Anda di halaman 1dari 7

NASKAH DRAMA PpKN

KEBANGKITAN NASIONAL
Tokoh:

 Herman Willem Daendels


 Pekerja rodi 1, 2, 3, 4
 Ki hajar dewantara
 Cipto Mangunkusumo
 Gunawan Mangunkusomo
 Wahidin Sudiro Husodo
 Raden Soetomo
 Bangsawan
 Soenardji Tirtonegoro
 Gondo Soewarno
 Mohammad Saleh

Tanam Paksa Daendels dan pekerja rodi memasuki stage. Pekerja rodi 1 dan 2 masuk stage
duluan sambil bawa cangkul lalu daendels masuk stage dengan langkah yang gagah dan sombong.
Sound: perang perangan

Daendels : Hei kamu! Cepatlah kerjanya, kapan ini selesainya!!!

Daendels : Kamu juga! Cepat! jangan malas!

Daendels : Tidak benar ini kerjanya kalau begini! CEPAT! SAYA INGIN HARI INI SELESAI!!!

Pekerja rodi : *Menyangkul tanah dengan ekspresi ketakutan*

Daendels : CEPATLAH CANGKUL TANAH ITU, DASAR PRIBUMI PEMALAS!!!

Keluar stage

Narrator : Pada saat itu, Indonesia sedang dijajah habis-habisan oleh Belanda, mereka hidup
dalam penderitaan dan kebodohan. Hampir semua pribumi Indonesia dipaksa untuk kerja rodi demi
kepuasan Belanda. Saat itu, rakyat Indonesia masih belum mempunya tekad dan kesadaran untuk
melakukan perlawanan terhadap penjajah.

Kerja Paksa Pekerja rodi 3 dan 4 masuk stage sambil bawa-bawa karung dan diikuti oleh daendels
dari belakang sambil berteriak ke pekerja rodi.

Daendels : Hei cepatlah, jalan yang cepat. Kau lama sekali!!


Daendels : Jalan! Apakah kalian tidak bisa mengangkat dua karung sekaligus

Daendels : Bagaimana ini tidak ada yang bisa bekerja

Daendels : Bahkan kura-kura bekerja lebih cepat dari kalian! PRIBUMI PEMALAS! CEPATLAH
BERGERAK DASAR BODOH!!

Keluar stage

Narrator : Setelah sekian lama dipaksa kerja rodi, beberapa rakyat Indonesia mulai mempunyai
kesadaran dan ambisi untuk membebaskan negaranya dari kolonialisme Belanda. Era kesadaran ini
disebut dengan era Kebangkitan Nasional.

Narrator : Wahidin Sudirohusodo merupakan dokter yang pernah bersekolah di STOVIA. Karena
pekerjaannya sebagai dokter membuat beliau lebih dekat dengan rakyat. Karena itu, ia menyimpulkan
bahwa masalah rakyat Indonesia adalah kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Setelah berhenti
menjadi dokter, beliau bekerja sebagai pemimpin redaksi di surat kabar Retnodoemilah untuk
menyampaikan gagasan kesadarannya.

Retnodoemilah Wahidin masuk stage sambil membawa koran dan jalan jalan kebingunan.
Berdialog sendiri.

Wahidin: Sedang memegang koran-koran. Sepertinya kalau saya hanya menyampaikan gagasan saya
melalui surat kabar saja, itu tidak akan terlalu membangun kesadaran rakyat Indonesia.

Wahidin: Jalan muter-muter seperti orang bingung. Apa yang harus saya lakukan demi kesadaran bangsa
ini? Sudah terlalu lama mereka hidup di bayangan penjajah… hidup dalam KEBODOHAN dan
KEMISKINAN… Jalan muter-muter kebingungan lagi

Wahidin: Berhenti jalan Saya tahu! Demi kebebasan negeri ini, saya harus merelakan pekerjaan saya dan
mulai bernegosiasi dengan para bangsawan untuk mengumpulan dan meminta dana Pendidikan bagi
kaum pribumi.

Wahidin: Jika saya tidak melakukan itu, saya yakin bangs aini akan selamanya hidup dalam bayang-
bayang Belanda, tidak ada kata merdeka di bangsa ini.

Keluar stage

Narator: Setelah menyadari itu, Wahidin segera menemui bangsawan untuk bernegosiasi agar dapat
mendukung dan mendanai gagasannya tersebut

Bernegosiasi dengan bangsawan Wahidin dan bangsawan masuk stage. Mereka sedang
berdiri. Wahidin meminta dengan sepenuh hati ke bangsawan tersebut. Bangsawannya memasang
muka ketus, kesal, dan tidak peduli dengan keinginan Wahidin.

Wahidin: Kulonuwun bapak, ada yang ingin saya bicarakan


Bangsawan: Ada kepentingan apa denganku, Wahidin? Jelaskan dengan cepat! Saya tidak memiliki
banyak waktu dengan rakyat rendahan sepertimu ini

Wahidin: Begini bapak, apakah bapak sadar bahwa negeri kita telah hidup dalam kebodohan dan
kemiskinan dari bayang-bayang Belanda?

Bangsawan: Apa peduliku dengan rakyat negeri ini?

Wahidin: Mereka sudah terlalu lama melarat dalam penjajahan pak, maka dari itu saya bertekad untuk
menggalang dana Pendidikan bagi kaum pribumi ini…

Bangsawan: Lalu apa hubungannya dengan saya? Biarkanlah pribumi menjadi pribumi, memang sudah
Nasib mereka untuk melarat!

Wahidin: Saya ingin meminta bapak untuk memberi dukungan dan mendanai Pendidikan para kaum
pribumi ini!

Bangsawan: Enak saja!!! Sudah saya bilang, biarkan para rakyat jelata itu hidup dalam kegelapan! Tidak
sudi saya untuk memberikan duit saya kepada rakyat pribumi itu!

Wahidin: Ini demi kebebasan negri kita pak!!

Bangsawan: HALAH! BIARKANLAH MEREKA HIDUP MELARAT! ITU MEMANG NASIB MEREKA WAHIDIN!!!
Saya tidak mau melihat wajahmu mengemis lagi disini! Pergi lah! Sambil menunjuk-nunjuk ke luar
dengan emosi

Keluar stage

Narrator: Setelah menemu banyak bangsawan dan ditolak terus menerus, Wahidin akhirnya sadar
bahwa hanya pemuda Indonesia lah yang mampu mempunyai kesadaran akan kemiskinan dan
kebodohan Pendidikan bangsa ini. Wahidin lalu menemui para pelajar STOVIA.

Gedung Stovia Wahidin, Soetomo, Ki hajar, dan Cipto memasuki stage, mereka sedang berdiskusi
dengan serius sambil duduk.

Wahidin: Selamat siang pemuda-pemuda STOVIA… Ada yang ingin saya bicarakan

Soetomo: Kulonuwun bapak Wahidin, ada apa kepentingan bapak dengan kami?

Wahidin: Saya telah menyadari, rakyat Indonesia telah terlalu lama hidup dalam bayang-bayang
Belanda, saya pikir kalian sebagai pelajar dan pemuda negeri ini dapat membantu menyadarkan rakyat
akan pentingnya Pendidikan agar mereka terbebas dari penjajahan

Ki Hajar : Kulonuwun bapak Wahidin, saya izin bicara… Saya setuju dengan apa yang bapak katakan, saya
sadar bahwa kita ini harus bergerak demi mempertahankan bangsa kita dari ancaman penjajah, kita
tidak bisa terus menerus menderita seperti ini.
Cipto : Betul bung, satu-satunya perlawanan yang dapat kita lakukan sebagai pelajar di stovia ini adalah
meningkatkan kesadaran mereka akan pendidikan, akan terasa sia sia jika kita tidak membuat nasib
bumiputera membaik.

Soetomo: Benar bung, saya menempun Pendidikan disini demi memajukan bangsa ini agar tidak lagi
berada di kolonialisme belanda

Cipto : Kalau bung setuju, saya pikir kita harus sama sama berjuang demi kemerdekaan bangsa indonesia
dan kelayakan nasib bumiputera ini.

Cipto: Bagaimana pendapat bapak Wahidin?

Wahidin: Hebat sekali kalian para pemuda… setelah beberapa tahun saya bernegosiasi dengan para
bangsawan untuk mendukung dan memberi dana Pendidikan dan terus ditolak, akhirnya ada kemajuan
dari perjuangan saya

Soetomo: Bangsawan itu hanya peduli dengan kasta mereka pak, mana ada peduli mereka dengan
bangsanya sendiri, mereka lebih senang jika rakyat pribumi tetap menderita alih-alih menolong mereka

Wahidin: Iya, soetomo. Saya sudah menemui banyak sekali bangsawan-bangsawan negeri ini, tidak ada
satupun dari mereka yang mempunyai rasa peduli dengan penderitaan rakyat pribuminya

Wahidin: Kalau begitu, saya harap kalian para pemuda dapat membuat lebih banyak orang sadar akan
hal penjajahan ini… Ajaklah teman-teman di STOVIA untuk mengikuti gerakan ini

Cipto: Baiklah pak Wahidin. Kami akan berupaya untuk mengajak mereka ikut gerakan ini, semoga
banyak orang yang memiliki kesadaran dan sependapat dengan kami untuk bebas dari kolonialisme
Belanda.

Keluar stage

Narrator: Setelah perbincangan itu para pemuda STOVIA dan dr. Wahidin sewaktu-waktu melakukan
pertemuan untuk membahas masalah pergerakan nasional, sampai akhirnya pada tanggal 20 mei
1908 Soetomo mengumpulkan teman-teman sesama siswa stovianya untuk menyampaikan rencannya
untuk membuat suatu perkumpulan.

Tempat rapat Soetomo, Gunawan, Soenardji masuk stage. Soetomo duduk ditengah memimpin
rapat.

Soetomo : Selamat pagi semua

Peserta rapat : Pagi bung

Gunawan : Jadi apa maksud bung mengumpulkan kami disini

Sutomo : Sabar dulu saudara Gunawan, saya akan menjelaskan semuanya. Seperti yang kita tahu
mengenai kondisi bangsa kita sekarang
Gunawan : Ya saya tahu, gara-gara Belanda semua orang tidak bisa mempunyai kebebasan beraktivitas
dan berpendapat, mereka bahkan memperlakukan para pribumi untuk kerja paksa

Soenardji : Dan banyak pemuda Indonesia yang tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka karena
masalah ekonomi yang tidak bagus

Sutomo : Sepertinya kalian semua sudah mengerti. Jadi, karena masalah-masalah itulah saya
mengumpulkan kalian semua disini. Saya mempunyai rencana untuk mendirikan suatu organisasi

Sutomo : Kita akan membentuk sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, kesenian
dan kebudayaan

Soerandji : Saya setuju dengan ide bung Soetomo, tetapi apakah mungkin pemerintahan Belanda
setuju?

Soetomo: Masa bodo dengan pemerintah Belanda! Kita ini pemuda Indonesia, saya sudah muak dengan
kolonialisme mereka bung!!

Gunawan: Soetomo, ini adalah gerakan yang sangat beresiko, bila Belanda mengetahui ini, habislah
kita…

Soetomo: Ya.. saya tahu bung ini adalah gerakan yang sangat beresiko, namun jika kita tidak berani
mengambil resiko, maka kapan bangsa ini akan bebas dari bayang-bayang Belanda bung?

Keluar stage

Narator: Dan telah didirikanlah organisasi modern pertama di Indonesia dengan Sutomo sebagai
ketuanya. Budi Utomo mengalami banyak perkembangan setelah dibentuk. Mereka menyelenggarakan
kongres mereka pada tanggal 3-8 Oktober 1908. Pada saat itu Budi Utomo sudah memiliki cabang yang
tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Tempat Rapat Soetomo, Soenarjdi, Cipto, masuk stage.


Sutomo : Saudara-saudaraku, setelah musyawarah yang cukup lama akhirnya kami mencapai sebuah
mufakat. Mulai hari ini, organisasi ini akan saya pimpin mulai sekarang.

Soenarjdi : Selamat pagi semuanya. Organisasi kita sudah berkembang pesat sejak pertama kali
didirikan, saya tau banyak yang ingin menyampaikan pendapat untuk memajukan organisasi ini, saya
akan memberikan kalian kesempatan untuk memberikan pendapat kalian masing-masing.

Cipto : Saya ingin organisasi kita ini menjadi sebuah partai politik yang nantinya bermanfaat untuk
mengangkat rakyat secara umum tidak terbatas hanya pada kaum bangsawan saja, saya juga ingin
pergerakan kita tidak terbatas di Jawa dan Madura saja tetapi mencakup seluruh Indonesia
Soenarjdi : Pendapat yang bagus. Baiklah mari kita adakan pemilihan suara yangs setuju dengan
pendapat suara Cipto silahkan acungkan tangan!

Tidak ada yang angkat tangan

Soenarjdi : Yang tidak setuju dengan pendapat saudara Cipto, silahkan acungkan tangan

Semua anggota angkat tangan

Soenarjdi : Baiklah karena mayoritas tidak setuju dengan pendapat saudara Cipto kami tolak

Cipto : Sudah saya duga organisasi ini tidak sependapat dengan saya. Baiklah! Saya keluar dari organisasi
ini

Cipto menggebrak meja lalu keluar dengan marah.

Keluar stage

Rumah Soetomo Soetomo, soewarno, dan M. saleh masuk stage. Sedang lesehan.
Sutomo : Saudara-saudara aku ingin menyampaikan ketidakpuasanku terhadap organisasi ini seiring
berjalannya waktu atas kebangsaan Jawa yang kita miliki ini sudah tidak sejalan lagi dengan asas
kebangsaan yang harus bersifat nasionalis

Suwarno : Lalu apa yang kau lakukan? Aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari organisasi ini

Saleh : Apa? Kamu tidak bisa melakukan ini, organisasi ini tidak akan ada tanpa engkau

Sutomo : Maafkan aku tapi ini yang terbaik untukku dan untuk organisasi ini

Langsung keluar

Narator: Setelah banyaknya perundingan, dilemma, dan bimbang, para anggota organisasi Budi Utomo
akhirnya menyelesaikan konflik mereka. Pada saat ini Budi Utomo tidak hanya dianggotai oleh para
rakyat kalangan atas, rakyat pribumi dan yang lain juga bisa masuk ke dalam organisasi ini tanpa
terkecuali. Gerakan tersebut semakin menambah kesadaran rakyat Indonesia yang lain untuk memiliki
ambisi dan semangat untuk bebas dari tangan Belanda

Tempat rapat Semua anggota budi utomo masuk stage


Soetomo: Wahai saudara-saudaraku, kita telah mencapai era kejayaan organisasi kita

Gunawan: Kita telah berhasil bung!!!

Saleh: Saya sangat bersyukur bung! Organisasi ini dapat menjadi organisasi pelopor kesadaran bangsa
ini. Sekarang rakyat pribumi Indonesia dapat masuk juga ke organisasi ini dan Bersama-sama berjuang
untuk menaklukan penjajah
Cipto: Sekarang semua anggota telah memiliki pikiran yang terbuka. Pasti kita bisa melawan Belanda
bung! Tidak harus ikut perang dan disiksa Belanda, kita juga bisa melawan mereka dengan otak yaitu
menanamkan Pendidikan yang bagus pada rakyat-rakyat Indonesia..

Soetomo: Baiklah para pemuda, karena kita sekarang sudah bersatu, kita bisa Bersama-sama berjuang
untuk melawan Belanda

Gunawan: HIDUP BUDI UTOMOOOO

Saleh dan lain-lain: HIDUP BUDI UTOMOOOOOOO!!!!!!!!

Anda mungkin juga menyukai