Anda di halaman 1dari 3

Tugas

PPKn
“Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia”

Disusun oleh:
Nama : Salsa Bilha Rizki Pratama
Kelas : X-MIPA 7
No. Absen : 27

UPTD SMA NEGERI 2 NGANJUK


Tahun Pelajaran 2017/2018
Pembantaian Rawagede

       

Pada 9 desember 1947, di hari nahas itu, pasukan kolonial Belanda dengan dalih mencari
gerombolan pengacau memasuki Desa Rawagede. Berdasarkan hasil Investigasi pada 1969,
pasukan kolonial membunuh 150 penduduk desa laki-laki. Namun, Versi saksi mata dan yayasan
komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) delapan korban. Pembantaian itu menewaskan 430
penduduk pria Rawagede.

         Pembantaian Rawagede diyakini merupakan tindakan paling kejam, paling brutal, dan
paling berdarah yang dilakukan Belanda dalam kurun waktu 1945 sampai 1949. Namun, di
Belanda selama beberapa dekade, pembantaian Rawagede hanya dianggap konsekuensi dari aksi
polisi yang mengejar para pengacau.Pemerintah Belanda, melalui Menteri Luar Negeri, Maxime
Verhagen menyatakan keprihatinan mendalam atas tragedi Rawagede. Namun, pemerintah
Belanda secara resmi tak pernah meminta maaf pada keluarga korban dan menawarkan
kompensasi.

        Dikisahkan, pasca Pembantaian Rawagede, hujan yang mengguyur mengakibatkan


genangan darah membasahi desa tersebut. Yang tersisa hanya wanita dan anak-anak. Keesokan
harinya, setelah tentara Belanda meninggalkan desa tersebut, para wanita menguburkan mayat-
mayat dengan peralatan seadanya. Seorang ibu menguburkan suami dan dua orang putranya yang
berusia 12 dan 15 tahun. Mereka tidak dapat menggali lubang terlalu dalam, hanya sekitar 50 cm
saja. Untuk pemakaman secara islam, yaitu jenazah ditutup dengan potongan kayu, mereka
terpaksa menggunakan daun pintu, dan kemudian di urung tanah seadanya, sehingga bau mayat
masih tercium sampai berhari-hari.

  Tahun 1969 atas desakan parlemen Belanda, Pemerintah Belanda menbentuk tim untuk meneliti
kasus-kasus pelanggaran/penyimpangan yang dilakukan oleh tentara-tentara Kerajaan Belanda
antara tahun 1945 – 1950. Dalam laporan itu, dinyatakan 150 orang tewas di Rawagede. Namun,
mayor yang bertanggung jawab atas pembantaian tersebut, demi kepentingan yang lebih tinggi,
tidak dituntut ke pengadilan militer.

Keluarga korban pembantaian Rawagede mengajukan gugatan kepada pemerintah Belanda.


Gugatan didaftarkan di Pengadilan Distrik The Hague pada Rabu 9 Desember 2009, tepat 62
tahun peringatan Rawagede, yang kini bernama Desa Balongsari, Rawamerta , Karawang.
Letaknya diantara Karawang Dan Bekasi. Seperti dimuat dilaman Earth Times, kuasa hukum
penggugat, Liesbeth Zegveld mengatakan keluarga korban juga meminta Pemerintah Belanda
mengakui kekejaman yang mereka lakukan di Rawagede. Mereka juga menuntut kompensasi.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Pembantaian_Rawagede
Analsis

Kasus Pembantaian Rawagede adalah salah satu kasus pelanggaran HAM yang
melanggar pasal 28 A UUD 1945 yang berbunyi

“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”

Maksud isi tersebut adalah bahwa setiap manusia terutama warga negara
indonesia, sejak ia lahir mempunyai hak yang sama dalam hal hak untuk hidup dan
mempertahankan kehidupannya. Tidak ada satu orang pun yang bisa membeli nyawa
orang lain atau menghilangkan nyawa orang lain dengan alasan apa pun. Jika ada yang
menghilangkan nyawa orang lain dengan atau apa lagi tanpa alasan, maka orang tersebut
harus menanggung hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dalam kasus pembantaian Rawagede pemerintah kolonial Belanda tidak memiliki


alasan yang kuat dan jelas untuk membunuh para warga, pemerintah kolonial Belanda
hanya berdalih memasuki desa tersebut hanya untuk mencari gerombolan pengacau tanpa
melakukan investigasi atau penyelidikan pemerintah kolonial Belanda langsung
membunuh para lelaki yang ada di desa tersebut tanpa pandang bulu dan banyak juga
diantara para korban masih tergolong remaja dan anak-anak di bawah umur.

Ini berarti para tentara Belanda telah melanggar hak hidup milik warga tak
bersalah yang ada di desa Rawagede, dan setelah mereka membunuh dan membantai para
warga lelaki yang ada di desa Rawagede pemerintah Belanda tidak langsug meminta
maaf dan bertanggung jawab kepada seluruh keluarga korban mereka merasa bahwa hal
yang telah mereka lakukan itu tidak menyalahi aturan.

Meskipun kasus ini terjadi pada masa penjajahan, seharusnya pemerintah


indonesia harus bertindak tegas,dan menuntut pemerintah kolonial Belanda karena posisi
Indonesia pada saat itu sudah merdeka jadi seharusnya pemerintah Indonesia beserta para
aparat yang berwenang membantu untuk melindungi hak-hak milik rakyatnya.

Sedangkan pemerintah Indonesia sendiri menurut saya tidak berpartisipasi aktif


dalam membantu penyelesaian kasus ini. Justru para anggota keluarga korban yang
berjuang dan melaporkan kasus ini ke pengadilan Belanda, gugatan didaftarkan di
Pengadilan Distrik The Hague pada Rabu 9 Desember 2009.

Anda mungkin juga menyukai