Anda di halaman 1dari 2

Nama : Suci NovitaSari

Kelas : XPS3

Si Pitung dari Betawi

Pada jaman penjajahan Belanda dahulu, hiduplah seorang pemuda yang sangat gagah dan
kuat yang bernama Pitung. Dia sangat terkenal di seluruh daerah Betawi karena kesaktiannya
yang konon tidak bisa dilukai oleh senjata apapun. Disamping itu, dia juga terkenal dengan
akhlak yang sangat baik. Si Pitung suka beribadah kepada tuhan dan suka menolong orang –
orang yang lemah.

Pada suatu hari, dia melihat menir Belanda menyiksa para warga desa. Menir itu memeras
warga desa dengan meminta bayaran upeti yang sangat mahal. Melihat kejadian ini, Si Pitung
merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk menolong para warga desa. Kemudian, dia
bertemu dengan orang yang memiliki keinginan yang sama dengan Si Pitung. Mereka adalah
Rais dan Ji’i. 

Maka berangkatlah mereka bertiga melaksanakan tujuannya tersebut. Mereka melawan para
menir dan pribumi yang berpihak ke pada Belanda. Mereka juga merampok harta – harta
mereka dan membagikannya kepada seluruh warga desa.

Semakin lama, Si Pitung dan kawan – kawannya semakin terkenal. Mereka terus melakukan
aksinya untuk menolong orang – orang yang lemah. Para menir belanda merasa terusik
dengan aksi Si Pitung dan kawan - kawannya, lalu mereka menyewa para ahli silat untuk
mencari dan membunuh Si Pitung.
Namun, semua itu sia – sia. Si Pitung dan kawannya berhasil mengalahkan para jagoan silat
itu dan merampas harta tuannya. Karena mereka tidak kuat lagi melawan Si Pitung dan
temannya, mereka melapor dan meminta bantuan kepada pemerintah Belanda. 

Advertisement
Berangkatlah pasukan Belanda itu untuk menghabisi Si Pitung. Namun, lagi – lagi Si Pitung
berhasil membunuh mereka semua karena kesaktiannya yang tidak mempan terhadap peluru.
Mengetahui Si Pitung sangatlah berbahaya, Pemerintah Belanda mencari akal untuk
membunuh Si Pitung dan teman – temannya.

Karena kehabisan akal, akhirnya pemerintah Belanda melakukan perbuatan yang sangat licik.
Dia menangkap orang tua dan guru Si Pitung dan memenjarakan mereka di sebuah tempat. Di
penjara itu, mereka terus di siksa untuk memberi tahu keberadaan Si Pitung dan
kelemahannya. Namun, orang tua dan guru Si Pitung tidak mau memberi tahu apa – apa
kepada mereka. 

Mendengar orang tua bersama gurunya di tangkap dan di siksa oleh Belanda, akhirnya Si
Pitung memutuskan untuk menyerahkan diri kepada Belanda dengan syarat orang tua dan
gurunya dapat di bebaskan. Setelah itu, Si Pitung pun ditangkap dan dipenjarakan dengan
penjagaan yang amat sangat ketat. Meskipun begitu, mereka yang berniat untuk menghukum
mati Si Pitung belum bisa melaksanakannya karena Si Pitung masih memiliki ilmu kebal.
Namun, belum sempat melaksanakan rencana itu, Si Pitung berhasil meloloskan diri dan
bersembunyi. 
Pemerintah Belanda sangat kesal dan dibuat kewalahan oleh aksi Si Pitung ini. Mereka pun
menyebarkan mata – matanya ke seluruh Betawi untuk mencari tahu keberadaan Si Pitung
dan teman – temannya.  

Akhirnya berkat mata – matanya itu Belanda mengetahui keberadaan dan kelemahan Si
Pitung, yaitu tubuh Si Pitung akan kehilangan kekuatannya apa bila dia terkena telur busuk.
Pemerintah Belanda menyiapkan ratusan prajurit dan telur busuk yang banyak. Kemudian,
mereka pun menyergap tempat persembunyian Si Pitung. 

Terjadilah pertempuran yang sangat sengit dan tidak berimbang. Si Pitung dan teman –
temannya dihujani peluru oleh Belanda, sehingga banyak pengikutnya yang mati. Namun, hal
itu tidak terjadi pada Si Pitung. Dia terus melawan dengan goloknya membunuh para tentara
belanda. 

Karena kalah jumlah Si Pitung terkepung, lalu para prajurit itu melemparkan telur busuk ke
arah tubuh Si Pitung dan menghujaninya dengan tembakan. Akhirnya Si Pitung mati. Kabar
tentang kematian Si Pitung ini menyebar dengan sangat cepat. Para menir dan antek –
anteknya merasa senang dengan kejadian ini. Sementara itu, para warga Betawi merasa sedih
karena kehilangan pahlawannya.  

Anda mungkin juga menyukai