Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dandy Muhammad Arkan

Kelas : XII MIPA 7


Judul Novel : Telegram
Pengarang : Putu Wijaya
Penerbit : Pustaka Jaya – Yayasan Jaya Raya, Jakarta
Tahun : 1973

TUGAS BAHASA INDONESIA

Ringkasan Novel :

Si Lelaki keturunan Bali mempunyai firasat akan menerima telegram dari kampungnya, dia
merasa bahwa surat telegram itu pasti isinya hal- hal istimewa, dan ternyata, isi telegram itu
mengabarkan bahwa ibunya meninggal dunia. Setelah itu, pikiran- pikiran yang demikian
tentang telegram melayang di pikirannya apabila akan mendapat telegram. Kesadaran si
lelaki lenyap begitu saja oleh khayalan- khayalan yang ia ciptakan sendiri. Dalam
Khayalannya bahwa dia betul- betul menerima telegram dari kampung, isinya ibunya
meninggal dunia. Dan berarti malapetaka baginya. Masalahnya, dia pasti berkewajiban
mengurus pangabenan ibunya, mengurus beberapa hektar tanah, tiga buah rumah dengan
semua penghuninya dan tugas berat lainnya yang harus dia pikul sebagai seorang kepala
keluarga. Semuanya wajib ia lakukan, sebab kalau tidak itu berarti dia putus hubungan
dengan keluarganya. Hal tersebut tidak ia harapkan. Tapi, kalau dilaksanakan jelas hal
tersebut berarti malapetaka baginya. Si Lelaki bagaikan masuk dalam lingkaran syetan,
bagaikan disuruh makan buah simalakama, dimakan mati tidak dimakan juga mati Sewaktu
Sinta, anak pungutnya menanyakan isi telegram itu. Si Lelaki itupun terpaksa berbohong
kepada sinta bahwa isi telegramnya bahwa mendapat kabar dari Pamannya di Surabaya
hendak datang ke Jakarta dan minta dijemput di Stasiun Gambir. Dia pun langsung berpura-
pura, bersiap- siap hendak pergi ke Stasiun Gambir untuk menjemput keluarganya itu. Dia
tidak tahu bahwa sebenarnya Sinta sudah mengetahui isi telegram tersebut. Sehingga, ketika
Sinta mendesaknya, terpaksa dia harus mengakui yang sebenarnya. Akhirnya, keduanya
sepakat untuk segera bersiap- siap ke Bali. Sebelum berangkat tiba- tiba muncul masalah
baru, yaitu ibu kandung Sinta kembali. Awalnya, si Lelaki menolak mentah- mentah
permintaan ibu kandung Sinta. Namun, akhirnya keduanya sepakat untuk menyerahkan
pilihannya itu pada Sinta. Belum selesai masalahnya dengan ibu kandung Sinta, datang lagi
masalah baru , yaitu tiba- tiba dia akan merasa takut akan penyebab kesehatannya yang
makin menurun, di mana dia berpikir pasti penyakit itu datangnya dari Nurma, pelacur yang
sering ditidurinya. Dia mengidap penyakit Raja Singa. Dia semakin takut, karena dia
menyaksikan sendiri temannya yang melahirkan anak yang cacat. Sekarang, si Lelaki itu
mengalami depresi kejiwaan. Tiba- tiba kepalanya teringat akan kekasihnya, Rosa.
Dikarenakan dalam tiga bulan lagi, dia akan menikahi Rosa. Tapi,Rosa memutuskan
hubungannya dengan si Lelaki. Padahal, sebenarnya itu karangan fiktif belaka. Karena,
khayalannya itu. Si Lelaki itu sampai bingung membedakan mana yang nyata dan yang tidak
nyata. Dia sendiri merasa bahwa dirinya telah gila. Begitupun, dengan tukang warung melihat
perilaku si Lelaki yang berteriak : “Aku Waras !” Meskipun, dia sudah berteriak bahwa
dirinya tidak gila. Namun, alam bawah sadarnya masih tetap saja muncul. Dia masih saja
berada di khayalannya, yaitu dimana dia dan Sinta sudah bersiap- siap pergi ke Bali.
Rumahnya pun sudah dititipkan kepada Bibinya. Begitupun, tiket pesawat yang telah ia
pesan.

 UNSUR INTRINSIK
1. Tema : “Ketidakpastian tentang suatu hal.”
2. Tokoh & Watak : -Si Lelaki = seorang pemuda bali yang merantau
Ke kota metropolitan jakarta. Namun,
apabila si lelaki melihat telegram
pasti dia ketakutan. Dia selalu
menganggap bahwa isi telegram itu
pasti tanda malapetaka ataupun
bencana.
- Sinta = Gadis kecil, anak angkatnya si
lelaki
-Ibu Kandung Sinta = Seorang wanita tuna wiswa.
- Nurma = Pelacur murahan, yang sering
bercinta dengan si
lelaki.
- Rosa = Kekasih impian si Lelaki
- Sang Bibi = Bibinya si Lelaki atau ibu kost nya
si Lelaki.

3. Alur ; Alur maju

4. Latar : -Waktu = Bulan Oktober (Malam,pagi Hari)

-Tempat = Jakarta ( Stasiun Gambir,


Restoran,Rumah)

-Suasana = Menyedihkan , Menegangkan

5. Sudut pandang : Orang pertama

6. Gaya bahasa : Bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca

7. Amanat : Pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa


kita sebagai orang yang masih hidup sebaiknya
memberikan doa kepada arwah yang sudah
tenang.

 UNSUR EKSTRINSIK
1. Latar Belakang : Putu Wijaya adalah bungsu dari lima bersaudara seayah
maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks
perumahan besar, yang dihuni sekitar 200 orang, baik anggota
keluarga dekat dan jauh. Putu mempunyai kebiasaan membaca
sejak kecil.
2. Nilai yang terkandung : - Moral :1. sebaiknya ketika kita bertemu orang di jalan, saling
menegur sapa
2. berikanlah doa kepada seseorang yang sudah
meninggal.

- Sosial : ketika masyarakat Jakarta pada zaman dahulu


menggunakan telegram untuk memberi tahu kabar
kepada keluarga yang berada jauh dengan kita.

Anda mungkin juga menyukai