Anda di halaman 1dari 6

RESENSI NOVEL BAHASA INDONESIA

“THE RAILWAY CHILDREN”

Namira Zahra Tatsbita (21)

XI IPA 8

SMAN 2 CIMAHI
Jl. KPAD Sriwijaya IX No. 45A, Setiamanah, Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat
40524

2018-2019
I. Identitas Buku

Judul Buku: Railway Children


Penulis Buku: Edith Nesbit
Penerjemah: Widya Kirana
Tahun Terbit: 2010
Penerbit Buku: PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit: Jakarta
Cetakan: II
Tebal Buku: 312 hlm; 20 cm
ISBN: 978 – 979 – 22 – 5257 – 6

II. Ringkasan Buku

Bagaimana kalau tiba-tiba pada suatu hari hidup kalian berubah seratus delapan puluh
derajat? Apa kalian sanggup mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan kalian saat ini?
Perubahan memang salah satu hal yang awalnya mengerikan, namun jika kita terus
menjalaninya, perlahan kita akan mulai terbiasa. Nah, di novel the Railway Children ini kita
akan mengatahui bagaimana kehidupan ketiga anak kota yang biasa hidup dalam kemewahan
ketika tiba-tiba pada suatu hari mereka harus meninggalkan kehidupan itu dan tinggal di
rumah kecil di pedesaan.

Novel ini berlatar pada awal abad ke-19 di London dan mengisahkan tentang
kehidupan Roberta, Peter, dan Phyllis, tiga bersaudara yang terpaksa harus meninggalkan vila
mereka yang nyaman di London dan pindah ke pondok kecil di pedesaan setelah ayah mereka
dibawa pergi untuk beberapa lama. Kebanyakan dari isi novel ini menceritakan tentang
kehidupan mereka di pedesaan, hidup yang sama sekali berbeda dari kehidupan mereka
selama ini. Pondok yang mereka tinggali sekarang sama sekali berbeda dengan vila mewah
mereka di London. Meski begitu, mereka tetap bahagia tinggal di sana.

Seringkali mereka pergi ke stasiun dekat pondok mereka dan memandangi kereta-
kereta yang lewat di sana untuk menghilangkan kebosanan mereka. Karena inilah mereka
disebut the Railway Children, yaitu Anak-Anak Kereta Api. Mereka berteman dengan Kepala
Stasiun dan Pak Perks, seorang portir di sana. Mereka juga berteman dengan Pak Tua yang
menaiki Naga Hijau, julukan mereka untuk kereta yang berangkat pukul 09:15 pagi.
Puncak dari cerita ini adalah ketika Roberta, Peter, dan Phyllis pergi ke kebun untuk
mencari ceri pada suatu hari dan melihat rel kereta api tertimbun longsor. Anak-anak yang
cerdas itu segera menyadari bahaya dari kejadian tersebut dan segera mencari cara untuk
memberi peringatan kepada kereta yang akan lewat dengan memotong kain flanel dari rok
dalam Roberta dan Phyllis yang berwarna merah. Mereka membuat bendera dengan kain
tersebut dan melambai-lambaikannya kepada kereta yang lewat sehingga akhirnya, kereta dan
penumpang di dalamnya berhasil diselamatkan. Atas keberanian mereka menyelamatkan
kereta, ketiga bersaudara itu diberi penghargaan oleh Direktur Perusahaan Kereta Api, yang
ternyata adalah Pak Tua yang menaiki si Naga Hijau.

Suatu hari, ketika berkebun di halaman mereka, Peter dan Roberta bertengkar
sehingga kaki Peter tertusuk garu dan harus dirawat di rumah. Roberta yang kasihan dan
merasa bersalah melihatnya pergi meminta koran bekas pada tetangga-tetangga mereka agar
Peter tidak kebosanan di rumah sendirian. Namun ketika Roberta mengumpulkan koran-
koran tersebut, dia menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan yaitu berita penangkapan
ayahnya yang diduga seorang mata-mata Rusia.

Roberta segera pergi menemui ibunya dan menangis. Ibu menceritakan bahwa rekan
kerja ayahnya yang merupakan seorang mata-mata menjebak Ayah sehingga bukti-bukti
menunjuk ke arahnya sehingga dia ditangkap dan mata-mata yang sebenarnya bebas
berkeliaran. Ibu kemudian berpesan untuk tidak menceritakannya pada saudara-saudaranya
agar mereka tidak merasa sedih. Roberta yang ingin berbuat sesuatu untuk menolong ayahnya
mengirim surat kepada Pak Tua tentang keadaan ayahnya yang difitnah dan meminta tolong.
Pak Tua mengatakan padanya untuk bersabar, dan bahwa ada harapan besar untuk ayahnya.

Suatu hari, Peter dan Phyllis sibuk belajar bersama Ibu sehingga Roberta pergi ke
stasiun sendiri. Anehnya, Roberta merasa bahwa akan ada suatu hal yang besar yang terjadi
di hari itu. Dan benar saja, di stasiun, Roberta diperlakukan dengan sangat baik oleh pekerja
dan penumpang kereta yang mengenalnya. Anak perempuan tersebut merasa senang
sekaligus bingung atas sikap aneh semua orang dan semakin menguatkan perasaannya.
Seperti biasa, anak itu memperhatikan kereta pukul 11:54 berhenti untuk menurunkan
penumpang dan kemudian menyadari bahwa salah satu dari penumpang kereta itu adalah
ayahnya. Roberta terisak dan merasa sangat bahagia dapat bereuni kembali dengan sosok
yang sangat dirindukannya itu. Mereka pun pulang ke rumah dan Roberta, Peter, dan Phyllis
hidup bahagia di sana bersama kedua orangtuanya sebagai satu keluarga yang utuh.
III. Kepengarangan

Edith Nesbit atau E. Nesbit adalah seorang pengarang dari Inggris yang lahir pada
tahun 1858. The Railway Children adalah salah satu karyanya yang diterbitkan pada tahun
1906. Karyanya yang lain meliputi The Story of the Treasure Seekers, Five Children and It,
The Wonderful Garden, dan masih banyak lagi. Beliau meninggal pada tanggal 4 Mei tahun
1924 di umur 65 tahun.

IV. Unsur Intrinsik


a. Tema
Novel ini bertemakan tentang kebersamaan dalam sebuah keluarga dan kegigihan
dalam menghadapi rintangan-rintangan dalam kehidupan dengan keberanian.
b. Penokohan
1. Roberta
Seorang anak perempuan yang baik hati dan selalu memikirkan orang lain
dibandingkan dirinya sendiri. Tidak takut untuk membela apa yang
menurutnya benar dan merupakan anak sulung dari ketiga saudara.
2. Peter
Anak kedua dari ketiga saudara. Seorang anak yang keras kepala, jahil, dan
terkadang kasar, namun sebenarnya adalah anak yang baik.
3. Phyllis
Merupakan anak bungsu dari tiga saudara tokoh utama, Phyllis adalah anak
yang periang namun kekanakan dan seringkali ceroboh. Kepribadiannya yang
lugu menyebabkannya seringkali menjadi target utama kejahilan Peter.
4. Ibu
Ibunda dari ketiga bersaudara dan merupakan karakter yang tabah dan tetap
tegar dalam menghadapi musibah sehingga dapat mengasuh ketiga anaknya
dengan baik meskipun harus kehilangan suaminya.
5. Pak Perks
Seorang portir stasiun dengan ego yang tinggi dan tidak suka menerima
sesuatu dari orang lain.
6. Pak Tua
Penumpang langganan kereta Naga Hijau yang ternyata merupakan Direktur
Perusahaan Kereta Api. Ramah dan baik hati sehingga dapat berteman dengan
tiga bersaudara dari Pondok Tiga Cerobong dengan mudah dan tidak sungkan
untuk membantu mereka di kala susah.
c. Latar
Cerita ini berlatar pada tahun 1905 di sebuah pedesaan di Inggris.
d. Alur
Cerita ini mengambil alur maju.
e. Sudut Pandang
Cerita ini memiliki sudut pandang campuran. Ada kalanya si penulis ‘masuk’ ke
dalam cerita namun bukan sebagai tokoh utama, dan ada kalanya pula ia berada di
luar cerita menjadi orang serba tahu.
f. Amanat
1) Mencuri itu salah
Pada bab 2, Peter mencuri batu bara dari stasiun untuk perapian di rumah.
Roberta dan Phyllis tahu, tetapi mereka diam saja hingga suatu hari Peter
ketahuan oleh Kepala Stasiun. Ketiga anak tersebut berjanji tidak akan
mencuri batu bara lagi dan meminta maaf.
2) Berbuat baik pada orang lain
Pada bab 3, Ibu mereka jatuh sakit dan harus dirawat di rumah. Dokter di desa
mereka, dr. Forrest, mengatakan bahwa Ibu mereka butuh susu dan buah-
buahan, tetapi mereka tidak punya uang untuk membelinya. Mereka pun
menemui dr. Forrest untuk meminta tolong. Dokter yang baik itu pun
membantu memberikan beberapa barang yang mereka butuhkan.
3) Menghadapi cobaan dengan tabah
Ketika Ayah dibawa pergi, Ibu tetap tabah dan menerima semuanya.
Meskipun hatinya sakit tetapi dia yakin Ayah tidak bersalah dan mereka
semua akan kembali bersama lagi.

V. Keunggulan dan Kekurangan


a. Kelebihan
Novel ini memiliki cerita yang ringan dan penuh keceriaan. Di dalam novel ini kita
ikut melihat dunia dalam pandangan anak kecil yang polos dan mengetahui
bagaimana mereka menanggapi hal-hal yang berbeda dari yang mereka alami selama
ini.
b. Kekurangan
Cerita dari novel ini agak membosankan, karena kebanyakan isinya hanya
menceritakan keseharian dari anak-anak tersebut . Satu lagi kekurangannya adalah
cara Pak Tua menyelesaikan masalah. Bagaimana cara dia membantu Ayah
dibebaskan? Semua dirasa terlalu tiba-tiba dan terkesan dipaksakan karena tidak ada
penjelasan.

VI. Kesimpulan

The Railway Children adalah novel yang mempunyai peran penting dalam
membangun karakter dalam diri anak dengan kisah-kisahnya yang penuh moral. Keberanian
dan kegigihan anak-anak tersebut patut dicontoh oleh kita semua, sehingga novel ini tidak
hanya cocok untuk dibaca anak-anak, kalangan remaja bahkan dewasa pun dapat menikmati
dan belajar dari novel ini.

Anda mungkin juga menyukai