Anda di halaman 1dari 4

Verny Rahmadini 1751050

Tugas Sosiologi Hukum : Menelaah Kasus Penelantaran Anjing

Kronologi

Kasus ini bermula dari seseorang yang telah diketahui bernama Elishia meninggalkan

seekor anjing peliharaannya bernama Valent selama kurang lebih delapan jam di dalam mobil

yang terparkir di Grand Indonesia pada hari Jumat (1/12) tanpa meninggalkan minuman dan

makanan dengan kaca mobil yang sedikit terbuka. Tommy Prabowo yang juga pengunjung

mal tersebut melihat, anjing berjenis maltese itu terjebak sejak pukul 16.26 WIB ia

memarkirkan mobil, hingga pukul 22.09 WIB ia kembali dari mal. Karena merasa kasihan

dengan Valent, Tommy dan kedua kawannya, Irma Ryantina dan Firna Maulia, meminta

bantuan pada pihak keamanan mal dan mencoba menghubungi pemilik mobil melalui

layanan car call. Dan mereka menunggu sampai pemiliknya datang pada pukul 00.43 WIB.

Tommy menasehati Elishia bahwa lain kali jangan membawa anjing di dalam mobil tanpa

makanan dan minuman lagi ketika ke Mal. Namun, Elishia selaku pemilik Valent justru

malah membantah Tommy dengan berdalih bahwa ia yang lebih mengetahui kondisi

anjingnya.

Tidak puas dengan perlakuan Elishia, Tommy bersama Anisa Ratna Kurnia dari

Garda Satwa Indonesia mendatangi Polsek Tanah Abang untuk melakukan mediasi dengan

pemilik Valent. Dalam proses mediasi tersebut, pihak Tommy dan Garda Satwa Indonesia

menyampaikan keinginannya. Garda Satwa Indonesia datang ke Polsek Tanah Abang dengan

tujuan memberikan edukasi pada pemilik Valent agar tidak ada lagi perilaku seperti itu. Tak

ada niatan dari Garda Satwa Indonesia untuk mengambil Valent sebenarnya. Tapi, proses

edukasi pada pemilik Valent yang diberikan Garda Satwa Indonesia tidaklah berhasil. Hal

tersebut juga dibenarkan oleh Tommy. "Proses edukasi ini enggak berhasil. Menurut saya

sebagai awam, proses memberikan pengertian tentang melihara peliharaan yang baik itu tidak
diterima oleh pemilik Valent. Itu yang membuat saya akan semakin maju apapun risikonya.

Dengan pertemuan kedua nanti seperti apa, kalau enggak ketemu berarti lanjut terus," sebut

Tommy. Berbeda dengan pihak Garda Satwa Indonesia, tujuan Tommy adalah mengambil

Valent dari pemiliknya. "Goals saya dari awal adalah Valent diambil entah itu gimana apa

dibawa garda terlebih dahulu. Kemudian akan ada edukasi lebih lagi bahkan tadi kita juga

sempat kasih opsi-opsi lain juga untuk bagaimana Valent bisa diambil terlebih dahulu. Akan

ada shock terapi terlebih dahulu tidak hanya untuk dia, untuk masyarakat, tapi dia enggak

bersedia. Kami mempunyai beberapa fakta bahwa sebenarnya dia udah tidak boleh

memelihara hewan lagi menurut saya. Nanti fakta-fakta lain akan dibuka di tempat lain atau

mungkin di persidangan," Tambah Tommy.

Begitu juga dengan Elishia, pemilik Valent yang saat itu juga diberikan kesempatan

untuk menyampaikan pendapat dan keinginannya. Elishia tidak akan menyerahkan Valent

kepada siapapun karena ia mengaku sayang dengan Valent. Mengenai kasus tersebut, hal itu

ia lakukan karena Valent sendiri yang selalu mau ikut kemanapun ia pergi. Tentang lamanya

waktu ia meninggalkan Valent, awalnya ia hanya berniat pergi ke mal selama satu jam saja.

Lagipula, dokter hewan yang biasa dikunjungi Elishia untuk mengecek dan memberikan

vaksin kepada Valent mengatakan bahwa kondisi Valent selama ini baik-baik saja. Proses

mediasi yang berjalan kurang lebih satu jam tersebut pun berjalan alot. Masing-masing pihak

belum mencapai kata sepakat untuk menentukan nasib Valent ke depannya.

Hasil Telaah

Mengenai standar kesejahteraan hewan telah diatur menurut Organisasi kesehatan

hewan dunia (OIE) dan undang-undang turunannya yang diterapkan di Indonesia. Pada tahun

2004 OIE mengeluarkan standar kesejahteraan terhadap hewan. Indikator dari standar

kesejahteraan tersebut meliputi 5 hal: Pertama, bebas dari rasa lapar dan haus.
Kedua, bebas dari rasa tidak nyaman. Ketiga, bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit.

Keempat, bebas mengekspesikan tingkah laku alami. Kelima, bebas dari rasa takut dan

tertekan.

Indonesia sebagai salah satu anggota dari organisasi tersebut merespons standar

kesejahteraan hewan tersebut dengan mengeluarkan UU no 16 tahun 2009 yang kemudian

direvisi menjadi UU 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam UU 41

tahun 2014 disebutkan, hewan peliharaan menjadi salah satu objek yang harus dilindungi. Hal

ini mengacu pada definisi hewan peliharaan dalam UU tersebut. “Hewan yang kehidupannya

sebagian atau keseluruhannya bergantung pada manusia untuk maksud tertentu,” dikutip

dalam pasal 3 ayat 4.

Dalam pasal lainnya dijelaskan mengenai indikator apa saja terkait kesehatan hewan.

“Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perlindungan sumberdaya

hewan kesehatan masyarakat dan lingkungan serta keamanan produk hewan dan

kesejahteraan hewan, dan peningkatan akses pasar untuk mendukung kedaulatan,

kemandirian dan ketahanan pangan asal hewan,” dilansir dalam pasal 3 ayat 2. Dalam UU

tersebut pun diatur tentang sanksi apabila menyakiti hewan peliharaan. “Setiap orang yang

menganiaya dan/atau menyalahgunakan hewan sehingga mengakibatkan cacat dan atau tidak

produktif sebagaimana dimaksud dalam pasal 66A ayat 1 dipidana dengan kurungan paling

singkat satu bulan dan paling lama 6 bulan dengan denda minimal Rp 1 juta sampai Rp 5

juta,” Pasal 91 UU 41 tahun 2014.

Jadi, menurut saya selagi belum ada bukti yang mengatakan bahwa dengan perlakuan

Elishia yang meninggalkan Valent di dalam mobil tersebut yang menyebabkan Valent cacat,

sakit atau tidak produktif, Elishia belum bisa dikenai hukuman pidana karena tidak

melanggar pasal 66A ayat 1. Lagipula walaupun Tommy melihat bahwa anjing tersebut tidak
diberikan makanan ataupun minuman selama di dalam mobil saat itu, melainkan hanya

dibukakan sedikit kaca jendela untuk Valent bernafas, Tommy tidak bisa secara sepihak

menjatuhkan tuduhan pidana kepada Elishia karena tidak mengetahui bagaimana keseharian

sang pemilik memperlakukan Valent. Bisa jadi memang benar bahwa Valent yang ingin

selalu ikut Elishia pergi dan karena saat itu pemilik pergi ke mal namun tidak memungkinkan

untuk membawa Valent keluar mobil, Elishia pun memutuskan untuk meninggalkan

anjingnya itu.

Namun, saya setuju jika Elishia mendapat sanksi sosial dari masyarakat seperti

teguran dari Tommy yang telah ia dapatkan. Karena walaupun Valent baik-baik saja,

kebiasaan meninggalkan anjing di dalam mobil terlalu lama tanpa makanan dan minuman

adalah tindakan yang tidak menjaga kesejahteraan hewan seperti yang disebutkan oleh

Organisasi kesehatan hewan dunia (OIE) tentang indikator dari standar kesejahteraan yang

pertama, yaitu bebas dari rasa lapar dan haus.

Anda mungkin juga menyukai