Anda di halaman 1dari 4

BACAAN HAMDAN KATSIRA … SETELAH BANGKIT DARI RUKUK,

RANGKAIAN PERTANYAAN TENTANG TATACARA SALAT


DAN BEBERAPA SALAT SUNAT

Pertanyaan Dari:
Saudara H. Mirdja Disastra, Blok Batukarut No. 26, Cikoneng,
Ciamis, Jawa Barat

Pertanyaan:
1.Sampai saat ini saya baru mempunyai buku Soal Jawab Agama Islam karangan
A. Hassan. Sebagai anggota Muhammadiyah saya ingin sekali memiliki buku
Tanya Jawab Agama yang disusun oleh Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Bagaimana cara mendapatkan buku tersebut?
2.Dalam kitab Hadis Sahih al-Bukhari pernah saya temukan satu hadis yang
menyebutkan sebagai berikut: Sehabis salat berjamaah Rasulullah saw bertanya
kepada seorang makmum: Apa yang saudara baca setelah bangkit dari ruku’
selain dari membaca “Rabbana wa lakal-hamd”? Dia menjawab, saya baca
pula: “Hamdan kasiran wa tayyiban mubarakan”. Kemudian Rasul bersabda
lagi: Aku lihat Malaikat berlomba menuliskan pahalanya. Mengingat hadis ini
saya suka mengamalkan bacaan ini. Apakah boleh atau tidak? Apabila
dibolehkan mengandung kesan bahwa tambahan bacaan do’a dalam salat
dibolehkan.
3.Ditemukan ada tiga macam cara meletakkan telapak tangan pada saat salat, (1)
diletakkan di atas perut, (2) diletakkan di atas dada, (3) diletakkan di antara dada
dan perut. Yang manakah yang dipakai oleh warga Muhammadiyah?
4.Isyarat telunjuk jari tangan kanan pada waktu tahiyat, ditemukan ada tiga macam:
(1) telunjuk diangkat sejak mulai bacaan tahiyat dan digerak-gerakkan, (2)
telunjuk diangkat sejak mulai bacaan tahiyat, tidak digerak-gerakkan, (3) telunjuk
diangkat berbarengan dengan bacaan la ilaha illallah. Mana yang diikuti oleh
Muhammadiyah?
5.Akhir bacaan tahiyat awal menurut faham Muhammadiyah apakah sampai pada
bacaan salawat kepada Nabi saw atau sampai akhir do’a “wa min fitnati al-masih
ad-dazal”?
6.Menurut faham Muhammadiyah, sewaktu kita berdoa apakah mengangkat tangan
dan diakhiri dengan kecupan tangan atau tidak?
7.Pada saat kita berdiri setelah ruku’ ada yang tangannya disedekapkan di atas
perut dan ada yang dijulurkan ke bawah. Cara mana yang dianut
Muhammadiyah?
8.Ada ustaz yang menerangkan adanya salat sunat di antara dua azan. Apa
dalilnya? Mohon penjelasan.
9.Tidak semua masjid melaksanakan azan awal pada waktu menjelang subuh. Bagi
masjid yang tidak melaksanakan azan awal, pada waktu azan apakah memakai
as-salatu khairum minan naum atau tidak?
10.Mohon penjelasan tentang salat Tasbih, apakah hadisnya kuat hingga patut
diamalkan atau hadisnya itu lemah? Apabila hadisnya kuat mohon dijelaskan
cara-caranya.

Jawaban:
1.Saudara bisa mendapatkan buku tersebut di took-toko buku atau coba tanyakan di
Kantor Cabang Muhammadiyah Ciamis atau Tasikmalaya, atau berkirim surat ke
Kantor Suara Muhammadiyah JI. KHA Dahlan No. 43 Yagyakarta 55122, Telp.
(0274) 376955, karena yang memasarkan buku tersebut adalah Suara
Muhammadiyah.
2.Zikir/do’a yang saudara kemukakan di atas termasuk zikir yang dituntunkan oleh
Nabi saw. Zikir di atas tercantum dalam hadis riwayat Ahmad, al-Bukhari, Malik,
dan Abu Dawud dari Rifa’ah bin Rafi’. Zikir tersebut tidak termasuk tambahan
karena sesudah itu mendapat persetujuan Rasul dan berarti termasuk dalam
kriteria sunnah. Memang termasuk tambahan apabila kita sekarang setelah ruku’
membaca sesuatu yang tidak ada tuntunannya dari Rasul. Selanjutnya kami
kemukakan bahwa selain zikir di atas ada lagi zikir yang lain, yaitu:
a.Hadis Abu Hurairah riwayat Ahmad dan lain-lain bahwa Nabi saw bersabda:
ّ ُ‫مد َهُ فَُقوُلوا الل ّه‬
‫م‬ ِ ‫ح‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬ ُ ّ ‫معَ الل‬
َ ِ‫ه ل‬ ِ ‫س‬
َ ‫م‬ُ ‫ما‬َ ِ ‫ل ا ْل‬َ ‫ذا َقا‬ َ ِ‫إ‬
[‫مد ُ ]رواه أحمد وغيره‬ ْ ‫ح‬َ ْ ‫ك ال‬ َ َ ‫َرب َّنا وَل‬
Artinya: “Apabila imam mengatakan sami’allahu liman hamidahu maka
ucapkanlah Allahumma rabbana wa lakal-hamd (Ya Allah Tuhan kami bagi-
Mu-lah segala puji-pujian).”
b.Hadis dari Ali ra yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan at-
Turmuzi, apabila Nabi saw bangkit dari ruku’ beliau mengucapkan/membaca:
‫ت‬
ِ ‫وا‬
َ ‫م‬ َ ‫س‬ّ ‫لَء ال‬ْ ‫م‬ِ ُ ‫مد‬ َ ْ ‫ك ال‬
ْ ‫ح‬ َ َ ‫مد َهُ َرب َّنا وَل‬
ِ ‫ح‬ َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ ِ‫ه ل‬ُ ّ ‫معَ الل‬ ِ ‫س‬َ
َ ْ
ُ ‫يٍء ب َعْد‬
ْ ‫ش‬َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ِ ‫ت‬ َ ْ ‫شئ‬ِ ‫ما‬ َ ‫لَء‬ ْ ‫م‬ ِ َ‫ما و‬َ ُ‫ما ب َي ْن َه‬َ َ‫ض و‬ ِ ‫َوالْر‬
[‫]رواه أحمد ومسلم وأبو داود والترمذي‬
Artinya: “Allah mendengarkan orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami,
bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi serta segala yang terdapat di
antara keduanya dan sepenuh apa pun yang Engkau kehendaki selain itu.”
Berdasarkan hadis:
‫صّلي‬ ُ َ
َ ‫موِني أ‬ َ َ ‫صّلوا ك‬
ُ ُ ‫ما َرأي ْت‬ َ
(salatlah kamu sekalian sebagaimana engkau melihat aku salat), maka zikir yang
ditentukan oleh Nabi saw bisa diamalkan juga do’anya. Selanjutnya berdasarkan
hadis sahih riwayat Ahmad dan Muslim yang menjelaskan bahwa saat yang
paling dekat dengan Allah bagi manusia adalah ketika sujud, maka manusia
dianjurkan memperbanyak doa ketika sujud. Pada waktu ruku’ hendaklah
mengagungkan Allah dan pada waktu sujud hendaklah berdo’a dengan sungguh-
sungguh karena banyak dikabulkan Allah.
3.Cara sedekap sesudah takbiratul ihram sudah pernah dibahas dan dimuat dalam
buku Tanya Jawab Agama jilid I halaman 55, silahkan baca. Kami ingin memberi
keterangan tambahan, bahwa ada beberapa hadis yang menerangkan cara sedekap
tersebut antara lain:
‫صّلى‬ َ ِ‫ل الله‬ ِ ْ ‫سو‬
ُ ‫معَ َر‬ َ ‫ت‬ ُ ْ ‫صل ّي‬
َ :‫ل‬ َ ‫جرٍ َقا‬ ْ ‫ح‬ُ ‫ن‬ ِ ْ‫ل ب‬
ِ ِ ‫ن َوائ‬ْ َ‫ع‬
‫سَرى‬ ْ ُ ‫مَنى عََلى ي َدِهِ ْالي‬ ْ ُ ‫ضعَ ي َد َهُ الي‬َ َ‫م وَو‬ َ ّ ‫سل‬
َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬
ُ ّ ‫الل‬
‫صد ْرِهِ ]رواه ابن حزيمة وصححه[ ورواه أبو داود‬ َ ‫عََلى‬
ِ ‫مَنى عََلى ظ َهْرِ ك َّف‬
‫ه‬ ْ ُ ‫ضعَ ي َد َهُ ال ْي‬َ َ‫م و‬ ّ ُ ‫ ث‬:‫والنسائي بلفظ‬
ِ‫عد‬
ِ ‫سا‬
ّ ‫سِغ َوال‬ ْ ُ ‫ال ْي‬
ْ ‫سَرى َوالّر‬
Artinya: “Dari Wa’il bin Hujrin berkata: Aku salat bersama Rasul saw, beliau
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri di dadanya.” [Hadis riwayat Ibn
Huzaimah] Dan yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan an-Nasai dengan lafal:
Kemudian Nabi meletakkan tangan kanannya pada bagian luar telapak
tangannya yang kiri, artinya berikut pergelangan tangan dan lengan.”
َ َ ‫ة بن وائ ِل عَن أ َبيه َقا‬
ِ‫ل الل ّه‬
َ ‫سو‬ُ ‫ت َر‬
ُ ْ ‫ل َرأي‬ ِ ِ ْ ٍ َ ِ ْ َ ‫م‬ َ ‫ن عَل َْق‬
ْ َ‫ع‬
َ َ ‫صَلةِ قَب‬
‫ض‬ ّ ‫ما ِفي ال‬ ً ِ ‫ن َقائ‬ َ ‫ذا‬
َ ‫كا‬ َ ّ ‫سل‬
َ ِ‫م إ‬ َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬
ُ ّ ‫صّلى الل‬ َ
[‫ماِله ]أخرجه النسائي والدارقطني‬ َ ‫ش‬ َ
ِ ‫مين ِهِ عَلى‬ ِ َ ‫ب ِي‬
Artinya: “Dari Alqomah bin Wa’il dari bapaknya, ia berkata: Saya melihat
Rasulullah saw apabila berdiri salat tangan kanannya menggenggam tangan
kirinya.” [Hadis riwayat an-Nasai dan ad-Daruquthni]
Dari kedua hadis di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa sedekap:
a.Tangan kanan diletakkan di tangan kiri. Himpunan Putusan Taijih
(HPT) mengikuti pendapat ini.
b.Tangan kanan diletakkan di bagian luar telapak tangan kiri.
c.Tangan kanan menggenggam tangan kiri.
Kemudian di manakah kedua tangan itu diletakkan? Ada beberapa
pendapat:
a.Keduanya diletakkan di dada. HPT mengambil pendapat ini berdasarkan
hadis Wa’il di atas.
b.Diletakkan di bawah pusat. Cara demikian biasa dilakukan oleh mazhab
Hanafi.
c.Diletakkan di bawah dada. Cara seperti ini biasa dilakukan oleh mazhab
Syafii.
Menurut at-Turmuzi bahwa di antara para sahabat dan tabi’in ada yang
meletakkan di atas pusat dan ada yang meletakkan di bawahnya. Wallahu a’lam.
4.Pertanyaan saudara sudah ditanyakan oleh saudara Ruswanda, S.Pd., dan dimuat
dalam rubrik Fatwa Agama Suara Muhammadiyah No. 7, Th. ke-84, 1-15 April
1999, silahkan dibaca. Muhammadiyah seperti yang tertulis dalam HPT
menetapkan bahwa mengacungkan telunjuk sejak mulai bacaan tahiyat. Hal ini
antara lain didasarkan kepada hadis niwayat Muslim dari Ibnu Umar:
َ
ِ‫شهّد‬ َ ّ ‫ذا قَعَد َ ِفي الت‬ َ ِ‫م إ‬ َ ّ ‫سل‬
َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬ ُ ّ ‫صّلى الل‬ َ ‫ي‬ ّ ِ ‫ن الن ّب‬ ّ ‫أ‬
ُ‫ضعَ ي َد َه‬
َ َ‫سَرى وَو‬ ْ ُ ‫سَرى عََلى ُرك ْب َت ِهِ ال ْي‬ ْ ُ ‫ضعَ ي َد َهُ ال ْي‬َ َ‫و‬
َ َ ‫ن وَأ‬
‫شاَر‬ َ ‫سي‬ ِ ‫م‬ْ ‫خ‬ ً َ ‫مَنى وَعََقد َ ث ََلث‬
َ َ‫ة و‬ ْ ُ ‫مَنى عََلى ُرك ْب َت ِهِ ال ْي‬ ْ ُ ‫ال ْي‬
[‫سّباب َةِ ]رواه مسلم‬ ّ ‫ِبال‬
Artinya: “Bahwasanya Nabi saw apabila duduk untuk tasyahud meletakkan
tangan kirinya di atas lutut kirinya dari tangan kanannya pada lutut kanannya
dan menggenggamnya seperti membuat isyarat “limapuluh tiga” dengan
mengacungkan jari telunjuknya.”
5.Pertanyaan saudara mengenai tahiyat awal telah sering ditanyakan oleh penanya
yang lain. Untuk ini silahkan saudara baca SM No. 7/Th. ke-84, 1-15 April 1999.
6.Masalah yang saudara tanyakan sudah ada yang menanyakan juga dan sudah
dijawab dalam SM No. 6/Th. ke-83, 16-31 Agustus 1998, silahkan dibaca.
7.Masalah yang saudara tanyakan sudah dibahas dalam rubrik Fatwa Agama dan
dimuat dalam SM No. 03/Th. ke-84, 1-15 Februari 1999, menurut pendapat kami
tangan menjulur ke bawah. Selengkapnya silahkan saudara baca SM No. 03
tersebut.
8.Menurut penelitian kami tidak menjumpai nas khusus yang menerangkan adanya
salat sunnah antara dua azan (azan dan iqamah). Tetapi orang melakukan salat
sunnah di antara keduanya memang ada, seperti salat qabliyah, atau tahiyah
masjid, atau salat sunnah wudu.
9.Mengucapkan “as-salatu khairum minan naum” (taswib) telah dibahas dan
dimuat dalam buku Tanya Jawab Agama jilid I halaman 41 dan dalam jilid IV
halaman 53, silahkan dibaca.
10.Masalah ini sudah pernah ditanyakan dan dimuat dalam SM No. l4/Th. ke-83, 16-
31 Juli 1998. Intinya bahwa hadis-hadis tentang salat tasbih kesahihannya
diperselisihkan dan kebanyakan ulama mendaifkannya. Oleh karena itu kami dari
pengasuh rubrik Fatwa Agama tidak mengamalkan hadis salat sunnah tasbih. Se-
lengkapnya silahkan saudara baca SM No. 14/Th. ke-83 tersebut.

SM No. 9 Tahun Ke-84/1999

Anda mungkin juga menyukai