Anda di halaman 1dari 19

Adab – adab Tarbiyah

A. Pandangan Ulama Tentang Adab


 Al Imam Abu Abdillah Sufyan Ats Tsauri Rahimahullahu
Ta’ala, seorang tabi’ tabi’in, beliau berkata: “Mereka-mereka
dulu tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk pergi
menuntut ilmu hingga anak-anaknya telah diajar adab terlebih
dahulu Dan memperbanyak ibadah 20 tahun”
Jadi sebelum menuntut ilmu yang begitu banyak cabang-
cabangnya dengan sangat detail para ulama salaf (yakni yang
disaksikan oleh Al Imam Sofyan Ats Tsauri dari kalangan
tabi’tabi’in), mereka tidak mengutus anaknya untuk menuntut
ilmu kecuali telah selesai persoalan adab dan ibadah mereka
yakni adab sebelum menuntut ilmu.
 Imam Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala.
(seorang tabi’I tabi’in). beliau menceritakan tentang diri beliau
sendiri tentang metodenya dalam menuntut ilmu (salah seorang
ulama yang mengumpulkan seluruh cabang ilmu, dari ilmu
hadits, qur’an, fiqh dan lain-lain. Beliau adalah sumber rujukan
di samping keutamaan yang lain dari sisi ibadah, infak, jihad,
dsb.) bagaimana metode beliau sehingga bisa mencapai
tingkatan yang sangat mulia, beliau mengatakan: “Saya
menuntut adab selama 30 tahun dan saya menuntut ilmu Cuma

Adab-adab Tarbiyah
20 tahun dan mereka dulu mempelajari adab terlebih dahulu
sebelum mempelajari ilmu”.
Jadi ternyata metode beliau bukanlah metode yang beliau buat
sendiri, tetapi merujuk dari orang-orang terdahulu yang berarti
bahwa memang mereka (salaf) mendahulukan adab
dibandingkan ilmu, bahkan ketika kita lihat lamanya, imam
sufyan lebih lama belajar adab disbanding ilmu.
 Muhammad bin Sirrin Rahimahullahu Ta’ala, salah
seorang tabi’in. Beliau berkata : ”Mereka dahulu (tabi’in dan
sahabat) mempelajari adab sebelum mereka mempelajari
ilmu”.
B. Adab-adab Bermajelis
1. Memilih majelis
Hadits Abu Musa Al Asy’ari yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim
ِ ِ‫ح َو ْال َجل‬
‫يس‬ ِ ِ‫ ِإنَّ َما َمثَ ُل ْال َجل‬ : ‫ال‬
ِ ِ‫يس الصَّال‬ َ ‫ ع َْن النَّبِ ِّي‬ ‫ع َْن َأبِي ُمو َسى‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫هُ َوِإ َّما َأ ْن‬W‫ا َع ِم ْن‬Wَ‫ ِذيَكَ َوِإ َّما َأ ْن تَ ْبت‬Wْ‫ك ِإ َّما َأ ْن يُح‬
ِ W‫ ُل ْال ِم ْس‬W‫ير فَ َحا ِم‬W
ِ ‫خ ْال ِك‬ ِ ِ‫ك َونَاف‬ِ ‫السَّوْ ِء َك َحا ِم ِل ْال ِم ْس‬
‫ (متفق عليه‬ ً‫ك َوِإ َّما َأ ْن تَ ِج َد ِريحًا َخبِيثَة‬ َ ‫ير ِإ َّما َأ ْن يُحْ ِر‬
َ َ‫ق ثِيَاب‬ ِ ‫تَ ِج َد ِم ْنهُ ِريحًا طَيِّبَةً َونَافِ ُخ ْال ِك‬
)‫واللفظ لمسلم‬

“Perumpamaan antara teman duduk yang baik dengan teman duduk


yang buruk seperti perumpamaan penjual minyak wangi dan tukang
batu atau semacamnya”. (HR. Bukhori & Muslim)

Adab-adab Tarbiyah
Intinya, ketika berteman dangan teman yang shalih maka kita akan
mendapatkan 3 kebaikan:
1. Ia akan menghadiahkan kepada kita minyak wanginya, (ia
akan memberikan kita faedah tanpa diminta)
2. Kita akan membeli dari dia minyak wanginya karena dia
teman kita; tidak membeli di tempat lain; dimana kalau kita
beli dari teman maka ada hadiah khusus. Maksudnya tidak
begitu sulit bagi kita untuk meminta faidah darinya,
contohnya nasehatnya, dll.
3. Kita akan mendapatkan darinya bau yang harum, artinya
mungkin ia tidak langsung memberikan nasehat kepada kita
dan kita mungkin yang agak segan langsung memintanya
tetapi paling tidak posisi kita yang dekat dengannya itu bisa
membantu diri kita untuk bisa istiqamah. (tidak mau macam-
macam selama berada di sisinya).
Jadi, sangat penting untuk mengkondisikan kita berkumpul dan
bermajelis bersama dengan orang yang beriman dengan majelis yang
baik.
Hadits dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ْ‫ر‬WWُ‫ين خَ لِيلِ ِه فَ ْليَ ْنظ‬ َ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ال َّر ُج ُل َعلَى ِد‬
)‫َأ َح ُد ُك ْم َم ْن يُخَالِ ُل (رواه الترمذي وأبو داود‬

Adab-adab Tarbiyah
“Seseorang itu sangat bergantung pada agama temannya, maka
perhatikanlah kepada siapa kamu berteman”(HR. Tirdmidzi dan Abu
Dawud)
Dalil tersebut jelas memerintahkan kepada kita untuk memilih
teman (tidak sembarang dalam memilih teman dalam bermajelis)
pilih teman yang bisa membantumu untuk istiqamah. Bukan dengan
melihat penampilan saja, seperti majelis-majelis yang banyak
melucu, tertawa dsb.

2. Memperbanyak dzikir kepada Allah


Ini perlu kita lakukan agar majelis kita tidak berubah fungsinya
menjadi sekedar pertemuan melepaskan kerinduan yang
akhirnya bahan obrolannya kesana kemari. Sehingga kita perlu
mengkondisikan diri kita dan mutarabbiyah kita untuk senantiasa
berdzikir kepada Allah.

Imam Abu Daud, Imam At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari


Abdullah Bin Umar Radiyallahu Anhuma berkata:
‫لَّ َم فِي‬W‫ ِه َو َس‬W‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬W‫ص‬
َ ِ ‫و ِل هَّللا‬W‫ ُّد لِ َر ُس‬W‫ع َْن ا ْب ِن ُع َم َر رضي هللا عنهما قَا َل ِإ ْن ُكنَّا لَنَ ُع‬
‫و‬WW‫َّحي ُم (رواه أب‬ ِ ‫ر‬W‫ك َأ ْنتَ التَّوَّابُ ال‬ َّ َ‫رْ لِي َوتُبْ َعل‬WWِ‫س ْال َوا ِح ِد ِماَئةَ َم َّر ٍة َربِّ ا ْغف‬
َ َّ‫ي ِإن‬ ِ ِ‫ْال َمجْ ل‬
)‫داود والترمذي وابن ماجه‬

Dari Ibnu Umar ra berkata, “Jika kami menghitung dalam satu


majelis Rasulullah  menyebut sebanyak 100x : Ya Rabbku
ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha
Adab-adab Tarbiyah
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (HR. Abu Daud, Tirmidzi
dan Ibnu Majah).

Ancaman majelis yang kosong dengan dzikir disebutkan Imam Abu


Daud dalam sunannya hadits riwayat Abu Hurairah:
َ ‫ذ ُكرُونَ هَّللا‬Aْ Aَ‫س اَل ي‬
ٍ ِ‫ َما ِمنْ قَ ْو ٍم يَقُو ُمونَ ِمنْ َم ْجل‬ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫عَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر‬
)‫س َرةً (رواه أبو داود‬ ْ ‫فِي ِه ِإاَّل قَا ُموا عَنْ ِم ْث ِل ِجيفَ ِة ِح َما ٍر َو َكانَ لَ ُه ْم َح‬

“Tidaklah dari suatu kaum yang berdiri dari suatu majelis tapi
majelisnya tidak ada zikirnya kecuali mereka yang bangkit adalah
bangkai-bangaki keledai, bagi mereka adalah kerugian.”

Diantara dzikir yang penting yakni memperbanyak shalawat.


Dari Abu Hurairah RA, Nabi Shallallhu ’alaihi wa sallam
mengatakan

ْ ‫ال َم ْن قَ َع َد َم ْق َعدًا لَ ْم يَ ْذ ُكرْ هَّللا َ فِي ِه َكان‬


‫َت َعلَ ْي ِه‬ َ َ‫ َأنَّهُ ق‬ ِ ‫ ع َْن َرسُو ِل هَّللا‬ َ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرة‬
‫و‬W‫ َرةٌ (رواه أب‬Wِ‫ ِه ِم ْن هَّللا ِ ت‬Wْ‫َت َعلَي‬ ْ ‫ان‬W‫ِم ْن هَّللا ِ تِ َرةٌ َو َم ْن اضْ طَ َج َع َمضْ َجعًا اَل يَ ْذ ُك ُر هَّللا َ فِي ِه َك‬
)‫داود‬

َ ‫ذ ُكرُوا هَّللا‬Wْ Wَ‫ا لَ ْم ي‬W‫وْ ٌم َمجْ لِ ًس‬WWَ‫س ق‬ َ Wَ‫ ق‬ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬
َ َ‫ا َجل‬WW‫ال َم‬W ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫ر لَهُ ْم (رواه‬WW َ َ‫صلُّوا َعلَى نَبِيِّ ِه ْم ِإاَّل َكانَ َعلَ ْي ِه ْم تِ َرةً فَِإ ْن َشا َء َع َّذبَهُ ْم َوِإ ْن َشا َء َغف‬ َ ُ‫فِي ِه َولَ ْم ي‬
)‫الترمذي‬

Adab-adab Tarbiyah
‫ ِة بِ ْال َع َربِيَّ ِة‬Wَ‫ْرف‬
ِ ‫ل ْال َمع‬W
ِ W‫ا َل بَعْضُ َأ ْه‬WWَ‫ ةً و ق‬W‫ َرةً َونَدَا َم‬W‫ َو َم ْعنَى قَوْ لِ ِه تِ َرةً يَ ْعنِي َح ْس‬: ‫قَا َل َأبُو ِعي َسى‬
‫التِّ َرةُ ه َُو الثَّْأر‬

“Tidaklah duduk suatu kaum dalam majelis lalu di dalamnya


mereka tidak mengingat Allah dan tidak bershalawat kepada nabi
mereka kecuali bagi mereka kerugian. Kalau Allah menginginkan
Allah siksa mereka dan kalau Allah menginginkan Allah
mengampuni dosa-dosa mereka.”

3. Berpenampilan yang sebaik-baiknya


Dalil QS. Al – A’raf : 31
ُّ W‫ح‬Wِ Wُ‫ ي‬W‫ َن‬W‫ ي‬Wِ‫ ف‬W‫ ِر‬W‫ ْس‬W‫ ُم‬W‫ ْل‬W‫ا‬
Wَ‫ د‬W‫ ْن‬W‫ ِع‬WِّW‫ ل‬W‫ ُك‬Wٍ‫ د‬W‫ ِج‬W‫ ْس‬W‫ َم‬W‫ و‬Wُ‫ ل‬W‫ ُك‬W‫و‬Wَ W‫ ا‬W‫ و‬Wُ‫ ب‬W‫ر‬Wَ W‫ ْش‬W‫ ا‬W‫و‬Wَ W‫ اَل ا‬W‫و‬Wَ W‫ا‬W‫ و‬Wُ‫ ف‬W‫ ِر‬W‫ ْس‬Wُ‫ت‬Wۚ Wُ‫ ه‬Wَّ‫ اَل ِإ ن‬W‫ب‬
W‫ ا‬Wَ‫ ي‬ W‫ ي‬Wِ‫ ن‬Wَ‫ ب‬W‫ َم‬W‫ َد‬W‫ آ‬W‫ا‬W‫ و‬W‫ ُذ‬W‫ ُخ‬W‫ ْم‬W‫ ُك‬Wَ‫ ت‬Wَ‫ن‬W‫ ي‬W‫ِز‬

Artinya :
31. “ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid[534], makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.”

[534] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau


thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.

Adab-adab Tarbiyah
[535] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan
oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang
dihalalkan.
Ayat ini salah satu dalil yang digunakan para fuqaha dalam
mewajibkan menutup aurat pada saat shalat.

Makna ….. yang artinya “tutuplah auratmu” secara bahasa adalah


“pakailah perhiasanmu”. Artinya pakaian yang kita gunakan jangan
cuma menutup aurat selama kita bisa memakai pakaian yang terbaik.
Ayat ini tidak hanya mengkhususkan pada persoalan shalat ketika
masuk mesjid walaupun asalnya untuk perbuatan shalat tetapi
diantara hikmah mengapa Allah menyebutkan di masjid karena di
masjid begitu banyak ibadah yang bisa kita kerjakan.
Hadits Jibril alaihis salam (hadits ke 2 dalam hadits Arbain
Annawawiyah) ketika beliau datang mengunjungi para sahabat untuk
menjelaskan persoalan bagaimana cara bermajelis yang baik.
Diantaranya penampilan Jibril yang patut untuk menjadi perhatian
kita adalah apa yang disifatkan oleh Umar bin Khattab RA, beliau
mengatakan:

“‫ش ْع ِر‬
َّ ‫س َوا ِد ال‬
َ ‫ش ِد ْي ُد‬ ِ ‫ض الثِّيَا‬
َ ‫ب‬ ِ ‫ش ِد ْي ُد بَيَا‬
َ ،”
“Berpenampilan yang terbaik, pakaian yang sangat putih,
rambut yang sangat hitam………”

Adab-adab Tarbiyah
Intinya pembahasan para ulama, Jibril memakai pakaian yang
terbaik. Bahkan sebagian riwayat beliau alaihis salam meminyaki
rambutnya.
Dalam buku-buku ulama ada yang sangat detail dalam
menyebutkan persoalan ini, memotong kuku, merapikan janggut dsb
pada saat menghadiri majelis ilmu.

4. Penghormatan/ Mengucapkan salam pada saat tiba di


masjid dan pada saat pulang
Ucapan salam adalah ucapan yang disyariatkan pada saat
menghadiri majelis (masuk dan pada saat meninggalkannya). Dan ini
tidak bertentangan dengan pendapat sebagiannya. Para ulama
memandang tidak mesti mengucapkan salam pada saat memulai
majelis dzikir karena telah mengucapkan salam pada saat memasuki
majelis.
Tetapi tidak masalah ketika kita memulai majelis dengan salam,
namun perlu diingat hadits-hadits yang menunjukkan
disyariatkannya salam hanya pada saat masuk dan ketika hendak
meninggalkan majelis.

 Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda:

Adab-adab Tarbiyah
‫لِّ ْم‬A ‫س‬ ٍ ِ‫سلَّ َم قَا َل ِإ َذا ا ْنتَ َهى َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى َم ْجل‬
َ ُ‫س فَ ْلي‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫عَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ َأنَّ َر‬
. ‫ق ِمنْ اآْل ِخ َر ِة‬ َّ ‫ستْ اُأْلولَى بَِأ َح‬ َ ُ‫س ثُ َّم ِإ َذا قَا َم فَ ْلي‬
َ ‫سلِّ ْم فَلَ ْي‬ ْ ِ‫س فَ ْليَ ْجل‬َ ِ‫فَِإنْ بَدَا لَهُ َأنْ يَ ْجل‬

)‫(رواه الترمذي وأبو داود‬

Jika salah seorang diantara kalian masuk majelis maka “


ucapkanlah salam, dan apabila mau duduk maka dipersilahkan, dan
jika ia berdiri ingin pulang maka hendaklah ia memberi salam yang
”.kedua

Rasulullah masuk masjid pada saat sudah mau khutbah, maka


pada saat masuk majelis beliau langsung mengucapkan “ Assalamu
‘alaikum” lalu beliau duduk, adzan dan ketika selesai adzan beliau
memulai ceramahnya tanpa mengucapkan salam kembali karena
sebelumnya beliau telah salam pada saat masuk majelis. Dan
mengakhiri khutbahnya beliau tidak salam karena memang beliau
belum mau pergi (masih di masjid), beliau mengucapkan salam pada
saat mau meninggalkan masjid

5. Dimakruhkannya membangunkan atau menyuruh berdiri


seseorang dari majelis tempat duduknya kemudian ia duduk
di tempat temannya tersebut.

Adab-adab Tarbiyah
‫ا َم‬AAَ‫ا َل ِإ َذا ق‬AAَ‫سلَّ َم ق‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫عَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ َأنَّ َر‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬
‫ ِه‬A ‫ َع ِإلَ ْي‬A‫س ِه ثُ َّم َر َج‬ِ ِ‫ث َأبِي َع َوانَةَ َمنْ قَا َم ِمنْ َم ْجل‬ ِ ‫َأ َح ُد ُك ْم َوفِي َح ِدي‬
ُّ ‫فَ ُه َو َأ َح‬
) ‫ق ِب ِه (رواه مسلم‬

“ Tidaklah boleh seseorang menyuruh orang lain untuk berdiri lalu


ia mengambil tempat duduknya”
6. Berlapang-lapang dalam majelis
Sebaik-baik majelis adalah yang paling luas dan paling lapang.
Maksudnya pertama kita berusaha mencari tempat yang paling luas
yang dapat memuat para hadirin. Karena masalah kelapangan majelis
mempengaruhi kondisi hati kita. Hanya saja jika tempatnya memang
tidak muat maka pada saat itu kita harus berlapang-lapang dalam
majelis(memberi tempat kepada saudari kita)
Hal yang perlu untuk diingat:
- Jika masih luas tempat didekat kita, mka berikan
kesempatan kepadad orang lain untuk duduk disebelah kita.
- Jika ada seseorang keluar untuk membuang air, maka
seseorang dilarang untuk menduduki tempat duduknya.
- Jika ada seseorang yang bangkit dari tempat duduknya
kemudian dia akan kembali di tempat duduk itu, maka ia
lebih berhak untuk duduk di majelis tersebut.
- Hendaknya sebelum duduk kita bertanya dahulu, adakah
orang yang duduk disana?

Adab-adab Tarbiyah
7. Anjuran untuk berkumpul di dalam sebuah majelis dan
tidak berpencar pada saat bermajelis.
‫ا لِى‬AA‫ا َل « َم‬AAَ‫ فَق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫س ُم َرةَ قَا َل َخ َر َج َعلَ ْينَا َر‬ َ ‫عَنْ َجابِ ِر ْب ِن‬
‫ َقا َل ثُ َّم َخ َر َج َعلَ ْينَا‬.» ‫صالَ ِة‬
َّ ‫س ُكنُوا فِى ال‬
ْ ‫سا‬
ٍ ‫ش ْم‬ُ ‫اب َخ ْي ٍل‬ ُ َ‫َأ َرا ُك ْم َرافِ ِعى َأ ْي ِدي ُك ْم َكَأنَّ َها َأ ْذن‬
‫فَ َرآنَا َحلَقًا فَقَا َل « َما لِى َأ َرا ُك ْم ِع ِزينَ » رواه مسلم‬

Hadits Riwayat Imam Muslim ”Ketika nabi Shallallahu ’alaihi


wasallam melihat halaqah yang banyak Nabi berkata:”Mengapa
kalian berpencar pada saat bermajelis?”

8. Tidak memisahkan antara keduanya kecuali meminta izin


kepada keduanya
Hadits dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, Nabi Shallallahu
’alaihi wa sallam berkata:”tidak halal bagi seseorang, memisahkan
dua orang kecuali atas izin keduanya.
Meskipun ada tempat yang agak lowong di antara keduanya.”
Dengan kata lain kita harus meminta izin kepada keduanya.
9. Duduk ditempat pemberhentian majelis atau akhir dari
majelis.
ُ ‫س َأ َح ُدنَا َح ْي‬
‫ث َي ْنتَ ِهي‬ َ َ‫سلَّ َم َجل‬ َ ‫س ُم َرةَ قَا َل ُكنَّا ِإ َذا َأتَ ْينَا النَّبِ َّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫عَنْ َجابِ ِر ْب ِن‬

)‫(رواه الترمذي وأبو داود‬

Adab-adab Tarbiyah
Dari Abu Daud berkata:” Kami para sahabat jika kami
mendatangi Rasulullah, salah seorang diantara kami duduk ditempat
perhentianny”.
Maka sunnah, barangsiapa yang datang di awal mengambil
posisi di depan.
10. Bolehnya kedepan bagi yang melihat di depannya ada tempat
yang lowong tanpa menyakiti orang lain.
Dari hadits riwayat Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam tentang
kisah tiga orang pemuda yang datang melewati majelis Rasulullah
tersebut. Tiga orang tersebut adalah:
1. Melihat tempat/majelis Rasulullah langsung bergabung dan
melihat yang kosong maka ia langsung ke depan.
2. Bergabung juga di tempat lowong tapi ia agak malu-malu,
maka ia menyelinap di majelis dengan agak malu-malu .
3. Yang tidak peduli dengan majelis ilmu, dia melihat majelis
Rasulullah tapi ia tidak mempunyai keinginan dan minat
dengan majelis tersebut.
Nabi ketika melihat ke tiga orang tersebut mengatakan:
“Orang pertma adalah orang yang berlindung kepada Allah, maka
Allah melindunginya, orang yang kedua bergabung dalam majelis
tapi malu-malu, maka Allah juga malu terhadapnya, sedangkan orang
yang ketiga ia berpaling maka Allah juga bepaling darinya”.
Imam Bukhari ketika menjelaskan hadits ini memberikan judul
bolehnya ke depan jika melihat ada lowong di depan, tetapi sekali
Adab-adab Tarbiyah
lagi jangan sampai menyakiti orang lain sebagaimana ketika nabi
melihat adanya orang yang mau ke depan, beliau berkata:”Duduk
saja, kamu telah menyakiti banyak orang”.
11. Menjauhkan diri dari duduk yang dilarang
Duduk yang paling bagus adalah duduk iftirasy atau seperti
duduknya Jibril alaihis salam dihadapan rasulullah ketika datang
untuk menjelaskan konsep keimanan kepada para sahabat.
Duduk yang dilarang oleh Rasulullah pada saat bermajelis adalah
ada dua, yaitu:
a. Duduk dimana seseorang meletakkan tangan kirinya ke
belakang lalu ia bersandar pada tangan kirinya tersebut atau
bertopang dengannya.
‫س‬ ٌ ِ‫ ال‬A‫ا َج‬AAَ‫لَّ َم َوَأن‬A‫س‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َم َّر بِي َر‬ ‫س َو ْي ٍد‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫ش ِري ِد ْب ِن‬
َّ ‫عَنْ ال‬
‫ ُد‬A‫ا َل َأتَ ْق ُع‬AAَ‫ ِدي فَق‬Aَ‫ ِة ي‬Aَ‫ ْأتُ َعلَى َأ ْلي‬A‫ ِري َواتَّ َك‬A‫س َرى َخ ْلفَ ظَ ْه‬ ْ ُ‫ي ا ْلي‬ َ ‫َه َك َذا َوقَ ْد َو‬
َ ‫ضعْتُ يَ ِد‬
)‫ب َعلَ ْي ِه ْم (رواه أبو داود وأحمد‬ ُ ‫قِ ْع َدةَ ا ْل َم ْغ‬
ِ ‫ضو‬

Hadits Rasulullah dari Sunan Abu Daud dari Syahid bin


Fulaid, beliau berkata ”Rasulullah melewati aku dan pada waktu itu
aku duduk di sini, saya meletakkan tangan kiriku di belakang
punggungku dan saya bertopang dengannya. Kemudian Rasulullah
Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: ”Apakah kamu mau duduk
dengan duduknya orangyang Allah murkai?”
Syaikh Utsaimin mengatakan: Hadits ini menunjukkan bahwa
jika kita menggunakan tangan kanan maka itu tidak mengapa atau

Adab-adab Tarbiyah
kedua-duanya jika kita memiliki hajat namun tidak untuk dilakukan
terus-menerus.
b. Duduk di tempat yang sebagian badannya terkena matahari
dan sebagian lainnya terlindungi.
‫ ُد ُك ْم فِي‬A‫انَ َأ َح‬AA‫لَّ َم ِإ َذا َك‬A‫س‬
َ ‫ ِه َو‬A‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬
َ ‫س ِم‬ ِ ‫ قال َقا َل َأبُو ا ْلقَا‬ َ‫عن َأبي ُه َر ْي َرة‬
‫هُ فِي الظِّ ِّل فَ ْليَقُ ْم‬AA‫ض‬
ُ ‫س َوبَ ْع‬ ِ ‫ ْم‬AA‫الش‬َّ ‫هُ فِي‬AA‫ض‬ ُ ‫ا َر بَ ْع‬AA‫ص‬َ ‫هُ الظِّ ُّل َو‬A ‫ص َع ْن‬
َ َ‫س فَقَل‬ِ ‫ ْم‬A ‫الش‬
َّ
)‫(رواه أبو داود وأحمد‬

Sunan Abu Daud dari Abu Hurairah RA, Abul Qasim Shallallahu
’alaihi wasallam bersabda: Jika salah seorang diantara kamu
berada di matahari dan sebagian lainnya dinaungi, maka ia harus
bangkit darinya.
12. Menutup majelis dengan doa kafaratul majelis.
“Menutup majelis dengan membaca Subhanakallahumma
wabihamdika Asyahadu anla ilaha illa anta astagfiruka wa atubu
ilaik.”

C. Adab-adab Murid Kepada Guru (Murobbi


1. Menjaga kehormatannya

Dari Ubadah bin Shomit berkata bahwa Rasulullah bersabda,


“Tidak termasuk golongan kami seorang yang tidak
menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang
yang lebih muda serta tidak mengenali hak dari orang alim

Adab-adab Tarbiyah
diantara kami” (HR. Ahmad dan Hakim serta haditsnya
dinyatakan hasan oleh Syaikh Albani dalam Shohih Al Jami’
Ash Shoghir).

2. Menulis apa yang dikatakan murabbi

ِ ‫قال ُع َمر ْبن ا ْل َخطَّا‬


ِ ‫ قَيِّدُوا ا ْل ِع ْل َم بِا ْل ِكتَا‬: ‫ب‬
‫ب‬

Dari Abdullah bin Umar, dari Anas bin Malik dari Umar bin
Khattab Rasulullah bersabda ”Ikatlah ilmu dengan menulis”. (HR.
Imam Baihaqi).
Asy Sya’di mengatakan ”Bila kau mendengarkan satu ilmu maka
tulislah walaupun itu di dinding atau di tembok. Jangan pernah
engkau meninggalkan suatu ilmu kecuali engkau telah menulisnya”
3. Mendengarkan apa yang disampaikan oleh murabbi
Umar bin Khattab mengatakan: ”Jadilah kamu orang alim atau
mutaallim atau mustami’ (pendengar) dan jika kamu menjadi yang
ke empat maka kamu celaka”. Abu Darda mengatakan ”Tidak apa-
apa menjadi orang yang keempat, tapi orang yang keempat adalah
simpatisan. Dan jangan menjadi orang yang kelima karena kamu
akan binasa”.
Mustami’ artinya mendengarkan murabbiyah dengan kesan
menempatkannya di tempat yang tinggi (menghormatinya). Salah
satu sikap tersebut adalah bersikap tawadhu seperti Abdullah bin
Abbas yang begitu tawadhu terhadap guru-gurunya, meskipun
Adab-adab Tarbiyah
gurunya sendiri kadang risih sebab mereka tahu bahwa Ibnu Abbas
lebih ’alim dari mereka, namun ibnu abbas sendiri tidak mau
memberikan kesan seperti itu.
4. Memuliakan dan bersungguh-sungguh dalam berkhikmad
kepada murabbi
5. Tidak mendahuluinya
(jangan menimpali jika ada yang disampaikan oleh
murabbiyah), ini dijelaskan oleh para ulama dengan mengambil
firman Allah ”
Walaupun posisi Rasulullah tidaklah persis sama dengan posisi guru
sekarang namun paling tidak seorang murid tidak boleh mendahului
ustadznya dalam segala sesuatu. Ini juga dicontohkan oleh sikap nabi
Musa terhadap nabi Khidr dimana beliau selalu meminta izin dulu,
sampai-sampai ketika mau belajar kepada nabi Khidr pun beliau
meminta izin terlebih dahulu.
6. Bermulazamah atau dekat kepada murabbiyah
Dekat dengan tujuan :
 Mengambil manfaat dari adabnya
 Mengambil manfaat dari ilmunya
o Kata imam Syafi’i, salah satu cara untuk mendapatkan
ilmu adalah dengan banyak menemani ustadz dalam
waktu yang panjang.
o Ibrahim an Nasa’i pernah mengatakan ”kami
mendatangi Masruq bin Ajra’ salah seorang murid dari
Adab-adab Tarbiyah
Abdullah bin Mas’ud (salah seorang tabi’in), lalu kami
belajar dari akhlak dan budi pekertinya”. Inilah diantara
manfaat dekat dengan murabbi.
o Abdullah bin Wahab (beliau termasuk perawi yang
paling tsiqah terhadap Imam Malik) mengatakan ”yang
saya pelajari dari Imam Malik dari adabnya lebih
banyak kemudian ilmunya” Padahal tentu saja begitu
banyak ilmu Imam Malik yang bisa diserap tapi beliau
mengatakan saya lebih banyak belajar adabnya daripada
ilmunya. Jadi beliau tidak belajar ilmu saja tetapi juga
merekam bagaimana adab-adab yang diajarkan oleh
guru tersebut.
o Husain bin Ismail dari bapaknya, beliau menceritakan
”majelis Imam Ahmad dihadiri oleh sekitar lima ribu
lebih orang dan hanya sekitar lima ratus orang yang
menulis ilmu yang disampaikan, dan selebihnya hadir
untuk sekedar mempelajari adab dan perilaku imam
Ahmad”. Kadang untuk mengenal adabnya Syeikh
Utsaimin kita melihat siapa muridnya yang terdekat

7. Beradab pada saat duduk didepannya


Beradab pada saat duduk di depan murabbi dengan cara
mengkonsentrasikan pemikiran kita kepadanya, menghadirkan
seluruh panca indra kita.
Adab-adab Tarbiyah
o Hasan bin Ali (cucu Rasulullah) pernah menasehati anaknya
dengan mengatakan wahai anakku jika engkau menghadiri
majelis para ulama maka hendaknya engkau lebih bersemangat
mendengar daripada berbicara, jangan mengambil sikap diam
dan jangan engkau memotong pembicaraan seseorang hingga
dia berhenti berbicara”. Jadi hendaknya kita duduk dengan cara
yang terbaik yang menunjukkan perhatian kita terhadap apa
yang disampaikan.
8. Bersikap sabar terhadap murobbi dalam segala hal
Bersikap sabar terhadap murabbi dalam segala hal. Termasuk
dalam hal penyampaian ilmu dari murabbi, sebab terkadang ada
murabbi yang menahan ilmunya atau menunda penjelasannya meski
tetap akan disampaikan. Ini dicontohkan dengan kesabaran Umar bin
Khattab ketika terjadi peristiwa Jibril. Beliau mengetahui tentang
siapa yang datang setelah tiga hari, padahal sebenarnya beliau sangat
ingin mengetahuinya namun beliau bersabar hingga Rasulullah
sendiri yang menyampaikannya.
9. Mendengarkan dengan baik
Satu perkataan dari Atha’ bin Abi Rabah (thabi’in yang hidup di
Mekah) beliau mengatakan ”sesungguhnya aku kadang
mendengarkan hadits dari seseorang padahal aku lebih
mengetahuinya dari dia, namun aku menampakkan seolah-olah
aku tidak mengetahui hadits tersebut sama sekali”, dalam
perkataan yang lain beliau menyampaikan sesungguhny aku
Adab-adab Tarbiyah
kadang mendengarkan seorang pemuda berbicara tentang suatu
hadits lalu saya memperhatikan perkataannya seakan-akan belum
pernah mendengarkan hadits itu sebelumnya padahal saya telah
mendengarkan hadits itu sebelum anak muda itu lahir

Adab-adab Tarbiyah

Anda mungkin juga menyukai