۟ ُت لِ َغ ٍد ۖ َواتَّق
َوا اللَّـهَ ۚ إِ َّن اللَّـهَ َخبِي ۢ ٌر بِ َما تَ ْع َملُون ۟ ُوا اتَّق
ْ وا اللَّـهَ َو ْلتَنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم ۟ ُٰيٓأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءامن
َ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [Q.S.Al-
Hasyr (59):18]
Muslim yg baik melakukan muhasabah dgn visi kedepan ke akhirat tidak hanya di dunia
Seorang muslim tidak seharusnya hanya berwawasan sempit dan terbatas, sekedar
pemenuhan keinginan untuk jangka waktu sesaat. Namun lebih dari itu, seorang muslim
harus memiliki visi dan planing perencanaan untuk kehidupannya yang lebih kekal abadi di
alam akherat kelak.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
kemudian sesudah mati kita akan dihidupkan kembali, sebagaimana firman-Nya :
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu
yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah):
"Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang
kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (Q. S. Huud, 11 : 7)
Untuk apa dibangkitkan ? Untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan kita, baik
yang berhubungan dengan ibadah maupun amaliah.
Maka dalam melakukan muhasabah, seorang muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih
banyak berbuat baik ataukah lebih banyak berbuat kesalahan dalam kehidupan sehari-
harinya.
melakukan penilaiannya dengan menggunakan Al Qur’an dan Sunnah sebagai dasar
penilaiannya bukan berdasarkan keinginan diri sendiri.
Oleh karena itu melakukan muhasabah atau introspeksi diri merupakan hal yang sangat
penting untuk menilai apakah amal perbuatannya sudah sesuai dengan ketentuan Allah.
Tanpa introspeksi, jiwa manusia tidak akan menjadi baik.
Imam Turmudzi meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab dan juga Maimun bin Mihran
mengenai urgensi muhasabah.
Umar r.a. mengemukakan:
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk
akhirat (yaumul hisab).
Al Hasan mengatakan : orang-orang mumin selalu mengevaluasi dirinya karena Allah. Dan
bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab
(evaluasi) dirinya di dunia”.
Maimun bin Mihran r.a. menyampaikan:
“Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga ia menghisab dirinya sebagaimana
dihisab pengikutnya dari mana makanan dan pakaiannya”.
Urgensi lain dari muhasabah adalah karena setiap orang kelak pada hari akhir akan datang
menghadap Allah SWT. sendiri-sendiri untuk mempertanggung jawabkan segala amal
perbuatannya. Firman Allah:
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-
sendiri.” [QS. Maryam (19): 95]
Ada 10 Aspek yang perlu di-Muhasabah
Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat (HR.Bukhari no.6705, Ad-Darimi no.1225
dari Malik bin Al Huwairits radliallahu ‘anhu)
أَ ْك َم ُل ْالم ُْؤ ِم ِني َْن إِ ْي َما ًنا أَحْ َس ُن ُه ْم ُخلُ ًقا َو ِخ َيا ُر ُك ْ_م ِخ َيا ُر ُك ْم لِن َِسائ ِِه ْم ُخلُ ًقا
“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling
bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya
terhadap istri-istrinya”
4- Qawiyyul Jismi / قوي الجم
(KUAT JASMANINYA)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ber sabda :
ِضعِيف
َّ ِن ال ِ ْالم ُْؤمِنُ ْال َق ِويُّ َخ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِل
ِ هللا م َِن ْالم ُْؤم
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah subhanahu wa ta’ala daripada mukmin
yang lemah.” (Riwayat Muslim)
“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara: mudamu sebelum tua, sehatmu
sebelum sakit, kayamu sebelum miskin, lowongmu sebelum sibuk, dan hidupmu sebelum
mati”.
8- Munazhzhamun fii Syu’unih / منظم في شئونه
(TERATUR DALAM SEMUA MASALAHNYA)
“Kebatilan yang teratur, dapat mengalahkan kebenaran yang tidak teratur”. (Ali bin Abi
Thalib)
9- Qaadirun ‘alal Kasbi / قادر على الكسب
(MAMPU BERUSAHA SENDIRI)
“Tidak ada penghasilan yang lebih baik bagi seorang laki-laki daripada bekerja sendiri
dengan kedua tangannya”. (Riwayat Ibnu Majah)
10-Naafi’un lighairihi / نافع لغيره
(BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ِ الناس أَ ْن َف ُع ُه ْم ل
ِلناس ِ َخ ْي ُر
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-
Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’
no:3289).
ِة َو َمنْ َيس ََّر َعلَى,ِب َي ْو ِم ْالقِ َيا َمة ِ س هللا َع ْن ُه ُكرْ َب ًة مِنْ ُك َر ِ ِن ُكرْ َب ًة مِنْ ُك َر
َ ب ال ُّد ْن َيا َن َّف َ َمنْ َن َّف
ٍ س َعنْ م ُْؤم
مُعْ سِ ٍر َيس ََّر هللا َعلَ ْي ِه فِي ال ُّد ْن َيا َواآْل خ َِر ِة
“Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan
dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang
memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya
di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).