DJANUARI 1939.
Satu suara.
Dalam komentarnja atas Koninklijk Besluit menolak petisi-Sutar-
djo, Zentgraaf menulis dalam Java Bode, 7 Desember 1938 jang
lalu, sebagai berikut:
„Kita tidak dojan sama sekali kepada semangat jang mengeluar-
kan rantjangan2 dari t. Sutardjo cs.; lebih baik beliau ini diawasi
betul langkah2-nja !"
„Tingkah laku mereka ialah salah satu dari tanda2 bahwa aliran
defaitisme (perusak dan peruntuh), salon-sosialisme (socialisme
menak2) dan angan2 hendak menghantjur-lindaskan barang jang
ada", sudah mulai muntjul kembali, hal mana telah njata kelihatan-
nja dalam beberapa tahun jang achir2 ini". 62)
Begitulah bunji suara dari pihak ini.
Java Bode adalah salah satu surat kabar putih jang berpengaruh
besar di Indonesia, jang setiap hari memberi gambaran akan paham
dan perasaan sebahagian besar dari golongan Belanda dan ter-
kadang2 tidak kurang pula mengemukakan dan mempertahankan
pendirian jang terkandung dalam golongan jang dinamakan „re-
geeringskringen", tentang salah satu masalah. Dengan ini kita tentu
tidak menegaskan bahwa pendirian Java Bode sebagaimana jang
tertjantum diatas, djuga dipakai oleh „regeeringskringen" tentang
masalah penolakan petisi-Sutardjo itu. Hanja kita dapat merasakan
bahwa sikap jang sematjam itu, se-kali2 tidak menambah kuatnja
pertalian ruhani antara bermatjam golongan, chususnja antara kulit
putih dan kulit sawo jang ada dibawah pemerintahan Belanda di
62) „Wij moeten niets hebben van den geest waaruit de plannen der heeren Sutardjo c.s.
opwellen; men zal verstandig doen streng op de houding dezer heeren te letten !"
.,Hun optreden is een der symptomen van de wederopleving van defaitisme, salon social-
isme en liquidatie-neigingen, welke in de laatste jaren duidelijk merkbaar is."
Indonesia ini. Tidak pernah perhubungan batin antara,dua bangsa
diperdapat, apabila dari satu pihak senantiasa dengan tidak meman-
dang waktu dan keadaan, memperlihatkan tjemburu dan tjuriganja
terhadap kepada golongan jang lain.
Orang boleh setudju atau tidak setudju dengan tjita2 jang dike-
mukakan oleh Sutardjo cs., sebagaimana dalam kalangan Belanda
ada jang pro, begitu pula dikalangan Bumiputera ada jang
tegen. Akan tetapi kalau orang amat berenteng-lidah mentjap Su-
tardjo-groep dengan berbahaja untuk negeri dan lantaran itu me-
ngusulkan supaja „beliau2" itu harus di-awas2-i, adalah jang demiki-
an itu suatu perbuatan jang terburu-nafsu, jang mungkin menerbit-
kan masalah baru, diluar masalah petisi jang mendjadi pokok perbin-
tjangan itu.
Kalau dikalangan Bumiputera tidak didapati suara jang bulat
jang menjokong petisi tersebut, belum lagi berarti bahwa mereka
jang tak setudju itu, djuga akan rela sadja mendengarkan asutan
dari Java Bode tersebut, jang tak kurang artinja dari menjuruh
„sapu" sadja segala mereka jang mempunjai tjita2 untuk memper-
baiki nasib dan kedudukan bangsa Indonesia dari pada keadaannja
jaftg ada sekarang ini.
Terhadap kepada aksi jang sematjam ini, ada baiknja kalau dari
pihak Bumiputera memperingatkan kepada golongan a la Zentgraaf
itu dengan sedikit variasi:
,,Meng-gugat2 perasaan pihak jang sekarang ini mendapat keka-
lahan, memang kurang pantas dilakukan oleh Belanda lapisan atas,
seperti Zentgraaf cs. Betul pergerakan Kebangsaan Indonesia ba-
njak pula selisih pahamnja tentang beberapa hal, akan tetapi dalam
beberapa masalah jang terchusus, ada persatuan front mereka, apa-
lagi bilamana berhadapan dengan asutan2 a la Java Bode itu. Ini
baik djangan diremehkan sama sekali, ketjuali, kalau memang su-
dah disengadja hendak mempertadjam pertentangan antara
golongan2 di Indonesia ini!"
Artikel Zentgraaf tersebut, djuga mendapat „sambutan" dari
seorang seperti S. M. Saldien, jang mengaku bahwa ia se-kali2 bu-
kan seorang jang masuk partai Sutardjo atau salah satu perkum-
pulan politik, akan tetapi setudju dengan tjita2 petisi itu dan me-
njatakan amat terharu perasaannja lantaran gugatan tulisan Java
Bode tersebut. Tjukuplah, asal Java Bode tahu bahwa masih banjak
lagi jang berdiri dibelakang S. M. Saldien itu, diluar ataupun di-
dalam pergerakan politik, jang tjukup mempunjai kesedaran dan
berpengaruh dalam kalangan mereka masing2, djadi lebih banjak
dari pada jang dapat di-kira2-kan oleh Zentgraaf cs.
Suara lain.
Sekarang mari kita dengarkan satu suara jang keluarnja dari su-
dut lain pula. Dan patut sekali mendjadi pertimbangan, baik oleh
pihak sana ataupun oleh pihak sini.
Seorang djurnalis jang bertanda-tangan ,,d.K.", jang pernah diam
di Eropah beberapa bulan jang lalu, disaat Eropah hampir masuk
djurang peperangan, telah membentangkan dengan terus terang
bagaimana perasaannja waktu sampai kenegeri jang aman dan kaja
raja ini (A.I.D. 25 Nov. 1938).
Diwaktu mendjedjak tanah Indonesia kembali, timbullah perta-
njaan dalam hatinja: „Apakah sudah dikerdjakan semua jang
mungkin, supaja negeri ini djangan terlepas?" Pertanjaan itu di-
djawabnja sendiri dengan tegas dan tepat :
,,Barangsiapa jang pernah melihat sedikit sadja dari dunia jang
penuh pertentangan di Barat itu dan jang mengetahui sedikit sadja
tentang apa jang mungkin terdjadi di Timur djauh ini dengan Ta-
nah Hindia, pada hal di Barat itu peperangan itupun.tak dapat
disingkirkan, maka adalah dia itu seorang jang buta tuli apabila dia
berani mendjawab pertanjaan itu dengan mengatakan, bahwa su-
dahlah dikerdjakan disini apa jang mungkin dikerdjakan."
Diwaktu mengemukakan apa2 jang perlu diusahakan, untuk mem-
pertahankan Hindia Belanda ini, djurnalis tersebut menerangkan
kejakinannja : „Kapal perang, mesin terbang, memang perlu untuk
Hindia lebih banjak lagi dari pada jang ada sekarang. Akan tetapi
keselamatan kemadjuan dan landjutnja umur satu keradjaan besar
di Timur Dauh seperti Hindia kita ini, tak dapat didjamin dengan
kapal perang dan mesin terbang sadja."
Apakah jang perlu lagi ? „d.K." meneruskan :
„Apabila orang, sekembalinja dari negeri lain, perlu mengemu-
kakan apakah jang terlebih perlu bagi Hindia dalam tahun2 jang
akan datang, maka inilah dia : satu pimpinan jang menghidupkan
semangat; satu pimpinan jang mengemukakan satu tudjuan hidup
jang njata, tegas, sutji dan luhur, dihadapan semua orang, terutama
sekali dihadapan pemuda2 dari semua golongan, supaja mereka
sama2 bersedia akan bekerdja dan hidup dengan gembira untuk
tjita2 jang satu. Satu pimpinan, jang memberi kepada pemuda2 di
Hindia, baikpun kepada mereka jang datang dari Negeri Belanda,
ataupun orang Belanda Hindia, ataupun orang Djawa dan Tiong-
hoa, jakni salah satu tjita2 jng lajak ditjapai oleh mereka sebagai
tudjuan hidup, lain dari pada tjita2 hendak hidup untuk nafsi2 sadja.
Pimpinan jang membangkitkan ruh, kegembiraan dan tjita2 hendak
hidup bersama, jaitu hal2 jang dizaman sekarang dapat membesar-
kan dan menguatkan bangsa2."
Sekian pendapat seorang djurnalis Belanda jang baru keluar dari
gelombang politik internasional di Eropah, pada saat dia kembali
mendjedjak Tanah Indonesia jang aman sentosa ini.