Analisis Peristiwa Pembantaian Rawa Gede Kelompok 5 Kelas Xii Mipa 3
Analisis Peristiwa Pembantaian Rawa Gede Kelompok 5 Kelas Xii Mipa 3
A. Peristiwa Rawagede
Pembantaian Rawagede adalah peristiwa pembantaian penduduk Kampung Rawagede
(sekarang terletak di Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang), di antara Karawang dan
Bekasi, oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember 1947 sewaktu melancarkan agresi
militer pertama. Sejumlah 431 penduduk menjadi korban pembantaian ini.
Ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang.
Pertempuran kemudian berkobar di daerah antara Karawang dan Bekasi, mengakibatkan
jatuhnya ratusan korban jiwa dari kalangan sipil. Pada tanggal 4 Oktober 1948, tentara
Belanda melancarkan pembersihan. Dalam peristiwa ini 35 orang penduduk Rawagede
dibunuh tanpa alasan jelas.
Kasus ini masuk ranah publik pada 1968, ketika satu laporan menyebutkan
pemerintah Belanda mengakui terjadi tindak kekerasan yang berlebihan di Rawagede.
Namun Belanda juga mengatakan tindakan itu diperlukan untuk meredam dan mencegah
perang gerilya dan serangan teror. Pembunuhan Rawagede berlangsung ketika Belanda
menggelar operasi keamanan yang lebih dikenal dengan Agresi Militer Belanda I yang
ditujukan untuk merebut Jawa dan Sumatra. Setelah muncul laporan tahun 1968, kasus
Rawagede sepertinya kembali tenggelam dan baru ramai dibicarakan lagi ketika program
dokumenter televisi mengangkat kembali kesaksian orang-orang yang selamat, beberapa
dekade kemudian. Alasan kadaluwarsa. Pemerintah Belanda mengakui pada 1995 bahwa
ada eksekusi di Rawagede, walau juga menegaskan kasusnya tidak bisa dibawa ke
pengadilan karena sudah kadaluwarsa.
Adapun pembantaian Rawagede ini melanggar beberapa pasal di UUD 1945, yaitu :
1) Pasal 28 A : Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
kehidupannya.
2) Pasal 28 D ayat 1 : Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.
3) Pasal 28 E ayat 3 : Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
4) Pasal 28 G ayat 1 : Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
5) Pasal 28 G ayat 2 : Setiap orang berhak atas bebas dari penyiksaan, atau perlakuan
yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
negara lain.
6) Pasal 28 I ayat 1 : Hak untuk hidup, tidak disiksa, kemerdekaan, pikiran dan hati
nurani, beragama, tidak diperbudak, diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah HAM yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.
7) Pasal 28 I ayat 2 : Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak memndapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
8) Pasal 28 J ayat 1 : Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
9) Pembantaian ini juga melanggar Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang
pengadilan hak asasi manusia (HAM) terutama pada pasal 7, dimana disebutkan
tentang Kejahatan genosida, Kejahatan terhadap kemanusiaan.
Selain itu juga, melanggar dasar negara atau ideologi bangsa kita yaitu
pancasila, terutama pada sila ke 2, yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sila
ini menjelaskan tentang :