Anda di halaman 1dari 3

Kasus Pelanggaran HAM Yang Pernah

Terjadi di Indonesia
Oleh Iqbal HakimDiposting pada Agustus 8, 2020

Hak Asasi Manusia, atau seringkali disingkat sebagai HAM merupakan sebuah konsepsi
bahwa manusia berhak mendapatkan perlakukan yang adil dan setara. Akan tetapi, masih
banyak pelanggaran HAM yang belum tuntas di Indonesia.

Kasus-kasus HAM yang pernah terjadi di Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain. Padahal tiap tahunnya diperingati Hari HAM sebagai
pengingat untuk menegakkan semua pelanggaran HAM yang terjadi pada kasus-kasus
tersebut, utamanya pada kasus yang belum segera tuntas.

Di Indonesia sendiri, ketua Komnas HAM menyatakan memang terdapat beberapa berkas
yang masih tertahan terkait kasus pelanggaran HAM. Kasus tersebut juga cukup bervariasi
tahunnya, khususnya kasus lama yang terus ditumpuk tiap masing-masing periode.

A. Pembunuhan Massal tahun 1965

Peristiwa berdarah G30SPKI memang berakhir dengan sejumlah tanda tanya dan
mendapatkan sorotan dari berbagai pihak. Pada tahun 2012, penyelidikan yang dilakukan
oleh Komnas HAM ternyata menemukan pelanggaran HAM yang cukup berat seusai
peristiwa tersebut.
Korban dari peristiwa ini adalah anggota PKI, serta beberapa organisais masyarakat lain yang
satu jalan dengan mereka. Bahkan, banyak masyarakat sipil yang tidak sengaja dibunuh juga
karena dianggap sebagai anggota PKI meskipun bukan.

Pelanggaran HAM tersebut berupa penganiayaan, perbudakan, pembunuhan massal,


penghilangan paksa nyawa seseorang dan pemerkosaan.

Setelah ditemukan oleh Komnas HAM dan mendapatkan perhatian dari Kejaksaan Agung,
sampai sekarang kasus ini tengah di proses. Terakhir, jumlah korban yang diperkirakan
dibunuh dan meninggal pada pembunuhan massal di tahun 1965 tersebut mencapai hampir
1,5 juta orang, bahkan kemungkinannya bisa lebih besar.

Meskipun begitu, kasus ini sangat mempolarisasi masyarakat Indonesia, di satu sisi,
masyarakat Indonesia banyak sekali yang membenci PKI, namun, di lain sisi, kekejaman TNI
dan oknum lainnya dalam menumpas balik PKI juga patut dipertanyakan. Terlebih lagi ketika
banyak masyarakat sipil yang menjadi korban dari tindakan serangan balik ini.

B. Pembantaian Rawagede

Pada agresi militer Belanda yang pertama, tepatnya pada tanggal 9 Desember 1947, terjadi
pembantaian di kampung Rawagede yang dilakukan oleh militer Belanda.

Pembantaian ini terjadi karena banyak masyarakat sipil yang mengungsi ke rawagede ketika
Belanda menyerang Bekasi dan Karawang. Belanda menduga bahwa dari masyarakat sipil
yang mengungsi tersebut, terdapat unsur-unsur tentara Indonesia yang membaur dengan
masyarakat.
Oleh karena itu, militer Belanda tanpa pikir panjang langsung menyisir dan mengamankan
masyarakat yang mengungsi ke Rawagede. Dalam pengamanan dan penyisiran ini, banyak
masyarakat sipil yang dibunuh tanpa alasan jelas.

Pembantaian Rawagede ini menewaskan sekitar 431 penduduk. Setahun kemudian, Belanda
kembali menyerang kampung ini tanpa alasan. Sebanyak 35 warga Rawagede tewas akibat
serangan ini.

Pengadilan HAM Internasional baru memproses kasus ini berpuluh-puluh tahun kemudian,
setelah Indonesia merdeka dan Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.

Pada September 2011, pengadilan memutuskan bahwa pemerintah Belanda bersalah dan
harus bertanggung jawab serta memberikan kompensasi kepada keluarga korban
pembantaian.

TANGGAPAN TERHADAP ARTIKEL


ARTIKEL A :

Sebuah tragedi pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis. Pembantaian 7


Jenderal korban PKI. Sejarah tragedi 30 September. Indonesia setelah perjuangannya
dalam mengusir para penjajah masih harus berjuang dengan cobaan yang dilakukan
oleh internal dari masyarakatnya sendiri. Peristiwa G30S PKI menjadi sebuah
peristiwa yang sangat memilukan bagi bangsa Indonesia. PKI mengkhianati bangsa
Indonesia dengan melakukan pemberontakan dan pembantaian kepada mereka
yang bersebarangan dengan pandangan politiknya.

ARTIKEL B :

Mereka membunuh semua penduduk laki-laki warga Rawagede termasuk para


remaja belasan tahun, dengan cara diberondong senapan mesin setelah
dikumpulkan secara berjejer sekitar 20 0rang di suatu lapangan. Pembantaian
Rawagede diyakini merupakan tindakan kriminal paling kejam, paling brutal, dan
paling berdarah yang dilakukan Belanda dalam kurun waktu 1945 sampai 1949.

Pada hari ini Rabu (14/9) Pengadilan distrik Den Haag memerintahkan pemerintah
Belanda memberikan ganti rugi kepada janda korban pembantaian massal
Rawagede, Jawa Barat, dan juga meminta Pengakuan dari Pemerintah Balanda
bahwa peristiwa itu adalah kejahatan perang. Tentu keputusan ini cukup membuat
kita gembira apalagi para keluaraga korban setelah dalam waktu yang cukup lama
sekitar 64 tahun tidak adapun rasa penyesalan atau permintaan maaf Pemerintah
Belanda terhadap keluarga korban ataupun kepada negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai