Anda di halaman 1dari 14

Pendeklamasi 7: Intan Idzadja Hidayah bt Ab.

Hafidz

Tajuk: Pada Tanah Yang Indah


Penulis: A. Samad Said

Dalam mata yang bersih merayap cahaya jernih


Aku sama menagih kemerdekaan kekasih,
Dalam dada yang mesra tenang telaga cinta
Aku janji setia membela tanah pusaka.

Kira ribut mendurja mengancam tanah yang indah


setapak tiada kurela untuk melutut kecewa,
biar peluru selaksa mendendam liar mangsanya
untuk kekasih pusaka hatiku tetap rela.

Dalam lari berlari berbaja kasih di hati


Azam besi berumbi, melebur penjajah di bumi!
Dalam rindu berpadu, hitam dendam terpendam
Aku terlalu merindu fajar cemerlang menjelang.

Hati ini seluruh kasihkan kekasih sepenuh


Beri janji yang teguh hingga badanku luluh!
Pendeklamasi 8: Hj Ismail Bin Hj Samsudin

Tajuk: Hujan Merdeka


Penulis: Zulkifli Mat Top

Di langit Ogos
Awan gembira mengkhabarkan
Hujan merdeka turun lagi
Untuk ke sekian Kalinya
Membasahi bumi Keramat ini

Dinginnya merangkul perasaan nusa


Syahdunya menyelimuti hati pembela
Damainya bertakhta di tiap jiwa anak-anak bangsa

Telah ku temui mutiara yang tersembynyi


Dalam denai-denai usia yang menjanjikan kebahagiaan
Ku kecapi aroma pembangunan
Ku kucupi wangian pembebasan
Dan telah ku warnai kanvas jati diri
Mengikut lakaran budaya dan potret bangsaku

Hujan merdeka turun lagi


Titisnya menjelajahi hati sri kandi
Pertiwi tersenyum menerimamu
Memeluk janji yang termeterai

Harapan yang terkota


Teguh mengepong cinta

Terima kasih hujan merdeka


Walau langit ogos berlalu
Titisnya membasahi sepanjang musim
Pendeklamas 5: Nor Hafizah Binti Abdul Rahman

Tajuk: Pahlawan Kemerdekaan (Kepada Pahlawan Pahang)


Penulis: Dato Usman Awang

PAHLAWAN
jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan engkau derhaka
maka engkaulah pahlawan yang sebenarnya

Gema seabad silam


Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang

Sungai Semantan berubah merah


bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakit mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat

Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat.
Pendeklamasi 1: Nur Fatihah Che Ruzlan

Tajuk: 31 Ogos Tiba Lagi


Penulis: Wan Zahari Wan Ali

Setiap kali tibamu Ogos


mengerling monumen yang lusuh dan tugu berdarah
dalam matang akal fikir
semangat dan kudrat masih berbaki
merisik khabar pejuang yang jauh
dalam lipatan darmawisata merdeka
mahalnya nostalgia

Manis dan comelmu Ogos ini tiba jua


menyentak lolong makrifat membiak musim
ceriteranya berderai plotnya berkecai
mengirai skrip duga yang tak sudah
atas aspal fatamorgana bumi bertuah

Ogos yang sujud di kaki merdeka


tanggal tiga puluh satumu tidak pernah hilang
tetap menyimpul senyum
meskipun termateri kenangan pahit
yang mahal dan cantic

Hari ini mentari 31 Ogos memancar lagi


bersama gemersik angin di bumi bertuah
mendewasakan ukhuwah dan ummah
siap siaga warga berdaulat memahat sejarah
dalam tamadun bangsa yang gah

Terima kasih pejuang tanah merdeka


terima kasih aduhai tanah airku Malaysia!
Pendeklamasi 2: Zaiharun Zulkifli

Tajuk: Di Pentas Kebebasan


Penulis: Khadijah Hashim

Kamu membakar hutan bandar


kedai dan kereta disambar api kemarahan semarak
darah generasi abad duapuluh satu

siapa yang ditentang juga jelas


menegakkan keadilan dengan tangan kasar 
meja rundingan pun turut dibakar.

Seorang tua termanggu melihat kejadian


peristiwa yang tidak terlintas di fikiran
apakah yang dicari wahai anak muda?

Aku yang membina tiang kemerdekaan


kau bersorak bangga mematahkan.
Aku yang mengecat tugu sejarah
putih bersih sedap mata memandang
kau conteng dengan niat hitam.

Jari terketar tak mampu menampar


tangannya letih hendak menangani
mereka yang bingung di pentas kebebasan
tercari-cari nama negeri bumi yang dipijak
sedangkan ladang sudah dibajak
benih sudah dipilih untuk disemai.

Orang tua itu berbisik sedih


aku membina kamu meruntuhkan.
Pendeklamasi 11: Nurul Nadiah Binti A.Noar

Tajuk: Wasiat Rimba Merdeka


Penulis: Hassan Jaidin

Mari kita elus makna akar dari sebatang pohon sebijaknya;


dengan akar yang menujah bumi
terfikir kita keakraban paling mutlak
tanpa akar bumi takkan kejap tanpa bumi akar takkan hidup
itulah akar asal bangsa
menunjang batang ketamadunan gemilang
meski dibadai petaka lapan penjuru angin
meski digegar bencana tujuh jurus benua
meski disimbah sengsara tujuh jurus samudera
takkan goyah batang ini,
takkan goyah!
ini akar asal bangsa mengaut gizi agung dari bumi
gizi membentuk budaya murni
gizi membentuk adat harmorni
gizi membentuk iman hakiki
pantaslah batang ketamadunan gemilang
gagah membenteng diri 
pohon apakah ini sebenarnya?
mari kita gapai makna pucuk dari sebatang pohon sebijaknya;
dengan pucuk yang melakar langit
terfikir kita keinginan paling waja
tanpa pucuk pohon mati segera tanpa pohon pucuk tiada
bertunas itulah pucuk aspirasi bangsa
menyegar batang ketamadunan gemilang
meski diamuk dermaga tujuh petala langit
meski digait durjana berjuta parasit rimba
meski dipulas seksa nasar tujuh turunan
takkan lemah batang ini,
takkan lemah! 
Pendeklamasi 11: Nurul Nadiah Binti A.Noar

// Sambungan
ini pucuk aspirasi bangsa mengaut gizi agung dari jagat terbuka
gizi membentuk citra unggulan
gizi membentuk naungan ikhlas
gizi membentuk keindahan peribadi
sewajarnya batang ketamadunan gemilang mencuat mercu wijaya 
pohon apakah ini sebenarnya?
mari kita analisa pohon ini sebagai kita negara bangsa sepadu;
pohon ini segak namanya ke seluruh rimba buana
pohon ini rimbun keprihatinannya menaungi sengsara mergasatua
pohon ini kukuh pendiriannya meski kerdil diukur mata
ini bukan pohon Melaka, bukan
ini pohon Malaysia!
menjadi daunnya sahaja teramat agung untungnya
bagaimana pula jika kita adalah buahnya? 
[Maka Raja Iskandar berseru,
“ini kayu jangan tebangkan,
ini rimba jangan hapuskan,
semangat rimba harus ada pada anak cucu kita!”]
Pendeklamasi 4: Nur Fatin Farisha

Tajuk: Ketaatan Dan Keberanian


Penulis: Nafisa

Berjanjilah kami demi keberanian


melalui suara-suara hijaz
putaran kemerdekaan

menyusur sungai-sungai mati


kepada insan seikat masyarakat
yang telah bebas.

Dalam sejarah kepahitanmu


terselit larian aku anak kecil
dibentuk dalam kelas-kelas rendah
hingga ke kamar dewasa
jiwa ini digantung loceng mongel
lalu direntap-rentap
terbawa-bawa.

Titisan darah ibuku


pada papan cendana pejal
masih melekat di situ
di perigi yang telah terkambus
hanyir masih terbau
tembuni dalam diam berubah fosil
atas tanah yang merdeka.
Seperti selalu

berlarilah kami dengan sebuah bendera kecil


menyamai pemberian hadiah bapamu
kami menyebut MERDEKA!!!
MERDEKA!!! MERDEKA!!!!
Pendeklamasi 10: Airene Binti Abdullah

Tajuk: Kitalah Tuan


Penulis: Hashim Yaacob

Kita lari menggendong maruah diri


Resah cemas di bumi sendiri 
lalu berapakah harga kelangsungan nafas 
ketika kita tunduk tewas 
terkongkong dan tertindas?

Ratusan tahun kita ketiadaan wajah,


apakah tanda kehandalan pahlawan
sedang bangsa menjadi suruhan? 
Ratusan tahun kita kehilangan rupa,
di tanah sendiri tuannya siapa?

Betapa bosan dalam kehilangan 


tiada seri di mata, segala malap, 
tiada cahaya di jiwa, segala gelap, 
lalu mengeluhrintih bangsa bawahan, 
kerana pendatang berdiri, 
mempertidak hak dan menuding jari:

"Kami sebenarnya tuan, 


Kamu yang lemah adalah suruhan!" 

Tetapi segala sementara, segala sementara, 


tidak terbenam inti keberanian 
tidak terkikis nadi kepahlawanan: 
bangkit Tok Janggut dengan kegagahan, 
bangkit Mat Kilau dengan kecekalan, 
bangkit Maharajalela dengan kehandalan, 
bangkit Bahaman dengan keyakinan, 
Pendeklamasi 10: Airene Binti Abdullah

// Sambungan
bangkit segala wira, bangkit, 
bangkit bangsaku memaknakan pertuanan: 
berbadai di jiwa membela ibunda 
berapi di mata menuntut merdeka! 

Kini bagaikan permata,


merdeka di genggaman kita 

tergenggam juga kebijaksanaan. 


Kitalah penentu kelangsungan. 

Pengalaman adalah perisai sejati, 


tegap kita dengan mata waspada 
santun kita dengan telinga budi, 
kita bangunkan tiang yang lima,
dalam rangka hidup bersama 
kita ukir hala tuju 
dengan agama, budaya dan ilmu. 

Kitalah tuan.
Pendeklamasi 9: Khairul Anwar

Tajuk: Jiwa Hamba


Penulis: Dato’ Usman Awang

Termenung seketika sunyi sejenak


Kosong di jiwa tiada penghuni
Hidup terasa diperbudak-budak
Hanya suara melambung tinggi

Berpusing roda beralihlah masa


Pelbagai neka hidup di bumi
Selagi hidup berjiwa hamba
Pasti tetap terjajah abadi

Kalau hidup ingin merdeka


Tiada tercapai hanya berkata
Ke muka maju sekata, maju kita
Melemparkan jauh jiwa hamba

Ingatkan kembali kata sakti


Dari bahang kesedaran berapi
Di atas robohan Kota Melaka
Kita dirikan jiwa merdeka
Pendeklamasi 3: Syaizura Hani Binti Abd samat

Tajuk: Pahlawan Kemerdekaan (Kepada Pahlawan Pahang)


Penulis: Dato’ Usman Awang

PAHLAWAN
jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan engkau derhaka
maka engkaulah pahlawan yang sebenarnya

Gema seabad silam


Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang

Sungai Semantan berubah merah


bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakit mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat

Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat.
Pendeklamas 6: Wan Zainudin Ali Aspar

Tajuk: Pahlawan Kemerdekaan (Kepada Pahlawan Pahang)


Penulis: Dato’ Usman Awang

PAHLAWAN
jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan engkau derhaka
maka engkaulah pahlawan yang sebenarnya

Gema seabad silam


Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang

Sungai Semantan berubah merah


bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakit mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat

Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat.
Pendeklamasi 12: Zainab Binti Md Isa

Tajuk: Hujan Merdeka


Penulis: Zulkifli Mat Top

Di langit Ogos
Awan gembira mengkhabarkan
Hujan merdeka turun lagi
Untuk ke sekian Kalinya
Membasahi bumi Keramat ini

Dinginnya merangkul perasaan nusa


Syahdunya menyelimuti hati pembela
Damainya bertakhta di tiap jiwa anak-anak bangsa

Telah ku temui mutiara yang tersembynyi


Dalam denai-denai usia yang menjanjikan kebahagiaan
Ku kecapi aroma pembangunan
Ku kucupi wangian pembebasan
Dan telah ku warnai kanvas jati diri
Mengikut lakaran budaya dan potret bangsaku

Hujan merdeka turun lagi


Titisnya menjelajahi hati sri kandi
Pertiwi tersenyum menerimamu
Memeluk janji yang termeterai

Harapan yang terkota


Teguh mengepong cinta

Terima kasih hujan merdeka


Walau langit ogos berlalu
Titisnya membasahi sepanjang musim

Anda mungkin juga menyukai