7 Analisa Kasus Penelantaran Anjing
7 Analisa Kasus Penelantaran Anjing
Kronologi
Kasus ini bermula dari seseorang yang telah diketahui bernama Elishia meninggalkan
seekor anjing peliharaannya bernama Valent selama kurang lebih delapan jam di dalam mobil
yang terparkir di Grand Indonesia pada hari Jumat (1/12) tanpa meninggalkan minuman dan
makanan dengan kaca mobil yang sedikit terbuka. Tommy Prabowo yang juga pengunjung
mal tersebut melihat, anjing berjenis maltese itu terjebak sejak pukul 16.26 WIB ia
memarkirkan mobil, hingga pukul 22.09 WIB ia kembali dari mal. Karena merasa kasihan
dengan Valent, Tommy dan kedua kawannya, Irma Ryantina dan Firna Maulia, meminta
bantuan pada pihak keamanan mal dan mencoba menghubungi pemilik mobil melalui
layanan car call. Dan mereka menunggu sampai pemiliknya datang pada pukul 00.43 WIB.
Tommy menasehati Elishia bahwa lain kali jangan membawa anjing di dalam mobil tanpa
makanan dan minuman lagi ketika ke Mal. Namun, Elishia selaku pemilik Valent justru
malah membantah Tommy dengan berdalih bahwa ia yang lebih mengetahui kondisi
anjingnya.
Tidak puas dengan perlakuan Elishia, Tommy bersama Anisa Ratna Kurnia dari
Garda Satwa Indonesia mendatangi Polsek Tanah Abang untuk melakukan mediasi dengan
pemilik Valent. Dalam proses mediasi tersebut, pihak Tommy dan Garda Satwa Indonesia
menyampaikan keinginannya. Garda Satwa Indonesia datang ke Polsek Tanah Abang dengan
tujuan memberikan edukasi pada pemilik Valent agar tidak ada lagi perilaku seperti itu. Tak
ada niatan dari Garda Satwa Indonesia untuk mengambil Valent sebenarnya. Tapi, proses
edukasi pada pemilik Valent yang diberikan Garda Satwa Indonesia tidaklah berhasil. Hal
tersebut juga dibenarkan oleh Tommy. "Proses edukasi ini enggak berhasil. Menurut saya
sebagai awam, proses memberikan pengertian tentang melihara peliharaan yang baik itu tidak
diterima oleh pemilik Valent. Itu yang membuat saya akan semakin maju apapun risikonya.
Dengan pertemuan kedua nanti seperti apa, kalau enggak ketemu berarti lanjut terus," sebut
Tommy. Berbeda dengan pihak Garda Satwa Indonesia, tujuan Tommy adalah mengambil
Valent dari pemiliknya. "Goals saya dari awal adalah Valent diambil entah itu gimana apa
dibawa garda terlebih dahulu. Kemudian akan ada edukasi lebih lagi bahkan tadi kita juga
sempat kasih opsi-opsi lain juga untuk bagaimana Valent bisa diambil terlebih dahulu. Akan
ada shock terapi terlebih dahulu tidak hanya untuk dia, untuk masyarakat, tapi dia enggak
bersedia. Kami mempunyai beberapa fakta bahwa sebenarnya dia udah tidak boleh
memelihara hewan lagi menurut saya. Nanti fakta-fakta lain akan dibuka di tempat lain atau
Begitu juga dengan Elishia, pemilik Valent yang saat itu juga diberikan kesempatan
untuk menyampaikan pendapat dan keinginannya. Elishia tidak akan menyerahkan Valent
kepada siapapun karena ia mengaku sayang dengan Valent. Mengenai kasus tersebut, hal itu
ia lakukan karena Valent sendiri yang selalu mau ikut kemanapun ia pergi. Tentang lamanya
waktu ia meninggalkan Valent, awalnya ia hanya berniat pergi ke mal selama satu jam saja.
Lagipula, dokter hewan yang biasa dikunjungi Elishia untuk mengecek dan memberikan
vaksin kepada Valent mengatakan bahwa kondisi Valent selama ini baik-baik saja. Proses
mediasi yang berjalan kurang lebih satu jam tersebut pun berjalan alot. Masing-masing pihak
Hasil Telaah
hewan dunia (OIE) dan undang-undang turunannya yang diterapkan di Indonesia. Pada tahun
2004 OIE mengeluarkan standar kesejahteraan terhadap hewan. Indikator dari standar
kesejahteraan tersebut meliputi 5 hal: Pertama, bebas dari rasa lapar dan haus.
Kedua, bebas dari rasa tidak nyaman. Ketiga, bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit.
Keempat, bebas mengekspesikan tingkah laku alami. Kelima, bebas dari rasa takut dan
tertekan.
Indonesia sebagai salah satu anggota dari organisasi tersebut merespons standar
direvisi menjadi UU 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam UU 41
tahun 2014 disebutkan, hewan peliharaan menjadi salah satu objek yang harus dilindungi. Hal
ini mengacu pada definisi hewan peliharaan dalam UU tersebut. “Hewan yang kehidupannya
sebagian atau keseluruhannya bergantung pada manusia untuk maksud tertentu,” dikutip
Dalam pasal lainnya dijelaskan mengenai indikator apa saja terkait kesehatan hewan.
“Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perlindungan sumberdaya
hewan kesehatan masyarakat dan lingkungan serta keamanan produk hewan dan
kemandirian dan ketahanan pangan asal hewan,” dilansir dalam pasal 3 ayat 2. Dalam UU
tersebut pun diatur tentang sanksi apabila menyakiti hewan peliharaan. “Setiap orang yang
menganiaya dan/atau menyalahgunakan hewan sehingga mengakibatkan cacat dan atau tidak
produktif sebagaimana dimaksud dalam pasal 66A ayat 1 dipidana dengan kurungan paling
singkat satu bulan dan paling lama 6 bulan dengan denda minimal Rp 1 juta sampai Rp 5
Jadi, menurut saya selagi belum ada bukti yang mengatakan bahwa dengan perlakuan
Elishia yang meninggalkan Valent di dalam mobil tersebut yang menyebabkan Valent cacat,
sakit atau tidak produktif, Elishia belum bisa dikenai hukuman pidana karena tidak
melanggar pasal 66A ayat 1. Lagipula walaupun Tommy melihat bahwa anjing tersebut tidak
diberikan makanan ataupun minuman selama di dalam mobil saat itu, melainkan hanya
dibukakan sedikit kaca jendela untuk Valent bernafas, Tommy tidak bisa secara sepihak
menjatuhkan tuduhan pidana kepada Elishia karena tidak mengetahui bagaimana keseharian
sang pemilik memperlakukan Valent. Bisa jadi memang benar bahwa Valent yang ingin
selalu ikut Elishia pergi dan karena saat itu pemilik pergi ke mal namun tidak memungkinkan
untuk membawa Valent keluar mobil, Elishia pun memutuskan untuk meninggalkan
anjingnya itu.
Namun, saya setuju jika Elishia mendapat sanksi sosial dari masyarakat seperti
teguran dari Tommy yang telah ia dapatkan. Karena walaupun Valent baik-baik saja,
kebiasaan meninggalkan anjing di dalam mobil terlalu lama tanpa makanan dan minuman
adalah tindakan yang tidak menjaga kesejahteraan hewan seperti yang disebutkan oleh
Organisasi kesehatan hewan dunia (OIE) tentang indikator dari standar kesejahteraan yang