Anda di halaman 1dari 115

M.

F A I Q F A I Z I N

‫المسمى‬
‫حرز األماني ووجه التهاني‬
‫في القراءات السبعة‬

NAZHAM SYATHIBIYYAH
(KITAB QIRA’AT TUJUH)

PESANTREN PASCA TAHFIZH BAYT AL-QUR’AN


PUSAT STUDI AL-QUR’AN JAKARTA
ANGKATAN VIII

UNTUK KALANGAN SENDIRI

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 1 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان ‪)8‬‬ ‫‪2‬‬ ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
‫‪Q‬‬

‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان ‪)8‬‬ ‫‪3‬‬ ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
NAZHAM SYATHIBIYYAH
(KITAB QIRA’AT TUJUH)
Oleh: M. Faiq Faizin

Penyusun : Putra Emak


Editor : Mr. Ve and kang Dayat
Lay out : K@ng V@iz
Design Cover : B@ng D-W
Perw ajahan : Wardah Cosmetic

Cetakan I, Wulan Mulud 1435 H. / Januari 2014


Cetakan II, Loading……….. Plese Wait………….

Penerbit : BQ_PRESS bekerjasama dengan FADLY PADI


Alamat : Pesantren Pasca Tahfizh Bayt Al-Qur’ an
Pusat Studi Al-Qur’ an
Perum Villa Bukit Raya. Jalan Terbang Layang Blok C
No. 10 Pondok Cabe Udik
Tangerang --- Banten.
HP. 082 33 88 22 33 2 / 0857 5555 3653
E-mail, FB, TWitter: Faiq.faizin@ymail.com / @gmail.com
Webblog: faiq.faizinjember.blogspot .com

Perpustakaan Lokal : Katalog dalam Print -print_an (KDP)

Hak Penerbitan Oleh : @BQ_PRESS Jakarta


Hak Cipta Dilindungi Oleh Gusti Alloh

ISBL : 06-03-1989

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 4 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam buku ini merujuk pada pedoman transliterasi Arab-Latin
yang ditetapkan oleh International Organization for Standardization (ISO) rekomendasi ISO-R
233 (dengan beberapa modifikasi vokal maupun konsonan). Berikut pedoman transliterasi yang
digunakan tersebut:

A. Konsonan

ARAB LATIN ARAB LATIN


Tak berlambang dh
b th
t zh
ts „
j gh
h f
kh q
d k
dz l
r m
z n
s w
sy h
sh ‟
y

B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)

Tanda/Harakat Nama Huruf Latin Contoh


……. fathah a = kataba
……. kasrah i = dzukira
……. dhammah u = dzukira

2. Vokal Rangkap (diftong)

Tanda/Harakat Nama Huruf Latin Contoh


……. fathah & yā‟ ai = Quraisy
……. kasrah & yā‟ ī = islāmī
……. fathah & wāwu au = hauna

3. Vokal Panjang

Tanda/Harakat Nama Huruf Latin Contoh


fathah & alif / yā‟ = qāla
/ ā
(alif maqshūrah) = ramā

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 5 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
kasrah & yā‟ ī = qīla
dhammah &
ū = yaqūlu
wāwu

4. Tanwīn

Tanda Latin
an
in
un

Keterangan:
a. Syaddah atau tasydīd atau konsonan ganda yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda, yaitu tanda syaddah atau tasydīd ( ّ ), dalam
transliterasi ini dilambangkan dengan dua huruf yang sama, yaitu huruf yang diberi
tanda syaddah itu, seperti: = madda
b. Artikel ta‟rif )‫ )ال‬/ al- / ditranskipkan secara asimilatif jika berada sebelum nomina
yang berawal dengan konsonan asimilatif, seperti: (asy-Syajaru), bukan al-
Syajaru, (asy-Syāthibiyyah), bukan al-Syāthibiyyah

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 6 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, atas hidayah,
taufiq dan ma‟unah-Nya, penulis dapat merampungkan terjemah nazham syathibiyyah ini
meskipun dengan segala keterbatasan. Lantunan sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menerima wahyu Al-Qur‟anul karim yang diturunkan
dengan tujuh huruf sebagai salah satu bentuk rahmat, anugerah dan kemudahan dari Allah SWT.
Dengan terselesaikannya terjemah ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan kontribusi baik materiil maupun spirituil, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. KH. Ahsin Sakho‟ Muhammad, Lc., M.A., selaku dosen pembimbing mata kuliah
qira‟ah sab‟ah dan Dr. Moh. Syarif Hidayatullah, Lc., M.A., selaku dosen pembimbing mata
kuliah metode terjemah di Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Al-Qur‟an yang telah banyak
berbagi dan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
2. Segenap teman-teman se-halaqah qira‟ah sab‟ah “Darul Qur‟an” Pamulang-Tangsel, atas
segala perhatian, kebersamaan, dan motivasi selama ngaji bersama Walid.
3. Segenap Ustadz dan Pengelola Program Pasca Tahfidz Bayt Al-Qur‟an Pusat Studi Al-Qur‟an
Jakarta, atas segala kebijaksanaan, perhatian, dan dorongan sehingga Penyusun bisa
menyelesaikan terjemah ini.
4. Semua sahabat–sahabat seperjuangan di Bayt Al-Qur‟an angkatan VIII yang telah bersama-
sama, guyub rukun, saling mengisi dan melengkapi dalam segala hal, termasuk dalam upaya
penyusunan terjemah ini.

Terjemah nazham syathibiyyah ini disusun dengan tujuan diantaranya untuk memudahkan
para santri ilmu qira‟at khususnya di bayt al-Qur‟an dalam memahami materi ilmu qira‟at yang
menjadi salah satu materi pokok di pesantren pasca tahfizh Bayt Al-Qur‟an Pusat Studi Al-
Qur‟an Jakarta, penyusunan terjemah ini dibuat dengan urutan sesuai dengan nazham
syathibiyyah, yakni dari nazham pertama sampai dengan nazham ke-545.
Hadirnya terjemah syathibiyyah di tangan pembaca ini bukan merupakan hasil upaya
murni penulis dalam menerjemahkannya, melainkan penulis hanya berusaha melengkapi dan
menyempurnakan terjemah yang sudah ada dan disusun oleh santri pasca tahfizh angkatan-
angkatan sebelumnya. Yang perlu dimengerti dalam terjemah ini adalah, penulis menerjemahkan
bukan dengan terjemah lafzhy, melainkan terjemah tafsiry atau terjemah syarhy yang diambil
dari beberapa kitab syarh syathibiyyah, terutama dari kitab Al-Wafy Fi Syarh Asy-Syathibiyyah
oleh Syaikh Abdul Fatah Abdul Ghani Al-Qadhi, sehingga terkadang redaksi makna tidak sama
persis dengan lafazh nazhamnya, melainkan langsung menuju kepada Al-Murad (makna yang
dimaksud dalam nazham), dan terkadang penulis sajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan
para pembaca untuk memahaminya. Pembaca juga perlu untuk memperhatikan pedoman
transliterasi yang ada di halaman awal terjemah ini agar tepat dalam membaca teks latin yang
diambil dari Bahasa Arab.
Terjemah ini masih belum sampai selesai di akhir nazham, melainkan berakhir di bab
farsyil huruf surat al-Baqarah. Oleh karena itu, penulis berharap kepada santri pasca tahfizh
angkatan berikutnya untuk bisa melanjutkan upaya penerjemahan ini hingga rampung pada bayt
terakhir, dan kiranya itulah yang menjadi tujuan penulis melakukan upaya penerjemahan ini, agar
muncul semangat penerjemah berikutnya yang tentu jauh lebih berkompeten dari pada penulis
yang masih pemula ini serta mampu menghasilkan karya yang lebih baik.
Harapan penulis terjemah ini bisa tampil dengan baik, lengkap dan mampu memberikan
cukup pemahaman dalam pembelajaran qira‟ah sab‟ah, khususnya bagi para santri pemula.
Namun, seperti yang tampak di hadapan pembaca, buku ini masih sangat jauh dikatakan
sempurna, hal ini terlihat dari banyak segi, seperti tampak beberapa kalimat yang masih belum
tertata dengan baik, hal itu tidak lain adalah karena keterbatasan penulis dalam hal pengalaman
atau penguasaan materi karena penulis sendiri masih dalam tahap belajar. Hal ini senada dengan
sebuah pepatah yang mengatakan, “Tak ada gading yang tak retak”. Tentunya dalam penyusunan
terjemah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 7 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
berbagai pihak sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penyusunan selanjutnya.
Semoga Allah selalu melimpahkan maghfirahnya atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
menyusun terjemah ini.
Sebagai ungkapan akhir, semoga terjemah ini dapat bermanfaat dan barokah khususnya
bagi para santri Bayt Al-Qur‟an dan umumnya bagi kaum muslimin wal muslimat. Amin.

Jakarta, 16 Januari 2014

M. Faiq Faizin
(BQ – VIII)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 8 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .......................................................................................................................... 1


Pedoman Transliterasi ................................................................................................................ 4
Kata Pengantar .......................................................................................................................... 6
Daftar Isi .......................................................................................................................... 8
MUQADDIMAH ....................................................................................................................... 9

BAGIAN I : KAIDAH UMUM

Bab Isti‟adzah .......................................................................................................................... 20


Bab Basmalah .......................................................................................................................... 21
Bab Surat Al-Fatihah & Hukum Mim Jama‟.............................................................................. 23
Bab Idgham Kabir ...................................................................................................................... 24
Bab Idgham Mutaqaribain .......................................................................................................... 26
Bab Ha‟ Kinayah ........................................................................................................................ 31
Bab Mad dan Qashr .................................................................................................................... 33
Bab Dua Hamzah Dalam Satu Kata ........................................................................................... 36
Bab Dua Hamzah Dalam Dua Kata ............................................................................................ 40
Bab Hamzah Mufrad .................................................................................................................. 42
Bab Perpindahan Harakat Hamzah ke Huruf Mati Sebelumnya ................................................ 44
Bab Waqaf Hamzah dan Hisyam pada Huruf Hamzah .............................................................. 46
Bab Izhhar dan idgham ............................................................................................................... 52
Bab Dzal-nya Lafazh ْ‫إِذ‬ 44 Bab Dal-nya Lafazh ْ‫ قَد‬.... 53
Bab Ta‟ Ta‟nits 46 Bab Lam-nya Lafazh ‫ هم‬dan ‫ بم‬.... 55
Bab Kesepakatan Imam Qira‟at Tujuh dalam Mengidzghamkan Lafazh ‫ إذ‬, ‫ قد‬,
‫ تاءانتأويث‬, ‫هم‬, ‫ بم‬dan ‫ قم‬........................................................................................................ 56
Bab Hukum Bacaan Huruf yang Berdekatan Makhrajnya ......................................................... 57
Bab Hukum Nun Mati dan Tanwin ............................................................................................ 58
Bab Fath, Imalah dan taqlil......................................................................................................... 59
Bab Imalah untuk Madzhab Al-Kisa‟i Pada Ha‟ Ta‟nits ketika waqaf ...................................... 68
Bab Madzhab Imam Qira‟at dalam membaca Ra‟ ..................................................................... 69
Bab Hukum Bacaan Lam ............................................................................................................ 72
Bab Waqaf di Akhir Kata ........................................................................................................... 73
Bab Waqaf Pada Rasm Utsmany ................................................................................................ 73
Bab Ya‟ Idhafah.......................................................................................................................... 78
Bab Ya‟ Zaidah .......................................................................................................................... 86

BAGIAN II : KAIDAH KHUSUS

Bab Farsyul Huruf Surat Al-Baqarah ......................................................................................... 91


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 108

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 9 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
ِ‫حمَن ِالرَحِيم‬
ْ َ‫ِبسْمِ اهللِ الر‬
Dengan Nama Allah Pemberi Kasih Yang Maha Pengasih1

MUQADDIMAH


Saya memulai menyusun nazham ini dengan menyebut Asma Allah yang maha suci, pengasih,
penyayang lagi tempat berlindung.



Kedua, Semoga sholawat salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang di
utus untuk semua umat manusia. kepada keluarga terdekatnya, sahabat serta para tabi‟in yang
penuh dengan kebajikan dan manfaat.


Ketiga, segala puji tetap milik Allah, karena suatu perbuatan tanpa didahului dengannya, akan
berkurang keberkahannya.


Seusai Basmalah, hamdalah, dan sholawat salam, selanjutnya Al-Qur‟an merupakan tali
penghubung antara kita dengan Allah, maka bersungguh-sungguhlah dalam mempelajarinya
supaya terhindar dari tipu muslihat musuh.


Al-Qur‟an sangat pantas untuk dipelajari dengan sungguh-sungguh, karena ia memiliki
kedudukan yang tinggi. Setiap orang yang bersungguh-sungguh mengamalkan isinya, maka ia
berjalan pada petunjuk yang benar.


Perumpamaan pembaca Al-Qur‟an dan mengamalkan isinya laksana buah utrujjah, rasanya
manis dan baunya harum.


Pembaca Al-Qur‟an yang ikhlas dan diridhai berada dalam naungan ketenangan dan kewibawaan.


Dialah orang yang paling pantas disebut sebagai pembela Al-Qur‟an karena selalu bersungguh-
sungguh mencari kebenaran hingga ajal menjemputnya.

11 
Al-Qur‟an merupakan pemberi syafa‟at yang bisa mencegah seorang hamba dari siksa,
ketercukupannya paling sempurna, kekayaan kandungannya melebihi yang lain.


1
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya, Hal. 1

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 11 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Sebaik-baik teman adalah Al-Qur‟an, ceritanya tidak membosankan, membaca dan
mendengarkannya tidak menjenuhkan, bahkan bertambah menarik jika diulang-ulang.


Ketika pembacanya merasa takut dengan kegelapan di alam kubur, Al-Qur‟an akan menjadi
cahaya penerang yang menggantikan ketakutan dengan ketenangan dan kedamaian.


Al-Qur‟an menjadi penyelamat bagi pembacanya ketika berada di dalam kubur. Ia menjadi
pembawa kebaikan dan penolak keburukan, serta menjadikan pembacanya memperoleh puncak
kemulyaan dan kehormatan di hari kiamat.


Al-Qur‟an memohon kepada Allah untuk memberikan pahala dan ridho kepada kekasihnya
(pembacanya ), sungguh permohonan yang paling berhak untuk dikabulkan.




Wahai pembaca Al-Qur‟an yang berpegang teguh, memuliakan, dan mengagungkannya dalam
segala hal, serta membahagiakan kedua orang tuamu dan memakaikan mahkota yang bercahaya
kepada keduanya. Maka bagaimanakah anggapanmu terhadap balasan anak tersebut (yang telah
memulyakan kedua orang tuanya). Dialah ahlullah, orang yang terpilih lagi mulia.


Ahlul Qur‟an adalah orang yang senantiasa berbuat baik, sabar dan taqwa, yang sifat-sifatnya
termaktub dalam Al-Qur‟an secara rinci.


Tetaplah dalam sifat-sifat tersebut selama hidupmu, rubahlah nafsu dan syahwatmu dengan amal
sholih dalam keluhuran perilaku.

21 
Semoga Allah membalas kebaikan para imam qira‟at yang telah meriwayatkan Al-Qur‟an
kepada kita tanpa menambah atau mengurangi satu huruf pun, mereka bertalaqqi kepada guru
yang berambung sampai kepada Rasululullah.


Diantara mereka adalah tujuh imam, yang tinggi derajatnya, melimpah ilmunya, dan banyak
kemanfaatannya, begitu sempurna laksana bulan purnama.


Perawinya bertebaran laksana bintang-bintang. Mereka mengambil bacaan dari para Qāri’ dan
mengajarkannya kepada orang lain sehingga menutupi gelapnya kebodohan dan memenuhinya
dengan cahaya keilmuan.


Satu persatu engkau akan mengetahui mereka beserta dua perawinya yang masyhur. Yang
selanjutnya dibagi menjadi 3 bagian:
1. Rawi yang mengambil bacaan langsung dari imam, yaitu:

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 11 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
a. Qolun & Warsy dari Nāfi’
b. Syu‟bah & Hafsh dari ‘Āshim
c. Abul Hārits & Duri Al-Kisā‟i dari Al-Kisā’i
2. Rawi yang antara dia dan imam terdapat 1 orang sanad, yaitu:
a. Ad-Dūrī & As-Sūsī dari Al-Yazidi dari Abu ‘Amr
b. Khalaf & Khallād dari Salim dari Hamzah
3. Rawi yang antara dia dan imam terdapat lebih dari 1 orang sanad, yaitu:
a. Al-Bazzi dan Qunbul dari beberapa sanad (lebih dari 1) dari Ibnu Katsīr
b. Hisyām & Ibnu Dzakwān dari beberapa sanad (lebih dari 1) dari Ibnu ‘Āmir


Para ulama‟ memilih mereka (Tujuh Qāri‟) dari sekian banyak imam karena keutamaan ilmu dan
amalnya serta kezuhudannya, mereka tidak menjadikan belajar dan mengajar Al-Qur‟an sebagai
sarana mencari harta.

NAMA TUJUH IMAM DAN PERAWINYA



Pertama: Imam Nāfi’ (W. 169 H.) yaitu Nāfi‟ bin Abdir Rohman bin Abi Nu‟aim. Julukannya
Abu Ruwaim. Berkulit hitam legam berasal dari Asbahan. Qāri’ Madinah yang setiap berbicara
keluar bau minyak misik dari mulutnya, berakhlak mulia, berwajah manis, dan suka humor.
Beliau belajar Qira‟at kepada 70 Tabi‟in.
Dua perawinya adalah:
1. Qālūn (W. 220 H.) yaitu Abu Musa Isa bin Maina‟ al Madani. Gurunya (Nāfi‟)
memberinya julukan “Qolun”. Qolun adalah bahasa Romawi yang berarti “bagus” karena
bagusnya bacaan beliau. Qolun adalah orang yang tuli tidak bisa mendengar suara
terompet, tetapi apabila ada orang yang membacakan Al-Qur‟an kepadanya, beliau bisa
mendengar dan mampu mengetahui kesalahan dan membetulkannya dengan memberi
contoh (memparaktekkannya) dengan benar.
2. Warsy (W. 197 H.) yaitu Utsman bin Sa‟id Al-Mishry. Gurunya (Nāfi‟) memberinya
julukan “Warsy” karena putihnya.



Kedua: Imam Ibnu Katsīr (W. 120 H.) yaitu Abdullah ibnu Katsir. Banyak perawi yang
meriwayatkan bacaannya. Diantara perawinya yang melalui sanad (tidak secara langsung dari
imam Ibnu Katsīr) adalah:
1. Al-Bazzi (W. 250 H.) yaitu Abu al-Hasan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin
Qosim bin Nāfi‟ Ibnu Abi Bazzah. Terpercaya qira‟atnya di Makkah, beliau muadzin
Masjidil Haram dan menjadi Imamnya selama 40 tahun.
2. Qunbul (W. 291 H.) yaitu Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Makhzumy.
Qunbul merupakan rawi yang meyakinkan dan Dlobith (cekatan) dan orang yang paling
terpercaya dari sekian rawi Ibnu Katsīr.


31 

Ketiga: Imam Abū ‘Amr (W. 154 H.) yaitu Abū „Amr Zabban Bin al Ala bin „Ammar. Terkenal
„Alim terhadap Al-Qur‟an dan Bahasa Arab. Beliau mencurahkan segala ilmunya kepada Yahya
al Yazidi (Guru dari Ad-Dūrī & As-Sūsī), sehingga terkenal dengan sebutan As-Saib, karena
seakan-akan Abū „Amr memberikan air minum yang jernih &menyegarkan kepada Yahya.
Dua Perawi Abū „Amr yang belajar dari Al-Yazidi adalah:

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 12 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
1. Ad-Dūrī (W. 246 H.) yaitu Hafsh bin Umar Bin Abdul Aziz Ad-Dūrī Al-Baghdadi.
Seorang Imam Qira‟at pada masanya, beliau adalah orang yang pertama kali
mengumpulkan Qira‟at dan mengarangnya.
2. As-Sūsī (W. 261 H.) yaitu Shālih bin Ziyad bin Abdullah As-Sūsī Al-Ahwas, Sus adalah
nama kota di Al-Ahwas. Qāri‟ yang dlobith (cekatan), teliti, dan terpercaya.



Keempat: Imam Ibnu ‘Āmir (W. 118 H.) yaitu Abdullah bin Amir Asy-Syami Al-Yahshibi.
Salah seorang Imam Qiro‟ah tujuh yang tertua dan tertinggi sanadnya.
Diantara perawinya yang melalui sanad (tidak secara langsung dari imam Ibnū „Āmir) adalah:
1. Hisyām (W. 245 H.) yaitu Hisyām bin Amar bin Nashir, Seorang Imam Ahli di Damsyiq,
Khotib, Muqri‟ Muhaddits dan Mufti yang terkenal dengan Tsiqqoh, Dlobith dan adilnya.
2. Ibnu Dzakwān (W. 242 H.) yaitu Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan Al-
Quraisyi Ad-Dimasyqi. Abu Zar‟ah Ad-Dimasyqi pernah berkata:”belum ada di Irak,
Syam, Hijaz, Mesir & Khurasan pada masa Ibnu Dzakwān yang lebih mengerti Qira‟at
darinya.




Di Kufah terdapat tiga dari tujuh imam Qira‟at, sehingga kota tersebut menjadi harum & terkenal
berkat keilmuannya. Adapun Imam tujuh selanjutnya (yang berasal dari Kufah) adalah:
Kelima: Imam ‘Āshim (W. 128 H.) yaitu Abu Bakr „Āshim bin Abi Najud Al-Asadi. Beliau
adalah seorang Imam & Syaikhul Qira‟at Kufah setelah Abi Abdil Rahman Al-Salma, banyak
orang dari penjuru dunia datang kepadanya (belajar) qira‟at, mengumpulkan Al-Fashohah dan
Tajwid, Al-Itqon dan At-Tahrir. Beliau adalah orang yang bersuara merdu.
Perawinya yang terkenal adalah:
1. Syu’bah (W. 193 H.) yaitu Syu‟bah bin „Iyasy bin Salim. Kunyahnya “Abu Bakar”.
Beliau adalah Imam besar, alim, ahli beramal dan cendekiawan dari Kibar Ahl Al-
Sunnah.
2. Hafsh (W. 180 H.) yaitu Hafs bin Sulaiman bin Al-Mughiroh Al-Asady Al-Kufi.
Salah seorang murid sekaligus anak tiri Imam Nāfi‟ yang paling „alim dalam qira‟at
Ashim. Beliau mentashhihkan kepada Syu‟bah dengan menepatkan huruf-huruf
(qira‟at). Imam Ibnu Mujahid berkata: ”Diantara Hafsh dan Syu‟bah terdapat 520
perbedaan qira‟at yang masyhur. Hafsh menyebutkan bahwa dia tidak berbeda
pendapat dengan qira‟at Imam „Āshim kecuali Lafazh ‫ ضعفا & ضعف‬dalam QS. Ar-
Rum (Ashim membaca dengan menfathahkan huruf ‫ ض‬sedangkan Hafsh dengan
Dlommah)



Keenam: Imam Hamzah (W. 156 H.) yaitu Hamzah bin Habib bin Imarah. Dikenal dengan Al-
Zayyat (Tukang minyak) karena beliau membuat minyak dari Irak sampai ke Halwan dan
membuat keju dari situ sampai ke Kufah.
Diantara perawinya yang melalui sanad (tidak secara langsung dari imam Hamzah), melainkan
dari Sulaim (murid imam Hamzah) adalah:
1. Khalaf (W. 229 H.) yaitu Khalaf bin Hisyām Al-Bazzar. Beliau salah seorang Imam
Qira‟at sepuluh, menghafal Al-qur‟an dalam usia sepuluh tahun. Seorang ulama besar,
zahid, alim, dan ahli ibadah.
2. Khollād (W. 220 H.) yaitu Khallād bin Kholid Asy-Syaibani As-Shirofi. Beliau adalah
seorang Imam yang tsiqqoh, arif, muhaqqiq, Ustadz, Mujawwid (Ahli Tajwid), Dhābith
dan Mutqīn.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 13 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬


41
Ketujuh: Imam Al-Kisā’i (W. 189 H.) yaitu Ali bin Hamzah bin Abdullah An-Nahwi. Gelarnya
Abu Al-Hasan dan julukannya Al-Kisā‟i karena beliau memakai kisa (kain kelambu/putih) ketika
ihram.
Dua perawinya adalah:
1. Abul Hārits (W. 240 H.) yaitu Al-Laits bin Kholid al-Baghdadi. Beliau terkenal tsiqqoh,
cerdik dan dlobith dalam qira‟atnya serta muhaqqiq.
2. Ad-Dūrī (W. 246 H.) yaitu Hafsh bin Umar Bin Abdul Aziz Ad-Dūrī Al-Baghdadi.
beliau juga menjadi perawi Abi „Amr, sehingga untuk membedakannya disini disebut
dengan Hafsh ad-Dūrī atau Duri Al-Kisā’i.


Abū „Amr Al-Bashri dan Ibnu „Āmir al-Yahshabi adalah orang „ajam (bukan arab asli),
sedangkan 5 imam yang lain adalah keturunan arab.


Masing-masing Rawi memiliki Thariq, yaitu orang yang meriwayatkan bacaan Al-Qur‟an dari
perawi yang bacaannya tidak diragukan kebenarannya.
Syaikh ad Dhiba‟ dalam kitab Irsyad al Murid Thāriq al Ruwat al Arba’ata ‘Asyr menyebutkan
beberapa thāriq pada masing-masing imam sebagai berikut:
1-Nāfi‟ : Qālūn : Abu Nusyaith
Warsy : Abu Yā‟qub al-Azraq
2-Ibnu Katsīr : al-Bazzi : Abu Rabi‟ah
Qunbul : Ibn Mujahid
3-Abu „Amr : ad-Dūrī : Abu az-Za‟ra‟
As-Sūsī : Abu „Imran, Musa bin jarir
4-Ibnu „Āmir : Hisyām : al-Hulwani (Ahmad bin yazid)).
Ibn Dzakwan : al-Akhfasy
5-‟Āshim : Syu‟bah : Yahya bin Adam
Hafsh : Ubaid bin ash- Shabbah
6-Hamzah : Khalaf : Ahmad bin Usman dari al-Haddad
Khallad : Bin Syadzan (Abu bakar Muhammad)
7-Al-Kisā‟i : Abul Hārits : Muhammad bin yahya al-Baghdadi
Duri Al-Kisā‟i : Ja‟far an-Nushaibi.


Sengaja saya sebutkan thāriq-thāriq tersebut dengan tujuan agar dijadikan tanda yang
menunjukkan kaidah dari masing-masing rawi. Maka bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari
ilmu )termasuk ilmu qira‟at) agar engkau bisa menjadi sumber dari pengetahuan orang lain
seperti halnya thāriq terhadap para rawi, dan tetaplah dalam amal perbuatan yang dilandasi
dengan niat karena Allah.



Untuk memudahkan memahami susunan dan makna nazham ini, Aku menyusunnya sesuai
dengan rumus Abajadin untuk menyebutkan 7 imam dan 14 perawinya secara berurutan. Huruf
awal menunjukkan imam qira‟at, huruf kedua merupakan rawi pertamanya dan huruf ketiga
menunjukkan rawi yang kedua.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 14 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
TABEL IMAM QIRA’AT DAN PERAWINYA DENGAN RUMUS ABAJADIN

METODE PENGGUNAAN RUMUS


Pertama, jika ada perbedaan bacaan suatu kata dalam ayat Al-Qur‟an, maka kusebutkan imam
yang membacanya dengan bacaan tertentu menggunakan rumus di atas. Ketika selesai
pembahasan kaidah imam tersebut, maka kuletakkan huruf wawu sebagai tanda pemisah antara
kalimat yang disebutkan hukum bacaannya dengan kalimat yang memiliki hukum bacaan yang
baru. Sebagai contoh nazham:
b B a A
kaidah A (Mewashalkan bacaan antara 2 surat adalah kaidah dari Imam Hamzah [‫)]ف‬, Kaidah ini
dipisah dengan wawu kemudian dilanjutkan dengan kaidah baru yaitu kaidah B (Imam Ibnu
„Āmir [‫]ك‬, Warsy [‫ ]ج‬dan Abu „Amr [‫ ]ح‬membaca washal & saktah). Kaidah ini berlaku jika
menyebutkan Imam dengan rumus abajadin, namun jika menyebutkan secara jelas nama
imamnya maka wawu pemisah ini tidak berlaku.


Tapi, jika kalimatnya menunjukkan akhir pembahasan, maka tidak dipisah dengan wawu. Sebagai
contoh nazham: ۩ (Bab surah Al-
Qiyamah). 3 2 1
Antara kaidah 1,2, dan 3 tidak dipisah dengan wawu karena masing-masing nomor dalam satu
pembahasan. Selanjutnya, lafazh Al-Qur‟an yang sudah bisa menunjukkan kaidah tertentu tidak
perlu lagi menyebutkan keterangan penjelasnya. Sebagai contoh:
menunjukkan hukum bacaan “ ” dengan dibaca panjang tanpa harus menyebutkan kata
penjelas mad karena dalam nazham tertulis “ ” bukan “ ”.


Terkadang rumus tersebut diulang-ulang untuk memperindah kalimat dalam nazham atau untuk
menyelesaikan satu rima dalam bait nazham. Tetapi pengulangan tersebut tidak sampai
menyulitkan pemahaman yang dimaksud. Pengulangan tersebut adakalanya :
1. Mengulang 1 rumus dari Imam tertentu. Misalnya : ‫ عال عال‬,‫حال حال‬
2. Mengulang rumus satu kelompok imam dan mengulang salah satu imam yang menjadi bagian
dari kelompok tersebut. Misalnya: ‫ اذ سما‬,‫سما انعال‬

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 15 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
RUMUS ABA JADIN UNTUK BEBERAPA IMAM


51 





Adapun untuk menyebut beberapa imam digunakan rumus berikut:

KAIDAH-KAIDAH MEMAHAMI NAZHAM


Terkadang sebelum atau sesudah rumus harfy terdapat rumus kalimy. Setiap selesai pembahasan,
maka digunakan pemisah berupa huruf wawu. Rumus harfy & kalimy menunjukkan suatu
pembahasan tertentu, baik masing-masing rumus berdiri sendiri atau berkumpul dalam satu
nazham. Adapun berkumpulnya dua rumus harfy dan kilmy tidak merubah makna yang dimaksud
dari masing-masing rumus, baik ketika:
- Rumus harfy berada setelah rumus kalimy, seperti:
- Rumus harfy berada sebelum rumus kalimy, seperti:

- Atau rumus kalimy berada diantara dua rumus harfy, seperti


۩




Bila terdapat dua hukum bacaan yang berlawanan diantara Imam qira‟at, maka cukup disebut
satu hukum saja, sisanya (Al-Bāqūn) berarti lawan dari hukum tersebut. contoh:
(Al-Kufiyyun membaca takhfif pada lafazh dalam surat an-Nisa‟ tersebut

), maka imam qira‟at yang lain /Al-Bāqūn membaca dengan tasydīd). Jika yang
disebutkan bacaan mad misalnya, berarti Qurrā‟ yang lain (Al-Bāqūn) membaca dengan qashr,
dan seterusnya. Berikut istilah-istilah yang sering digunakan dalam qira‟at beserta lawan katanya:

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 16 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
<> <> ><
<> <> ><
<> <> <>
<> <>
<> ><
Ket. Jika disebutkan istilah al-jazm maka lawan katanya adalah ar-rof’, tidak sebaliknya.
Jika disebutkan istilah al-rof’ maka lawan katanya adalah al-nashb, tidak sebaliknya

61 
- Jika disebut kata maka yang dimaksud adalah harakat fathah apabila tidak ada
keterangan yang mengkhususkan, seperti dan lawan katanya adalah
sukūn. Jika yang disebut sukūn, maka lawan katanya adalah fathah.
- Jika kata terdapat keterangan harakat yang mengkhususkan (misal: dlommah), maka
yang dimaksud adalah harakat tersebut. Seperti dan lawan katanya
pun sukūn. Sehingga kata baik yang dikhususkan atau tidak, memiliki lawan kata
yang sama yaitu “sukūn”.
-

- Huruf mudhara’ah nun lawannya adalah Yā’. Jika disebutkan bacaan imam tertentu dengan
nun, maka Imam lain membacanya dengan Yā‟. Contoh: ‫ويا ووكفر عه كرام‬. Hafsh dan Ibn
„Amir membaca )‫ )يكفر‬dengan Yā‟. Berarti Imam lain (Al-Bāqūn) membaca dengan Nun
(‫)وكفر‬
- harakat fathah lawan katanya adalah kasrah, dan nashab lawan katanya adalah khafadh,
Begitu juga sebaliknya. Adapun contohnya hampir sama dengan contoh di atas.


- Jika disebut kata dhommah tanpa ada keterangan khusus maka lawan katanya adalah fathah
- Jika disebut kata rafa’ tanpa ada keterangan khusus, maka lawan katanya adalah nashab
- Jika disebut dhommul iskan, maka lawan katanya adalah sukūn
- Jika disebut dhommul kasri, maka lawan katanya adalah kasroh.


Kata yang lafazhnya berkedudukan “rafa‟, tadzkir, dan ghaib” maka menunjukkan hukum
ketiganya demikian.
Contoh dalam nazham farsyil huruf surat al-A‟raf: ۩

Lafazh tampil dalam bentuk rafa‟, maka hukum bacaan yang dimaksud di sini adalah rafa‟
Lafazh berupa fi‟il amr / perintah yang tampil dalam bentuk mudzakkar, maka hukum bacaan
yang dimaksud di sini adalah mudzakkar
Lafazh tampil dalam bentuk ghaib, maka hukum bacaan yang dimaksud di sini adalah ghaib.


Rumus abajadin untuk satu imam (seperti ‫ ابج‬dst.) bisa terletak sebelum atau sesudah lafazh al-
Qur‟an, seperti: ۩
tapi rumus untuk beberapa imam (seperti ‫صحبة‬, ‫ صحاب‬dst.) hanya terletak sebelum lafazh al-
Qur‟annya.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 17 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Nazhim terkadang menyebutkan secara jelas nama qari‟ tanpa rumus yang ada untuk
mempermudah pemahaman. Penyebutan tersebut adakalanya sebelum lafazh Al-Qur‟an, seperti:
dan terkadang setelahnya, seperti:


Imam qira‟at yang mempunyai ciri-ciri bacaan yang khusus yang tidak dimiliki oleh Imam yang
lain, maka akan disebutkan namanya secara langsung tanpa rumus.
Contoh: , idghām kabīr merupakan kekhususan dari bacaan Abū
„Amr (riwayat As-Sūsī).


Nazham ini disajikan dalam bentuk diksi yang memiliki ketercakupan makna, mudah dan ringan
diucapkan, enak didengar dan mudah dipahami serta tidak rumit.


Nazham ini merupakan ringkasan dari kitab “ At-Taisir “ serta ringkasan beberapa pokok
bahasannya. Dengan iringan taufiq dari Allah SWT, semoga nazham ini memiliki banyak
manfaat.


Keterangan nazham ini lebih lengkap dari pada kitab At Taisir, karena ada beberapa keterangan
tambahan yang tidak terdapat dalam kitab tersebut, Seperti pembahasan mengenai makhorijul
huruf. Meskipun demikian, nazhim tidak mampu menandingi dan melebihi keutamaan kitab
tersebut, karena bagaimanapun kitab ushul (pokok) jauh lebih baik dari kitab furu‟ )cabangnya).2

71 
Nazham ini Kunamakan dengan ”Hirzu al Amani Wa Wajhu al Tahani”. Dengan Maksud
mendapatkan barokah dan rasa optimis dengan nama tersebut. Maka bersungguh-sungguhlah
dalam mempelajari nazham ini wahai pelajar ilmu qira‟at.


Ya Allah dzat yang Maha mengabulkan do‟a, jauhkanlah diriku dari sifat sum‟ah dan riYā‟ dalam
setiap ucapan dan perbuatan. Dan jadikanlah amalku benar-benar murni karena mencari ridho-
Mu.


Ya Allah, kuangkat kedua tanganku untuk memohon kepadamu, hindarkanlah diriku agar tidak
terjerumus ke dalam kesalahan dan kesesatan di setiap perkataan dan perbuatanku.


Ya Allah kabulkanlah doaku, berilah rasa aman dan kekuatan kepada orang yang meyakini
faedah-faedah nazham ini, menyebarluaskannya, menutupi segala kekurangannya, dan
mengamalkannya.

2
Pernyataan ini sebagai bentuk sikap tawadhu’ seorang murid kepada guru, senior kepada junior. Dalam
kenyataannya bisa jadi kitab syathibiyyah lebih unggul dari pada at-Taysir.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 18 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Kukatakan kepada hur (orang tidak tunduk kepada hawa nafsu & tidak terlena oleh gemerlapnya
dunia), bahwa orang yang memiliki “muru‟ah” )harga diri) seperti “mir‟ah” )kaca). Karena dia
bermanfaat bagi sesamanya seperti halnya manfaat kaca untuk bercermin. Disadari atau tidak, dia
bisa melihat kekurangannya dan memberitahu bagaimana cara membetulkannya tanpa ada
perasaan digurui.





Wahai saudaraku yang mendengar dan berusaha memahami nazham ini, baguskanlah pengucapan
nazham ini dengan menampakkan kelebihan dan menutupi segala kekurangannya.
Berbaiksangkalah kepada nazham dan pengarangnya, nazham ini ibarat sebuah jalinan tenunan,
yaitu jalinan keterkaitan kemampuan pemikiran seseorang dengan orang lain. Jika menemukan
kata-kata yang sulit, maka jelaskanlah kepada murid-murid dengan kata-kata yang bagus. Bagi
anda yang menguasai ilmu qira‟at, berilah koreksi jika terdapat salah di dalamnya,3 karena ibarat
ijtihad, jika benar akan memperoleh dua pahala, dan jika salah akan masih mendapatkan satu
pahala.


Berkatalah dengan perkataan yang jujur & benar, andaikata tidak ada keselarasan dan rasa kasih
sayang antar manusia, maka binasalah manusia disebabkan perselisihan dan kebencian. Pepatah
mengatakan:

81 
Hiduplah dengan hati yang bersih, jauhilah segala fitnah agar diampuni segala dosamu, ditutupi
segala cacatmu dan dimasukkan kedalam surga.


Zaman ini adalah zaman kesabaran, karena banyak terjadi di zaman ini orang yang benar
dikucilkan, yang salah dimulyakan, yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Barang
siapa yang berpegang teguh kepada ajaran agama seperti memegang bara api. Maka bersabarlah
menghadapi keadaan zaman yang seperti ini agar kamu selamat dari azab akhirat.



Seandainya mata mampu memaksa pemiliknya, maka dia akan selamanya menangis karena
kurangnya rasa taat pemilik mata kepada sang Khaliq. Namun karena kerasnya hati yang
disebabkan lalai dalam mengingat Allah sehingga hal itu tidak terjadi. Oleh karena itu hindarilah
berlarut-larut dalam hal yang tidak bermanfaat untuk harimu sekarang (dunia) dan nanti (akhirat).



Kujadikan diriku sebagai tebusan bagi orang yang hanya mencari petunjuk Allah dan selalu
membaca dan mengamalkan isi Al-Qur‟an, menjadikan Al-Qur‟an sebagai penghilang dahaga
dan sarana untuk mencari ampunan Allah. Dialah orang yang terasa hidup lapang di bumi

3
Untuk yang kedua kalinya, nazham bermaksud bersikap tawadhu’ terhadap hasil karangan nazhamnya yang dia
katakan banyak kesalahan. Padahal dalam kenyataannya, nazham syāthibiyyah ini diakui oleh banyak ulama
sebagai karya besar yang dianggap final dalam hal ilmu qira’at.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 19 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
disebabkan kebersamaannya yang akrab dengan Allah SWT, beruntunglah ia, bumi yang
ditempatinya menjadi harum di pagi hari dan terasa indah karenanya.



Sungguh beruntung dia. hasrat mengantarkan keinginannya untuk selalu merindukan pahala
Allah sebagai pembakar semangat dalam hati. Dialah manusia terpilih, mulia di antara sekian
manusia, hati setiap insan menjadi condong, ingin selalu mendekat karena kecintaan kepadanya
dan mengharap solusi dari setiap problematika yang dihadapi.



Tidak pernah meremehkan orang lain, baik yang shalih atau tidak, karena dia merasa segala
perbuatan mereka sudah digariskan oleh Allah SWT, sehingga dia tidak terlalu takut atau terlalu
berlebihan memuji orang lain, menganggap dirinya belum sempurna, tidak disibukkan dengan
mengoreksi aib orang lain atau mencelanya. Dia hanya sibuk dengan memperbaiki
kekurangannya dan berusaha menyempurnakan ketaatannya kepada Allah SWT.

91 
Ada yang mengatakan: jadilah seperti anjing yang selalu setia walaupun telah diusir dan disakiti
oleh tuannya.4 Artinya apapun yang dilakukan Allah kepada kita, kita tetap ikhlash dan setia
untuk tetap menaati perintahnya. Yang perlu diingat, dalam kenyataannya, Allah tidak akan
menguji hambanya di dunia ini dengan sakit atau fakir kecuali untuk menghapus dosanya atau
mengangkat derajatnya di akhirat kelak.



Wahai saudaraku, semoga Allah selalu melindungi kita dari fitnah dunia dan akhirat, menjadikan
kita termasuk orang yang memperoleh syafa‟at al-Qur‟an di hari kiamat kelak.



Dengan pertolongan Allah, aku dapat melaksanakan ketaatan kepadanya dan menjauhi
kemaksiatan, hanya Allah yang bisa menutupi segala kekuranganku di dunia ini, dan itu tetap ku
harap hingga di akhirat. Wahai dzat yang mengatur segala urusan, engkaulah yang mencukupi
segala kebutuhanku, hanya kepadamu sandaran hidupku, ku serahkan segala urusanku kepadamu.
Wallāhu A’lam.

4
Maksudnya meniru anjing dalam hal ketaatan dan kesetiaan kepada tuannya.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 21 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
BAB ISTI’ĀDZAH



Semua Ulama Qurrā‟ sepakat bahwa membaca Isti’adzah diperintahkan bagi orang yang hendak
membaca al-Qur‟an atau mengerjakan segala sesuatu yang baik yang bernilai pahala.
Shighat yang terpilih adalah seperti yang ada di dalam surat an-Nahl ayat 56 (
) atau bisa ditambahkan dengan lafazh yang menyebutkan kemuliaan sifat-sifat Allah atau
bisa dikurangi.


Selain shighat di atas, ta‟awwudz (yang disebutkan secara mujmal), diperbolehkan pula membaca
ta‟awwudz dengan beberapa shighat, di antara sighat-sighat Ta‟awudz adalah sebagai berikut:
a. (shighat minimal)
b. , inilah shighat yang dipilih oleh mayoritas qurra‟, karena lafazh
inilah yang disebutkan Allah dalam QS. An-Nahl: 98 dan beberapa hadits shahih.
c.
d.
e.


Di dalam pembahasan shighat isti‟adzah terdapat beberapa pendapat dalam masalah
furu‟iyyahnya, misalnya:
1. Masalah ushulul fiqih, apakah perintah dalam lafazh itu menunjukkan wajib ataukah
sunnah, dan apakah ayat tersebut menunjukkan perintah membaca isti‟ādzah dengan shighat
seperti dalam QS an-Nahl: 98 ataukah boleh ditambah atau dikurangi
2. Masalah Ushulul Hadits, apakah hadits-hadits yang menjadi dasar perintah membaca
isti‟ādzah tersebut memiliki keshahihan rawi dan sanad ataukah tidak
3. Masalah Ushulul qira‟at, apakah membaca isti‟ādzah harus dengan suara keras ataukah pelan,
dan apakah dibaca dengan mewashalkan isti‟ādzah dengan lafazh selanjutnya ataukah
diharuskan waqaf. Oleh karena itu perhatikan masalah ushulul qira‟at ini dengan baik
sehingga paham dan bisa memahamkan.


Imam Hamzah dan Nāfi‟ membaca Ta’awudz secara sirri. Yang mengamalkan Thariqah (cara)
ini adalah Al-Mahdawi )Imam Abul Abbās Ahmad bin „Ammār Al-Mahdawi/W. 430 H.). Tetapi
menurut pendapat yang terpilih, seluruh Imam qira‟at memiliki rincian. Maksudnya ada tempat-
tempat yang disunnatkan membaca dengan sirri dan ada pula tempat-tempat yang disunnatkan
membaca dengan jahr. Adapun tempat-tempat yang disunnahkan membacanya dengan suara
samar adalah sebagai berikut:
a. Ketika si Pembaca al Qur‟an memakai suara pelan.
b. Ketika si Pembaca al Qur‟an berada dalam tempat yang sepi )sendirian).
c. Ketika si Pembaca al Qur‟an sedang melaksanakan shalat.
d. Ketika si Pembaca al Qur‟an berada di dalam suatu Jama‟ah Tadarus, sedang ia bukan sebagai
pembaca pertama.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 21 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Memulai bacaan Al-Qur’an dari awal surat
Bagi Qāri‟ yang akan memulai membaca Al-Qur‟an, dalam hal mewaqafkan bacaan
Isti’adzah atau mewashalkan dengan basmalah, boleh memakai 4 wajah (cara) berikut:
1. Qath’u al-Jāmi’, yakni membaca waqaf pada Isti’ādzah dan juga Basmalah.
2. Qath’u al-Awwal wa Washlu ats-Tsāni, yakni membaca waqaf pada Isti’ādzah dan
mewashalkan Basmalah dengan awal surat.
3. Washlu al-Awwal wa Qath’u ats-Tsāni, yakni membaca washal Isti’adzah dengan Basmalah
dan mewaqafkan pada Basmalah.
4. Washlu al-Jāmi’, yakni membaca washal pada Isti’ādzah dengan Basmalah dan juga
Basmalah dengan awal surat.
Keempat wajah ini dipakai oleh semua Imam Qiraat, ketika mau membaca Al Qur‟an dari setiap
awal surat kecuali Surat At Taubah.

Sedangkan jika pembaca memulai dari surat At Taubah, Imam-imam Qirāat mempunyai 2 wajah:
1. Waqaf pada Isti’ādzah dan tidak memakai Basmalah.
2. Mewashalkan Isti’ādzah dengan awal surat.

BAB BASMALAH

111 

Hukum basmalah antara dua surat untuk Imam tujuh adalah sebagai berikut:
1. Qōlun, Ali al-Kisā‟i, Ibnu Katsīr dan „Āshim membaca Basmalah diantara dua surat.
2. Hamzah membaca washal diantara dua surat tanpa basmalah
3. Warasy, Abū „Amr dan Ibnu „Āmir memiliki 3 wajah:
a. memisahkan antara dua surat dengan basmalah
b. membaca washal antara 2 surat (seperti Hamzah)
c. saktah dengan tanpa Basmalah.


Tidak ada nash yang menyebutkan secara jelas mengenai pendapat Ibnu „Āmir, Warasy dan Abū
„Amr tentang 3 wajah tersebut. Pendapat tersebut berdasar pada pilihan Ahlul Ada‟ )Ahli
membaca) yang bersumber dari syaikh yang membacakan kepada mereka.



Adapun wajah Warasy, Abū „Amr dan Ibnu „Āmir dalam menyambung 4 surah5 adalah sebagai
berikut:
Imam 4 Surat Selain 4 Surat
Ibnu „Āmir, Warasy Saktah Washal tanpa Basmalah
dan Abū „Amr Basmalah Saktah
Dalam hal ini tidak ada nash yang menjelaskan tentang wajah mereka, begitu juga dengan
saktahnya Imam Hamzah. Walaupun demikian madzhab ini bukanlah madzhab yang lemah, akan
tetapi madzhab yang kuat.

5
Menyambung antara al-Muddatstsir dan al-Qiyāmah, antara al-Infithār dan al-Muthaffifīn, antara al-Fajr dan al-
Balad serta antara al-‘Ashr dan al-Humazah. Lihat Abdul Fattah al-Qadhi, Al Wāfī fī Syarh asy-Syāthibiyah (Kairo,
Dar Al-Salam, 2003), hal. 39 .

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 22 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Ketika menyambung atau memulai surat al-Barā’ah (at-Taubah) itu tidak memakai basmalah,
karena surat ini turun saat peperangan.


Memulai bacaan di awal surat harus membaca basmalah, kecuali di awal surat al-Barā‟ah, adapun
ketika di pertengahannya boleh membaca basmalah atau tidak.

Menyambung surat antara surat al-Anfāl dengan at-Taubah


Antara surat al-Anfāl dengan at-Taubah ada 3 wajah bacaan menurut semua Imam Qiraat, yaitu:
a. Waqaf pada akhir surat al-Anfāl, tentunya harus bernafas.
b. Saktah antara kedua surat, berarti berhenti sejenak tanpa bernafas.
c. Washal antara keduanya.
Tiga wajah ini berlaku antara surat at-Taubah dengan surat mana saja yang urutannya terletak
sebelumnya. Tetapi apabila urutannya terletak sesudahnya, misalkan akhir surat Nuh dengan awal
surat at-Taubah maka tidak didapatkan pembahasan dari Imam-imam Qiraat.6


Ketika mewashalkan dua surat, dilarang menyambung akhir surat dengan basmalah lalu waqaf
pada basmalah dan memulai surat berikutnya.

Cara memakai Basmalah antara dua surat


Bagi Imam yang memakai Basmalah antara dua surat, cara membacanya mempunyai 3
cara, antara lain:
a. Waqaf pada akhir surat dan pada Basmalah.
b. Waqaf pada akhir surat dan mewashalkan Basmalah dengan awal surat berikutnya.
c. Washal antara akhir surat dengan Basmalah dan washal antara Basmalah dengan
awal surat berikutnya.
Adapun wajah yang ke empat, yaitu washal antara akhir surat dan Basmalah, lalu waqaf
di Basmalah, maka semua Imam Qiraat melarangnya.
Dengan demikian, hukum menyambung antara 2 surat di atas untuk Imam Tujuh
rinciannya adalah sebagai berikut:
No Imam Wajah
1 Qālun, Ibnu Katsīr, „Āshim dan Al-Kisā‟i 3 wajah (sebagaimana di atas)
2 Hamzah Washal
5 wajah, yaitu 3 wajah di atas ditambah
3 Warasy, Abū „Amr dan Ibnu „Āmir Washal (tanpa Basmalah) dan Saktah
(tanpa Basmalah)

6
Ahmad Fathoni, Kaidah Qirāāt Tujuh, hal. 27

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 23 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
BAB SURAT UMMIL QUR’AN (AL-FĀTIHAH) & HUKUM MIM JAMA’



Imam „Āshim dan al-Kisāi membaca panjang mim pada Lafazh ( ) , Al-Bāqūn (Nāfi‟,
Ibnu Katsīr, Abu „Amr, Ibnu „Āmir & Hamzah) membaca pendek ( ).
Sedangkan Bacaan Imam Tujuh pada lafazh adalah sebagai berikut:
1. Qunbūl membaca dengan sin ( ) dimanapun dalam Al-Qur‟an
2. Khalāf membaca dengan Isymām7 ( ) di semua tempat dalam Al-Qur‟an,
sementara Imam Khallād membaca isymām antara dan hanya pada surat Al-Fātihah ayat 6
( ) saja.8
111 
Setiap Lafazh , Imam Hamzah membaca dhammah hā‟nya ( )
baik waqaf maupun washal. Berikut ini tabel hukum mim jama‟ untuk qira‟at tujuh:

)mim jama‟ sebelum 1


huruf mati)

)mim jama‟ sebelum 2


dhamir)

)mim jama‟ sebelum


huruf hidup) 3

)mim jama‟ sebelum 4


hamzah qathā‟)


5

7
(bunyi campuran antara dan , namun bunyi lebih mengalahkan sedikit atas bunyi
8
Selain bacaan isymām, Imam khallād juga memiliki 1 wajah lagi. Yaitu membaca dengan pada kata dalam
surat al-Fātihah: 6

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 24 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
)sebelum mim jama‟
berupa kasrah atau
Yā‟ sukūn dan
setelahnya berupa
huruf mati)




BAB IDGHĀM KABĪR


Idghām menurut bahasa berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah ilmu
tajwid adalah Pengucapan dua huruf menjadi satu huruf, yakni seperti huruf yang ditasydīd.
Idghām dibagi menjadi 2:
1. Idghām shaghīr, yaitu apabila huruf pertama mati, huruf kedua hidup. Seperti
2. Idghām kabīr, yaitu apabila huruf pertama hidup, huruf kedua hidup. Seperti . Dan
idghām inilah yang akan dibahas dalam nazham ini.


Penggunaan bacaan Idghām kabīr oleh Imam Abū „Amr al-Bashry adalah hanya menurut riwayat
As-Sūsī, sedangkan ad-Dūrī tidak mempergunakannya.
Pembahasan Idghām kabīr akan meliputi Al-Mitslain ( ) dan Al-Mutaqāribain ( )

A. AL-MITSLAIN ( )
Yaitu apabila huruf pertama dan kedua sama makhraj dan sifatnya. Al-Mitslain adakalanya
terdapat “dalam satu kata” atau “dalam dua kata”.

1. Al-Mitslain dalam satu kata


As-Sūsī membaca dengan Idghām pada al-mitslain dalam satu kata hanya pada lafazh:
- dalam surat Al-Baqarah: 200 yakni dibaca

- dalam surat Al-Muddatstsir: 42 yakni dibaca


selain dari keduanya tidak diidghāmkan, seperti .

9
Ahsin Sakhō’ Muhammad dan Ramlah Widayati, Manba’ul Barakāt fī Sab’il Qirāat, (Jakarta, Institut Ilmu Al-Quran,
2012), hal. 8

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 25 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
2. Al-Mitslain dalam dua kata



Ketika washal (tidak waqaf pada lafazh yang pertama), As-Sūsī membaca dengan Idghām pada
al-mitslain dalam dua kata. Baik ketika sebelum huruf pertama berupa:
a. Huruf Hidup, seperti dibaca dibaca
b. Huruf mati, baik berupa mad, seperti atau huruf mati shahih, seperti atau
huruf lain seperti

121 

Dengan syarat huruf mitslain yang pertama tidak berbentuk ta’ mutakallim ( ), ta’
mukhathab ( ) ataupun berharakat tanwin ( ) atau syiddah ( ).


Sedangkan lafazh dalam surat luqman: 23, As-Sūsī membaca dengan izhhār, karena
sebelum kaf yang pertama ada nun mati yang harus diikhfa’kan kepadanya.



Ahlul Adā‟ dari riwayat Imam As-Sūsī membaca dengan 2 wajah (izhhār dan idghām) apabila
bertemunya dua huruf yang sama akibat terbuangnya huruf (misal karena dijazamkan), seperti:
- (Āli „Imrān: 85) asalnya dipisah oleh Yā‟ ( ), kemudian Yā‟
dibuang karena dijazamkan, maka bertemulah dua huruf yang sama (‫ )غ‬sehingga boleh
dibaca izhhār mengingat asal kata sebelum dijazamkan dan dibaca idghām karena dalam
kenyataannya bertemu dua huruf yang sama.
- Begitu juga untuk lafazh (Ghāfir: 28) dan (Yūsuf: 9).


Imam Syāthibi menjelaskan bahwa As-Sūsī tetap membaca idghām pada lafazh
)Ghāfir: 41) dan (Hūd: 30) meskipun sebagian kaum beranggapan seharusnya dibaca
dengan 2 wajah (izhhār & Idghām) seperti kasus di atas. Alasan Imam Syāthibi, dibuangnya Yā‟
pada lafazh yang asalnya adalah disebabkan mengikuti aturan lughat fusha. Lagi
pula, Yā’nya bukan sebagai kerangka kata sebagaimana .10



Sebagian kaum )Abu Bakar bin Mujahīd dan ulama Baghdad) berpendapat bahwa kalimat
(Al-Hijr: 59, An-Naml: 56 & Al-Qamar: 34) dibaca izhhār karena susunan hurufnya terlalu
sedikit, namun pendapat ini ditolak oleh sebagian kaum )Abu „Amr ad-Dāni dan lain-lain)

10
Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh, (Jakarta, Darul Ulum Press, 2007), hal. 41

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 26 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Karena lafazh walaupun hurunya lebih sedikit, mereka )Abu Bakar bin Mujahīd dan
ulama Baghdad) mengidghāmkannya.


Penjelasannya, Lafazh itu berasal dari , kemudian hā‟nya diganti dengan hamzah sukūn
( ) sehingga bertemu dua hamzah, lalu hamzah sukūn tadi diganti dengan mad ( ). dan

ada juga yang berpendapat bahwa huruf mad tersebut gantian dari wawu, seperti yang asalnya
. asalnya .


131 
Imam Syāthibi menjelaskan bahwa bila ada lafazh dan sesudahnya berupa wawu, maka
riwayat As-Sūsi mengidghāmkannya.
Namun ada sebagian Ahlul Ada’ yang mengizhhārkannya. Alasannya, apabila diidghāmkan,
maka wawu harus disukūn. Itu artinya wawu menjadi huruf mad ( ). Sedang ijma‟ ulama
tidak mengidghāmkan huruf mad.
Imam Syāthibi menolak pendapat tersebut karena mereka yang tidak mengidghāmkan wawu
tersebut masih mengidghāmkan lafazh . padahal kedua kasus tersebut sama persis.
Kesimpulannya, riwayat As-Sūsī menurut thāriq Syāthibiyyah mengidghāmkan wawu lafazh
pada 3 tempat:
- (Al-An‟ām: 127)
- (An-Nahl: 63)
- (As-Syu‟arā‟: 22)


Sedangkan lafazh (Ath-Thalaq: 4) tetap dibaca izhhār, sebab sukūn dan asal Yā’
tersebut dianggap sebagai ‘aridh (datang kemudian), namun menurut Ahlul Ada’ (selain Imam
Asy-Syāthibi) dibaca idghām. Walhasil, dua wajah tersebut (izhhār & idghām) boleh dipakai dan
benar. Hanya saja, Imam Syāthibi memilih izhhār karena lebih ringan & mudah.

BAB IDGHĀM MUTAQĀRIBAIN

B. AL-MUTAQĀRIBAIN ( )
Yaitu apabila huruf pertama dan kedua berdekatan makhraj dan sifatnya. Al-Mutaqāribain
adakalanya terdapat “dalam satu kata” atau “dalam dua kata”.

1). Al-Mutaqāribain dalam satu kata


)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 27 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Menurut riwayat As-Sūsī, jika di dalam satu kalimat terdapat dua huruf berharakat yang
Mutaqaribain, maka huruf yang pertama diidghāmkan kepada huruf yang kedua, dengan syarat:
- Huruf pertama berupa dan sebelumnya berupa huruf hidup
- Huruf kedua berupa dan sesudahnya berupa mim jama‟.
Contoh:
Sehingga As-Sūsī tetap membaca izhhār pada lafazh semisal:
- Karena sebelum berupa huruf mati, yaitu alif. Meskipun sesudah berupa mim
jama‟.
- Karena sesudah bukan berupa mim jama‟ meskipun sebelum berupa huruf hidup.


Sementara lafazh (At-Tahrīm:5) menurut riwayat As-Sūsī memiliki dua wajah )idghām &
Izhhār). Dan wajah idghām lebih bagus dari pada izhhār meskipun setelah huruf bukan berupa
mim jama‟. Alasannya:
1. ‫ ن‬Bertasydīd menempati kedudukan seperti mim jama‟
2. Tujuan Al-Idghām adalah meringankan pengucapan. Mengucapkan ‫ ن‬Bertasydīd lebih berat
daripada mim jama‟ yang disukūn. Apabila diizhhārkan maka bacaannya menjadi lebih
berat.

2). Al-Mutaqāribain dalam dua kata




Ketika washal, As-Sūsī mengidghāmkan Mutaqaribain dalam dua kata dengan syarat:
a) Huruf yang pertama terdiri dari salah satu huruf 16 yang terdapat pada awal masing-
masing lafazh:

Yaitu huruf:
b) Huruf-huruf tersebut tidak berupa tanwin , ta’ mukhathab ,

majzum atau bukan juga berupa tasydīd .


Uraian tentang idghām 16 huruf tersebut sebagai berikut:
1. Huruf
…………… 
Huruf ‫ ح‬bisa diidghāmkan ke dalam ‫ ع‬hanya pada lafazh yang terdapat
dalam surat Ali Imron: 185. Selain tempat ini As-Sūsī tidak mengidghāmkan. Seperti:

2. Huruf dan 3. Huruf

 ……………


141

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 28 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Huruf hanya bisa diidghāmkan ke dalam huruf ( ). dan sebaliknya huruf

hanya bisa diidghāmkan kepada huruf ( ). Dengan syarat sebelum huruf pertama
(qaf atau kaf ) tersebut berupa huruf yang berharakat. Jika huruf sebelumnya sukūn, maka
diizhhārkan. Seperti:

4. Huruf


Huruf hanya dapat diidghāmkan ke dalam huruf dan . dan hanya terdapat pada satu
tempat, yaitu: (Al-Ma‟ārij: 3), (Al-Fath: 29)

5. Huruf
………………………… 
Huruf hanya dapat diidghāmkan ke dalam huruf . dan terdapat dalam satu tempat,

yaitu (Al-Isrā‟: 42)

6. Huruf

 …………………………
Huruf hanya dapat diidghāmkan ke dalam huruf . dan terdapat dalam satu tempat,
yaitu (An-Nur: 62)

7. Huruf


Huruf hanya dapat diidghāmkan ke dalam huruf dan . dan hanya terdapat pada satu
tempat, yaitu: (At-Takwir: 7), dan (Maryam: 4). Khusus untuk
lafazh boleh dibaca idghām dan izhhār.11

8. Huruf



Huruf dapat diidghāmkan ke dalam huruf-huruf
Dengan syarat huruf tidak berharakat fathah dan jatuh sesudah huruf yang disukūn, seperti:
. Kecuali setelah huruf berupa huruf . seperti:
(An-Nahl: 91), (At-Taubah: 117)12, maka tetap dibaca idghām.

11
Al-Wāfi Fi Syarh Asy-Syāthibiyah hal. 50
12
Bacaan Imam Tujuh pada lafadz di sini adalah:
- Hafsh & Hamzah membaca
- Baqil Qurra’ termasuk Abu ‘Amr dari riwayat As-Susi membaca dengan (Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at
tujuh hal. 51

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 29 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
9. Huruf
…………………………………… 
Huruf dapat diidghāmkan ke dalam salah satu dari sepuluh huruf di mana diidghāmkan,
kecuali bertemu dengan (disebut idghām mitslain), demikian juga boleh diidghāmkan
ke dalam . Sehingga huruf diidghāmkan ke dalam 10 huruf dengan ketentuan sama

seperti idghāmnya ‫ د‬di atas. Contoh:

 ……………………………………



Ada beberapa tempat, di mana huruf ta‟ boleh dibaca dua wajah (Izhhār & Idghām), yaitu:
1. Al-Jumu‟ah: 5
2. Al-Baqarah: 83
3. Al-Isra‟: 26

4. An-Nisa‟: 102
5. Maryam: 27 juga dibaca dua wajah, dibaca izhhār karena berupa ta‟ Khithob
dan „ain fi‟ilnya dibuang, dan di baca idghām karena huruf ta‟ berharakat kasrah sehingga
berat bila diucapkan.

10. Huruf
…………………………………… 
Huruf dapat diidghāmkan ke dalam salah satu dari 5 huruf pertama di mana
diidghāmkan, yaitu: . Seperti: , , , ,
.

11. Huruf

 ……………………………………

Huruf ‫ ذ‬dapat diidghāmkan ke dalam huruf ‫ ص‬dan ‫ش‬. seperti: (Al-Kahf: 61),
(Al-Kahf: 63), (Al-Jin: 3). Dan hanya terdapat dalam 3 tempat
tersebut.

12. Huruf dan 13. Huruf


151 
…………………………………………
 …………………………
Huruf dapat diidghāmkan ke dalam huruf dan sebaliknya, huruf dapat diidghāmkan ke
dalam huruf . dengan syarat huruf pertama tidak berharakat fathah dan jatuh setelah huruf
mati seperti Lafazh , Kecuali lafazh , tetap diidghāmkan kepada ra‟
meskipun berharakat fathah dan jatuh setelah sukūn, seperti:

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 31 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
14. Huruf

 ……………………

Huruf dapat diidghāmkan ke dalam huruf dan dengan syarat harus terletak setelah
huruf hidup, seperti: . apabila terletak setelah huruf mati seperti , maka
tidak diidghāmkan, kecuali pada lafazh walaupun nun terletak setelah sukūn, ia tetap
diidghāmkan.seperti:

15. Huruf


Apabila huruf berada sebelum dan sesudah huruf hidup, maka ia dibaca sukūn13,
seperti: sebaliknya, jika berada sesudah huruf mati, maka As-Sūsī tidak
mensukūnnya. Seperti:

16. Huruf ‫ب‬



Apabila huruf lafazh berada sebelum lafazh maka As-Sūsī membaca
dengan idghām dan berlaku di semua tempat dalam Al-Qur‟an. Jika berada selain lafazh
tersebut, As-Sūsī tidak mengidghāmkannya. Seperti:

Beberapa kaidah yang berhubungan dengan Idghām Al-Kabīr


Bacaan Idghām tidak mempengaruhi bacaan imalah14. Artinya ketika suatu lafazh dibaca dengan
imalah disertai hukum bacaan idghām, maka imalah tersebut masih tetap ada, meskipun
penyebab imalah tersebut sudah tidak ada dikarenakan idghām. Seperti alif kata dan

pada lafazh .


Huruf pertama yang diidghāmkan boleh dibaca Isymām15 & Roum16. Seperti: akan
memiliki 3 hukum bacaan:
a) Idghām murni )suara lebur ke dalam )
b) Idghām murni dan Al-Isymām (setelah sukūnnya diiringi dengan memonyongkan kedua
bibir ke depan sebagai isyarat harakat Dhammah).
c) Idghām tidak murni (Ar-Raum). Yaitu suara huruf pertama tinggal sepertiganya.
Ketika Idghām, As-Sūsī tidak membaca dengan Isymām & Raum apabila:

13
Di sini disebutkan istilah “sukun”, bukan idgham karena idghamnya berarti disukunnya . bila disukun, maka
hukumnya ikhfa’ ketika jatuh setelah . Seperti (Al-Wafi Fi Syarh Asy-Syathibiyyah hal. 53)
14
Al-Imalah secara bahasa artinya condong, secara istilah berarti bunyi antara harakat fathah dan kasrah, serta
antara alif dan ya’. Adapun pembahasan Al-Imalah ada dalam bab tertentu pada pembahasan berikutnya.
15
Al-Isymām : memonyongkan kedua bibir ke depan tanpa suara sebagai isyarat harakat dhammah, serta
merta mengiringi sukunnya huruf.
16
Ar-Raum : Mengucapkan huruf yang berharakat Dhammah/kasrah dengan melemahkan suaranya sampai
tinggal sepertiganya. (Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh Jilid II Hal 95)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 31 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
- Huruf pertama berupa dan huruf kedua berupa atau . seperti: ,
17
- Huruf pertama berupa dan huruf kedua berupa atau . seperti:



Jika sebelum huruf pertama berupa huruf shahīh mati, maka boleh dibaca Ikhfa’. Artinya dalam
hal ini As-Sūsī memiliki dua wajah, yaitu Idghām dan Ikhfa’ / Ikhtilās, yakni huruf pertama
dibaca 2/3nya, sehingga tidak sampai terjadi pengucapan dua huruf mati. Seperti:
18

BAB HĀ’ KINĀYAH


Menurut Ulama qirā‟āt, definisi Hā‟ kinayah adalah hā‟ tambahan yang menunjukkan mufrad
Mudzakkar Ghāib (Orang ketiga tunggal) dan biasa disebut dengan hā‟ Dhāmir.
Dengan demikian akan mengecualikan:
a) Hā‟ Ashliyyah (bukan tambahan, tetapi bagian dari kata), misalnya: ,
b) Hā‟ yang tidak menunjukkan Mufrad Mudzakkar Ghāib, misalnya:
Hā‟ kinayah dapat bersambung, baik dengan kalimah fi‟il ) ), Isim ( ), dan huruf ( ).19

Adapun kaidah-kaidah Hā‟ Kinayah dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut:


a. Tabel Bacaan Ha’ Kinayah berdasarkan letaknya

(Sebelum Hā‟ huruf hidup 1


dan setelahnya huruf mati)
-
2
- (Di antara 2 huruf mati)

-
3
- (Di antara 2 huruf hidup)

-
4
69:25/ - (Sebelum Hā‟ huruf mati
dan setelahnya huruf
hidup)


17
Pembahasan Isymām dan Raum akan dijelaskan lebih rinci pada bab-bab selanjunya.
18
Adapun praktik bacaan Imalah, Isymām, Raum, & Ikhtilas ini supaya bermusyafahah di hadapan guru ahli.
19
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, Hal 63.
20
Ahsin Sakho’ Muhammad & Ramlah Widayati, Manba’ul Barakāt, hal. 12

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 32 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
b. Tabel Bacaan Ha’ Kinayah khusus pada lafazh (Ali Imrān: 75), (An-Nisa’:
115), (An-Nisa’: 115), (Ali Imrān: 145 & Asy-Syu’ara’: 20), (An-Naml:
28), (an-Nur:52), (Thāhā: 75).

75 4

161 


c. Tabel Bacaan Ha’ Kinayah khusus pada lafazh (az-Zumar:7), (az-Zilzal:7&8).

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 33 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

d. Tabel Bacaan Ha’ Kinayah khusus pada lafazh (Al-A'rāf: 111 & Asy-Syu’ara’: 36)



Keterangan:
Setiap Ha’ Kināyah yang dibaca shilah maupun qashr, bila waqaf harus dibaca sukūn.

BAB MAD DAN QASHR


Mad menurut bahasa artinya “tambahan”, dan menurut istilah mempunyai dua arti:
1. Memanjangkan bunyi huruf mad atau huruf lein, ketika mad/lein tersebut bertemu hamzah
atau huruf mati
2. Mengitsbatkan huruf mad “alif” dalam suatu lafazh, namun bunyi huruf mad di sini tidak
melebihi dari aslinya.
Misalnya, lafazh dalam surat Al-An‟am: 105, Ibnu Katsīr dan Abu „Amr membaca
21
lafazh tersebut dengan mad, artinya mengitsbatkan huruf mad “alif” sesudah yakni
Huruf mad ada tiga, yaitu:
 Alif yang terletak setelah huruf yang berharakat fathah.
 Yā‟ sukūn yang terletak setelah huruf yang berharakat Kasrah.
 Wāwu sukūn yang terletak setelah huruf yang berharakat Dhammah.
Huruf lein ada dua, yaitu:
 Yā‟ sukūn yang terletak setelah huruf yang berharakat fathah.
 Wāwu sukūn yang terletak setelah huruf yang berharakat fathah.
Sedangkan qashr menurut bahasa artinya “tertahan”, dan menurut istilah mempunyai dua arti:
1. Tanpa memanjangkan bunyi huruf mad atau lein.
2. Membuang huruf mad “alif” dari suatu kata.
Misalnya, lafazh dalam surat Al-An‟am: 105, Imam tujuh selain Ibnu Katsīr dan Abu
„Amr membaca lafazh tersebut dengan qashr, artinya membuang huruf mad “alif” sesudah
yakni

21
Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh Jilid I, Hal 76

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 34 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Adapun kaidah Qira‟at imam tujuh terkait mad dan qashr bisa dilihat dalam tabel berikut ini:

-
-
- (Apabila ada hamzah yang 1
terletak sesudah huruf mad di lain
- kata)

-
- (Apabila ada hamzah yang 2
terletak sesudah huruf mad dalam
satu kata)


171 
-

-
-
1
2 (Apabila ada hamzah yang
terletak sebelum huruf mad, baik 3
hamzah tsabit23 maupun hamzah
mughayyar24)

 4
5



22
Ahsin Sakho’ Muhammad dan Ramlah Widayati, Manba’ul Barākāt, hal. 15 & 16.
23
Hamzah Tsabit adalah hamzah yang tidak mengalami perubahan, seperti
24
Hamzah Mughayyar adalah hamzah yang telah mengalami perubahan disebabkan:
- an-Naql (memindahkan harakat hamzah ke huruf mati sebelumnya, lalu hamzah tidak dibaca), seperti:
dibaca
- al-Ibdal (Yaitu menukar/mengganti hamzah dengan huruf lain), seperti: hamzah kedua dibaca
dengan
- At-Tashīl Baina Baina (Pengucapan hamzah, dengan bunyi antara hamzah dan huruf sejenis yang berharakat
hamzah), seperti: hamzah kedua dibaca at-Tashīl baina baina. (Ahmad Fathoni, hal. 83)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 35 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬



Ibnu Ghalbūn )Abul Hasan Thahīr al-Imāmah Imām Abdul Mun‟im bin Ghalbūn25) membaca
huruf mad pada mad badal hanya dengan wajah qashr.

-

(Apabila
sesudah
 huruf mad
1 berupa
huruf mati
 dalam satu
kata, dan
matinya
tetap ada
baik ketika
2  waqaf 4
maupun
washal)

3


4





-
(setelah huruf lein
bukan berupa
hamzah)
(Apabila
- ada Yā’
sukūn atau
wawu
sukūn 5
- jatuh
setelah
(setelah huruf lein
.1 berupa hamzah)
huruf yang
berharakat
fathah)
.2
-

25
Ulama besar dari Mesir, salah satu muridnya yang terkenal adalah Abu ‘Amr ad-Dani (Salah satu guru Asy-
Syathibi)
26
Di dalam kitab bughyatul murīd (hal. 214) disebutkan bahwa lafazh semisal  (di permulaan surat) termasuk
kategori mulhaq dengan mad thābi’i (bacaan mad lāzim harfi mukhaffaf), namun menurut Dr. Ahsīn Sakho’
Muhammad seperti dalam kitab ghayatul murīd (hal. 114) lafazh tersebut tergolong mad thabi’i

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 36 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬




-

181 


-

 (Apabila sesudah huruf mad berupa huruf


mati dalam satu kata, dan adanya sukūn 6
 hanya ketika waqaf )

Keterangan:
Ukuran panjang bacaan mad yaitu: - qashr : 1 alif (2 harakat)
- tawassuth : 2 alif (4 harakat)
- thūl : 3 alif (6 harakat)
 Karena Seluruh Imam Qira‟at membaca Mad Muttashil melebihi panjang aslinya, maka
populer disebut dengan “Mad Wajib Muttashil”.
 Karena di antara Imam Qira‟at ada yang tetap membaca Mad Munfashil dengan panjang
aslinya, maka populer disebut dengan “Mad Jaiz Munfashil”.
 Jika dalam satu ayat terdapat lebih dari satu mad munfashil, maka bacaan Qālūn dan ad-Dūrī
harus tetap menjaga “taswiyat al-mudud”, artinya jika mad munfashil di tempat pertama
dibaca qashr, maka di tempat selanjutnya juga harus qashr, tapi bila tawassuth di tempat
pertama, maka harus tawassuth di tempat-tempat selanjutnya.

BAB DUA HAMZAH DALAM SATU KATA



Ketika dua hamzah bertemu dalam satu kata, maka Imam Nāfi‟, Ibnu Katsīr dan Abū „Amr (Ahlu
Sama) membaca dengan at-Tashīl baina baina.27
Apabila hamzah kedua berharakat fathah, seperti , maka:
- Hisyām mempunyai 2 wajah (at-Tahqīq hamzah kedua dan at-tashīl hamzah kedua baina-
baina)
- Warsy mempunyai 2 wajah bacaan, yaitu:
a. Al-Ibdāl28 (mengganti hamzah kedua dengan alif). Wajah ini diriwayatkan oleh Ahlul
Adā‟ Mesir

27
Maksud Hamzah yang dibaca at-tashil baina baina adalah pengucapan hamzah yang dibaca antara hamzah dan
huruf yang sejenis dengan harakatnya. Berarti bila hamzah berharakat fathah, pengucapan tashilnya adalah antara
hamzah yang difathah dan alif. bila hamzah berharakat kasroh, pengucapan tashilnya adalah antara hamzah yang
dikasrah dan ya’. bila hamzah berharakat dhammah, pengucapan tashilnya adalah antara hamzah yang didhammah
dan wāwu. (Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh Jilid I. hal 98)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 37 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
b. At-Tashīl baina-baina (Tashīl hamzah kedua baina-baina). Wajah ini diriwayatkan oleh
Ahlul Adā‟ Baghdad.
Sedangkan al-Bāqūn membaca dengan at-Tahqīq.


Bacaan imam tujuh pada lafazh (Fushshilat: 44) adalah sebagai berikut:
a. Syu‟bah, Hamzah, dan Al-Kisā‟i membaca dengan at-Tahqīq hamzah kedua.
b. Hisyām membaca dengan tanpa hamzah pertama ( )
c. Al-Bāqūn (Nāfi‟, Ibnu Katsīr, Abū „Amr, Ibnu Dzakwān dan Hafsh) membaca hamzah kedua
dengan at-Tashīl baina baina dengan catatan:
o Warsy mempunyai 1 wajah lagi yaitu al-Ibdāl.
o Qālūn dan Abū „Amr disertai hukum al-idkhāl (memasukkan alif antara 2 hamzah dengan
panjang 2 harakat, dengan kata lain dibaca mad).29


Bacaan imam tujuh pada lafazh (Al-Ahqāf: 44) adalah sebagai berikut:
a. Ibnu „Āmir dan Ibnu Katsīr menambahkan hamzah sebelumnya ( ).
Karena bertemu dua hamzah dalam satu kata, maka:
o Hisyām membaca tahqīq & Tashīl pada hamzah kedua disertai al-idkhāl.
o Ibnu Dzakwān membaca tahqīq pada hamzah kedua tanpa al-idkhāl.
o Ibnu Katsīr membaca tashīl pada hamzah kedua tanpa al-idkhāl.
b. Al-Bāqūn hanya memakai 1 hamzah ( )


Bacaan imam tujuh pada lafazh (al-Qalam: 14) adalah sebagai berikut:
a. Hamzah, Syu‟bah dan Ibnu „Āmir Ad-Dimasyqi menambahkan hamzah sebelumnya (
). Karena bertemu dua hamzah dalam satu kata, maka:
o Syu‟bah & Hamzah membaca denga tahqīq pada hamzah kedua tanpa al-idkhāl.
o Hisyām membaca tashīl pada hamzah kedua disertai al-idkhāl ( )
o Ibnu Dzakwān membaca tashīl pada hamzah kedua tanpa al-idkhāl.
b. Al-Bāqūn hanya memakai 1 hamzah ( )


Bacaan imam tujuh pada lafazh (Āli „Imrān:: 73) adalah sebagai
berikut:
a. Ibnu Katsīr membaca dengan 2 hamzah ( ). Disertai dengan tashīl hamzah kedua
dengan tanpa al-idkhāl.
b. Al-Bāqūn hanya memakai 1 hamzah ( )


191 

28
Perlu diketahui, bila sesudah hamzah kedua berupa huruf mati, seperti , maka alif pengganti hamzah
kedua dibaca Al-Isybā’ (6 harakat) sebab hukumnya sebagai mad lazim. Dan bila sesudah hamzah kedua berupa
huruf hidup, seperti , maka alif pengganti hamzah kedua dibaca Al-Qashr (2 harakat) sebab hukumnya sebagai
mad Ashli.
29
Adapun pembahasan khusus al-Idkhāl bisa dilihat pada nadham ke-196 s/d 198 mendatang.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 38 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Bacaan imam tujuh pada lafazh (al-A‟rāf: 123, Thāhā: 71, Asy-Syu‟arā‟: 49) dan (al-
Mulk: 16) adalah sebagai berikut:
30
1. Seluruh Imam qirā‟āt membaca lafazh (al-A‟rāf: 123, Thāhā: 71, Asy-Syu‟arā‟: 49)
dengan )Aāmantum) yaitu hamzah ketiga diIbdālkan dengan alif.
2. Selanjutnya bacaan Imam tujuh pada lafazh di tiga tempat tersebut dan (al-Mulk:
16) adalah sebagai berikut:
a). Syu‟bah, Hamzah dan Al-Kisā‟i membaca lafazh di tiga tempat tersebut dengan
tahqīq pada hamzah kedua.
b). Qunbūl membaca lafazh di surat thāhā dengan membuang hamzah pertama. ( )
c). Hafsh membaca lafazh di 3 surat tersebut juga dengan membuang hamzah pertama.
d). Qunbūl membaca dengan Ibdāl hamzah pertama dengan wāwu pada lafazh di surat
al-A‟rāf dan lafazh di surat al-Mulk jika washal dengan lafazh sebelumnya.



Jika hamzah washal berada diantara hamzah istifhām dan lām ta‟rif yang mati, seperti ,
maka seluruh Imam qira‟at memiliki 2 wajah:
1. Al-Ibdāl (MengIbdālkan hamzah washal dengan alif) serta al-Isybā’.
Wajah ini yang paling utama
2. At-Tashīl baina-baina serta al-qashr (tanpa memanjangkan)
Lafazh yang demikian terdapat dalam enam (6) tempat31 dalam al-Qur‟an:
a. Surat al-An‟ām: 143 dan 144 ( ).
b. Surat Yūnus: 51 dan 91 ( ).
c. Surat Yūnus: 59 ( ).
d. Surat an-Naml: 59 ( ).


Tidak ada mad/al-idkhāl antara dua hamzah ketika memakai wajah at-tashīl baina-baina pada
hamzah washal lafazh semisal dan lafazh yang terdapat tiga hamzah, seperti pada tiga
tempat di atas.


Pertemuan dua hamzah dalam satu kata terbagi tiga, yaitu hamzah pertama berharakat fathah, dan
hamzah kedua bisa berharakat:
1. Fathah ( ).
2. Kasrah ( ).
3. Dhammah ( ).

30
Asal lafadz di tiga surat tersebut adalah (terdiri dari 3 hamzah, hamzah pertama & kedua berharakat
fathah sedangkan hamzah ketiga berharakat sukūn)
31
khusus bacaan Abū ‘Amr, terdapat 1 tempat lagi, yaitu Surat Yunus: 81 ( ) karena ia

menambahkan hamzah istifham sebelum hamzah washal, yaitu: (Al-Wāfi Fi Syarh Asy-Syāthibiyyah hal. 71)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 39 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬



Apabila hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah kedua berharakat fathah atau kasrah,
maka beberapa imam berikut membaca al-mad/al-idkhāl (memasukkan alif) sebelum hamzah
kedua, yaitu:
a. Qālūn, Abū „Amr, dan Hisyām. Dengan catatan apabila hamzah kedua berharakat kasrah,
Hisyām mempunyai satu wajah bacaan lagi, yaitu Tanpa mad/al-idkhāl. Namun khusus 7
tempat berikut meskipun hamzah kedua berharakat kasrah, Hisyām hanya membaca dengan
al-mad/al-idkhāl, yaitu:
1. Surat Maryam: 66 ( (
2. Surat al-A‟rāf: 81 ( )
3. Surat al-A‟rāf: 113 ( )
4. Surat asy-Syu‟arā‟: 41 ( (
5. Surat ash-Shāffāt: 52 ) )
6. Surat ash-Shāffāt: 52 ( (
7. Surat Fushshilat: 9 ( ); namun khusus pada lafazh ini, Hisyām
membaca hamzah kedua dengan at-Tahqīq dan at-Tashīl baina-baina.
b. Sedangkan Al-Bāqūn )Warsy, Ibnu Katsīr, Ibnu Dzakwān, „Āshīm, Hamzah, Al-Kisā‟i) tidak
memakai al-mad/al-idkhāl.


Bacaan imam tujuh pada Lafazh di manapun dalam al-Qur‟an:
a. Hisyām memiliki dua wajah:
1). tahqīq hamzah kedua serta al-idkhāl.
2). tahqīq hamzah kedua tanpa al-idkhāl.
b. Ahlu Samā )Nāfi‟, Ibnu Katsīr, dan Abū „Amr) membaca tashīl hamzah kedua dengan tanpa
al-idkhāl. Sedangkan ulama nahwu mengIbdālkan hamzah kedua dengan Yā‟ (namun wajah
ini bukan menurut tharīq Syāthibiyyah)
c. Al-Bāqūn )Ibnu Dzakwān, Hamzah dan Al-Kisā‟i) membaca tahqīq hamzah kedua tanpa al-
idkhāl.
Lafazh terdapat di 5 tempat dalam al-Qur‟an, yaitu:
1. Surat at-Taubah: 12 ( )
2. Surat al-AnbiYā‟: 73 ( )
3. Surat al-Qashash: 5 ( )
4. Surat al-Qashash: 41 ( )
5. Surat as-Sajdah: 24 ( ).

211 
Apabila hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah kedua berharakat dhommah, maka
bacaan imam tujuh adalah sebagai berikut:
1. Qālūn, Abū „Amr, dan Hisyām membaca al-mad/al-idkhāl sebelum hamzah kedua. Namun
untuk Abū „Amr dan Hisyām masih memakai wajah tanpa mad/al-idkhāl. Sehingga jika
dihubungkan dengan kaidah nazham 183-184 (di awal bab) maka bacaan ketiga imam
tersebut adalah:
 Qālūn menTashīlkan hamzah kedua serta al-idkhāl
 Abū „Amr memiliki 2 wajah:
a). Tashīl hamzah kedua serta al-idkhāl

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 41 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
b). Tashīl hamzah kedua tanpa al-idkhāl
 Hisyām memiliki 2 wajah:
a). Tahqīq hamzah kedua serta al-idkhāl
b). Tahqīq hamzah kedua tanpa al-idkhāl
2. Warsy dan Ibnu Katsīr mentashīlkan hamzah kedua tanpa al-idkhāl.
3. Al-Bāqūn )Ibnu Dzakwān, Hamzah dan Al-Kisā‟i) membaca tahqīq hamzah kedua tanpa al-
idkhāl.


Hamzah kedua yang berharakat dhommah yang terdapat dalam surat āli imrān: 15 ( )
sebagian Ahlul Adā‟ Hisyām meriwayatkan sebagaimana bacaan Hafsh )dibaca at-tahqīq tanpa
al-idkhāl).
Sedangkan yang terdapat di selain surat āli imrān, yaitu surat Shād: 8 ) ) & surat al-Qamar: 25
( ) sebagian Ahlul Adā‟ Hisyām meriwayatkan sebagaimana bacaan Qālūn )dibaca at-tahqīq
tanpa al-idkhāl).

BAB DUA HAMZAH DALAM DUA KATA

Bab ini membahas pertemuan dua hamzah (hamzah qathā‟) dalam dua kata. Tidak termasuk
pembahasan hukum pada bab ini jika:
1. Pembaca al-Qur‟an waqaf pada hamzah pertama dan ibtida’ pada hamzah kedua.
2. Hamzah pertama berupa hamzah qathā‟, sedangkan hamzah kedua berupa hamzah washal,
seperti:
3. Posisi 2 hamzah tidak saling berhadapan, tetapi dipisah oleh huruf lain, misalnya:
32

Peristiwa bertemunya dua hamzah dalam dua kata adakalanya harakat 2 hamzah tersebut sama
dan ada kalanya berbeda.

A. Harakat 2 Hamzah Sama




Jika terdapat dua hamzah dalam dua kata, dan harakat keduanya sama, maka Fatal „Ala )Abū
„Amr) membuang hamzah pertama. Seperti: dibaca , dibaca ,
dibaca .



Apabila keduanya sama-sama berharakat fathah, maka bacaan Qālūn dan al-Bazzi sama dengan
Abū „Amr, dan apabila keduanya sama-sama berharakat kasrah dan dhammah, maka Qālūn dan
al-Bazzi membaca hamzah pertama dengan at-Tashīl baina-baina dan khusus pada pada lafazh
(Yūsuf: 53), Qālūn dan al-Bazzi mempunyai satu wajah lagi, yaitu mengIbdālkan
hamzah pertama dengan wawu, lalu mengidghāmkan wawu pertama kepada wawu kedua (
). Wajah bacaan ini biasa disebut

32
Ahmad Fathoni, Kaidah qira’at tujuh jilid I hal. 124.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 41 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬


Apabila terdapat dua hamzah dalam dua kata yang harakatnya sama, maka Warsy dan Qunbūl
mempunyai dua wajah:
1. Seperti al-mad (at-Tashīl baina-baina)
2. MengIbdālkan hamzah kedua dengan huruf mad yang sejenis dengan harakat hamzah
pertama. Maksudnya:
 Bila hamzah pertama berharakat fathah, maka hamzah kedua diIbdālkan dengan alif
 Bila hamzah pertama berharakat kasrah, maka hamzah kedua diIbdālkan dengan Yā‟
 Bila hamzah pertama berharakat dhammah, maka hamzah kedua diIbdālkan dengan
wawu
Khusus pada lafazh (al-Baqarah: 31) & (an-Nūr: 33), sebagian ahlul ada’
Warsy membaca dengan memakai Yā‟ yang berharakat kasrah ( & )


Bait ini mengandung kaidah yang sangat penting bagi seluruh imam qira‟at, yaitu: jika terdapat
huruf mad yang terletak sebelum hamzah mughayyar (hamzah yang berubah), maka huruf mad
boleh dibaca dengan:
a. Al-Qashr (2 harakat) mengingat kenyataan bahwa hamzah penyebab terjadinya al-mad sudah
berubah, yakni menjadi mad asli.
b. Al-Mad (4 atau 6 harakat) mengingat hukum asal.
Adapun penyebab berubahnya hamzah (hamzah mughayyar) adakalanya karena:
c. At-Tashīl baina-baina, seperti bacaan Qālūn dan Al-Bazzi pada lafazh
d. Membuang hamzah, seperti bacaan Qālūn, Al-Bazzi dan Abū „Amr pada lafazh

B. Harakat 2 Hamzah Berbeda


211


Apabila terdapat dua hamzah dalam dua kata yang harakatnya berbeda, maka bacaan imam tujuh
adalah sebagai berikut:
1. Ahlu Samā )Nāfi‟, Ibnu Katsīr, Abu „Amr) Mentashīl hamzah kedua, dengan ketentuan:
a. Membaca tashīl hamzah kedua pada lafazh yang semisal (Hamzah
pertama fathah, dan kedua kasrah)
b. Membaca tashīl hamzah kedua seperti wawu (Tashīl antara hamzah dan wawu) pada
lafazh yang semisal (Hamzah pertama fathah, dan kedua dhammah)
c. Membaca ibdāl hamzah kedua dengan wawu pada lafazh yang semisal (Hamzah
pertama dhammah, dan kedua fathah)
d. Membaca ibdāl hamzah kedua dengan Yā‟ pada lafazh yang semisal
(Hamzah pertama kasrah, dan kedua fathah)
e. Membaca dengan 2 wajah, yaitu Tashīl hamzah kedua seperti Yā‟ dan Ibdāl dengan
wawu pada lafazh yang semisal (Hamzah pertama dhammah, dan kedua kasrah)
2. Al-Bāqūn membaca dengan tahqīq hamzah kedua

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 42 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Keterangan: syarat bacaan tashīl hamzah kedua (baik dalam satu kata maupun dua kata) adalah
ketika pembaca al-Qur‟an membaca dengan washal. Bila waqaf pada hamzah pertama, maka
hamzah kedua harus dibaca tahqīq.


Al-Ibdāl adalah mengganti hamzah dengan alif, atau Yā‟ mati/hidup, atau wawu mati/hidup.
At-Tashīl baina-baina adalah membaca antara bunyi hamzah dan huruf yang sesuai dengan
harakat yang disandang hamzah tersebut, sehingga:
a. Jika hamzah berharakat fathah, maka Tashīlnya adalah antara bunyi hamzah dan alif
b. Jika hamzah berharakat kasrah, maka Tashīlnya adalah antara bunyi hamzah dan Yā‟
c. Jika hamzah berharakat dhammah, maka Tashīlnya adalah antara bunyi hamzah dan wawu.

BAB HAMZAH MUFRAD


(Hamzah yang tidak bersandingan dengan hamzah semisalnya)



Apabila ada hamzah sukūn yang menjadi fa‟ fi‟il, maka Warsy menggantinya dengan huruf mad
yang sejenis dengan harakat sebelumnya. Seperti: (Al-baqarah: 55),
)Thāhā: 132), (Al-baqarah: 283). Kecuali lafazh yang musytaq dari lafazh
Yakni pada 7 lafazh berikut: , maka Wasry tetap
membaca dengan at-tahqīq.
Sedangkan jika hamzah tersebut berharakat fathah, dan jatuh setelah huruf yang berharakat
dhommah, maka Wary mengIbdālkannya dengan wawu, contoh: , sehingga al-
Ibdāl ini tidak berlaku jika hamzah berharakat dhammah ( ), sebelum hamzah berupa huruf
yang berharakat fathah ( ), atau hamzah tidak menjadi fa‟ fi‟il ) ).



As-Sūsī mengganti setiap hamzah sukūn )yang menjadi fa‟, „ain, atau lam fi‟il) dengan huruf mad
yang sejenis dengan harakat huruf sebelumnya, kecuali pada enam tempat, yaitu:

1- Hamzah Sukūn karena dijazmkan, yaitu pada lafazh:


a. yang terdapat di 3 tempat dalam al-Qur‟an, yaitu pada surat Āli „Imrān: 120 (
), at-Taubah: 50 ( ) dan al-Maidah:101 ( (

b. yang terdapat di 3 tempat dalam al-Qur‟an, yaitu pada surat asy-Syu‟arā‟: 4 ( )


Saba‟: 9 ( ( dan Yasin: 42 ( )
c. yang terdapat di 10 tempat dalam al-Qur‟an, yaitu :
o An-Nisa‟: 133 ( )
o Al-An‟ām: 39 diulang dua kali ( )
o Al-An‟ām: 133 ( )
o Ibrāhīm: 19 ( )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 43 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
o Al Isra‟: 54 diulang dua kali ( (
o Fathir: 16 ( )
o Asy-Syūrā: 24 ( )
o Asy-Syūrā: 33 ( )
d. pada surat al-Kahf: 16 ( (
e. pada surat al-Baqarah: 106 ( )
f. pada surat an-Najm: 36 ( )


2- Hamzah sukūn karena mabni, yang terdapat di 11 tempat dalam al-Qur‟an, yaitu:
o Al-Kahf: 10 ) )
o Al-Baqarah: 33 ( )
o Yūsuf:: 36 ( )
o Al-Hijr: 49 ( )
o Al-Hijr: 51 ( )
o Al-Qamar: 28 ( )
o Al-A‟rāf: 111 dan asy-Syu‟ārā‟: 36 ( )
o Al-Isrā‟:14 ) )
o Al-„Alaq: 1 dan 3 ( , )


3- Hamzah sukūn pada lafazh dan , karena Mengucapkan hamzah sukūn lebih
ringan dari pada menggantinya, dalam Al-Qur‟an hanya terdapat di 2 tempat, yaitu:
o Al-Ahzāb: 51 ( )
o Al-Ma‟ārij: 13 ( (
Hamzah sukūn pada lafazh (Maryam: 74). Karena jika diIbdālkan ( ) akan mempunyai
makna (penuh), padahal yang dimaksud pada ayat ini bukan makna tersebut.

221 
5- Hamzah sukūn pada lafazh (al-Balad: 20 & al-Humazah: 8). Sebab jika diIbdālkan
akan menyerupai lughat kabilah yang menganggap bahwa adalah musytaq dari ,
sedangkan guru As-Sūsī (Abū „Amr) menyatakan bahwa lafazh adalah musytaq dari


6- Hamzah sukūn pada lafazh (di 2 tempat surat al-Baqarah: 54), meskipun Abū
Hasan Thāhir Ibnu Ghalbūn membaca dengan al-Ibdāl hamzah kedua dengan Yā‟.

33
Jika waqaf pada lafazh tersebut, tetap terbaca tahqīq.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 44 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Warsy membaca lafazh dan (dimana saja dan bagaimanapun bentuknya) sama dengan as-
Sūsī, yaitu al-Ibdāl hamzah kedua dengan Yā‟, sehingga menjadi dan .
Warsy dan Al-Kisā‟i membaca lafazh sama dengan as-Sūsī yaitu al-Ibdāl hamzah kedua
dengan Yā‟.dalam Al-Qur‟an hanya terdapat dalam 3 tempat di surat Yūsuf:, yaitu:
o Ayat 13 ( )
o Ayat 14 ( )
o Ayat 17 ( )
Sedangkan al-Bāqūn menTahqīq hamzah kedua pada ketiga lafazh tersebut.


Syu‟bah membaca lafazh sama dengan as-Sūsī, baik berbentuk ma‟rifat maupun nakirah,
ketika waqaf maupun washal. Yaitu al-Ibdāl hamzah kedua dengan Yā‟. Sedangkan al-Bāqūn
menTahqīq hamzah lafazh tersebut.
Ad-Dūri membaca Lafazh pada surat al-Hujurat ayat 14 dengan tahqīq hamzah, sedangkan
As-Sūsī membaca dengan al-Ibdāl, dan al-Bāqūn membaca dengan membuang hamzah ) )


Warsy mengIbdālkan hamzah lafazh dan dan dengan Yā‟. Setelah lafazh
diIbdālkan dengan Yā‟, lalu Yā‟ pertama diidghāmkan ke dalam Yā‟ kedua dan ditasydīd,
sehingga menjadi . Hamzah pada lafazh diganti Yā‟, dalam al-Qur‟an ada tiga tempat:
o Al-Baqarah: 150 ( )
o An-Nisā‟: 165 ( )
o Al-Hadīd: 29 ( )
Sedangkan al-Bāqūn membaca Tahqīq pada hamzah lafazh tersebut.


Ketika dua hamzah bertemu dalam satu kata, dan hamzah kedua disukūn, seperti lafazh dan
34
, maka semua Imam Qira‟at sepakat mengganti hamzah kedua dengan huruf mad yang
sesuai dengan harakat sebelumnya. Contoh lain seperti: , ,

BAB PERPINDAHAN HARAKAT HAMZAH KE HURUF MATI SEBELUMNYA


Bila ada huruf shahīh mati (bukan huruf mad) di akhir kata, dan sesudahnya berupa hamzah
qathā‟ (biasa disebut ), Imam Warsy membaca dengan an-naql, yaitu pemindahan
harakat hamzah ke huruf mati sebelumnya, dan hamzahnya dibuang (tidak dibaca). Contoh:
dibaca ( ), dibaca ( ). Membaca an-naql pada
dan tersebut baik ketika waqaf maupun washal.
Sehingga Warsy tidak akan membaca an-naql apabila:

34
Lafadz tidak ditemukan dalam al-Qur’an, namun ditemukan di dalam bahasa Arab.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 45 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
- Sebelum hamzah berupa huruf hidup, seperti:
- Huruf mati di tengah kata, seperti:
- Sebelum hamzah berupa huruf mad, seperti:



…………………………………  ….………
Ketika membaca bacaan yang dibaca an-naql oleh Warsy, Imam Hamzah memiliki perbedaan
dalam riwayat. Perbedaan tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut:
Huruf Bacaan Imam Hamzah
No. sebelum contoh
Khalaf Khallād
hamzah qatha’
Ketika waqaf: naql & saktah
Ketika waqaf: naql & saktah
1. Sakin mafshūl Ketika washal: saktah &
Ketika washal: tahqīq
tahqīq
Ketika waqaf: naql & saktah
Ketika washal:
2. Al- Ta‟rif
- Khalaf: saktah
- Khallād: tahqīq & saktah
Ketika waqaf: naql ( / ) & ibdāl tsummal idghām ) / )
3. Lafazh Ketika washal:
- Khalaf: saktah
- Khallād: tahqīq & saktah
Al-Bāqūn membaca dengan tahqīq.

 ……………
Nāfi‟ membaca an-naql pada dua lafazh dalam surat Yūnus: (ayat 51 dan 91). Dengan
demikian, perawi Nāfi‟ yaitu:
1. Qālūn yang seharusnya tidak membaca an-naql pada al ta’rif, di sini dia membaca an-naql.
2. Warsy membaca sebagaimana kaidah asalnya, yaitu an-naql pada al ta’rīf.

231 



Bacaan Imam tujuh pada lafazh (an-Najm: 50) adalah sebagai berikut:
a. Jika lafazh diwashalkan dengan ( ), maka
 Qālūn membaca an-naql lafazh dan mengidghāmkan tanwīnnya ke dalam lam
, lalu wawu yang terletak sesudah lam diganti dengan hamzah sukūn, sehingga menjadi

 Warsy dan Abū „Amr membaca an-naql lafazh dan mengidghāmkan tanwīnnya ke
dalam lam , sehingga menjadi
 Al-Bāqūn )Ibnu Katsīr, Ibnu „Amīr dan Al-Kūfiyyūn) mensukūn lam dan mengkasrah
tanwin lafazh , sehingga menjadi

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 46 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
b. Jika waqaf pada , dan ibtida‟ pada , maka:
 Qālūn mempunyai 3 wajah:
1) Diawali hamzah washal yang berharakat fathah, membaca an-naql al ta‟rīf, dan
mengganti wawu sukūn dengan hamzah, sehingga menjadi
2) Tanpa diawali hamzah washal (sehingga mulai dari yang berharakat dhammah), dan
mengganti wawu sukūn dengan hamzah, sehingga menjadi
3) Diawali hamzah washal yang berharakat fathah, tidak membaca an-naql al ta‟rīf, dan
tidak mengganti wawu sukūn dengan hamzah, sehingga menjadi
 Warsy mempuyai 2 wajah:
1) Diawali hamzah washal yang berharakat fathah, membaca an-naql al ta‟rīf, dan tidak
mengganti wawu sukūn dengan hamzah, sehingga menjadi . Adapun mad badal
dibaca dengan tsalatsatul badal (qashr, tawassuth, dan thūl)
2) Tanpa diawali hamzah washal, membaca an-naql al ta‟rīf, dan tidak mengganti wawu
sukūn dengan hamzah, sehingga menjadi . Sedang mad badal pada wajah ini hanya
memakai satu wajah, yaitu qashr (2 harakat)
 Abū „Amr mempunyai 3 wajah, yaitu 2 wajah pertama sama dengan Warsy ( & ).
Dan wajah ketiga sama dengan Qālūn ) )
 Al-Bāqūn membaca seperti bacaan Abū „Amr wajah ketiga ( )
c. Kaidah Umum Imam yang membaca an-naql pada lafazh yang semisal , yaitu lafazh
yang awalnya al ta‟rif dan sesudahnya berupa hamzah qathā‟ (seperti ), jika ibtida‟ pada
lafazh tersebut, maka boleh memakai 2 wajah:
1). Memulai dengan hamzah washal dan memberi harakat fathah ( )
2). Memulai dengan lam ( )

 ……
Imam Nāfi‟ membaca an-naql lafazh dalam ayat (al-qashash: 34)
sehingga dibaca baik waqaf maupun washal, sedangkan al-bāqūn membaca at-Tahqīq


Ketika lafazh (Al-Hāqqah: 19) diwashalkan kepada lafazh ( ), Imam Warsy
memiliki dua wajah:
 Hā‟ disukūn dan hamzah dibaca at-tahqīq ( ). Wajah ini lebih bagus.
 Harakat hamzah lafazh dipindah ke ha’ lafazh ( ).

BAB WAQAF HAMZAH DAN HISYĀM PADA HURUF HAMZAH


Imam Hamzah membaca tashīl huruf hamzah (baik berada di tengah maupun akhir kata) pada
waktu waqaf. Sedangkan yang dimaksud tashīl di sini mencakup empat wajah, yaitu:
1) Al-Ibdāl
2) An-Naql
3) At-Tashīl
4) Al-hadzf

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 47 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Pertama: waqaf dengan al-Ibdāl.
Apabila terdapat hamzah mati dan sebelumnya berupa huruf hidup, maka Imam Hamzah
mengganti hamzah tersebut dengan huruf mad yang sesuai dengan harakat sebelumnya, baik
ditengah ( ) maupun diakhir kata ( )


Kedua: waqaf dengan an-naql.
Apabila terdapat hamzah hidup dan sebelumnya berupa huruf mati selain alif, maka Imam
Hamzah memindahkan harakat hamzah tersebut ke huruf mati sebelumnya, kemudian hamzah
dibuang (dibaca an-naql), baik di tengah, seperti ( ) dibaca (
) maupun diakhir kata, seperti ( ) dibaca ( ).
Keterangan:
Apabila terdapat hamzah hidup dan sebelumnya berupa huruf mad selain alif (wawu atau Yā‟
ashliyyah yang mati), maka Imam Hamzah membaca dengan dua wajah, yaitu an-naql dan al-
Ibdāl tsummal idghām, baik di tengah ( ), maupun di akhir kata ( ). Contoh:
 menjadi atau
 menjadi atau
 menjadi atau
 menjadi atau
 menjadi atau



Ketiga: waqaf dengan at-Tashīl.
Apabila terdapat hamzah hidup dan sebelumnya berupa alif, maka Imam Hamzah membaca
dengan dua wajah, yaitu at-Tashīl baina baina, jika hamzah berada di tengah kata. seperti (
) dan ( )35. Dalam hal ini alif boleh dibaca qashr atau mad.36

Keempat: waqaf dengan membuang (al-hadzf).


Wajah yang kedua yaitu mengganti (al-Ibdāl) hamzah dengan alif bila hamzah berada diakhir
kata, seperti ( , ) menjadi ( , ). Karena terdapat dua alif dalam satu
kata, maka salah satunya harus dibuang (al-hadzf), sehingga menjadi ( , ). Dalam hal
ini alif boleh dibaca qashr, tawassuth atau thūl37.

241 
Apabila terdapat hamzah hidup dan sebelumnya berupa Wawu atau Yā‟ ziyādah, maka Imam
Hamzah membaca dengan al-Ibdāl tsummal idghām. Contoh:
 menjadi
 menjadi
 menjadi
 menjadi

35
Kedua kata ini jika terbaca waqaf, tanwinnya diganti alif (berarti hamzah tidak diakhir kata karena masih ada alif)
36
Mad menurut Hisyam empat harakat sedangkan menurut Hamzah enam harakat, pada alif sebelum hamzah.
37
Taqribul ma’ani/hal. 99

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 48 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
 menjadi



Apabila terdapat hamzah hidup dan sebelumnya berupa huruf hidup, maka Imam Hamzah
memiliki beberapa hukum bacaan yang terbagi menjadi 9 (sembilan) jenis, yaitu:
1. Al-ibdāl bil Yā’, jika hamzah berharakat fathah jatuh setelah harakat kasrah, seperti:
a. Contoh: menjadi
2. Al-ibdāl bil wawi, jika hamzah berharakat fathah jatuh setelah harakat dhammah, seperti:
a. Contoh: menjadi
At-Tashīl baina-baina, jika:
3. Berharakat fathah serta jatuh setelah fathah ( , ).
4. Berharakat kasrah serta jatuh setelah dhammah ( )
5. Berharakat kasrah serta jatuh setelah kasrah ( ).
6. Berharakat kasrah serta jatuh setelah fathah ( ).
7. Berharakat dhammah serta jatuh setelah dhammah ( ).
8. Berharakat dhammah serta jatuh setelah fathah ( ).
9. Berharakat dhammah serta jatuh setelah kasrah ( )
Waqaf Hisyām sama dengan Hamzah jika huruf hamzah berada di akhir kata, seperti:
sedangkan bila berada ditengah, maka waqafnya sama dengan Al-Bāqūn (at-tahqīq).


………  …
Apabila waqaf pada lafazh dalam ayat (Maryam:: 74), maka boleh dibaca
dengan dua wajah:
1. Izhhār ( ), karena Yā‟ berasal dari hamzah
2. idghām ( ), karena pertemuan dua Yā‟ dalam satu kata
Begitu juga kata yang serupa dengannya, seperti:
 (Al-Ahzāb: 51) menjadi atau
 (Al-Ma‟ārij: 13) menjadi atau
 menjadi atau
Apabila waqaf pada (al-Baqarah: 33) dan (al-Hijr: 51 & al-Qamar: 28), maka boleh
dibaca dengan dua wajah:
 Mendhammah ha’,menjadi dan (karena Yā‟ berasal dari hamzah) Pendapat ini dipilih
oleh Abul Fath Faris dan jumhur Qurrā‟ bacaan Hamzah.
 Mengkasrah ha’, menjadi dan (karena didahului Yā‟ yang dibaca panjang). Pendapat
ini dipilih oleh Thāhir Ibnu Ghalbūn.

 ....


Sebagian Ahlu ada’ meriwayatkan bahwa Imam Hamzah membaca at-takhfīf hamzah sesuai
dengan rasm-nya ketika waqaf. Sehingga:

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 49 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
 Jika huruf hamzah ditulis dengan wawu, maka waqafnya dengan wawu, seperti ketika
waqaf dibaca
 Jika ditulis dengan Yā‟, maka waqafnya pun dengan Yā‟, seperti ketika waqaf dibaca

 Jika huruf hamzah tidak ditulis dalam bentuk apapun, maka waqafnya tanpa memakai hamzah
( ), seperti ketika waqaf dibaca

Menurut madzhab Imam Akhfasy )Abul Hasan Sa‟id bin Mas‟adah) pakar nahwu, apabila
terdapat hamzah berharakat dhammah dan jatuh setelah huruf yang berharakat kasrah, maka
ketika waqaf, hamzah tersebut diganti dengan Yā‟. Madzhab ini sesuai dengan bacaan Imam
Hamzah . Contoh:
 menjadi
 menjadi
 menjadi
Dan Sebaliknya, apabila terdapat hamzah berharakat kasrah dan jatuh setelah huruf yang
berharakat dhammah, maka ketika waqaf, hamzah tersebut diganti dengan wawu. Seperti:
 menjadi
 menjadi
Riwayat lain menyatakan bahwa hamzah tersebut di baca Tashīl seperti Yā‟ dan Tashīl seperti
wawu, namun sebagian ulama berpendapat bahwa membaca Tashīl semacam ini dianggap sulit.


Apabila waqaf pada lafazh yang semisal (hamzah berharakat dhammah dan sebelumnya
berupa huruf yang berharakat kasrah), maka Imam Hamzah memiliki 3 wajah, yaitu:
 At-Tashīl hamzah baina-baina (antara bunyi hamzah yang berharakat dhammah dengan wawu,
yaitu hu samar) menurut madzhab Imam Sibawaih.
 Mengganti hamzah dengan Yā‟ ( ) menurut madzhab Imam Akhfasy.
 Membuang hamzah, dan huruf sebelumnya didhammah ( ) menurut madzhab rasm
utsmany.
Terdapat satu riwayat yang menyatakan bahwa huruf sebelum hamzah tetap dikasrah ( ),
namun riwayat ini tidak benar, karena menyalahi kaidah tata bahasa Arab.



Ketika waqaf pada lafazh yang di dalamnya terdapat huruf hamzah di tengah kata, dan posisi
hamzah di tengah tersebut karena masuknya huruf tambahan, maka Imam Hamzah membaca
dengan dua wajah, yaitu:
 Takhfīf hamzah, yang meliputi At-Tashīl baina-baina/Al-Ibdāl/An-Naql sesuai dengan kaidah
masing-masing38 (menurut madzhab Abil Fath Faris) mengingat kenyataan huruf hamzah
terletak di tengah kata
 At-Tahqīq (menurut madzhab Abul Hasan Thāhir Ibnu Ghalbūn) mengingat kedudukan huruf
hamzah sebenarnya di awal kata.
Adapun huruf tambahan yang masuk pada hamzah sehingga menjadikan hamzah berada di
tengah kata adalah:
1. Hā‟ tanbīh, seperti: ( )( ).
2. Yā‟ nida‟, seperti: ( )( ).

38
Adapun kaidah masing-masing wajah tersebut bisa dilihat dalam bait-bait sebelumnya.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 51 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
3. Lām, seperti: ( )
4. Hamzah, seperti: ( )( )
5. Sīn, seperti: ( )( )
6. Kāf, seperti: ( )( )
7. Fa‟, seperti: ( )
8. Wawu, seperti: ( )
9. Ba‟, seperti: ( )( )( )
10. Lam ta‟rif, seperti: ( )( )( )
Keterangan:
 Posisi hamzah pada lafazh no. 1-8 dibaca dengan at-tahqīq dan at-tashīl.
 Posisi hamzah pada lafazh no. 9 dibaca dengan at-tahqīq dan al-ibdāl.
 Posisi hamzah pada lafazh no. 10 dibaca dengan an-naql dan saktah.

251 
Jika ada hamzah hidup di akhir kata dan disukūn karena waqaf, serta tidak diIbdālkan dengan
huruf mad, maka bacaan Imam hamzah boleh dengan al-isymām dan ar-raum, adapun perincian
bacaannya sebagi berikut:
a. Hamzah berharakat dhammah terletak sesudah huruf shahih mati, seperti lafazh ( ),
( ), ( ) diperbolehkan membaca dengan tiga wajah:
1. Naql dengan sukūn
2. Naql dengan isymām
3. Naql dengan raum.
b. Hamzah berharakat kasrah ( ), diperbolehkan membaca dengan dua wajah:
1. Naql dengan sukūn.
2. Naql dengan raum.
c. Hamzah berharakat dhammah terletak sesudah Yā‟ zāidah, seperti lafazh dan
diperbolehkan membaca dengan tiga wajah:
1. Hamzah diganti Yā‟ lalu diidghāmkan ( ) ( )
2. Hamzah diganti Yā‟ lalu diidghāmkan serta dibaca isymām.
3. Hamzah diganti Yā‟ lalu diidghāmkan serta dibaca raum.
d. Hamzah berharakat kasrah terletak setelah huruf seperti ( )( ) diperbolehkan
membaca dengan empat wajah:
1. Naql dengan sukūn
2. Naql dengan raum
3. Hamzah diganti Yā‟ lalu diidghāmkan
4. Hamzah diganti Yā‟ lalu diidghāmkan serta dibaca raum.
e. Hamzah yang tertulis wawu dalam mushhaf, seperti: ( , ( diperbolehkan
membaca dengan 6 wajah (menurut dua madzhab):
 madzhab qiyasi terdapat tiga wajah:
1. Ibdāl hamzah dengan alif dengan panjang qashr, tawassuth dan thūl
2. at-tashīl dengan panjang thūl dan ar-raum
3. at-tashīl dengan panjang qashr dan ar-raum
 madzhab ar-rasmy terdapat tiga wajah:
4. Ibdāl hamzah dengan wawu dengan panjang qashr, tawassuth dan thūl dan dibaca
sukūn
5. Ibdāl hamzah dengan wawu dengan panjang qashr, tawassuth dan thūl dan dibaca
isymām
6. Ibdāl hamzah dengan wawu dengan panjang qashr, tawassuth dan thūl dan dibaca
raum

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 51 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
f. Hamzah berharakat kasrah dan tertulis Yā‟ dalam mushhaf seperti: ( ( diperbolehkan
membaca dengan 4 wajah (menurut dua madzhab):
 Madzhab qiyasy
1. Ibdāl hamzah dengan alif
2. At-Tashīl dengan raum
 Madzhab rasmy
3. Ibdāl hamzah dengan Yā‟
4. Ibdāl hamzah dengan Yā‟ serta raum
g. Hamzah berharakat kasrah dan tertulis Yā‟ dalam mushhaf serta sebelumnya berupa alif/huruf
mad seperti: ( ( diperbolehkan membaca dengan 4 wajah (menurut dua madzhab):
 Madzhab qiyasy
1. Ibdāl hamzah dengan alif dengan panjang qashr, tawassuth dan thūl
2. At-Tashīl dengan madd atau qashr
 Madzhab rasmy
3. Ibdāl hamzah dengan Yā‟ panjang qashr, tawassuth dan thūl
4. Ibdāl hamzah dengan Yā‟ serta raum dengan panjang qashr.
h. Hamzah berharakat dhammah dan tertulis Yā‟ dalam mushhaf serta sebelumnya berupa huruf
yang berharakat kasrah, seperti: ( ( diperbolehkan membaca dengan 5 wajah
(menurut dua madzhab):
 Madzhab qiyasy
1. Ibdāl hamzah dengan Yā‟
2. At-Tashīl dengan raum
 Madzhab rasmy
3. Ibdāl hamzah dengan Yā‟
4. Ibdāl hamzah dengan Yā‟ serta isymām
5. Ibdāl hamzah dengan Yā‟ serta raum
i. Hamzah berharakat kasrah di akhir kata dan sebelumnya berupa alif, seperti: dan
, maka dibaca Ibdāl hamzah dengan alif dengan panjang qashr, tawassuth dan thūl
j. Hamzah berharakat dhammah di akhir kata dan sebelumnya berupa alif, seperti: maka
diperbolehkan membaca dengan 4 wajah:
1. Ibdāl hamzah dengan alif dengan panjang qashr, tawassuth dan thūl
2. At-tashīl dengan panjang thūl dan ar-raum
3. At-tashīl dengan panjang qashr dan ar-raum
4. At-tashīl dengan panjang thūl dan qashr serta al-isymām.


Ketika waqaf pada hamzah hidup yang jatuh setelah wawu asal mati, seperti: , dan
atau Yā‟ asal mati, seperti: , dan maka diperbolehkan membaca dengan dua
wajah:
1. An-Naql
2. Mengganti (al-Ibdāl) lalu mengidghāmkan.


Ketika waqaf pada hamzah yang berada di akhir kata dan jatuh setelah huruf hidup, seperti: (
‫ا‬ ) atau alif ( ), maka boleh dibaca dengan dua wajah:
1. At-Tashīl baina baina dengan raum, jika hamzah berharakat dhammah atau kasrah.
2. Sukūn, setelah mengganti hamzah dengan huruf mad.


Di dalam nazham ini disebutkan 2 madzhab:
1. Al-Iqtishār „alal Ibdāl, dengan tanpa tashīl dan raum, baik hamzah berharakat dhammah,
kasrah atau fathah. „illatnya adalah, ketika hamzah dibaca tashil baina baina (baik ketika

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 52 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
dhammah, kasrah maupun fathah), maka dekat dengan sukun, maka hukumnya memakai
hukum sukun, tidak dibaca tashil dengan raum.
2. Boleh dengan tashīl serta raum (baik ketika dhammah, kasrah maupun fathah), „illatnya adalah
hamzah yang dibaca tashil baina baina meskipun dekat dengan sukun, ketika dibaca tadh’īf
maka hamzah tersebut berstatus sebagai hamzah berharakat, dan ketika berharakat maka
diperkenankan membaca dengan raum.
Kesimpulannya, hamzah mutaharrik mutatharrif yang mati karena waqaf selain wajah ibdāl,
memiliki tiga (3) madzhab:
1. Tashīl hamzah dengan raum pada hamzah yang berharakat dhammah dan kasrah
2. Tidak dibaca tashīl dengan raum dan Al-Iqtishār „ala wajhil Ibdāl
3. Boleh tashīl dengan raum secara mutlak


Pembahasan huruf hamzah ini terkadang mempunyai beberapa keadaan yang sulit dipahami
kecuali oleh ahli nahwu,39 karena penjelasan mengenai hal tersebut ditemukan di beberapa kadiah
ilmu nahwu, sehingga pemeherhati ilmu qira‟at juga perlu untuk berusaha memahaminya.

BAB IZHHĀR DAN IDGHĀM SHAGHĪR





Dalam bab ini akan dibahas hukum bacaan izhhār dan idghām pada idghām shaghīr. Idghām
shaghīr yaitu apabila huruf pertama )yang akan diidghāmkan) berupa huruf mati (sukūn) dan
huruf berikutnya berupa huruf hidup. Sedangkan disebut “Izhhār” ketika huruf pertama yang mati
tidak diidghāmkan kepada huruf yang kedua.
Pembahasan pada bab ini meliputi:
- Dzal-nya lafazh
- Dal-nya lafazh
- Ta‟ Ta‟nits
- Lam-nya lafazh
- Huruf-huruf yang berdekatan makhrajnya

BAB DZAL-NYA LAFAZH


261

39
Adapun yang dimaksud ahli nahwu di sini adalah ahli sharf.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 53 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Bagian pertama yang dibahas dalam bab ini adalah dzal-nya lafazh . Apabila huruf bertemu
dengan salah satu dari enam huruf ( ), seperti dalam tabel berikut:

( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )

maka bacaan Imam tujuh adalah sebagai berikut:


Hukum
No. Nama Imam Huruf sesudah
Bacaan
1 Nāfi‟, Ibnu Katsīr, dan „Ashīm Izhhār seluruh 6 huruf ( )
Izhhār ( )
2 Khallād & Al-Kisā‟i
Idghām ( )

Izhhār ( )
3 Khalaf
Idghām ( )

Izhhār ( )
4 Ibnu Dzakwān
Idghām ()

5 Al-Bāqūn )Hisyām & Abū „Amr) Idghām seluruh 6 huruf ( )

BAB DALNYA LAFAZH





Pembahasan kedua adalah dzal-nya lafazh . Apabila huruf bertemu dengan salah satu dari
delapan huruf ( ), seperti dalam tabel berikut:

maka bacaan Imam tujuh adalah sebagai berikut:


Hukum
No. Nama Imam Huruf sesudah
Bacaan

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 54 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
1 Qālūn, Ibnu Katsīr, dan „Ashīm Izhhār seluruh 8 huruf ( )
Izhhār ( )
2 Warsy
Idghām ( )

Izhhār ( )
3 Ibnu Dzakwān ( ) kecuali lafazh
Idghām
(al-mulk: 5) dibaca izhhār40 & idghām41
seluruh 8 huruf ( )
4 Hisyām Idghām kecuali lafazh (shād: 24) dibaca
izhhār
Al-Bāqūn )Abū „Amr, Hamzah
5 Idghām seluruh 8 huruf ( )
& Al-Kisā‟i)

BAB TA’ TA’NĪTS





Pembahasan ketiga adalah bacaan . Apabila bertemu dengan salah satu dari enam
huruf ( ), seperti dalam tabel berikut:

maka bacaan Imam tujuh adalah sebagai berikut:


Hukum
No. Nama Imam Huruf sesudah
Bacaan
1 Qālūn, Ibnu Katsīr, dan „Ashīm Izhhār seluruh 6 huruf ( )
Izhhār ( )
2 Warsy
Idghām ( )

Izhhār ( )
3 Ibnu „Āmir
Idghām ( )

( ) dalam satu tempat, yaitu


4 Hisyām Izhhār
(al-hajj: 40)
5 Ibnu Dzakwān Izhhār & ( ) dalam satu tempat, yaitu

40
Menurut riwayat imam ad-Dani dari Abdul Azīz al-Farisi
41
Menurut riwayat imam ad-Dani dari Abil Hasan Thāhir bin Ghalbūn.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 55 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Idghām (al-hajj: 36)42
Al-Bāqūn )Abū „Amr, Hamzah
6 Idghām seluruh 6 huruf ( )
& Al-Kisā‟i)

BAB LAM-NYA LAFAZH DAN

271 



Pembahasan keempat adalah bacaan izhhār dan idghām pada lam-nya lafazh dan yang
masuk pada delapan huruf ( ). Namun kenyataan dalam al-Qur‟an, 8 huruf
tersebut tidak semuanya ada pada lam-nya dan secara bersamaan, berikut uraiannya:
 hanya bisa bertemu dengan , yaitu dalam lafazh (Al-Muthaffifīn: 36)
 hanya bisa bertemu dengan , seperti: ( )( )( )(
)( )
 dan hanya bisa bertemu dengan seperti: ( )( )( )( )

Adapun bacaan Imam tujuh pada lam-nya dan adalah sebagai berikut:
Hukum
No. Nama Imam Huruf sesudah dan
Bacaan
dan yang bertemu dengan seluruh 8 huruf
1 Al-Kisā‟i Idghām
( )
:( ) kecuali lafazh (an-Nisa‟:
Izhhār
2 Hamzah 155) Khallād memiliki 2 wajah )Izhhār & Idghām)
Idghām : ( ), : ( ), dan :( )

dan yang bertemu dengan seluruh 8 huruf

( ), kecuali lam-nya lafazh hal


Abū „Amr
3 Izhhār yang bertemu dengan di 2 tempat, yaitu

(al-Mulk: 3), (al-Hāqqah:


8)
Izhhār : ( ), dan :( )

dan :( ) kecuali lam-nya


4 Hisyām
Idghām pada lafazh (ar-Ra‟d: 16)
dibaca dengan izhhār
Al-Bāqūn (Nāfi‟, Ibnu
6 Idghām seluruh 6 huruf ( )
Katsīr, Ibnu Dzakwān,

42
Ada yang berpendapat bahwa Ibnu Dzakwān membaca dua wajah pada lafazh tersebut, namun ulama peneliti
qira’at, termasuk Asy-Syathibi menyatakan bahwa yang shahih hanya dibaca izhhār.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 56 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
‫)‪„Āshim‬‬

‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان ‪)8‬‬ ‫‪57‬‬ ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
BAB KESEPAKATAN IMAM QIRA’AT TUJUH
DALAM MENGIDGHĀMKAN LAFAZH , , , , dan



Imam qira‟at tujuh Ittifāq )sepakat) membaca idghām lafazh , , , , dan pada
idghām mutamatsilain dan mutajānisain berikut ini:
No. Lafazh Contoh Mutamatsilain Contoh Mutajānisain
1 :
2 :
3 : , :
43
4 dan , :
5 :


Seluruh imam tujuh sepakat membaca idghām pada pertemuan dua huruf yang sama, dengan
catatan huruf yang pertama mati, baik dalam satu kata, seperti: ataupun
dua kata, seperti: ( – ). Terdapat pengecualian dalam kaidah
berikut, yaitu:
1. Huruf yang pertama berupa huruf mad, seperti: ( ). Maka dibaca izhhār
2. Huruf pertama berupa hā‟ saktah, seperti lafazh (Al-Hāqqah: 28), maka terdapat dua
wajah:
 Izhhār (membaca dengan saktah khafīfah / saktah ringan), Wajah ini yang lebih kuat.
 Idghām (membaca dengan satu hamzah bertasydīd / ).

BAB HUKUM BACAAN HURUF YANG BERDEKATAN MAKHRAJNYA


Imam Khallād, al-Kisā‟i dan Abū „Amr mengidghāmkan yang dibaca jazm saat bertemu
dengan dalam lima tempat:
1. Surat an-Nisā‟: 74 ( )
2. Surat ar-Ra‟d: 5 ( )
3. Surat al-Isrā‟: 63 ( )
4. Surat Thāhā: 97 ( )
5. Surat al-Hujurāt: 11 ( )

43
Dalam al-Qur’an tidak terdapat lafazh yang bertemu dengan .

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 58 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Menurut Thāhir Ibnu Ghalbūn, Imam Khallad hanya membaca idghām pada surat al-Hujurāt
tersebut, namun Abul Fath Faris membacanya dengan dua wajah (idghām atau izhhār),
sedangkan Al-Bāqūn membaca izhhār pada lima tempat tersebut.

…………… 
Abul Hārits mengidghāmkan yang dibaca jazm pada dalam enam tempat:
1. Surat al-Baqarah: 231 ( )
2. Surat Ali „Imrān: 28 ( )
3. Surat an-Nisā‟: 30 ( )
4. Surat an-Nisā‟: 114 ( )
5. Surat al-Furqān: 68 ( )
6. Surat al-Munāfiqūn: 9 ( ).
Al-Bāqūn membaca izhhār pada enam tempat tersebut.
Bila beri‟rāb rafa‟, maka Qurrā‟ sepakat membaca izhhār seperti: (al-
Baqarah: 85).

 …………

281 





Bacaan Imam tujuh pada huruf-huruf yang berdekatan makhrajnya adalah sebagai berikut:
Pertemuan Lafazh/tempat dalam al- Hukum
No. Nama Imam
Huruf Qur’an Bacaan
Al-kisā‟i idzghām
1 -
(Saba‟: 9) Al-bāqūn Izhhār
)ghāfir: 27 & ad- Abū „Amr, Hamzah,
idzghām
& Al-Kisā‟i
2 - Dukhān: 20)
)Thāhā: 96) Al-bāqūn Izhhār
Abū „Amr, Hisyām,
(Al-A‟rāf: 43 & Az- idzghām
3 - Hamzah, & Al-Kisā‟i
Zukhruf: 72) Al-bāqūn Izhhār
Seperti: Idzghām &
Ad-Dūri
Izhhār
4 - (di setiap tempat dalam al- As-Sūsi Idzghām
Qur‟an) Al-bāqūn Izhhār
Idzghām,
kecuali lafazh
)Yāsīn: 1-2) Warsy, Ibnu „Āmir, Warsy
5 –
(al-Qalam: 1) Syu‟bah & Al-Kisā‟i memiliki 2
wajah
(Idzghām &

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 59 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Izhhār)44

Al-bāqūn Izhhār
Nāfi‟, Ibnu Katsīr &
Izhhār
„Āshim
(Maryam: 1-2)

-
6 –
)Ali Imrān: 145) Al-bāqūn Idzghām

, (di setiap tempat
dalam al-Qur‟an)
(Awal Surat Asy-Syu‟arā‟ Hamzah Idzghām
7 –
& Al-Qashash) Al-bāqūn Izhhār
)jama‟), Ibnu Katsīr & Hafsh Izhhār
8 – (mufrad) disemua tempat Al-bāqūn Idzghām
dalam Al-Qur‟an
Al-Bazzi, Qālūn & Izhhār &
Khallād Idzghām
9 – )Hūd: 42) Ibnu „Āmir, Khalaf &
Izhhār
Warsy
Al-bāqūn Idzghām
Izhhār &
Qālūn
Idzghām
10 – (Al-A‟rāf: 176) Warsy, Ibnu Katsīr &
Izhhār
Hisyām
Al-bāqūn Idzghām
Izhhār &
Ibnu Katsīr
Idzghām
45
Warsy Izhhār
11 –
(Al-Baqarah: 284) Al-bāqūn (Qālūn, Abu
„Amr, Hamzah & Al- Idzghām
Kisā‟i

BAB HUKUM NUN MATI DAN TANWIN


Imam Qira‟at tujuh sepakat membaca idghām tanpa ghunnah pada tanwin dan nun mati ketika
bertemu dengan , seperti: – dan , seperti:



Imam Qira‟at tujuh sepakat membaca idghām dengan ghunnah nun mati atau tanwin saat bertemu
dengan salah satu huruf di lain kata, seperti: . Kecuali Khalaf membaca
idghām tanpa ngunnah pada nun mati atau tanwin yang bertemu dengan atau ,seperti:

44
Bacaan izhhār lebih masyhur dari pada idghām.
45
Ahlu Sama (Nāfi’, Ibnu Katsīr, Abū ‘Amr), Hamzah dan Al-Kisa’i menjazmkan lafazh , dan al-bāqūn (Ibnu
‘Āmir & Āshim) membaca dengan rafa’.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 61 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Jika nun mati bertemu dengan atau dalam satu kata, maka seluruh imam qira‟at sepakat
membaca dengan izhhār. Yang sering dikenal dengan izhhār wajib, izhhār muthlaq, atau izhhār
bikilmah yang terdapat di 4 tempat dalam al-Qur‟an, yaitu: .
Alasan nun mati saat bertemu dengan atau dalam satu kata dibaca izhhār adalah khawatir
terjadi keserupaan dengan kata yang mudhā‟af (salah satu hurufnya diulang/ditasydīd), sehingga
seandainya diidzghāmkan akan menjadi


Imam Qira‟at tujuh sepakat membaca izhhār pada nun mati atau tanwin saat bertemu dengan
huruf halqi ( / / / / / ), contoh:


Imam Qira‟at tujuh sepakat membaca iqlāb (mengganti suara nun mati dengan mim mati disertai
dengung dan tetap menjaga ikhfā‟) pada nun mati/ tanwin yang bertemu dengan , baik dalam
satu kata maupun di lain kata. seperti: / .

291 
Imam Qira‟at tujuh sepakat membaca ikhfā’ pada nun mati/ tanwin yang bertemu dengan salah
satu lima belas huruf yang terkumpul dalam nazham:

( ) baik dalam satu kata maupun di lain kata, seperti:


.

BAB FATH, IMĀLAH DAN TAQLĪL

Fath adalah terbukanya mulut ketika mengucapkan suatu huruf atau bunyi “a”.
Imalah adalah pengucapan huruf antara fathah dan kasrah, dan lebih condong ke kasrah, atau
disebut imalah kubra.
Taqlil adalah pengucapan huruf antara fathah dan Imālah kubra, atau disebut Imālah shughra.
Atau bisa digambarkan sebagai berikut:

Bacaan fath maupun Imālah keduanya adalah lughah (bahasa) fusha dan shahih berdasarkan
sanad dan riwayat mutawattir bahwa al-Qur‟an diturunkan dengan dialek tersebut. Jika fathah
adalah dialek yang biasa dipakai oleh penduduk Hijaz, sedangkan Imālah adalah dialek yang
biasa dipakai oleh penduduk Nejed dari suku Bani Tamim, Suku As‟ad, dan Suku Qais.
Secara garis besarnya, madzhab Imam Qira‟at tujuh pada bacaan fath, Taqlīl dan Imālah adalah
sebagai berikut:
1. Hamzah dan Al-Kisā‟i adalah Imam qira‟at yang paling banyak memakai bacaan Imālah

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 61 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
2. Warsy banyak memakai Taqlīl dan fath secara bersamaan, terkadang taqlīl saja, dan tidak
memakai bacaan Imālah kecuali pada lafazh ‫ طه‬saja.
3. Abū „Amr memakai bacaan Imālah dan taqlīl pada sebagian lafazh yang dibaca Imālah oleh
Hamzah dan Al-Kisā‟i
4. Qālūn, Ibnu „Āmir, dan „Āshim memakai bacaan Imālah pada lafazh-lafazh tertentu saja
5. Ibnu Katsīr adalah satu-satunya imam qira‟at tujuh yang tidak memakai bacaan Imālah
maupun Taqlīl46


Hamzah dan Al-Kisā‟i membaca Imālah pada Dzawatul Yā‟, yaitu setiap alif yang asalnya Yā‟
serta berada diakhir kata, baik berupa isim, seperti: atau fi‟il, seperti: , baik yang
tertulis dalam mushhaf dalam bentuk Yā‟, seperti: atau tetap tertulis dalam bentuk alif,
seperti:


……………………………… 
Cara mengetahui asal alif (apakah dari Yā‟ atau wawu) adalah:
 Kalimah isim dilihat dalam bentuk tatsniyyahnya, seperti:
menjadi , menjadi , menjadi , menjadi .
Dan ketika isim ditatsniyyahkan menjadi wawu, maka tidak dibaca Imālah, seperti:
menjadi , menjadi , menjadi
 Kalimah fi‟il disambung dengan ta‟ mutakallim atau mukhathab, seperti:
menjadi , menjadi , menjadi , menjadi
Dan ketika fi‟il bertemu ta‟ mutakallim atau mukhathab menjadi wawu, maka tidak dibaca
Imālah, seperti: menjadi , menjadi , menjadi .

 ………………………………

Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah pada yang mengikuti wazan:
 , seperti: - - - , dan nama .
 , seperti: - - , dan nama
 , seperti: - - - , dan nama
 , seperti: - -
 , seperti: - - -


Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah pada lafazh-lafazh dibawah ini:47
 contoh:
 contoh:
 contoh:
 contoh:

46
Serial Qira’at Buku 2 Modul Pembelajaran Qira’at, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, hal. 11
47
Di semua tempat dalam al-Qur’an

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 62 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah pada semua alif yang terletak di akhir kata dan tertulis
dengan Yā‟ dalam mushhaf, meskipun tidak diketahui asalnya, seperti: , atau berasal dari
wawu, seperti: kecuali lima lafazh, yaitu:
 )Ghāfir: 18)
 (an-Nūr: 21)
 Di semua tempat dalam al-Qur‟an.


Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah pada alif yang menjadi huruf ketiga dan menjadi lam lil
kalimah, lalu ketika kata tersebut dimasuki huruf ziyādah, alif menjadi huruf keempat atau lebih,
meskipun asal alif tersebut adalah wawu. Contoh:
Kata Disambung Dimasuki Contoh dalam al-Qur’an
Disambung dengan
Dasar dengan huruf ziyādah (dibaca Imalah)


Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah lafazh (yang didahului wawu) pada surat an Najm: 44
) ). Dan apabila tidak diawali wawu, maka hanya al-Kisā‟i saja yang membaca
Imālah lafazh tersebut, baik didahului ataupun tidak. Seperti: ,


311 



Al-Kisā‟i membaca Imālah pada kata-kata dibawah ini:
 Lafazh dalam surat Yūsuf: 43 dan 100 ( )( )
 Lafazh dalam surat Yūsuf:43 ( ) , ash-Shāffāt:105 ( ) dan al
Fath:27 ( ) . Sementara pada surat al-Isrā‟: 60 hanya ketika waqaf saja
dibaca Imālah ( )
 Lafazh di semua tempat dalam al-Qur‟an, contoh:
 Lafazh ( ) di semua tempat dalam al-Qur‟an, contoh:
 Lafazh dalam surat al Jatsiyah: 21( ).

48
Alif setelah ya’ dibaca imalah.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 63 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
 Lafazh yang didahului dalam surat Āli „Imrān: 102 ( ), sementara lafazh
dalam surat Āli „Imrān: 28, yang membaca Imālah adalah Hamzah dan Al-
Kisā’i.
 Lafazh dengan syarat didahului (terdapat dalam surat al-An„ām: 80)
( ), sementara yang tidak didahului , yang membaca Imālah adalah
Hamzah dan Al-Kisā’i, contoh: .
 Lafazh dalam surat al-Kahfi: 63 ( ).
 Lafazh dalam surat Ibrāhīm: 36 ( ).
 Lafazh dalam surat Maryam: 31 ( ).
 Lafazh dalam surat Maryam: 30 ( ) dan surat an-Naml: 36 (
).
 Lafazh ( ) dalam surat asy-Syams: 2 ( ).
 Lafazh dalam surat asy-Syams: 6 ( ).
 Lafazh dalam surat ad-Dhuha: 2 ( ).
 Lafazh dalam surat an-Nāzi‟āt: 30 ( ).


Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah pada lafazh-lafazh dibawah ini:
 Lafazh dalam surat asy-Syams: 1 ( ).
 Lafazh dalam surat adh-Dhuha
 Lafazh di semua tempat dalam al-Qur‟an.
 Lafazh dalam surat an-Najm: 5 ( ).


Duri al-Kisā‟i membaca Imālah lafazh-lafazh dibawah ini:
 Lafazh pada surat Yūsuf: 5 ( ).
 Lafazh (yang mudhaf pada Yā‟ mutakallim) pada surat Yūsuf: 23 ( ), jika
tidak mudhaf Yā‟ mutakallim seperti lafazh pada ayat: 21 ( ), maka dibaca
Imālah oleh Hamzah dan al-Kisā‟i.
 Lafazh pada surat Maryam: 162 ( ).
 Lafazh pada surat an Nur: 35 ( ).
 Lafazh ( ) pada surat al-Baqarah: 38 ( ) dan Thāhā: 123 (
)



49
Lafazh , , , termasuk pengecualian (alif berasal dari wawu, bukan ya’)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 64 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah pada alif yang terletak di setiap akhir ayat ( ) dari
11 surat berikut, yaitu: Thāhā, an-Najm, al-Ma‟ārij, al-Qiyāmah, an-Nāzi‟āt, „Abasa, al-A‟la, asy-
Syams, al-Laīl, ad-Dhuhā dan al-„Alaq, contoh:

Sehingga tanwin yang diganti alif ketika waqaf, tidak dibaca Imālah, seperti: .


Syu‟bah, Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah pada lafazh-lafazh berikut:
 Lafazh pada surat al-Anfāl: 17 ( ).
 Lafazh pada tempat yang kedua dalam surat al-Isrā‟: 72 ( ).
 Lafazh pada surat Thāhā: 58 ( ) ketika waqaf
 Lafazh pada surat al-Qiyāmah 36 ( ) ketika waqaf.

…………………………………… 
Imam Hamzah membaca Imālah alif setelah ra‟ pada surat asy-Syu‟arā‟: 61 ( ) saat
washal, sedangkan ketika waqaf pada lafazh , alif yang jatuh setelah ra‟ dan yang jatuh
setelah hamzah, keduanya dibaca Imālah. Adapun lafazh pada surat al-Anfāl: 38 (
), semua Qurrā‟ sepakat tidak membaca Imālah, baik washal ataupun waqaf.

311  ……………………………
Abū „Amr, Syu‟bah, Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah alif pada lafazh dalam surat al-
Isrā‟: 72 ( ). Rincian bacaan qira‟at tujuh pada lafazh pada surat al-Isrā‟: 72
adalah sebagai berikut:
 Hamzah, al-Kisā‟i dan Syu‟bah membaca Imālah kedua lafazh .
 Abū „Amr membaca Imālah lafazh yang pertama dan fathah yang kedua.
 Warsy membaca dua wajah (fathah dan Taqlīl) pada kedua lafazh .
 Al-bāqūn membaca fathah keduanya.

Untuk lafazh selain dalam surat al-Isrā‟, seperti: )Thāhā: 125)


 Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah.
 Warsy membaca dua wajah (fathah dan Taqlīl).
 Al-bāqūn membaca fathah keduanya.


Hamzah, al-Kisā‟i dan Abū Amr membaca Imālah pada setiap alif maqshurah yang jatuh setelah
ra’ ( ). Seperti:
Sedangkan Imam Hafsh membaca Imālah hanya pada lafazh dalam surat Hūd: 41.


Lafazh dalam al-Qur‟an terdapat dalam dua tempat, yaitu: surat al-Isrā‟: 83 (
) dan surat Fushshilat: 51 ( ), Bacaan Imam Qira‟at
tujuh pada kedua lafazh tersebut adalah sebagai berikut:

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 65 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Nama Imam Dalam surat Al-Isrā’ Dalam surat Fushshilat
Khalaf & Al-Kisā‟i Imālah “Nun & Hamzah” Imālah “Nun & Hamzah”
Khallād Imālah “Nun & Hamzah” Imālah “Nun & Hamzah”
Syu‟bah Imālah “Hamzah” Fathah
Warsy Fathah & Taqlīl Fathah & Taqlīl
Al-Bāqūn Fathah Fathah


Hisyām, Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah alif pada lafazh dalam surat al-Ahzāb: 53
( ).
Hamzah dan al-Kisā‟i membaca Imālah alif yang jatuh setelah lam pada dalam surat al-
Isrā‟: 23 ( ).



Bacaan Imam Warsy pada , dan adalah sebagai berikut:
 Membaca taqlīl (alif yang jatuh setelah ra’), kecuali surat al-Anfāl: 43 ( )
dibaca dua wajah50 (fathah dan taqlīl).
 Membaca fathah dan Taqlīl pada , seperti: ,
kecuali empat lafazh berikut dibaca dengan fathah saja ( )
 Membaca Taqlīl pada tiap akhir ayat ( ) yang berupa alif (baik yang berasal dari Yā‟,
maupun dari wawu) dalam sebelas surat yang telah disebutkan, seperti:
dan apabila alif tersebut bertemu , seperti: , maka dibaca dengan dua wajah
(fathah dan taqlīl), kecuali sebelum alif terdapat huruf ra‟, seperti: , maka hanya dibaca
dengan taqlīl.
Keterangan:
Bila dalam satu ayat terdapat dan mad badal, seperti: , maka Warsy memiliki empat
wajah:
 Pertama dan kedua: fathah dan qashr (dua harakat) atau thūl (enam harakat) badal.
 Tiga dan empat: Taqlīl dan tawassuth (empat harakat) atau thūl (enam harakat) badal.


Abū „Amr Al-Bashry membaca taqlīl alif ta‟nits pada kata yang mengikuti wazan ( ),
( ) dan ( ) dan alif yang menjadi , kecuali alif yang terletak setelah ra‟,
seperti: dibaca dengan Imālah.


Ad-Dūri Abū „Amr membaca taqlīl pada alif empat kata berikut:
 Lafazh di semua tempat dalam al-Qur‟an.
 Lafazh Di semua tempat dalam al-Qur‟an.

50
Fathah dari Abil Fath Farīs dan taqlīl dari Ibnu khaqan dan Thāhir bin Ghalbūn.
51
Surat an Nur.
52
Surat al Isra’

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 66 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
 Lafazh Surat az-Zumar: 56.
 Lafazh Surat Yūsuf:: 84.



321 
- Imam Hamzah membaca Imālah alif-nya fi’il mādhi tsulatsi mujarrad yang ain fi‟il nya
berupa alif pada sepuluh lafazh, yaitu:
1. Lafazh , seperti:
2. Lafazh , seperti:
3. Lafazh , seperti:
4. Lafazh , seperti:
5. Lafazh , seperti:
6. Lafazh , seperti:
7. Lafazh , seperti:
8. Lafazh , seperti:
9. Lafazh , seperti:
10. Lafazh , seperti: (disamping Hamzah, al-Kisā‟i dan Syu‟bah juga membaca
Imālah)
Adapun lafazh , seperti (al-Ahzāb: 10) & )Shād: 63) tidak
dibaca Imālah oleh Hamzah, meskipun berupa fi‟il madhi tsulatsi mujarrad.

Ibnu Dzakwān membaca Imālah lafazh dan di semua tempat dalam al-Qur‟an, sedangkan
lafazh dibaca dengan dua wajah (fathah dan Imālah), kecuali pada surat al-Baqarah: 10 (
) hanya dibaca Imālah.
Al-Bāqūn membaca fathah pada semua lafazh tersebut.



…………………… 
Abū Amr dan ad-Dūri Al-Kisā‟i membaca Imālah alif yang jatuh sebelum ra‟ yang berada diakhir
kata dan berharakat kasrah ( ) , contoh:
dan membaca Imālah lafazh / )baik nakirah atau ma‟rifat) yang beserta Yā‟.
Seperti: . Jika tidak beserta Yā‟, seperti: maka tidak
dibaca Imālah, melainkan dibaca fathah.
Sedangkan lafazh tidak dibaca Imālah karena ra‟ lafazh tersebut berada ditengah kata,
antara alif dan Yā‟ yang dibuang sebagai tanda jazm, asalnya: . Demikian juga lafazh
(asalnya ), (asalnya ).

 ……………………………

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 67 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Ada beberapa kaidah Imam qira‟at tujuh dalam bait ini, yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
No. lafazh Nama Imam Bacaan
Qālūn, Abū „Amr,
Imālah
Syu‟bah, & Al-Kisā‟i
dalam ayat (At-Taubah:
1. Warsy Taqlīl
109) Ibnu Dzakwān Fathah & Taqlīl
Al-Bāqūn Fathah
dalam ayat (Al- Duri Al-Kisā‟i Imālah
Warsy Fathah & Taqlīl
Mā‟idah: 22 & asy-Syu‟arā‟: 130) &
2.
dalam ayat (an- Al-Bāqūn Fathah
Nisā‟: 36)
(alif yang terletak setelah sebelum Abū „Amr & Dūri Al-
Imālah
Kisā‟i
3. ) sebagaimana pembahasan Warsy Taqlīl
sebelumnya Al-Bāqūn Fathah
dalam ayat Warsy & Hamzah Taqlīl
Abū „Amr & Dūri Al-
4. (Ibrāhīm: 28) & )yang majrūr) di Imālah
Kisā‟i
semua tempat dalam al-Qur‟an Al-Bāqūn Fathah
, , Abū „Amr & Al-
Kisā‟i
5. (setiap alif yang berada di antara dua ra’,
Warsy Taqlīl
dan ra’ yang kedua berada di akhir kata &
berharakat kasrah) Al-Bāqūn Fathah




Dūri Al-Kisā‟i membaca Imālah alif pada beberapa kata dibawah ini:
 Lafazh pada surat Ali Imrān 52 ( ) dan ash-Shāf 14 ( ).
 Lafazh pada surat Ali Imrān: 133 ( ).
 Lafazh pada surat al-Mu‟minūn: 56 ( ).
 Lafazh pada surat al-Hasyr: 24 ( ).
 Lafazh pada surat al-Baqarah: 54 yang diulang dua kali (
).
 Lafazh ( setelah ) di semua tempat dalam al-Qur‟an.
 Lafazh di semua tempat dalam al-Qur‟an.
 Lafazh di semua tempat dalam al-Qur‟an.
 Lafazh ( setelah ) pada surat Fushshilat: 5 ( ).
 Lafazh pada surat asy-Syūrā: 32 ( ), surat ar-Rahmān: 24
( ) dan at Takwīr: 16 ( ).

Dūri Al-Kisā‟i membaca fathah53 lafazh ( )( ) pada surat al-Māidah: 31

53
Ini merupakan pendapat Ulama peneliti qira’at meskipun Imam Syathibi berpendapat 2 lafazh tersebut dibaca
dengan 2 wajah (fathah & imalah)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 68 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
( ), dan pada surat al-A‟rāf: 26
( ).


331 

Ada beberapa kaidah Imam qira‟at tujuh dalam bait ini, yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
No. lafazh Nama Imam Bacaan
dalam ayat (An-Nisā‟: 9) & Khalaf Imālah
1. Khallād Fathah & Taqlīl
(An-Naml: 39 & 40) Al-Bāqūn Fathah
)Yāsīn: 73), dan (dalam Hisyām Imālah
2. surat al-Kāfirūn), & (dalam surat Al-Bāqūn Fathah
al-Ghāsyiyah)
(yang dibaca jar di semua tempat Ad-Dūri Imālah
3.
dalam al-Qur‟an) Al-Bāqūn Fathah



Ibnu Dzakwān membaca fathah dan imālah 54 pada lafazh-lafazh berikut:
 Lafazh pada surat al-Baqarah: 259 ( ).
 Lafazh pada surat al-Jum‟at: 5 ( ).
 Lafazh yang dibaca nashab/ fathah, yaitu pada surat Ali Imrān: 37 (
) dan surat Shād: 21 ( ). Namun bila dibaca jar/ kasrah, ibnu Dzakwān
hanya membaca Imālah, dalam Al-Qur‟an hanya ada dua tempat, yaitu:
a. Surat Ali Imrān: 39 ( ).
b. Surat Maryam: 11 ( ).
 Lafazh pada surat Ali Imrān: 33 dan 35 ( ) ( )
dan surat at-Tahrīm: 12 ( ).
 Lafazh pada surat an-Nūr: 33 ( ).
 Lafazh pada surat ar-Rahmān: 27 dan 78 ( )
( ).


Mensukūn huruf yang dibaca jar/ kasrah ketika waqaf )sukūn yang datang kemudian/ sukūn
„aridh) tidak menghalangi bacaan imālah, seperti: (tetap terbaca Imālah meskipun
waqaf).



Apabila terdapat alif yang dibaca imālah yang terletak sebelum sukūn di lain kata, seperti:

54
Fathah adalah bacaan ad-Dani dari Ibnu Ghalbūn, sedangkan imalah adalah bacaan ad Dani dari Abil Fath faris.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 69 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
, , ,
Maka ketika washal, seluruh Imam qira‟at tidak membaca imālah ataupun taqlīl, karena alif harus
dibuang karena menghindari pertemuan dua huruf mati, namun bila waqaf pada lafazh
, tetap terbaca Imālah bagi Qurrā‟ yang membaca Imālah dan Taqlīl bagi yang
membaca Taqlīl.
Tetapi kaidah diatas mengecualikan bacaan as-Sūsī pada alif yang terletak sebelum seperti: ,
maka dalam hal ini as-Sūsī memiliki dua wajah (fathah atau Imālah). bahkan pada al-Baqarah: 55
( ) dan at-Taubah: 105 ( ) as-Sūsī memiliki tiga wajah:
1. Fathah pada alif serta tafkhīm pada lafazh jalalah.
2. Imālah pada alif serta tafkhīm pada lafazh jalalah.
3. Imālah pada alif serta tarqīq pada lafazh jalalah.



Kata yang berakhiran alif maqshūrah dibaca sesuai dengan kaidah asal ketika waqaf, meskipun
pada waktu washal harus terbaca fathah karena ditanwin, seperti: . Artinya
apabila waqaf pada cara membacanya harus dikembalikan kepada kaidah asal
masing-masing imam qira‟at. Yang kaidah asalnya membaca dengan fathah, maka harus
membaca dengan fathah, yang kaidah asalnya membaca dengan taqlīl, maka harus membaca
dengan taqlīl, dan yang kaidah asalnya membaca dengan imālah, maka harus membaca dengan
imālah. Tetapi jika diwashalkan dengan lafazh sesudahnya maka alif harus dibuang dan tidak ada
bacaan fathah, taqlīl, ataupun imālah )dibaca hudan…. quran….. muftaran…..)
Khusus lafazh , hanya Abū „Amr saja yang membaca dengan tanwin ) ), sehingga berlaku
kaidah di atas, sedang untuk Imam qira‟at lain tidak berlaku.

BAB IMĀLAH UNTUK MADZHAB AL-KISĀ’I


PADA HĀ’ TA’NĪTS KETIKA WAQAF
Yang dimaksud hā‟ ta‟nīts dalam bab ini adalah setiap ta‟ yang tertulis dalam mushhaf dengan ta‟
marbuthah ( ), seperti: dan ta‟ maftūhah ) ), seperti: , pada kedua ta‟ ini al-Kisā‟i

membaca dengan hā‟ ( ) ketika waqaf, termasuk hā‟ ta‟nīts lafzhy dan bukan ma‟nawy, seperti:


341 

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 71 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Al-Kisā‟i memiliki dua madzhab dalam membaca Imālah hā‟ ta‟nīts ketika waqaf:
1. Madzhab Tafshili (Bacaan Ad-Dani dari Abil Hasan Thāhir Ibnu Ghalbūn)
No. Ketentuan Huruf Contoh Huruf Contoh

Membaca Imālah hā‟ ta‟nīts ketika


waqaf apabila sebelum hā‟ berupa
salah satu 15 huruf yang terangkum
1. dalam kalimat “
”) - - - -- - - - - - - -
- -- )

Membaca Imālah hā‟ ta‟nīts ketika waqaf apabila sebelum hā‟ berupa salah satu 15
huruf yang terangkum dalam kalimat “ ”) ), dengan 3 syarat:
- Sebelum “ ” berupa kasrah, seperti:
- Sebelum “ ” berupa Yā‟ mati, seperti:
2.
- Sebelum “ ” berupa sukūn dan sebelum huruf yang disukūn itu berupa huruf
yang berharakat kasrah, seperti:
Jika 3 syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak dibaca Imālah, seperti:
– – –
Tidak membaca Imālah hā‟ ta‟nīts
ketika waqaf apabila sebelum hā‟
berupa salah satu 10 huruf yang
3. terangkum dalam kalimat “
”)
)

2. Madzhab Ijmaly (Bacaan Ad-Dani dari Abil Fath Faris)


Al-Kisā‟i membaca Imālah setiap hā‟ ta‟nīts ketika waqaf, kecuali sebelum hā‟ ta‟nīts tersebut
berupa alif. Seperti:
Sedangkan Al-Bāqūn )selain Al-Kisā‟i) membaca fathah pada semua contoh-contoh di atas.

BAB MADZHAB IMAM QIRA’AT DALAM MEMBACA RA’


Hukum bacaan ra‟ adakalanya tafkhīm )tebal) dan adakalanya tarqīq )tipis), pembahasan pertama
dalam bab ini adalah ra‟ fathah dan dhammah yang dibaca tarqīq oleh Warsy dan seluruh Imam
qira‟at membaca dengan tafkhīm.




)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 71 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬


Kaidah Imam Warsy dalam membaca ra‟ bisa dilihat pada tabel berikut:
Bacaan
No. Ketentuan Contoh
Warsy
Ra‟ berharakat fathah / dhammah dan sebelum ra‟
1. tarqīq
berupa huruf berharakat kasrah
Ra‟ berharakat fathah / dhammah dan sebelum ra‟
2. , tarqīq
berupa huruf Yā‟ sukūn
Ra‟ berharakat fathah / dhammah dan sebelum ra‟ tarqīq
3. berupa huruf mati yang bukan huruf isti‟la‟ selain
tafkhīm
dan sebelumnya berupa kasrah
Ra‟ pada isim „ajam )selain bahasa Arab) dalam al-
4. - tafkhīm
Qur‟an
Ra‟ pada 6 lafazh tertentu Tafkhīm &
5. dll
( ) Tarqīq55
Ra‟ yang diulang-ulang (di semua tempat dalam al-
6. Tafkhīm
Qur‟an)
Ra‟ pada lafazh / al-mursalāt: 32 )ra‟ yang Tarqīq ra‟
7.
kedua dibaca kasrah) yang pertama
Tafkhīm &
8. Ra‟ pada lafazh (al-An‟ām: 31)
Tarqīq56
Keterangan:
a). Bila mad badal dan kata-kata diatas berkumpul dalam satu ayat, seperti:
(al-Ahzāb: 51) , hukum bacaannya terperinci sebagai berikut:
 Membaca badal (dua, empat atau enam harakat) serta mentafkhīm .
 Membaca badal (dua atau enam harakat) serta mentarqīq .
b). Sebenarnya bacaan ra‟ menurut Warsy selain lafazh yang telah disebutkan di atas, masih
terdapat beberapa madzhab lain yang lemah, sehingga tidak disebutkan perinciannya.


351 




55
tarqīq adalah bacaan ad-Dani dari Ibnu Ghalbūn, sedangkan tafkhīm adalah bacaan ad Dani dari Abil Fath faris
56
Abu Amr ad Dani dari Abi al Qosim Khalaf bin Khaqan membaca tafkhim, Abu Amr ad Dani dari Abi al Fath Faris
dan Ibnu Ghalbun membaca tarqiq.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 72 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Pembahasan selanjutnya adalah kesepakatan Imam qira‟at tujuh pada huruf ra‟ seperti yang
tertera dalam tabel berikut:
Bacaan
No. Ketentuan Contoh
Qurrā’
Ra‟ sukūn yang jatuh setelah huruf yang berharakat
1. Tarqīq
asal kasrah dalam satu kata
Ra‟ fathah sebelumnya berupa huruf isti‟la )
2. Tafkhīm
)
3. Ra‟ sukūn setelahnya berupa huruf isti‟lā‟ Tafkhīm
Ikhtilāf
4. Ra‟ khusus pada lafazh (at-Tahrīm: 63) )Tafkhīm &
Tarqīq)57
ra‟ fathah / dhammah yang jatuh setelah harakat
5. Tafkhīm
kasrah „aridh58
Ra‟ sukūn sebelumnya berupa harakat kasrah
6. Tafkhīm59
„arīdhah

7. Ra‟ kasrah pada awal/tengah kata Tarqīq


8. Ra‟ kasrah karena „arīdh Tarqīq
Keterangan:
Warsy mentarqīq lafazh pada waktu washal, sedangkan ra‟ lafazh
dibaca tarqīq bagi imam/ perawi yang membaca Imālah.


…………………………  ……
Adapun kesepakatan Imam qira‟at tujuh dalam membaca ra‟ ketika waqaf adalah sebagai berikut:
Bacaan
No. Ketentuan Contoh
Qurrā’
Ra‟ sukūn yang jatuh setelah huruf yang berharakat
1. Tafkhīm
fathah atau dhammah
Ra‟ sukūn yang jatuh setelah huruf mad, atau huruf
2. mati dan sebelumnya berupa harakat fathah atau Tafkhīm
dhammah
3. Ra‟ sukūn yang jatuh setelah kasrah atau Yā‟ Tarqīq
Ra‟ sukūn yang jatuh setelah huruf mati selain
4. Tarqīq
isti’la’ dan sebelumnya berharakat kasrah
Ra‟ sukūn yang jatuh setelah huruf alif yang dibaca
5. Tarqīq
Imālah
Tafkhīm &
6. Ra‟ sukūn yang jatuh setelah huruf isti’la’ yag mati
Tarqīq
- Tafkhīm &
7. Ra‟ kasrah pada lafazh tertentu
Tarqīq60

57
Tafkhim karena kaidah (ra’ yang jatuh sebelum huruf isti’la dibaca tafkhim, tanpa memandang harakat kasrah).
Tarqiq karena huruf isti’la berharakat kasrah dianggap lemah
58
Hamzah washal adalah hamzah yang didatangkan untuk membantu kata yang didahului huruf mati agar bisa
berbunyi, sehingga harakat yang disandangnya pun di hukumi ‘aridl (datang belakangan).
59
Ulama’ yang membaca tarqiq ra’ yang terletak sebelum kasrah ‘aridh itu tidak mempunyai dasar yang kuat, akan
tetapi hukum sebenarnya adalah semua Qurra’ membaca tafkhim ra’ tersebut.
60
Dibaca tarqīq untuk menunjukkan adanya ya’ yang terbuang

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 73 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Ketika mewaqafkan ra‟ dengan menggunakan bacaan raum, maka hukumnya seperti ra‟ yang
diwashalkan, yakni dengan melihat harakat ra‟.
- Jika ra‟ dibaca tafkhīm ketika washal )berarti ra‟ berharakat dhammah), maka ketika membaca
dengan raum haruslah dengan tafkhīm, seperti:
- Jika ra‟ dibaca tarqīq ketika washal )berarti ra‟ berharakat kasrah), maka ketika membaca
dengan raum haruslah dengan tarqīq, seperti:


Hukum asal bacaan ra‟ adalah tafkhīm sehingga apabila tidak terdapat sebab-sebab tarqīq, maka
dikembalikan ke hukum asalnya, yakni tafkhīm.

BAB HUKUM BACAAN LĀM


Tafkhīm dan taghlīzh memiliki makna yang sama, yaitu tebal. Namun biasanya tafkhīm dipakai
untuk bab ra‟ dan taghlizh dipakai dalam humum lām. Lawan dari tafkhīm/taghlīzh adalah tarqīq.
Hukum asal ra‟ adalah tafkhīm, dan hukum asal lām adalah tarqīq.

361 


Berikut ini kaidah Imam Warsy dalam membaca lam:
Bacaan
No. Ketentuan Contoh
Warsy
Lam berharakat fathah (baik bertasydīd
ataupun tidak, ditengah ataupun diakhir
1. Taghlīzh
kata) dan sebelumnya berupa huruf
yang difathah atau disukūn
(al-Anbiyā‟: 44,
Di antara lām dan ketiga huruf tersebut Thāhā: 86, al-hadīd: 16)
2.
( ) terdapat alif. (Al-baqarah: 233) Taghlīzh &
(An-Nisā‟: 128) 61 Tarqīq62
Lam di akhir kata sebelumnya berupa salah
3.
satu huruf ketika waqaf
Lam di akhir kata sebelumnya berupa salah
satu huruf dan sesudahnya berupa
Taghlīzh &
4.
dzawātul yā‟, baik berada di akhir ayat ) Tarqīq64
), maupun di tengah.63

61
Bacaan imam tujuh pada lafazh adalah sebagai berikut:
- Nāfi’, Ibni Katsīr, Abū ‘Amr dan Ibnu ‘Āmir membaca
- Al-Bāqūn (‘Āshim, Hamzah dan al-Kisā’i) membaca
62
Bacaan taghlīzh lebih diutamakan
63
Bacaan tarqīq lebih diutamakan ketika berada di akhir ayat, dan bacaan taghlīzh lebih diutamakan ketika tidak
berada di akhir ayat

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 74 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬


Semua Qurrā‟ sepakat membaca tarqīq lafazh jalalah bila terletak setelah kasrah, contoh: ,
dan tafkhīm )taghlīzh) bila terletak setelah fathah atau dhammah, contoh: .

BAB WAQAF DI AKHIR KATA


Waqaf menurut bahasa adalah berhenti/menahan dari mutlaknya sesuatu, sedangkan secara istilah
adalah: (memberhentikan bacaan sementara untuk
bernafas dengan maksud akan melanjutkan bacaan kembali).
Hukum asal waqaf adalah mensukūn huruf yang diwaqafkan. Selain sukūn huruf akhir ada 2 cara
lagi, yaitu: isymām dan raum.



Abu „Amr dan Al-Kufiyyūn )„Āshim, Hamzah, dan Al-Kisāi) dan mayoritas ahlul ada‟ memakai
bacaan raum dan isymām untuk semua imam qira‟at.


65
Raum adalah membaca dengan suara lemah pada huruf hidup ketika waqaf, sehingga hanya
orang yang berdekatan serta memperhatikan saja yang dimungkinkan untuk mendengarnya.66


Isymām adalah membaca dengan cara memonyongkan kedua bibir kemuka tanpa mengeluarkan
suara ditengah-tengah suara mensukūn huruf.


371


- Bacaan isymām diberlakukan pada kata yang berharakat dhammah / rafa‟
- Bacaan raum diberlakukan pada kata yang berharakat dhammah / rafa‟ dan kasrah / jar
- Raum dan isymām tidak diberlakukan pada kata yang berharakat fathah / nashab, meskipun
pakar nahwu (Imam Sibawaih) memperbolehkannya.
Penyebutan dhammah, fathah dan kasrah di atas dimaksudkan untuk kata yang mabni, contoh:
, sedangkan rafa‟, nashab dan jar untuk kata yang mu’rab, contoh:
.

64
Apabila lam dibaca dengan taghlīzh, maka dzawātul ya’ dibaca dengan fathah, dan apabila lam dibaca dengan
tarqīq, maka dzawātul ya’ dibaca dengan taqlīl.
65
Kurang lebih tinggal sepertiga suaranya saja.
66
Walaupun orang buta yang memperhatikan masih dimungkinkan untuk mendengarnya

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 75 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Bacaan raum dan isymām tidak diberlakukan pada tiga tempat:
1. Ta‟ marbuthah, dimana ketika waqaf dibaca dengan hā‟, seperti: . Jika penulisan rasm
utsmani menggunakan ta‟ ta‟nits mabsūthah serta berharakat dhammah, boleh membaca raum
dan isymām, seperti: )jika waqaf pada ta‟ lafazh ).
2. Mim jama‟ )bagi imam yang membaca shilah mim jama‟), seperti: . karena ketika
waqaf pada mim jama‟ dibaca dengan sukūn.
3. Waqaf pada harakat yang datang kemudian )„āridhah), baik karena ada peristiwa naql )
atau menghindari pertemuan dua huruf mati ( ).



Waqaf pada hā‟ dhamir mempunyai tiga madzhab:
Madzhab pertama: (madzhab Ibnul Jazari dalam kitab Nashr)
 Tidak boleh membaca raum atau isymām
a. bila didahului dhammah, contoh: .
b. bila didahului wawu, contoh: .
c. bila didahului kasrah, contoh: .
d. bila didahului Yā‟, contoh: .
 boleh membaca raum atau isymām apabila:
a. didahului fathah, contoh: .
b. didahului alif, contoh: .
c. didahului huruf shahih mati, contoh: .
Madzhab kedua: yaitu boleh membaca raum atau isymām dalam semua keadaan hā‟ dhamir.
Madzhab ketiga: yaitu tidak boleh membaca raum atau isymām dalam semua keadaan hā‟
dhamir.

Catatan:
Rincian bacaan waqaf pada huruf yang jatuh setelah huruf mad adalah sebagai berikut:
 bila huruf tersebut berharakat dhammah ( ), terdapat tujuh wajah:
a. Qashr , tawassuth dan thūl serta sukūn.
b. Qashr , tawassuth dan thūl serta isymām.
c. Qashr serta isymām.
 bila berharakat kasrah ( ), terdapat empat wajah:
a. Qashr, tawassuth dan thūl serta sukūn.
b. Qashr serta raum.
 Bila berharakat fathah ( ), terdapat tiga wajah:
a. Qashr , tawassuth dan thūl serta sukūn.

Beberapa keadaan kata yang berakhiran hamzah yang didahului mad pada waktu waqaf:
Pertama: rafa‟, contoh:
 Warsy mempunyai tiga wajah:
a. Dibaca enam harakat serta sukūn/ raum/ isymām.
 Al-Bāqūn67 mempunyai delapan wajah:
a. Empat, lima atau enam harakat serta sukūn.

67
Yang dimaksud Al-Bāqūn disini dan berikutnya adalah imam Selain hamzah dan Hisyam karena hukum waqaf
keduanya telah disebutkan pada bab tersendiri.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 76 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
b. Empat, lima atau enam harakat serta isymām.
c. Empat atau lima harakat serta raum.
Kedua: jar, contoh:
 Warsy mempunyai dua wajah:
a. Enam harakat serta raum dan isymām.
 Al-Bāqūn mempunyai lima wajah:
a. Empat, lima atau enam harakat serta sukūn.
b. Empat atau lima harakat serta raum.
Ketiga: nashab, contoh:
 Warsy hanya membaca enam harakat serta sukūn.
 Al-Bāqūn mempunyai tiga wajah:
a. Empat, lima atau enam harakat serta sukūn.

BAB WAQAF PADA RASM UTSMĀNY


Khath / Rasm Utsmany adalah tulisan yang dipakai pada masa khalifah Utsmān bin „affan dalam
penulisan beberapa mushhaf )mashāhif); di mana tulisan tersebut telah diterima secara konsensus
)Ijma‟) oleh seluruh sahabat; selanjutnya mushhaf-mufhhaf (mashāhif Utsmāniyyah) tersebut
dikirim ke beberapa kota besar Islam sebagai Mushhaf Imam. Rasm utsmany sebagian berbeda
dengan kaidah rasm imla‟iy )tulisan huruf Arab yang dipakai pada zaman sekarang). 68



Al-Kūfiyyūn )„Āshim, Hamzah, dan al-Kisā‟i), al-Māziny (Abū Amr) dan Nāfi‟ mengharuskan
mengikuti rasm utsmāni ketika waqaf, sedangkan Ibnū Katsīr dan Ibnū „Āmir menganggap bagus
mengikuti rasm utsmani. Contoh waqaf yang mengikuti rasm utsmāny:
Apabila rasm utsmāny dari dua kata diwashalkan ) ) seperti (an-Nahl: 76), maka tidak
boleh waqaf pada kata pertama ( ) tetapi harus pada kata kedua ( ). Dan apabila rasm utsmāny
dari dua kata tidak diwashalkan ( ) seperti (al-A‟rāf: 32) maka ketika waqaf boleh pada
kata pertama ( ) atau kata kedua ( ).
Namun ada beberapa lafazh di beberapa tempat yang terdapat ikhtilāf dalam membacanya ketika
waqaf, sebagian mengikuti sesuai rasm, dan sebagian lagi tidak.


Apabila Ha’ ta’nits dalam rasm utsmani ditulis dengan ta’ ta’ nits mabsuthah, maka Ibnū Katsīr,
Abū „Amr dan al-Kisā‟i membaca hā‟ ketika waqaf (sehingga menyalahi kaidah asal), sedangkan
Al-Bāqūn tetap membaca dengan ta‟ (sesuai kaidah asalnya).
Didalam Al-Qur‟an terdapat 13 kata hā‟ ta‟nīts yang ditulis dengan ta‟ mabsūthah ( ) dalam 41
tempat, yaitu:
 Kata dalam tujuh tempat
a. Surat al-Baqarah: 218 ( )
b. Surat al-A‟rāf: 56 ( )
c. Surat Hūd: 73 ( )
d. Surat Maryam: 2 ( )

68
Ahmad Fathoni, hal. 101

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 77 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
e. Surat ar-Rūm: 50 ( )
f. Surat az-Zukhruf: 32 (ada dua tempat)
( … )
 Kata dalam sebelas tempat:
a. Surat al-Baqarah: 231 ( )
b. Surat Ali „Imrān: 103 ( )
c. Surat al-Māidah: 11 ( )
d. Surat Ibrāhim: 28 dan 34 ( )( )
e. Surat an-Nahl: 72, 83 dan 114 ( )( )
( )
f. Surat Luqmān: 31 ( )
g. Surat Fāthir: 3 ( )
h. Surat ath-Thūr: 29 ( )
 Kata dalam lima tempat:
a. Surat al-Anfāl: 38 ( )
b. Surat Ghāfir: 85 ( )
c. Surat Fāthir: 43 ada tiga tempat
( )
 Kata dalam tujuh tempat:
a. Surat Ali „Imrān: 35 ( )
b. Surat Yūsuf: 30 dan 51 ( )
( )
c. Surat al-Qashash: 9 ( )
d. Surat at-Tahrīm: 11 ( ) dan dua tempat pada ayat 10
( & )
 Kata pada surat Hūd: 86 ( )
 Kata pada surat al-Qashash: 9 ( )
 Kata surat ar-Rūm: 30 ( )
 Kata surat ad-Dukhān: 43 ( )
 Kata dalam dua tempat:
a. Surat Ali „Imrān: 61 ( )
b. Surat an-Nūr: 7 ( )
 Kata pada surat al-Wāqi‟ah: 89 ( )
 Kata pada surat at-Tahrīm: 12 ( )
 Kata dalam surat al-Mujādalah: 8 dan 9 ( )
 Kata surat al-A‟rāf: 137 ( )
Begitu juga lafazh yang dibaca ikhtilāf oleh imam qira‟at tujuh, antara dibaca dengan mufrad dan
jama‟, seperti: / dalam ayat , / dalam ayat ,
/ dalam ayat . Salah satu dari ketiga imam (Ibnū Katsīr, Abū „Amr dan al-

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 78 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Kisā‟i) yang membaca ketiga lafazh tersebut mufrad, maka ketika waqaf dibaca dengan hā‟, dan
jika bacaannya dengan jama‟, maka waqaf dengan ta‟.


381 






Berikut ini kaidah imam qira‟at tujuh dalam waqaf pada lafazh-lafazh tertentu:
Bacaan ketika
No. Lafazh Contoh Nama Imam
waqaf
(an-Najm: 19), (di
, Al-Kisā‟i dengan hā‟
1. semua tempat), (an-Naml:
, ,
60), )Shād: 3) Al-Bāqūn dengan tā‟
Al-Bazzi &
dengan hā‟
2. (al-Mu‟minūn: 36) Al-Kisā‟i
Al-Bāqūn dengan tā‟
Ibnu „Āmir &
dengan hā‟ ( )
3. (di semua tempat) Ibnu Katsīr
Al-Bāqūn dengan tā‟
Abū „Āmr dengan Yā‟ ( )
4. (di semua tempat)
Al-Bāqūn dengan nūn ) )
(al-Kahf: Abū „Āmr Waqaf pada
94), (al-Furqān: 7), Al-Kisā‟i 2 wajah: ( / )
5. (an-Nisā‟: 78),
(al-Ma‟ārij: Al-Bāqūn Waqaf pada
36)
Abū „Āmr &
itsbāt alīf ) )
Al-Kisā‟i
Sukūn hā‟ ( )
(az-Zukhruf: 49), ketika waqaf,
Ibnū „Āmir
(al-Mu‟minūn: dhammah hā‟ ( )
6.
31), (ar-Rahmān: ketika washal
31)69 Sukūn hā‟ ( )
ketika waqaf, itsbāt
Al-Bāqūn
alīf ) ) ketika
washal
Waqaf dengan Yā‟
7. & / (al-Qashah: 82) Al-Kisā‟i
( ) & ibtidā‟ dari

69
Rasm utsmany dari di 3 tempat tersebut tertulis dengan tanpa alīf ( )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 79 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
/
Waqaf dengan kaf
Abū „Amr ( ) & ibtidā‟ dari
/
Waqaf dengan nun
/ hā‟ ( / )
Al-Bāqūn
& ibtidā‟ dari
/
Hamzah &
Dengan alif ( )
8. (al-Isrā‟: 110) Al-Kisā‟i
Al-Bāqūn Dengan ( )
Al-Kisā‟i Dengan Yā‟ ( )
9. (an-Naml: 18)
Al-Bāqūn Dengan dal ( )
Dua wajah:
1. Dengan hā‟
(at-Taubah: 43),
(
(ath-Thāriq: 5), (an- Al-Bazzi
10. )
Naba‟: 1), (an-Nāzi‟āt: 43),
2. Tanpa hā‟ (
(an-Naml: 35)
)
Al-Bāqūn Tanpa hā‟

BAB YĀ’ IDHĀFAH



Yā‟ idhāfah adalah Yā‟ tambahan (bukan sebagai kerangka kata dasar), dan bukan sebagai lām
fi‟il (seperti: ). Untuk mengetahui ciri-cirinya adalah mengganti Yā‟ tersebut dengan huruf
hā‟ atau kaf.
contoh: (Yā‟ tersebut dapat diganti dengan hā‟/ kaf menjadi / ). Dengan demikian, yang
dimaksud Yā‟ idhāfah adalah Yā‟ mutakallim (yang kembali kepada dhamir: /saya).
Ada 3 cara Imam Qira‟at tujuh dalam membaca Yā‟ idhāfah, yaitu:
1. Seluruh Imam Qira‟at sepakat membaca dengan sukūn, seperti:
2. Seluruh Imam Qira‟at sepakat membaca dengan fathah, seperti:
3. Terjadi ikhtilāf antara Imam Qira‟at, seperti yang akan dibahas dalam nazham berikutnya.


Yā‟ idhāfah yang terjadi ikhtilāf di kalangan Qurrā‟ ada 212 (dua ratus dua belas) tempat dalam
al-Qur‟an. Dari jumlah tersebut dikelompokkan menjadi 6 bagian, yaitu:
1. Yā‟ Idhāfah yang terletak sebelum hamzah qathā‟ yang berharakat fathah, dalam Al-Qur‟an
ada sembilan puluh sembilan tempat.
2. Yā‟ Idhāfah yang terletak sebelum hamzah qathā‟ yang berharakat kasrah, dalam Al-Qur‟an
ada lima puluh dua tempat.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 81 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
3. Yā‟ Idhāfah yang terletak sebelum hamzah qathā‟ yang berharakat dhammah, dalam Al-
Qur‟an ada sepuluh tempat.
4. Yā‟ Idhāfah yang terletak sebelum , dalam Al-Qur‟an ada empat belas tempat.
5. Yā‟ Idhāfah yang terletak sebelum hamzah washal yang tidak disertai , dalam Al-
Qur‟an ada tujuh tempat.
6. Yā‟ Idhāfah yang terletak sebelum huruf hija‟iyah selain hamzah qathā‟ atau washal.

391 

Bagian pertama
Yā’ Idhāfah yang terletak sebelum hamzah qatha’ yang berharakat fathah. Bacaan Imam
Tujuh adalah sebagai berikut:
1. Ahlu (Nāfi‟, Ibnū Katsīr dan Abū „Amr) membaca fathah dalam 99 tempat dalam al-Qur‟an.
seperti: . Adapun dalam empat tempat berikut, Yā‟ idhāfah tetap dibaca sukūn oleh Ahlu
, yaitu:
 Surat al-A‟rāf: 143 ( )
 Surat at-Taubah: 49 ( ).
 Surat Maryam:: 43 ( )
 Surat Hūd: 47 ( )


2. Ibnu Katsīr membaca fathah Yā‟ idhāfah pada tiga tempat:
 Surat Ghāfir: 26 ( )
 Surat Ghāfir: 60 ( )
 Surat al-Baqarah: 152 ( )
Al-Bāqūn membaca sukūn pada ketiganya.

3. Warsy dan Al-Bazzi membaca fathah ya idhāfah pada lafazh yang terdapat di dua
tempat:
 Surat an-Naml: 19 ( )
 Surat al-Ahqāf: 15 ( )
Al-Bāqūn membaca sukūn pada keduanya.





4. Nāfi‟ membaca fathah Yā‟ pada (an-Naml: 40), )Yūsuf:
108) dan Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

5. Nāfi‟ dan Abū „Amr membaca fathah Yā‟ pada delapan tempat:
 Kata , di dua tempat dalam surat Yūsuf : 36 ( ) dan (
).
 Kata , pada surat Yūsuf: 80 ( ).

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 81 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
 Kata pada surat Hūd: 78 ( ).
 Kata pada surat Thāhā: 26 ( ).
 Kata pada surat al-Kahf: 102 ( ).
 Kata pada surat Āli „Imran: 41 dan Maryam:: 10 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn kedelapan Yā‟ idhāfah tersebut.

6. Nāfi‟, Abū „Amr dan al-Bazzi membaca fathah Yā‟ pada empat tempat:
 Kata pada surat Hūd: 29 dan al-Ahqāf: 23 ( ).
 Kata pada surat az-Zukhruf: 51 ( ).
 Kata pada surat Hūd: 84 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn keempat Yā‟ tersebut.

7. Nāfi‟ dan Al-Bazzi membaca fathah Yā‟ pada surat Hūd: 51 ( ),


Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.


8. Hirmy )Nāfi‟ dan Ibnū Katsīr) membaca fathah Yā‟ pada empat tempat:
 Lafazh pada surat Yūsuf: 13 ( ).
 Lafazh pada surat al-Ahqāf: 17 ( ).
 Lafazh pada surat Thāhā: 125 ( ).
 Lafazh pada surat az-Zumar: 64 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.



9. Ahlu dan Ibnu Dzakwān membaca fathah Yā‟ lafazh pada surat hūd: 92 (
)
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

10. Ahlu dan Hisyām membaca fathah Yā‟ lafazh pada surat Ghāfir: 41 ( )
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

11. Ahlu dan Ibnū „Āmir membaca fathah lafazh pada enam tempat:
 Surat Yūsuf: 46 ( ).
 Surat Thāhā:10 dan al-Qashash: 29 ( ).
 Surat al-Mu‟minūn: 100 ( ).
 Surat al-Qashash: 38 ( ).
 Surat Ghāfir: 36 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

12. Ahlu , Ibnu Amr dan Hafsh membaca fathah Yā‟ lafazh pada dua tempat:
 Surat at-Taubah: 83 ( )
 Surat al-Mulk: 28 ( ).
Al-Bāqūn )Syu‟bah, Hamzah dan al-Kisā‟i) membaca dengan sukūn.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 82 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
13. Abū „Amr, Nāfi‟ dan Qunbul membaca fathah ya lafazh pada surat al-Qashash: 78
( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.


411

Bagian kedua
Yā’ Idhāfah yang terletak sebelum hamzah qatha’ yang berharakat kasrah, Bacaan Imam tujuh
adalah sebagai berikut:
1. Kaidah umum:
Nāfi‟ dan Abū „Amr membaca fathah kecuali lafazh-lafazh yang akan dibahas selanjutnya.

2. Nāfi‟ membaca fathah Yā‟ pada lafazh-lafazh berikut:


 Surat al-Hijr: 71 ( )
 Surat Āli „Imrān: 52 dan surat ash-Shaf: 14 ( )
 Surat asy-Syu‟ārā‟: 52 ( )
 Surat Shād: 78 ( )
 Surat al-Kahf: 69, al-Qashash: 27 dan ash-Shāffāt: 102 ( )
Al-Bāqūn (termasuk Abū „Amr) membaca dengan sukūn.


3. Warsy membaca fathah Yā‟ lafazh pada surat Yūsuf: 100 ( ),
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

4. Nāfi‟, Abū „Amr dan Hafsh membaca fathah Yā‟ lafazh pada surat al-Māidah: 21
( )
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

5. Nāfi‟ dan Abū „Amr membaca fathah Yā‟ pada lafazh dalam surat al-Mujādalah: 21
( )
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.



………………………… 
6. Ibnu Katsīr, Syu‟bah, Hamzah dan al-Kisā‟i mensukūn Yā‟ pada kata- kata berikut:
 ) ) pada surat al-Māidah: 116 ( ).
 ) ) pada surat Yūnus: 72, surat Hūd: 29 dan 51, surat Saba‟: 47 ( ).
 ( ) pada surat asy-Syu‟arā‟: 109, 127, 145, 164 dan 180 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan fathah.

7. Al-Kūfiyyūn )„Āshim, Hamzah, & Al-Kisā‟i) mensukūn Yā‟ pada dua kata berikut:
 ( ) pada surat Nūh: 6 ( )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 83 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
 ( ) pada surat Yūsuf: 38 ( )
Al-Bāqūn membaca dengan fathah.

8. Ibnu Katsīr dan Al-Kūfiyyūn mensukūn Yā‟ pada dua kata berikut:
 Kata pada surat Yūsuf: 86 ( ).
 Kata pada surat Hūd: 88 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan fathah.

9. Semua Qurrā‟ sepakat mensukūn lafazh-lafazh berikut:


 ( ) pada surat al-Qashash: 34 ( ).
 ( ) pada surat al-A‟rāf: 14 ( )
 ( ) pada surat al-Hijr: 36 dan Shād: 79 ( )
 ( ) pada surat al-Munāfiqūn: 10 ( )
 ( ) pada surat al-Ahqāf: 15 ( )
 ( ) pada surat Yūsuf: 33 ( )
 ( ) pada surat Ghāfir: ayat 41 ( ) dan ayat 43 ( ).

 …………………………

Bagian ketiga
Yā’ Idhāfah yang terletak sebelum hamzah qatha’ yang berharakat dhammah, Bacaan Imam
Qira‟at tujuh )pada 10 tempat tersebut) adalah sebagai berikut:
1. Nāfi‟ membaca fathah Yā‟ pada kesepuluh tempat tersebut, yaitu:
 ( ) pada surat Āli „Imrān: 36 ( )
 ( ) dan ( ) pada surat al-Māidah: 29 ( ) dan 115 ( )
 ( ) pada surat al-An‟ām: 14 dan az-Zumar: 11 ( )
 ( ) pada surat al-A‟rāf: 156 ( )
 ( ) pada surat Hūd: 54 ( )
 ( ) pada surat Yūsuf: 59 ( )
 ( ) pada surat an-Naml: 29 ( )
 ( ) pada surat al-Qashash: 27 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn

2. Semua Qurrā‟ sepakat membaca sukūn Yā‟ pada kedua tempat berikut:
 ( ) pada surat al-Baqarah: 40 ( ).
 ( ) pada surat al-Kahf: 96 ( )




411 
Bagian keempat
Yā’ Idhāfah yang terletak sebelum , dalam Al-Qur‟an ada empat belas tempat, yaitu:

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 84 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
( ) pada lima tempat:
a. Surat Ibrāhīm: 31 ( )
b. Surat al-„Ankabūt: 56 ( )
c. Surat az-Zumar: 53 ( )
d. Surat al-Anbiyā‟: 105 ( )
e. Surat Saba‟:13 ( )
( ) pada surat al-Baqarah: 124 ( )
( ) pada surat az-Zumar: 38 ( ).
( ) pada surat al-Baqarah: 258 ( )
( ) pada surat Maryam: 30 ( )
( ) pada surat al-A‟rāf: 146 ( )
( ) pada surat al-Mulk: 28 ( )
( ) pada surat al-Anbiyā‟: 83 ( )
( ) pada surat Shād: 41 ( )
 ( ) pada surat al-A‟rāf: 33 ( ).
Bacaan Imam Qira‟at tujuh adalah sebagai berikut:
1. Imam Hamzah mensukūn kesemuanya, sedangkan Hafsh membaca sukūn hanya pada satu
tempat dalam surat al-Baqarah: 124 ( ), sehingga di tempat lain Hafsh
membaca dengan fathah.
2. Ibnū „Āmir, Hamzah dan al-Kisā‟i mensukūn Yā‟ pada surat Ibrāhīm: 31 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan fathah
3. Abū „Amr, Hamzah dan al-Kisā‟i mensukūn Yā‟ pada dua tempat:
) ) pada surat al-„Ankabūt: 56 ( ).
( ) pada surat az-Zumar: 53 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan fathah
4. Ibnū „Āmir dan Hamzah mensukūn Yā‟ pada surat al-A‟rāf: 146 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan fathah



Bagian kelima
Yā’ Idhāfah yang terletak sebelum hamzah washal yang tidak disertai , dalam Al-
Qur‟an ada tujuh tempat. Adapun bacaan Imam Qira‟at tujuh adalah sebagai berikut:
1. Ibnu Katsīr dan Abū „Amr membaca fathah (sedangkan Al-Bāqūn membaca sukūn) pada dua
tempat:
 ( ) pada surat Thāhā: 31 ( ).
 ( ) pada surat al-A‟rāf: 144 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn
2. Abū „Amr membaca fathah kata pada surat al-Furqān: 27 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn
3. Nāfi‟, Ibnu Katsīr dan Abū „Amr membaca fathah pada dua kata berikut:
 ( ) pada surat Thāhā: 41 ( ).
 ( ) pada surat Thāhā: 42 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 85 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
4. Nāfi‟, Abū „Amr dan al-Bazzi membaca fathah pada kata berikut:
 ( ) pada surat al-Furqān: 30 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn
5. Nāfi‟, Ibnu Katsīr, Abū „Amr dan Syu‟bah membaca fathah pada surat ash-Shaff: 6 (
).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn


Bagian keenam
Yā’ Idhāfah yang terletak sebelum huruf hija’iyah selain hamzah qatha’ atau washal, yang
terdapat dalam 30 tempat.
Di kalangan Imam Qira‟at Tujuh terjadi ikhtilāf, adapun rincian bacaannya adalah sebagai
berikut:
1. Imam Warsy membaca dengan dua wajah (fathah dan sukūn) pada Lafazh pada surat al-
An„ām: 162 ( ), dan Qālūn membaca dengan sukūn70.
Al-Bāqūn membaca dengan fathah.


2. Nāfi‟, Ibnu Amr dan Hafsh membaca fathah kata pada surat Āli „Imrān: 20 (
) dan surat al-An‟ām: 79 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

3. Hafsh dan Hisyām membaca fathah pada kata dalam surat Nuh 28 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

4. Hafsh, Nāfi‟ dan Hisyām membaca fathah pada lafazh dalam surat al-Baqarah: 125 (
) dan al-Hajj: 26 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.


5. Ibnu Katsīr membaca fathah pada lafazh dalam surat Fushshilat: 46 ( )
dan ( ( dalam surat Maryam: 5 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

6. Nāfi‟, Hisyām dan Hafsh membaca fathah pada ( ) dalam surat al-Kāfirūn: 6 (
), Al-Bazzi membaca dengan dua wajah (fathah dan sukūn),
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.


7. Nāfi‟ membaca fathah Yā‟ pada lafazh dalam surat al-An‟ām: 162 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

8. Ibnū „Āmir membaca fathah pada dua lafazh berikut:


 ) ) dalam surat al-An‟ām 153 ( ).
 ( ) dalam surat al-„Ankabūt: 56 ( ).

70
Ketika warsy dan Qalun membaca wajah sukun maka bacaannya menjadi mad lazim dengan panjang enam
harakat baik washal maupun waqaf.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 86 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

9. Ibnu Katsīr, Hisyām, al-Kisā‟i dan „Āshim membaca fathah lafazh dalam surat an-Naml: 20
( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.


10. Hafsh membaca fathah pada pada lafazh di tiga tempat:
 Surat Shād: 23 ( ).
 Surat Ibrāhīm: 22 ( ).
 Surat Shād: 69 ( ).
Dan lafazh dalam delapan tempat berikut:
 Surat al-A‟rāf: 105 ( )
 Surat at-Taubah: 83 ( )
 Surat al-Kahf: 67, 72 dan 75 ( )
 Surat al-Anbiyā‟: 24 ( )
 Surat asy-Syu‟ārā‟: 62 ( )
 Surat al-Qashash: 34 ( )
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

11. Hafsh dan Warsy membaca fathah pada lafazh dalam surat asy-Syu‟ārā‟: 118 (
).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.


12. Warsy membaca fathah pada dua lafazh berikut:
 pada surat al-Baqarah: 186 ( ).
 ad-Dukhān: 21( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

13. Rincian bacaan ( ) pada surat az-Zukhruf: 68 ( ):


 Syu‟bah menetapkan Yā‟ berharakat fathah ( ) ketika washal dan sukūn ketika waqaf.
 Hafsh, Hamzah, al-Kisā‟i dan Ibnu Katsīr membuang Yā‟ ( ), baik ketika washal
maupun waqaf.
 Nāfi‟, Abū „Amr dan Ibnū „Āmir menetapkan Yā‟ berharakat sukūn ( ), baik ketika
washal maupun waqaf.


14. Warsy dan Hafsh membaca fathah pada lafazh dalam surat Thāhā: 18 ( ).
Al-Bāqūn membaca dengan sukūn.

15. Hamzah membaca sukūn pada lafazh dalam surat Yāsīn: 22 ( ).


Al-Bāqūn membaca dengan fathah.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 87 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان ‪)8‬‬ ‫‪88‬‬ ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
BAB YĀ’ ZĀIDAH

421 
Yā‟ zāidah adalah Yā‟ tambahan yang berada di akhir kata yang bukan merupakan lam fi‟il dan
tidak tertulis dalam rasm utsmani. Dikatakan zāidah karena sebagian Imam Qira‟at
menambahkan dalam bacaan. Yā‟ zāidah bukanlah Yā‟ idhāfah seperti pada pembahasan
sebelumnya meskipun keduanya merupakan Yā‟ tambahan (ziyādah) di akhir kata, adapun
perbedaan Yā‟ zāidah dengan Yā‟ idhāfah adalah:
1. Yā‟ zāidah terdapat pada kalimah isim ( ) dan fi‟il ) ) saja, sedangkan Yā‟
idhāfah terdapat pada isim, fi‟il dan huruf.
2. Yā‟ zāidah tidak tertulis dalam mushhaf, sedangkan Yā‟ idhāfah tertulis.
3. Perbedaan Yā‟ zāidah seputar ditetapkan ( ) dan dibuang ( ), sementara Yā‟ idhāfah
seputar harakat fathah dan sukūn.
4. Yā‟ zāidah terkadang termasuk akar kata ( ) dan terkadang memang tambahan
( - ), sementara Yā‟ idhāfah hanya tambahan saja.



Kaidah umum bagi Qurrā‟ dalam menetapkan atau membuang Yā‟ zāidah sebagai berikut:
 Ibnu Katsīr membaca itsbāt Yā‟ zāidah baik ketika washal maupun waqaf.
 Hisyām memiliki dua wajah (itsbāt / menetapkan dan hadzf / membuang) Yā‟ zāidah ketika
washal maupun waqaf.
 Nāfi‟, Abū „Amr, Hamzah dan al-Kisā‟i membaca itsbāt ya; zāidah ketika washal dan hadzf
ketika waqaf, kecuali surat an-Naml: 36 ( ) Hamzah membaca itsbāt Yā‟ ketika
washal dan waqaf.
 Al-Bāqūn membaca hadzf / membuang Yā‟ zāidah ketika washal dan waqaf, kecuali beberapa
tempat yang dikecualikan bacaannya.
Jumlah Yā‟ zāidah dalam al-Qur‟an ada 62 )enam puluh dua) tempat yang akan dibahas pada
nazham selanjutnya.





Beberapa kaidah Imam Qira‟at tujuh dalam membaca Yā‟ zāidah adalah sebagai berikut:
No. Lafazh Nama Imam Bacaan
(al-Fajr: 4), (al- Nāfi‟ & Abū Itsbāt Yā‟ ketika
„Amr washal
qamar: 8), (asy-Syūrā: Itsbāt Yā‟ ketika
Ibnu Katsīr
32), )Qāf: 41), washal & waqaf
(al-Kahf: 24),
1.
(al-Kahf: 40),
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
(al-Kahf: 66), washal & waqaf
)Thāhā: 93), (al-
Isrā‟: 62)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 89 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Nāfi‟, Ibnu
Itsbāt Yā‟ ketika
(Hūd: 105) Katsīr, Abū „Amr
washal & waqaf
2. & Al-Kisā‟i
(al-Kahf: 64) Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Warsy, Abū „Amr
washal, hadzf Yā‟
& Hamzah
ketika waqaf
3. (Ibrāhīm: 40) Itsbāt Yā‟ ketika
Al-Bazzi
washal & waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Ibnu Katsīr
washal & waqaf
(Ghāfir: 38) Itsbāt Yā‟ ketika
Qālūn & Abū
4. washal, hadzf Yā‟
(al-Kahf: 39) „Amr
ketika waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Nāfi‟ & Abū Itsbāt Yā‟ ketika
„Amr washal
Ibnu Katsīr & Itsbāt Yā‟ ketika
5. (an-Naml: 36)
Hamzah washal & waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Al-Bazzi
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Warsy & Abū
6. (Al-Qamar: 6) washal, hadzf Yā‟
„Amr
ketika waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf




Itsbāt Yā‟ ketika
Al-Bazzi
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
washal, itsbāt &
Qunbul
hadzf Yā‟ ketika
7. (al-Fajr: 9) waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Warsy washal, hadzf Yā‟
ketika waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Al-Bazzi
(al-Fajr: 15), washal & waqaf
8. Itsbāt Yā‟ ketika
(al-Fajr: 16) Nāfi‟ washal, hadzf Yā‟
ketika waqaf

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 91 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Itsbāt & hadzf Yā‟
ketika washal,71
Abū „Amr
hadzf Yā‟ ketika
waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
washal, itsbāt &
Nāfi‟, Abū „Amr
hadzf Yā‟ ketika
& Hafsh
9. (an-Naml: 36) waqaf (kecuali
Warsy / hadzf saja)
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf


431




(al-Hajj: 25) Itsbāt Yā‟ ketika


Warsy & Abū
washal, hadzf Yā‟
„Amr
)Saba‟: 13) ketika waqaf
10. Itsbāt Yā‟ ketika
Ibnū Katsīr
washal & waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
(al-Isrā: 97) Itsbāt Yā‟ ketika
Nafi‟ & Abū
washal, hadzf Yā‟
„Amr
11. (al-Kahf: 17) ketika waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
)Āli „Imrān: 20) Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Abū „Amr washal, hadzf Yā‟
ketika waqaf
12. (al-A‟rāf: 195) Itsbāt Yā‟ ketika
Hisyām
washal & waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Abū „Amr washal, hadzf Yā‟
ketika waqaf
13. (Yūsuf: 66) Itsbāt Yā‟ ketika
Ibnū Katsīr
washal & waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
(Hūd: 46) Warsy & Abū Itsbāt Yā‟ ketika
14.
„Amr washal, hadzf Yā‟

71
Wajah hadzf lebih masyhūr dari pada itsbāt

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 91 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
ketika waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
(Hūd: 78) Itsbāt Yā‟ ketika
Abū „Amr washal, hadzf Yā‟
(Ibrāhīm: 22) ketika waqaf
(al-An‟ām: 80)
15.
(al-Baqarah: 197) Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
(al-Māidah: 44)

(Āli „Imrān: 175)


Itsbāt Yā‟ ketika
Qunbul
(Yūsuf: 90) washal & waqaf
16.
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Ibnū Katsīr
(ar-Ra‟d: 9) washal & waqaf
17.
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt Yā‟ ketika
Warsy washal, hadzf Yā‟
(Ghāfir: 15) ketika waqaf
18. Itsbāt Yā‟ ketika
(Ghāfir: 32) Ibnū Katsīr
washal & waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf





441 
Itsbāt Yā‟ ketika
Warsy & Abū
washal, hadzf Yā‟
(al-Baqarah: 186) „Amr73
19. ketika waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
(al-Mulk: 17) Itsbāt Yā‟ ketika
Warsy washal, hadzf Yā‟
(ash-Shāffāt: 56) ketika waqaf

20. (Ad-Dukhān: 20)


Hadzf Yā‟ ketika
(Ad-Dukhān: 21) Al-Bāqūn
washal & waqaf
(al-Qamar: 16,18, 21, 30, 37, & 39)

72
Di dalam bait Syathibiyyah menyatakan bahwa As-Sūsī membaca (az-Zumar: 17) dengan
itsbāt alīf, namun menurut Sayyid Hasyim, keterangan tersebut mengambil dari kitab An-Nasyr, sehingga yang
benar As-Susi memakai hadzf.
73
Menurut riwayat yang shahih, Qālūn memiliki wajah hadfz seperti al-Bāqūn (Al-Wāfi hal. 162)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 92 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
(Ibrāhīm: 14)

(Qāf: 14)

(Qāf: 45)

(Yāsīn: 43)

(al-Qashash: 34)

(al-Hajj: 44, Saba‟: 45,


Fāthir: 26, & al-Mulk: 18)
Itsbāt Yā‟ ketika
Abū „Amr washal, hadzf Yā‟
21. (az-Zukhruf: 61) ketika waqaf
Hadzf Yā‟ ketika
Al-Bāqūn
washal & waqaf
Itsbāt & Hadzf baik
Ibnu Dzakwān ketika washal
maupun waqaf
22. (al-Kahf: 70) itsbāt Yā‟ ketika
washal & waqaf,
Al-Bāqūn
karena tertulis
dalam rasm mushaf


Salah satu riwayat menyebutkan bahwa Qunbul mempunyai dua wajah pada surat Yūsuf: 12
( ), namun menurut riwayat yang shahih hanya hadzf Yā‟ ketika washal dan
waqaf.
Semua Qurrā‟ sepakat itsbāt Yā‟ pada surat al-Qashash: 22 ( )




Demikianlah pembahasan kaidah ushūliyyah (kaidah umum) dari bacaan Imam tujuh secara lebar
dan terperinci. Pembahasan selanjutnya adalah berkenaan dengan Farsyul Huruf (kaidah yang
berlaku secara khusus dalam surat-surat tertentu). Wallāhu Waliyyut Taufīq.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 93 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
BAB FARSYUL HURUF SURAT AL-BAQARAH
Farsyul Hurūf )Kaidah Khusus) yaitu suatu kaidah yang menjelaskan bacaan lafazh tertentu oleh
Imam tujuh pada ayat dan surat tertentu pula, sehingga kaidah ini tersebar di masing-masing surat
dalam al-Qur‟an, seperti dijelaskan dalam nazham ke-108 tentang kaidah bacaan lafazh pada
surat al-Fātihah, maka kaidah ini tidak bisa diberlakukan pada lafazh dalam surat an-Nās.
Berikut ini pembahasan kaidah-kaidah khusus tersebut.




No. Lafazh Nama Imam Bacaan


Dhammah Yā‟, fathah khā‟ dengan
Nāfi‟, Ibnu Katsīr, & panjang 2 harakat dan kasrah dal (
(al-Baqarah: 2) Abū „Amr
1. )
pada kalimat kedua
Fathah Yā‟, sukun khā‟ dan fathah
Al-Bāqūn
dal ( )

Al-Kūfiyyūn )„Āshim, Fathah Yā‟, sukun kaf, dan takhfīf


Hamzah & al-Kisā‟i) dzal ( )
(al-Baqarah:
2. Nāfi‟, Ibnu Katsīr,
10) dhammah Yā‟, fathah kaf, dan
Abū „Amr, Ibnu
tasydīd dzal ) )
„Āmir
Isymām huruf awal )membunyikan
(di semua tempat), harakat dhammah diiringi kemudian
dengan harakat kasrah, dengan
3. (Hūd: 44), (di Hisyām & al-Kisā‟i tempo bacaan harakat dhammah
semua tempat, misal lebih sedikit dari tempo bacaan
az-Zumar: 79) kasrah)74
Al-Bāqūn Kasrah huruf awal
)saba‟: 54), Abū „Amr & al-Kisā‟i Isymām
4.
(az-Zumar: 71 & 73) Al-Bāqūn Kasrah
(Hūd: 77 & al- Nāfi‟, Ibnu „Āmir &
Isymām
al-Kisā‟i
5. „Ankabūt: 33),
Al-Bāqūn Kasrah
(al-Mulk: 27)


451 

74
Agar pengucapan isymām bisa tepat, maka harus talaqqī dan musyāfahah kepada guru ahli

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 94 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Qālūn, Abū „Amr & Sukun hā‟ (
6. al-Kisā‟i )
(di semua tempat)
Al-Bāqūn Dhammah hā‟
(al-qashash: 61) Qālūn & al-Kisā‟i Sukūn hā‟
7.
Al-Bāqūn Dhammah hā‟
(al-baqarah: Dhammah hā‟ (karena lafazh
8. Seluruh Imam Qira‟at akan terjadi ikhtilāf bacaan jika
282)
terletak sesudah huruf zāidah)
Takhfīf lam dan menambahkan alif
(al-baqarah: Hamzah
9. setelah zay ( )
36) Tasydīd lām ) )
Al-Bāqūn

Al-Makki )Ibnū Nashab lafazh dan rafa‟ lafazh


Katsīr) ( )
10.
(al-Baqarah: 36) Rafa‟ lafazh dan nashab lafazh
Al-Bāqūn
( )







(al- Ibnū Katsīr, Abū


Dengan ta‟ ) ),
„Amr
11. Baqarah: 48) di
tempat pertama Al-Bāqūn Dengan Yā‟ ( )

Dengan tanpa alif sesudah wawu


(di semua Abū „Amr
12. ( )
tempat)
Al-Bāqūn Dengan alif ( )
(al-Baqarah: 2 wajah, sukun hamzah ( ) atau

54) Ad-Dūri ra‟ ) ) dan ikhtilās


(melemahkan bunyi harakat huruf /
13.
+ 2/3 nya)
(di semua As-Sūsi Sukūn

tempat) Al-Bāqūn Itmām )kasrah/dhammah)


Dalam surat al-Baqarah: Dengan
Yā‟ ghaibah yang didhammah serta
(al-Baqarah:
14. Nāfi‟ fathah nūn ) )
58 & al-A‟rāf: 161)
Dalam surat al-A’rāf: Dengan ta‟
mukhattab yang didhammah serta

75
Untuk lafazh seluruh Imam Qira’at sepakat membaca dengan ya’

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 95 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
fathah nūn ) )
Ibnū Katsīr, Abū Dengan nun fathah dan kasra‟ fa‟
„Amr, „Āshim,
( )
Hamzah & Al-Kisā‟i
Asy-Syāmi )Ibnū Dengan dhammah ta‟ dan fathah fa‟
„Āmir) ( )
Itsbātul Hamzah )
) kecuali (al-Ahzāb: 50) &
Nāfi‟
(al-Ahzāb: 53) Qālūn
15. (di semua tempat, baik
mengIbdālkan hamzah dengan Yā‟
dalam bentuk mufrad (seperti bacaan Al-Bāqūn)
maupun jama‟)
Ibdāl Hamzah dengan Yā‟ (
Al-Bāqūn
)

461 


(al-Baqarah: Ibdāl hamzah dengan Yā‟ / wawu


Nāfi‟
( / )
62 & Al-Hajj: 17),
16.
(al-Mā‟idah:
Al-Bāqūn Itsbāt hamzah ) / )
69)
ketika washal: Mensukun huruf &
serta memakai hamzah
sesudahnya ( / )
Hamzah
(al-Baqarah: 67 ketika waqaf: Mensukun huruf &
17. & di semua tempat), serta ibdāl hamzah dengan wawu
(al-Ikhlāsh) ( / )
Ketika washal & waqaf:
Mendhammah & ( / ),
Al-Bāqūn
kecuali hafsh disertai mengibdālkan
hamzah dengan wawu ( / )
(al-Baqarah: Ibnu Katsīr Memakai Yā‟ ghāib ) )
18.
74) Al-Bāqūn Memakai ta‟ khithāb ) )
Nāfi‟, Ibnu Katsīr &
(al-Baqarah: Memakai Yā‟ ghāib ) )
19. Syu‟bah
74) Al-Bāqūn Memakai ta‟ khithāb ) )
(al-Baqarah: Nāfi‟ Dengan bentuk jama‟ ) )
20.
81) Al-Bāqūn Dengan bentuk mufrad ( )
Ibnu Katsīr, Hamzah
(al-Baqarah: memakai Yā‟ ghāib ) )
21. & al-Kisā‟i
81) Al-Bāqūn memakai ta‟ khithāb ) )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 96 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬


Hamzah & al-Kisā‟i Fathah & ( )


22. (al-Baqarah: 83)
Al-Bāqūn Dhammah dan sukūn ( )
(al-Baqarah: 85) Al-Kūfiyyūn )‟Āshim,
Takhfīf ( / )
23. Hamzah & al-Kisā‟i)
(at-Tahrīm: 4) Al-Bāqūn Tasydīd ( / )
Hamzah Fathah & sukūn ( )
24. (al-Baqarah: 85) Dhammah , fathah & itsbāt alif
Al-Bāqūn
sesudahnya ( )

Nāfi‟, Āshim, & al- dhammah , fathah & itsbāt alif


Kisā‟i sesudahnya ( )
25. (al-Baqarah: 85)
fathah , sukūn & tanpa alif
Al-Bāqūn
sesudahnya ( )




471 


(al-Baqarah: 87 Ibnū Katsīr sukūn


26.
& di semua tempat) Al-Bāqūn dhammah
(di Ibnū Katsīr & Abū
Takhfīf ( )
„Amr
semua tempat) yang
berharakat dhammah Al-Bāqūn Tasydīd ( )
huruf awalnya
Beberapa pengecualian dari kaidah di atas:
27. (al-Hijr: 8&21) Seluruh Imam Qira‟at tasydīd ( )

(al-Isrā‟: 82 Abū „Amr Takhfīf ( )


& 93) Al-Bāqūn Tasydīd ( )
Ibnū Katsīr Takhfīf ( )
(al-Isrā‟: 82 & 93)
Al-Bāqūn Tasydīd ( )
Ibnū Katsīr, Abū
28. (al-Māidah: 115) Takhfīf ( / )
„Amr, Hamzah & al-

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 97 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
(asy-Syūrā: Kisā‟i

28 & Luqmān: 34) Al-Bāqūn Tasydīd ( / )

Ibnu Katsīr )Jabrīl)


(di semua tempat Syu‟bah (Jabrail)
29.
dalam al-Qur‟an) Hamzah & al-Kisā‟i )Jabraīl)
Al-Bāqūn )Jibrīl)
Nāfi‟ (Mīkāil)
(di semua tempat
30. Abū „Amr & Hafsh (Mīkāl)
dalam al-Qur‟an)
Al-Bāqūn (Mīkāīl)





Takhfīf pada , sehingga jika


Ibnū „Āmir, Hamzah
washal dengan menjadi
& al-Kisā‟i
(al- )dibaca rafa‟)
31.
Baqarah: 102) Tasydīd pada , sehingga jika
Al-Bāqūn washal dengan menjadi
(dibaca nashab)
Dhammah pertama & kasrah
Ibnū „Āmir
32. (al-Baqarah: 106) ( )
Al-Bāqūn Fathah pertama & fathah ( )
fathah pertama & fathah serta
Ibnū Katsīr & Abū
memakai hamzah sukūn setelah
„Amr
33. (al-Baqarah: 106) ( )
Dhammah pertama & kasrah
Al-Bāqūn
( )

(al-Baqarah: Ibnū „Āmir Dengan tanpa ( )


34.
116) Al-Bāqūn Dengan ( )

(al-Baqarah: Ibnū „Āmir Dibaca nashab ( )

35. 117, „Āli Imrān: 47,


Maryam: 35 & Ghāfir: Al-Bāqūn Dibaca rafa‟ ) )
68)
Ibnū „Āmir & al- Dibaca nashab ( )
(an-Nahl: 40 Kisā‟i
36.
& Yāsīn: 82) Al-Bāqūn Dibaca rafa‟ ) )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 98 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

481 



(al-Baqarah: Nāfi‟ Memakai nahi ( )


37.
119) Al-Bāqūn Memakai nafi ( )

di tempat berikut Hisyām (ibrāhām)


- Semua tempat dalam
surat al-Baqarah
- An-Nisā‟: 125,163
- Al-An‟ām: 161
- Barā‟ah: 114
- Ibrāhīm: 25
38. - An-Nahl: 120,123
Al-Bāqūn (ibrāhīm)
- Maryam: 41,46,58
- Al-„Ankabūt: 31
- An-Najm: 37
- Asy-Syūrā: 13
- Adz-Dzāriyāt: 24
- Al-Hadīd: 26
- Al-Mumtahanah: 4
Hisyām (ibrāhām)
(di semua
39. tempat dalam surat al- Ibnu Dzakwān Dengan 2 wajah ( & )
Baqarah) Al-Bāqūn (ibrāhīm)

(al-Baqarah: Nāfi‟ & Ibnū „Āmir (fathah khā‟)


40.
125) Al-Bāqūn (kasrah khā‟)



/ (di semua Ibnū Katsīr & as-Sūsī Sukūn ra‟ ) / )


41. tempat dalam al- Ad-Dūrī Ikhfa‟ ra‟ )Ikhtilās)
Qur‟an) Al-Bāqūn Kasrah ra‟ ) / )
Ibnū Katsīr, as-Sūsī, Sukūn ra‟ ) )
42. (Fushshilat: 29) Ibnū „Āmir & Syu‟bah
Ad-Dūrī Ikhfa‟ ra‟ )Ikhtilās)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 99 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Al-Bāqūn Kasrah ra‟ ) )

(Al-Baqarah: Ibnū „Āmir Takhfīf ( )


43.
126) Al-Bāqūn Tasydīd ( )

(Al-Baqarah: Nafi‟ & Ibnū „Āmir Takhfīf ( )


44.
132) Al-Bāqūn Tasydīd ( )
Ibnū „Āmir, Hafsh, Dengan ta‟ khithāb ( )
(Al-Baqarah: Hamzah, & al-Kisā‟i
45.
140) Al-Bāqūn Dengan Yā‟ ghāib ( )

(di semua Abū „Amr, Syu‟bah, Dengan qashr ( )


Hamzah, & al-Kisā‟i
46. tempat dalam al-
Al-Bāqūn Dengan mad ( )
Qur‟an)



491 


Ibnū „Āmir, Hamzah, Dengan ta‟ khithāb ( )
(al-Baqarah: & al-Kisā‟i
47.
144) Al-Bāqūn Dengan Yā‟ ghāib ( )

(al-Baqarah: Ibnū „Āmir Membaca fathah ( )


48.
148) Al-Bāqūn Membaca kasrah ( )

(al-Baqarah: Abū „Amr Dengan Yā‟ ghāib ( )


49.
149) Al-Bāqūn Dengan ta‟ khithāb ( )

Dengan sukūn , tasydīd , dan


Hamzah, & al-Kisā‟i
(al-Baqarah: 158 ibdāl hurūf dengan ( )
50.
& 184) Dengan fathah , takhfīf , dan
Al-Bāqūn
huruf awal fi‟il ( )

(al-Baqarah: 164, Hamzah, & al-Kisā‟i Dengan bentuk mufrad ( )


al-Kahf: 45 & al-
Al-Bāqūn Dengan bentuk jama‟ ) )
Jātsiyah: 5)
(an-Naml: 63, al- Ibnū „Katsīr, Hamzah, Dengan bentuk mufrad ( )
51. & al-Kisā‟i
A‟rāf: 57, ar-Rūm: 48
Al-Bāqūn Dengan bentuk jama‟ ) )
& Fāthir: 9)
Hamzah Dengan bentuk mufrad ( )
(al-Hijr: 22)
Al-Bāqūn Dengan bentuk jama‟ ) )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 111 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
(asy-Syūrā: 33 & Nāfi‟ Dengan bentuk jama‟ ) )

Ibrāhīm: 18) Al-Bāqūn Dengan bentuk mufrad ( )

Al-Bazzy & Qunbul Dengan bentuk mufrad ( )


(al-Furqān: 48)
Al-Bāqūn Dengan bentuk jama‟ ) )






(al-Baqarah: Nāfi‟ & Ibnū „Āmir Dengan ta‟ khithāb ( )


52.
165) Al-Bāqūn Dengan Yā‟ ghāib ( )

(al-Baqarah: Ibnū „Āmir Dengan dhammah ( )


53.
165) Al-Bāqūn Dengan fathah ( )

(di semua Hafsh, Qunbul, Ibnū Dengan dhammah ( )


Āmir, & al-Kisā‟i
54. tempat dalam al-
Al-Bāqūn Dengan sukūn ( )
Qur‟an)
Membaca kasrah pada huruf
pertama dari pertemuan 2 huruf mati
dalam dua kata (

),
Hamzah, Āshim, Abū kecuali jika huruf mati pertama
„Amr berupa wawunya lafazh atau
Dua huruf mati yang
bertemu dalam dua lamnya lafazh , maka Abū „Amr
kata, & huruf ketiga
membaca dengan dhammah (
dari kata kedua
berharakat dhammah )
55. lāzimah, seperti: Membaca dhammah pada huruf
pertama dari pertemuan 2 huruf mati
dalam dua kata (

),
kecuali:
Al-Bāqūn
1. huruf mati pertama berupa
tanwin, maka Ibnu Dzakwān
membaca dengan kasrah (

)
2. khusus di 2 tempat, Ibnu
)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 111 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Dzakwān membaca dengan 2
wajah (dhammah & kasrah):
- (al-A‟rāf: 49)

- (Ibrāhīm: 26)

(al-Baqarah: Hamzah & Hafsh Membaca nashab ( )


56.
177) Al-Bāqūn Membaca rafa‟ ) )


511 

(al-Baqarah: Nāfi‟ & Ibnū „Āmir Takhfīf dan rafa‟ ( )


57.
177 & 189) Al-Bāqūn Tasydīd dan nashab ( )
Syu‟bah, Hamzah & Tasydīd dan fathah ( )
58. (al-Baqarah: 182) al-Kisā‟i
Al-Bāqūn Takhfīf dan sukūn ( )

Tanpa tanwīn lafazh & jar lafazh


Nāfi‟ & Ibnū serta jama‟ lafazh (
Dzakwān
)

Tanwīn lafazh & rafa‟ lafazh


(al-
59. Hisyām serta jama‟ lafazh (
Baqarah: 184)
)

Tanwīn lafazh & rafa‟ lafazh

Al-Bāqūn serta mufrad lafazh (

/ (dalam Dengan Naql (memindahkan harakat


hamzah ke ra‟ mati sebelumnya, lalu
60. bentuk apapun di Ibnū Katsīr hamzah dibuang / tidak dibaca),
semua tempat dalam
al-Qur‟an) yaitu: /
Dengan itsbāt hamzah dan
Al-Bāqūn mentahqīqkannya serta sukūn ra‟
( / )

(AL-Baqarah: Syu‟bah Tasydīd dan fathah ( )


61.
185) Al-Bāqūn Takhfīf dan sukūn ( )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 112 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬


/ (di semua Hafsh, Abū „Amr & Dhammah ( / )


Warsy
62. tempat dalam al-
Al-Bāqūn Kasrah ( / )
Qur‟an)
Membaca qashr (
Hamzah & al-Kisā‟i
)
63. (al-Baqarah:
Membaca mad (
191) Al-Bāqūn
)

Dengan I‟rab rafa‟ serta tanwin )


Ibnū Katsīr & Abū
„Amr )
(al-
64.
Baqarah: 197) Dengan fathah serta tanpa tanwin (
Al-Bāqūn
)
Nāfi‟, Ibnū Katsīr & Fathah ( )
(al-Baqarah: al-Kisā‟i
65.
208) Al-Bāqūn Kasrah ( )

(al-Baqarah: Nāfi‟ Dengan rafa‟ ) )


66.
214) Al-Bāqūn Dengan nashab ( )




Nāfi‟, Ibnū Katsīr, Dhammah dan fathah ( )
(al-Baqarah: Abū „Amr & „Āshim
67.
210) Al-Bāqūn Fathah dan kasrah ( )

(al-Baqarah: Hamzah & al-Kisā‟i Memakai ( )


68.
219) Al-Bāqūn Memakai ( )

(al-Baqarah: Abū „Amr Dibaca rafa‟ ) )


69.
219) Al-Bāqūn Dibaca rafa‟ ) )

(al-Baqarah: Al-Bazzy Dengan 2 wajah (tahqīq & tashīl )


70.
220) Al-Bāqūn Tahqīq

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 113 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
511 



Ahlū Samā )Nāfi,
Sukūn , Dhammah , & Takhfīf
Ibnū Katsīr, Abū
„Amr), Ibnū „Āmir & keduanya ( )
(al-Baqarah:
71. Hafsh
222) Sukūn & , serta Tasydīd
Al-Bāqūn
keduanya ( )

(al-Baqarah: Hamzah Dhammah ( )


72.
229) Al-Bāqūn Fathah ( )

Mengidghāmkan pertama ke dalam


Ibnū Katsīr & Abū yang kedua dan dhammah setelah
„Amr
(al-Baqarah: diidghāmkan ( )
73.
232) Mengidghāmkan pertama ke dalam

Al-Bāqūn yang kedua dan fathah setelah

diidghāmkan ( )

(al-Baqarah: 233 Ibnū Katsīr Qashr / Hadzf alif ( )


74.
& ar-Rūm: 39) Al-Bāqūn Mad / Itsbāt alif ( )

(di 2 tempat Ibnū dzakwān, Hafsh, Memberi harakat pada huruf ( )


Hamzah & al-Kisā‟i
75. dalam surat al-
Al-Bāqūn Dengan sukun ( )
Baqarah: 236)
Dhammah dan itsbāt alif sesudah
Hamzah & al-Kisā‟i
(di semua ( )
76. tempat dalam al-
Fathah dan hadzf alif sesudah
Qur‟an) Al-Bāqūn
( )





Nāfi‟, Ibnū Katsīr, Dengan I‟rāb rafa‟ ) )
77. (al-Baqarah: 240) Syu‟bah, & al-Kisā‟i
Al-Bāqūn Dengan I‟rāb nashab ( )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 114 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Nāfi‟, Al-Bazzy, Dengan ( )
Syu‟bah & al-Kisā‟i
(al-Baqarah: Qunbul, Abū „Amr,
78. Hisyam, Hafsh & Dengan ( )
245), Khalaf
Ibnu Dzakwān & Dengan 2 wajah ( & )
Khallād
Nāfi‟, Al-Bazzy, Ibnu
Dzakwān, Syu‟bah & Dengan ( )
al-Kisā‟i
79. (al-A‟rāf: 69) Qunbul, Abū „Amr,
Hisyam, Hafsh & Dengan ( )
Khalaf
Khallād Dengan 2 wajah ( & )

Nāfi‟, Ibnū Katsīr, Dibaca Rafa‟ ) ), khusus Ibnu


Abū „Amr, Hamzah &
(al-Baqarah: al-Kisā‟i Katsīr mentasydīd ( )
80.
245 & al-Hadīd: 11) Dibaca Nashab ( ), khusus Ibnu
Al-Bāqūn )Ibnū „Āmir
& „Āshim) „Āmir mentasydīd ( )
Setiap fi‟il mudhari‟ Dengan tasydīd & hadzf alif
yang musytaq dari Ibnū Katsīr & Ibnū
„Āmir (misal: )
81. lafazh ( selain
al-Baqarah: 245 & al- Al-Bāqūn Takhfīf & itsbāt alif (misal: )
Hadīd: 11)
(di semua tempat Nāfi‟ Kasrah ( )
82.
dalam al-Qur‟an) Al-Bāqūn Fathah ( )



521 

Kasrah , fathah & mad / itsbāt


Nāfi‟
(al- alif sesudah ( )
83. Baqarah: 251 & al-
Fathah , sukūn & qashr / hadzf
Hajj: 40) Al-Bāqūn
alif sesudah ( )
Ibnū „Āmir & al- Dhammah ( )
84. (al-Baqarah: 249) Kūfiyyūn
Al-Bāqūn Fathah ( )
Dengan I‟rab rafa‟ & tanwin

(al-Baqarah: 254), Nāfi‟, Ibnū „Āmir &


85. al-Kūfiyyūn
(Ibrāhīm: 31),

Al-Bāqūn Dengan I‟rab nashab & tanpa tanwin

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 115 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
(ath-Thūr: 23)



yang sesudahnya Dibaca mad ( ) ketika washal,

berupa hamzah qathā‟ karena terdapat mad munfashil,


yang berharakat maka:
Nāfi‟ - Untuk riwayat Qālūn mempunyai
86. dhammah/fathah (di
semua tempat dalam 2 wajah (Qashr & Tawassuth)
- Untuk riwayat Warsy membaca
al-Qur‟an), seperti:
dengan thūl
Al-Bāqūn Dibaca qashr ( ) ketika washal

yang sesudahnya Memiliki 2 wajah ketika washal:


1. Dibaca mad ( )
berupa hamzah qathā‟ Qālūn
yang berharakat 2. Dibaca qashr ( )
87. kasrah (di semua
tempat dalam al-
Qur‟an), seperti: Al-Bāqūn Dibaca qashr ( ) ketika washal

Ibnū „Āmir & al- Memakai ( )


(al-Baqarah: Kūfiyyūn
88.
259) Al-Bāqūn Memakai ( )

(al-Baqarah: Hamzah & al-Kisā‟i Tanpa hā‟ ( )


89.
259) Al-Bāqūn dengan hā‟ ( )
Memakai hamzah washal dan
Hamzah & al-Kisā‟i menjazmkannya ( )
(al-Baqarah:
90. Memakai hamzah qathā‟ yang
259) berharakat fathah dan merafa‟kannya
Al-Bāqūn
( )

(al-Baqarah: Hamzah Kasrah ( )


91.
260) Al-Bāqūn Dhammah ( )


)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 116 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
(al-Baqarah: 260 Syu‟bah Dhammah ( / )
92. & az-Zukhruf: 15) &
Al-Bāqūn Sukūn ( / )
(al-Hijr: 44)
Ibnū „Āmir & al- Dhammah ( )
(di semua tempat Kūfiyyūn
93.
dalam al-Qur‟an) Al-Bāqūn Sukūn ( )

yang tidak mudhāf Ibnū „Āmir, al-


Kūfiyyūn & Abū Dhammah ( / )
kepada dhamir „Amr
94. muannats (di semua
tempat dalam al- Al-Bāqūn Sukūn ( / )
Qur‟an)
(al-Baqarah: 265 Ibnū „Āmir & „Āshim Fathah ( )
95.
& al-Mu‟minūn: 50) Al-Bāqūn Dhammah ( )





531 




Lafazh tertentu di 31 tempat dalam al-Qur‟an: Al-Bazzy membaca dengan tasydīd


1. (al-Baqarah: 267) ketika diwashalkan dengan
2. (An-Nisā‟: 97) kalimat sebelumnya
3. (Āli „Imrān: 103) (seperti: )
4. (al-An‟ām: 153)
5. (al-Mā‟idah: 2)
6. (al-A‟rāf: 117)

96. 7. (asy-Syu‟arā‟: 45)


8. (Thāhā: 69) Al-Bāqūn membaca dengan takhfīf
9. (al-Hijr: 8) , yaitu satu yang tidak ditasydīd

10. (asy-Syu‟arā‟: 221) (seperti: )


11. (asy-Syu‟arā‟: 222)
12. (al-Qadr: 4)
13. (ash-Shāffāt: 25)
14. (al-Lail: 14)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 117 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
15. (an-Nūr: 15)
16. (Hūd: 105)
17. (Hūd: 3)
18. (Hūd: 57)
19. (an-Nūr: 54)
20. (al-Mumtahanah: 9)
21. (al-Anfāl: 20)
22. (al-Anfāl: 46)
23. (al-Ahzāb: 33)
24. (al-Ahzāb: 52)
25. (at-Taubah: 52)
26. (al-Mulk: 8)
27. (al-Qalam: 38)
28. („abasa: 10)
29. (al-Hujurāt: 13)
30. (al-Hujurāt: 11)
31. (al-Hujurāt: 12)
Al-Bazzy membaca dengan dua
wajah ketika diwashalkan dengan

(Āli „Imrān: 143) kalimat sebelumnya, yaitu tasydīd


97. & takhfīf 76
(al-Wāqi‟ah: 65)
Al-Bāqūn membaca dengan takhfīf





541 

Kasrah dan mengikhfa‟kan


Qālūn, Abū „Amr &
Syu‟bah kasrahnya ( huruf yang
(al-Baqarah: 271 berharakat kasrah dibaca + 2/3-nya)
98.
& an-Nisā‟: 58) Warsy, Ibnū Katsīr, & Kasrah dan ( )
Hafsh
Ibnū „Āmir, Hamzah Fathah dan kasrah ( )
dan al-Kisā‟i

76
Menurut ulama’ peneliti qira’at, tasydīd untuk Al-Bazzy di 2 tempat tersebut bukan menurut thāriq
Syāthibiyyah maupun at-taysīr, sehingga Al-Bazzy memiliki satu wajah saja, yaitu takhfīf

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 118 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Nāfi‟, Hamzah & al- Memakai & beri‟rab jazm ) )
Kisā‟i
99. (al-Baqarah: 271) Hafsh dan Ibnū „Āmir Memakai & beri‟rab rafa‟ ) )

Al-Bāqūn Memakai & beri‟rab rafa‟ ) )

(yang Nāfi‟ Ibnū Katsīr, Abū Kasrah ( , , )


„Amr dan al-Kisā‟i
menunjukkan zaman
100. mustaqbal/ berbentuk
fi‟il mudhari‟) di Al-Bāqūn Fathah ( , , )
semua tempat dalam
al-Qur‟an
Syu‟bah & Hamzah Dengan mad dan kasrah ( )
101. (al-Baqarah: 279)
Al-Bāqūn Dengan sukun dan fathah ( )

(al-Baqarah: Nāfi‟ Dengan dhammah ( )


102.
280) Al-Bāqūn Dengan fathah ( )

(al-Baqarah: Āshim Takhfīf ( )


103.
280) Al-Bāqūn Tasydīd ( )

(al-Baqarah: Abū „Amr Fathah dan kasrah ( )


104.
281) Al-Bāqūn Dhammah dan fathah ( )







(al-Baqarah: Hamzah Kasrah hamzah ( )


104.
282) Al-Bāqūn Fathah hamzah ( )
Ibnū Katsīr dan Abū Takhfīf dan nashab ( )
„Amr
(al-Baqarah:
105. Hamzah Tasydīd dan rafa‟ ) )
282)
Al-Bāqūn Tasydīd dan nashab ( )

Al-Kūfiyyūn Dengan I‟rab nashab ) )


106. (an-Nisā‟: 29)
Al-Bāqūn Dengan I‟rab rafa‟ ) )

(al- „Āshim Nashab keduanya ( )


107.
Baqarah: 282) Al-Bāqūn Rafa‟ keduanya ) )

Dhammah dan serta hadzf alif


(al-Baqarah: 283) Ibnū Katsīr dan Abū
108.
„Amr ( )

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 119 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Kasrah dan fathah serta itsbāt alif
Al-Bāqūn
( )
Nāfi‟, Ibnū Katsīr,
dan (al- Abū „Amr, Hamzah Jazm keduanya ( dan )
109. dan al-Kisā‟i
Baqarah: 284)
Al-Bāqūn Rafa‟ keduanya ( dan )

Hamzah dan al-Kisā‟i Dengan bentuk mufrad ( )


110. (al-Baqarah: 285)
Al-Bāqūn Dengan bentuk Jama‟ ) )

Abū „Amr dan Hafsh Dengan bentuk Jama‟ ) )


111. (at-Tahrīm: 12)
Al-Bāqūn Dengan bentuk mufrad ( )
Yā‟ Idhāfah di 8 tempat dalam surat al-
Terjadi perbedaan bacaan diantara
Baqarah:
imam tujuh, ada yang membaca
- (ayat 125), (ayat 124) dengan fathah dan ada pula yang
112. - (ayat 152), (ayat 258) membaca dengan sukūn )untuk lebih
rinci bacaan imam tujuh pada 8
- (ayat 186), (ayat 249) tempat tersebut, dapat dilihat pada
- (ayat 30 & 33) kaidah ushul bab Yā‟ idhāfah)

Kamis, 15 Rabiul Awwal 1435 H.


16 Januari 2014 M.
Ttd.

M. Faiq Faizin
(Jember – Jawa Timur)

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 111 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
DAFTAR PUSTAKA

Abūl Farh, Sayyid Lāsyin dan al-Hāfizh, Khālid Muhammad, Taqrībul Ma’āni fī Syarh Hirzil
Amāni Fil Qira’atis sab’i, Madinatul Munawwarah: Maktabah Daruz Zamān Lin
Nasyr Wat Tauzi‟, 1421 H.

Abul Qasim, „Āli bin Utsmān al-Baghdadi, Sirājul Qāri’ al-Mubtadi’ Wa Tidzkārul Muqri’ al-
Muntahi, Beirut: Darul Fikr, t.th.

Al-Hirāzī, Mahdī Muhammad, Bughyatul Murīd Min Ahkāmit Tajwīd, Jakarta: Dārul Basyāir al-
Islāmiyyah, 2001.

Al-Qādhi, Abdul Fattāh „Abdul Ghāni, Al-Wāfi Fī Syarhisy Syāthibiyyah, Kairo: Dārus Salām
Liththabā‟ah Wan Nasyr wat Tauzī‟ Wat Tarjamah, 2012.

Al-Qādhi, Abdul Fattāh, Al-Budūruz Zāhirah Fil Qira’atil ‘Asyril Mutwātirah, Kairo: Dārus
Salām Liththabā‟ah Wan Nasyr wat Tauzī‟ Wat Tarjamah, 2004.

Asy-Syāthibi, Imam, Hirzul Amāni Wa Wajhut Tahāni, Al-Madinatul Munawwarah: Maktabah


Dārul Mathbū‟ātil Hadītsah , 1990.

Fathoni, H. Ahmad, Kaidah Qirā’āt Tujuh, Jilid 1, Jakarta: Darul Ulum Press, 2007.

Fathoni, H. Ahmad, Kaidah Qirā’āt Tujuh, Jilid 2, Jakarta: Darul Ulum Press, 2010.

Muhammad, Ahsin Sakho‟ dan Widayati, Ramlah, Manba‟ul Barakāt Fī Sab‟il Qira‟at, Jakarta:
IIQ Press, 2012.

Nashr, „Athiyyah Qābil, Ghāyatul Murīd Fī ‘Ilmit Tajwīd, Dārut Taqwā Lin Nasyr Wat Tauzī‟,
Kairo: 1992.

Shihab, M. Quraish, Al-Qur’an dan Maknanya, Jakarta: Lentera Hati, 2013.

Widayati, Romlah dkk, Serial Qira’at Buku 1 Modul Pembelajaran Ilmu Qira’at, Jakarta: IIQ
Press, t.th.

Widayati, Romlah dkk, Serial Qira’at Buku 2 Modul Pembelajaran Ilmu Qira’at, Jakarta: IIQ
Press, t.th.

Widayati, Romlah dkk, Serial Qira’at Buku 3 Modul Pembelajaran Ilmu Qira’at, Jakarta: IIQ
Press, t.th.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 111 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
IMAM ASY-SYATHIBY

Imam Syathiby (Abul Qasim bin firruh bin Khalaf bin Ahmad Asy -
Syathiby Ar-Ru’ aini) seorang ulama besar dalam bidang ilmu qira’ at
pada zamannya, lahir di Kota syathibah (sebuah kota di Andalusia) pada
tahun 538H./1143 M. Meskipun lahir dalam keadaan buta, t etapi asy-
Syathibi dikenal sangat cerdas, bahkan salah satu sumber menyebutkan
bahw a ia mampu tampil melebihi kebanyakan orang yang normal
penglihatannya. Pola hidupnya sangat sederhana, pendiam dan selalu
dalam keadaan suci, yaitu segera berw udhu ketika berhadats. Ia
menempuh cara hidup kaum sufi, zuhud dan mengisi hidupnya untuk
kepentingan ilmu.
Terdapat sederetan nama ulama qira’ at populer yang menjadi guru
asy-syathibi, di antaranya seperti Imam Abu Abdillah Muhammad bin
Abul ‘ As an-Nafari (Guru qira’ at pertama asy-syathibi), Imam Abu
Hudzail dari Balansia (untuk belajar kitab At -Taisir karangan Imam Ad-
Dani sekaligus belajar ilmu hadits), dan masih banyak lagi.
Ketika diangkat menjadi guru besar bidang ilmu qira’ at pada
Madrasah di kaw asan Mulukhia, Kairo, Asy-Syathibi merampungkan
beberapa buku dan karya tulis, diantaranya yang populer dan menjadi
rujukan adalah hirzul amani w a w ajhut tahani (berisi nazham qira’ at
tujuh), ‘ aqilatu atrabil qashaid fi asnal maqashid (berisi syair mengenai
rask utsmany), nazimatuzh zahr (berisi syair tentang ilmu menghitung
ayat-ayat al-qur’ an). Imam Syathibi dikenal sebagai orang yang cerdas,
menguasai banyak cabang ilmu.
Banyak sekali murid-murid Imam Syathiby yang menjadi ulama
yang masyhur pada zamannya, mempelajari dan menyebarluaskan kitab
karangan gurunya. Diantaranya: Imam abul Hasan Ali Bin Muhammad
bin Abdush Shamad as-Sakhaw i, Imam Abu Abdillah Muhammad bin
Umar Al-Qurthubi, As-Sadid Isa Bin Makki dan masih banyak lagi. Kitab
Imam Syathiby sudah di-syarahi (diberi penjelasan) oleh banyak ulama
yang dianggap ahli dalam ilmu qira’ at, seperti: Burhanuddin Ibrahim Bin
Umar, Abu Abdillah Al-Maghribi An-Nahw i, Adul Fattah Abdul Ghani Al-
Qadhi, dan masih banyak lagi.
Imam Syathibi meninggal pada hari ahad, ba’ da ashar, tanggal 28
Jumadil Akhir 590 H. (Senin, 20 Juni 1194 M.) dimakamkan di
pemakaman Al-Qadhi Al-Fadhil Abdurrahman Al-Baisani, di daerah
Qarafa Ash-Shughra, sebuah tempat di kaki gunung Al-Muqattan Mesir.
Kuburan ini hingga kini ramai diziarahi.

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 112 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
Prof. Dr. M. Faiq Faizin, M.Pd.I. dilahirkan oleh ibunya sendiri di rumah sederhana
di desa semi terpencil daerah Jember – Jawa Timur pada Senin yang kurang legi,
tanggal dan tahun sesuai yang tertera di KTP. Putra dari pasangan Bahrul Ulum
Yahya (Alm.) dan Siti Arobiyah ini sejak kecil selalu diberi ASI dan makanan
bergizi oleh ibunya. Putra ke-2 dari 5 bersaudara ini sejak kecil terkenal anak yang
rajin mengaji, tidak sombong dan rajin menabung. Tidak heran kalau dia menjadi peserta termuda
pada acara mandi kembang dalam wisuda TPQ Daarul Muta‟allimiin Padomasan.
Pendidikan dasarnya ditempuh di SDNU Padomasan (1995-2001) bersama teman-
temannya sesama manusia, karena do‟a orang tuanya dia selalu menjadi peringkat pertama di
Sekolah Dasar tersebut hingga lulus. Pendidikan menengahnya ditempuh di desa yang sama,
yaitu di SMP Islam Padomasan (2001-2004) sambil nyantri di pesantren Nurul Anwar di bawah
bimbingan KH. Nur Hasan Hanafi (2001-2011). Setelah itu ia meneruskan studinya di MA.
Ma‟arif NU Kencong )2004-2007) bersama Den Mif Den Fawaid Puput Cieput Imut ajjah Anis
Afrokhiyyah dan 160 teman lainnya. Berbagai prestasi dia raih di sekolah ini, baik bidang
akademik maupun non akademik, dari tingkat sekolah sampai tingkat propinsi.
Setamat dari MA, ia melanjutkan kuliah di STAI Al-Falah Assunniyyah Kencong Jember
(2007-2011), colek Hafidz Fuad Raya Tri Utami dan 367 teman lainnya. Ia juga aktif di
organisasi, baik intra maupun ekstra kampus, ia pernah menjabat sebagai SEKJEN BEM
STAIFAS (2008-2009), Ketua Umum PKPT IPNU STAIFAS (2010-2011) dan masih banyak
lagi.
Setelah menyelesaikan studi S1nya serta mengabadikan, ehhh... mengabdikan dirinya di
beberapa lembaga formal dan non formal, ia melanjutkan ngaji dengan mengambil program
tahfizh cepat di PP. Hamalatul Qur‟an Jombang di bawah bimbingan Ust. Ainul Yaqin, S.Q.
Alhamdulillah, bifadhlillah dan bimbingan dari Ustadz, ia mampu menyelesaikan setoran al-
Qur‟an bil ghoib 30 juz dalam waktu + 3,5 bulan (106 hari). Ia juga pernah menjadi santri terpilih
dalam seleksi imam tarawih di pesantren modern ar-rahmat Majalengka. Saat ini, ia sedang
duduk manis melancarkan hafalannya sambil mengikuti program pasca tahfizh “bayt al-qur‟an”
Pusat Studi Al-Qur‟an Jakarta bersama hilmie ahmad nasruddin ajjah mustaqim ahmad afghan
maulana dan 30 teman lainnya sambil luru ilmu ngaji kita al-wafi syarh syathibiyyah kepada Dr.
KH. Ahsin Sakho‟ Muhammad, M.A. dan berencana untuk melanjutkan studi S2 sambil
membantu ibunya mencari bakal menantu. Hmmmm... Semoga perjalanannya selalu
mendapatkan taufiq, hidayah, dan ma‟unah dari Allah SWT. Amin. Anda bisa menghubunginya
via sms di No. HP. 082 33 88 22 33 2 / 0857 555 3653 atau e-mail di: faiq.faizin@ymail.com
atau faiq.faizin@gmail.com

Sumber: www.faiqfaizinjember.blogspot.com/30 tokoh muda bq-psq VIII/faiq al-jambary/

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 113 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
‫‪BELUMA J‬‬

‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان ‪)8‬‬ ‫‪114‬‬ ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬
UDULNYA
Pak....
Bapak sedang apa?
Kami kangen lho pak...!!
Sudah hampir 7 tahun Bapak pergi
Sampai sekarang belum ngasih kabar juga
Mbok ya sekali-kali anak-anakmu ini disambangi

Pak,, ingat ndak..???


Bapak dulu pernah bilang w aktu di rumah sakit
‘‘ Le,,, nek arep moco, mocoo al-qur’ an ae,
Ojo seneng moco w ocoan seng ora ono manfaate’’

)8 ‫محمد فائق فائسيه (بيت انقرءان‬ 115 ‫ترجمة حرز األماوي و وجه انتهاوي‬

Anda mungkin juga menyukai