang itu. Tak berapa
lama, kami sampai di sawah. Beberapa orang dewasa mencangkuli pematang.
"Awas, siap-siap!" seru Pak Karman. Tiba-tiba, tiga ekor tikus besar melompat dan
berlari hampir bersamaan. "Hayo, kejar terus! Langsung pukul saja!" seru mereka.
Ketiga ekor tikus itu pun mati. Namun, para 'pemburu' belum puas. "Wah, ini
liangnya besar sekali Tampaknya di sini jadi 'kerajaan' tikus," kata Pak Karman.
Benar saja, baru beberapa cangkulan, lima ekor tikus melompat dan berlari
tunggang langgang. Beberapa orang berlari mengejarnya. "Pak Karman, ada tikus
besar sekali. Tadi mau keluar lewat liang tembusan sebelah sini!" kata Pak Karjo.
Pak Karman terus mencangkuli pematang itu. Sesaat kemudian, seekor tikus
'raksasa' (orang-orang desa itu menyebutnya tikus werok) melompat, hampir
menerjang tubuh Pak Karjo.
Pak Karjo mengejar si werok, diikuti Rudi. Si werok terus berlari. "Huk, huk!"
suara tikus itu seolah menggertak. Rudi ketakutan, namun terus mengikuti arah Pak
Karjo. Beberapa kali tikus itu terkena pentungan, namun seolah tak merasakannya,
bahkan ia berbalik menyerang. Pak Karjo jengkel, merasa ditantang. Pentungan
dibuang kemudian ditubruknya 'si raksasa' itu.
Pak Karjo berhasil mencekik tikus itu, namun tikus raksasa itu menggigit
tangannya hingga berdarah.
"Aduh! Aduh! Aduh!" teriak Pak Karjo kesakitan sambil memegangi tangannya.
Melihat hal itu, Rudi berteriak minta tolong. Orang-orang yang lain berlari ke arah
Rudi, kemudian beramai-ramai mengejar si werok. Berpuluh kali pentungan
menimpa 'raksasa hitam' itu, hingga akhirnya mati. "Kita pulang saja, sudah sore.
Besok kita lanjutkan lagi!" kata Pak Karjo sambil merintih dan memegangi
tangannya. Ajakan itu disambut teman-teman yang lain. Tampak senyum kepuasan
menghiasi raut wajah mereka saat melangkah pulang. Tidak kurang dari seratus
ekor tikus dan satu werok berhasil diberantas.
Itulah tadi beberapa contoh cerita fiksi pendek yang menghibur dan penuh makna.
Mempelajari karya fiksi memberikan amanat moral dalam menjalani kehidupan
yang lebih baik.
Baca: Hari Ini 175 Tahun Kelahiran Bram Stoker, Menulis Kisah Dracula
antara Fakta dan Fiksi
Berita Selanjutnya
Sinopsis Oh! Young Shim, Drama Korea Baru yang Dibintangi Donghae Super Junior
57 menit lalu
Artikel Terkait
Jatuh Cinta dengan Karakter Fiksi, Apa itu Fictophilia?
12 Maret 2023
Pengertian Cerita Fiksi dan Ciri-Cirinya yang Perlu Diketahui
15 Januari 2023
Hari Ini 175 Tahun Kelahiran Bram Stoker, Menulis Kisah Dracula antara
Fakta dan Fiksi
8 November 2022
CekFakta #179 Seni Memisahkan Fakta dari Fiksi
24 Oktober 2022
Tokoh Antagonis dan Protagonis dalam Fiksi
3 Maret 2022
Rekomendasi Artikel
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak
ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.
Kami TUTUP GUDANG! Samsung Galaxy S22 ultra diskon hingga 70%!
2 tetes di malam hari penglihatan akan dipulihkan secara instan, bahkan pada usia 75
tahun
Veneer pasang lebih baik daripada gigi palsu lainnya. Veneer dipasang dalam 5 menit
Samsung Galaxy S22 ultra seharga 2.222.000 IDR. Diskon hingga 70% untuk flagman
Samsung
Rambut pasti tumbuh lebat! Tak peduli seberapa parah kebotakan Anda
Samsung Galaxy S22 ultra seharga 1.857.000 IDR. Diskon hingga 70%
Kami TUTUP GUDANG! Iphone 13 pro seharga 2.750.000 IDR.
Video Pilihan
Jatuh Cinta dengan Karakter Fiksi, Apa itu Fictophilia?
12 Maret 2023
Fictophilia merasa jatuh cinta hingga punya hasrat menjalin hubungan spesial
dengan karakter fiksi pujaannya novel, game, kartun, anime
Baca Selengkapnya
Mengenal apa itu cerita fiksi dan ciri-cirinya. Cerita Fiksi memiliki alur menarik
serta bertujuan menghibur pembaca
Baca Selengkapnya
Bram Stoker pembuat novel Dracula mengambil cerita dari kisah di sekitarnya. Ia
mulai membuat cerita kondang sepanjang masa ini pada 1890 hingga 1897.
Baca Selengkapnya
Langkah pertama sebelum kita bisa memastikan apakah suatu informasi adalah
fakta atau hoaks, adalah dengan membacanya.
Baca Selengkapnya
Suatu karakter dalam fiksi dianggap antagonis jika hanya benar-benar bertentangan
dengan tokoh protagonis.
Baca Selengkapnya
Terpopuler di Seleb
Grand Final Indonesian Idol 2023: Salma Salsabil Vs Nabila Taqiyyah, Siapa Penerus Lyodra dan Tiara
Andini?
13 jam lalu
20 jam lalu
Terakhir Datang 10 Tahun Lalu, Kim Soo Hyun Senang Disambut Hangat Fans Indonesia
21 jam lalu
10 jam lalu
Terkini di Seleb
Sinopsis Oh! Young Shim, Drama Korea Baru yang Dibintangi Donghae Super Junior
57 menit lalu
1 jam lalu
2 jam lalu
Soundtrack Piala Dunia U-20 di Argentina Tetap Pakai Lagu Weird Genius, Ini Lirik Glorius
3 jam lalu
Mengenal Phyla Vell, Karakter yang Muncul di Post-Credit Guardians of the Galaxy Vol 3
5 jam lalu
Menelisik Sumber Kekayaan Denny Cagur yang Ikut Jadi Caleg dari PDIP
6 jam lalu
9 jam lalu
25 Tahun Frank Sinatra Berpulang, Penyanyi Legenda yang Populerkan My Way dan Fly Me to the
Moon
9 jam lalu
10 jam lalu
10 jam lalu
Terpopuler di Seleb
10 jam lalu
Profil Min Woo Hyuk, Aktor Korea yang Bersinar Di Drakor Doctor Cha
15 jam lalu
Menelisik Sumber Kekayaan Denny Cagur yang Ikut Jadi Caleg dari PDIP
6 jam lalu
25 Tahun Frank Sinatra Berpulang, Penyanyi Legenda yang Populerkan My Way dan Fly Me to the
Moon
9 jam lalu
Cara Lucu Slamet Rahardjo dan Butet Kartaredjasa Mengenang Nano Riantiarno
11 jam lalu
Lihat Selengkapnya
Informasi
Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan LayananBeriklanKarier
Jaringan Media
Tempo.coKoran TempoMajalah TempoTempo English MagazineTempo.co EnglishTempo
StoreTempo InstituteTempo Data Science
IndonesianaTerasZiliunTelusuriCantikaGoOtoKok BisaTemotion
Media Sosial
LINE
Unduh Aplikasi Tempo
[x] close