APRIL 1941.
>6) „Iemand die den inhoud vand en bewusten brief kent, verzekerde trouwens, dat er een
geest uit sprak, die ware een Nederlander de schrijver er van, moeilijk meer oprecht
vaderlandslievend zou hebben kunnen zijn."
mendapat hukuman, lantaran tuhsan2-nja dalam surat kabarnja jang
terbit dari apresiasinja jang kebetulan berlainan dengan apresiasi
R. v. Justitie, Dept. B.B. dan Hoofdparket.
Dalam keterangan Pemerintah ditegaskan djuga, kenjataan bah-
wa Thamrin rapat hubungannja dengan Dr. Douwes Dekker, jang
bekerdja dikantor Sato, agen-dagang Djepang dengan gadji
f 700,— sebulan, jang menurut taksiran Wakil Pemerintah adalah
sangat besar. Diterangkan bahwa kerdja Douwes Dekker itu ialah
membuat economisch rapport, jakni laporan tentang keadaan eko-
nomi di Indonesia ini. Laporan ini menurut keterangan Wakil
Pemerintah demikian sifatnja, sehingga kalau seseorang menulisnja
untuk salah satu pemerintah luar negeri, ia harus dianggap deloyaal,
tidak-setia kepada pemerintah negeri ini. Maka laporan jang bersifat
begitu, bersua dalam rumah tuan Thamrin sebagiannja, wakjCu dia-
dakan penggeledahan, dan jang sebagiannja masih ada ditangan
Douwes Dekker. Djadi jang memberatkan bagi Thamrin, ialah :
1. Pergaulannja jang rapat dengan D.D.
2. Ia memperhubungkan D.D. dengan Sato.
3. Sebagian dari laporan D.D. bertemu dirumahnja.
1„Wijlen de heer Thamrin kon zich zelfs beroepen op een zekere wijziging in de houding
van het departement van O. en E. ten aanzien van D.D. Met ingang van Augustus van
het vorige jaar werd zelfs weer een subsidie toegekend voor enkele klassen van de
lagere school van het Ksatrian instituut, dat onder opperste leiding stond van D.D."
kakan bahwa perhubungannja jang rapat dengan D.D.
itu, tidak
usah mengagetkan orang lagi, lantaran ia sudah ber-
tahun2 duduk
sebagai anggota curatorium dari Handelscollegium
Ksatrian jang
di Bandung itu. Mungkin pula kiranja dikemukakannja
bahwa se-
belumnja D.D, menerima tawaran dari agen-dagang
Djepang itu,
dia ini (D.D.) merasa enggan menerima pekerdjaan itu,
lalu me-
masukkan permintaan kepada Dep. Pengadjaran dan
Ibadat supaja
haknja mengadjar dikembalikan kepadanja, agar dia
tetap mengu-
rus sekolahnja, dan tak usah bekerdja pada Sato itu,
permintaan
mana tidak dikabulkan oleh Departemen jang
bersangkutan.
Mungkin djuga gerangan dikemukakannja bahwa
kedapatannja
sebagian dari laporan D.D. itu dirumahnja, belum
berarti bahwa ia
setudju dengan isi laporan itu. Entah inikah jang
dinamakan orang :
„Enggang lalu, antah djatuh, anak radja mati ditimpanja...?"
Sekali lagi, ini kalau hendak ,,bersentana-ini,
bersentana-itu".
Tetapi sekarang apa jang hendak dikata! Gajung sudah
tak 'kan
bersambut, kata sudah tak 'kan berdjawab lagi.
Jang tinggal ialah sekedar dugaan dengan dugaan
belaka!
Jang tinggal ialah sebagaimana kata tuan Sukardjo
dalam djawa-
bannja tg. 28 Maret: „luka jang dalam dihati rakjat jang
ditinggal-
kan, oleh tjara dan keadaan polisi bertindak" atas mandiang
itu.