Anda di halaman 1dari 19

CASE REPORT

KEJAHATAN ASUSILA

Oleh :
Bela Riski Dinanti, S. Ked

( 1118011019 )

Rizky Bayu Ajie, S.Ked

(1118011112 )

M. Yahya Shobirin, S.Ked

(1018011018)

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan

segala

nikmat

dan

karunia-Nya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan laporan kasus berjudul Kejahatan Asusila. Adapun penulisan


laporan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada dokter pembimbing
yaitu dr. Winda Trijayanthi Utami, S.H. yang telah bersedia memberikan
bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini, juga kepada semua pihak yang
telah turut serta dalam membantu penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya laporan kasus ini masih memiliki
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan laporan kasus
ini. Akhirnya semoga laporan kasus ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat
bagi kita semua
Bandar Lampung, Januari 2016

Penulis

BAB I
2

PENDAHULUAN

Definisi kekerasan terhadap anak menurut Centers for Disease Control and
Prevention adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian
oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau
berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak..
Kekerasan pada anak menurut keterangan WHO dibagi menjadi lima jenis, yaitu
kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional, penelantaran anak,
eksploitasi anak.1
Selama beberapa tahun terakhir kecenderungan terjadinya kekerasan seksual pada
anak semakin meningkat jumlahnya. Peningkatan jumlah kasus yang terlaporkan
dan dilaporkan meningkat secara akumulatif hingga 100 kasus setiap tahunnya
antara tahun 2004 ke tahun 2007. Secara umum yang dimaksud dengan kekerasan
seksual pada anak adalah keterlibatan seorang anak dalam segala bentuk aktivitas
seksual yang terjadi sebelum anak mencapai batasan umur tertentu yang
ditetapkan oleh hukum negara yang bersangkutan di mana orang dewasa atau anak
lain yang usianya lebih tua atau orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih
dari anak memanfaatkannya untuk kesenangan seksual atau aktivitas seksual. Di
Indonesia UU Perlindungan Anak memberi batasan bahwa yang dimaksud dengan
anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk
anak yang masih dalam kandungan.2
Di Indonesia, menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan) sejak tahun 1998 sampai 2010 tercatat 93.960 kasus
kekerasan seksual terhadap perempuan di seluruh Indonesia. Dengan demikian
rata-rata ada 20 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual tiap harinya.
Hal yang lebih mengejutkan adalah bahwa lebih dari 3/4 dari jumlah kasus
tersebut (70,11%) dilakukan oleh orang yang masih memiliki hubungan dengan
korban. Terdapat dugaan kuat bahwa angka-angka tersebut merupakan fenomena
gunung es,yaitu jumlah kasus yang dilaporkan jauh lebih sedikit daripada jumlah
3

kejadian sebenarnya di masyarakat. Banyak korban enggan melapor, mungkin


karena malu, takut disalahkan, mengalami trauma psikis, atau karena tidak tahu
harus melapor ke mana. Seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum di
Indonesia, jumlah kasus kekerasan seksual yang dilaporkan pun mengalami
peningkatan.3,4,5
Pelaporan tentu hanya merupakan langkah awal dari rangkaian panjang dalam
mengungkap suatu kasus kekerasan seksual. Salah satu komponen penting dalam
pengungkapan kasus kekerasan seksual adalah visum et repertum yang dapat
memperjelas perkara dengan pemaparan dan interpretasi bukti-bukti fisik
kekerasan seksual. Dokter, sebagai pihak yang dianggap ahli mengenai tubuh
manusia, tentunya memiliki peran yang besar dalam pembuatan visum et repertum
dan membuat terang suatu perkara bagi aparat penegak hukum. Karena itu,
hendaknya setiap dokter baik yang berada di kota besar maupun di daerah
terpencil, baik yang berpraktik di rumah sakit maupun di tempat praktik pribadi
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni dalam melakukan
pemeriksaan dan penatalaksanaan korban kekerasan seksual.4,5
Penatalaksanaan yang baik dan sesuai prosedur terhadap korban akan sangat
membantu pengungkapan kasus kekerasan seksual. Pemeriksaan yang dilakukan
oleh dokter hendaknya sistematis, menyeluruh, dan terarah untuk menemukan
bukti-bukti kekerasan seksual yang terdapat pada tubuh korban untuk dituangkan
dalam visum et repertum. Dalam melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan
korban kekerasan seksual, dokter harus memperhatikan aspek etika dan
medikolegal agar dapat membantu korban seoptimal mungkin dalam mendapatkan
keadilan, tanpa menambah penderitaan korban.1

BAB II
ILUSTRASI KASUS
4

STATUS FORENSIK KLINIK


Hari/tanggal pemeriksaan: Senin, 11 Januari 2016 pukul 23.45 WIB
I.

IDENTITAS PASIEN/KORBAN
a. Nama
: Nn. Fulanah
b. Tanggal Lahir
: 11 Januari 2001
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Warga Negara
: Indonesia
e. Agama
: Islam
f. Pekerjaan
; Belum Bekerja
g. Alamat
: Jl. Imbu Kusuma Gg. Tirtonadi No. 26 B RT 008
Kec. Kemiling Bandar LSampung

II.

ANAMNESIS/WAWANCARA
Korban datang dengan ditemani keluargnya pada tanggal sebelas januari dua
ribu enam belas pukul dua pulus tiga empat puluh lima menit Waktu
Indonesia Barat ke Instalasi Forensik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Korban
daatang mengenakan baju lengan panjangdengan garis-garis panjang coklat
putih. Celana jeans panjang sepatu hitam rambut diurai. Korban mengaku
telah mengalami persetubuhan sebanyak empat kali dengan orang yang
dikenal.
Kejadian bermula pada tanggal dua puluh satu september tahun dua ribu lima
belas. Korban diajak pelaku untuk bermain dirumah pelaku. Korban tiba
sekira pukul tujuh belas tiga puluh menit waktu indonesia barat. Korban
kemudiian berbincang dengan pelaku di lantai satu rumah pelaku. Ketika
adzan maghrib sekira pukul delapan belas nol nol waktu indonesia barat,
korban diajak pelaku ke lantai dua rumah kedalam kamar pelaku. Pada
awalnya korban dan pelaku hanya berbincang. Kemudian pelaku mematikan
lampu kamar dan mendorong korban ke kasur. Korban menolak dengan
menendang pelaku namun korban dipaksa berbaring hingga korban merasa
Slemas. Setelah itu korban dicium pada bibirnya dan celananya dibuka oleh
pelaku dan pelaku langsung memasukkan kemaluan pelaku ke kemaluan
korban selama kurang lebih tiga menit. Korban lalu merasa ada cairan yang
5

keluar didalam kemaluan. Setelah itu, pelaku menenangkan korban agar tidak
takut. Sekitar satu bulan setalah kejaadian pertama, korban yang khawatir
hamil menghubungi pelaku dan pelaku meminta korban kerumahnya untuk
mencegah kehamilan. Ketika korban kerumah pelaku, korban diajak pelaku
kekamarnya dan dipaksa berbaring sehingga keduanya melakukan hubungan
seksual dengan hanya melepaskan celana dan hanya menggunakan baju
selama lima menit. Seminggus kemudian pelaku dan korban kembali
melakukan hubungan seksual tersebut tanpa paksaan tanpa menggunakan baju
berlangsung selama sekitar tujuh menit.
Pada emapat januari dua ribu enambelas korban kembali melakukan
hubungan seksual dengan pelaku tanpa paksaan dikamar pelaku.
III.

PEMERIKSAAN FISIK UMUM


a. Keadaan umum : Baik, kesadaran penuh, emosi stabil, kooperatif
b. Tekanan Darah : 110/70 MmHg
c. Nadi
: 82x/menit
d. Pernafasan
: 20x/menit
e. Suhu
: 36,5 Celcius

IV.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kepala
Luka
Pelipis
Leher
Tulang Belakang
Dada
Perut
Anggota gerak

: Normochepal,
: (-)
: dalam batas normal
: dalam batas normals
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: Cembung, FUT sepusar
: atas kanan edeman (-) kiri edema (-)
Bawah kanan edema (-) kiri edema (-)

Status Lokalis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jumlah Gigi
Air susu
Rambut ketiak
Rambut kemaluan
Colok dubur
Perineum
Selaput dara

: 28 gigi ke-8 sedang tumbuh


: kolostrum tidak ada
: sudah tumbuh
: Sudah tumbuh
:Tonus otot anus normal
: utuh
: robek lama pada pukul 6 dan 7
6

8. Liang kemaluan
V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji kehamilan

VI.

: dapat dilalui satu jari tanpa sakit.

: tes kehamilan (+)

TINDAKAN/PENGOBATAN
Tidak dilakukan pengobatan

VII.

KESIMPULAN
Seorang perempuan berusia lima belas tahun mengaku telah dipersetubuhi
oleh pelaku. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Selaput dara robek lama
pada pukul enam dan tujuh. Pada pemeriksaan laboratorium uji kehamilan,
hasil positif. Pada pemeriksaan kehamilan diemukan janin tunggal hidup
dalam rahim perkiraan usia kehamilan kurang lebih dua puluh satu
minggu. Tanda-tanda seks sekunder sedang berkembang.

Visum Et Repertum nomor : 357 /


Halaman pertama dari tiga halaman

399

/ 4.13 / I / 2016

PEMERINTAH PROPINSI LAMPUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
Jl. Dr. Rivai No. 6 Telp. 0721-703312 Fax. 703952
BANDAR LAMPUNG
Nomor : 357/ 399 / 4.13 / I / 2016
Lamp :
Perihal : Hasil pemeriksaan Kejahatan Susila
Atas Nama Fulanah

Bandar Lampung, 12 Januari 2016

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
7

Yang bertanda tangan di bawah ini Bela Rizky Shobirin, dokter Spesialis
Obstetri Gynekologi pada Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung, atas permintaan tertulis dari I. Suwarto, pangkat IPTU, NRP.
60100047, jabatan Kanit SPK I. Atas Nama Kepala Kepolisian Resor Kota Bandar
Lampung, dengan suratnya nomor : R / 07 / I / 2016 / SPK / Resta Balam, tanggal
sebelas Januari tahun dua ribu enam belas. Maka pada tanggal dua belas Januari
tahun dua ribu enam belas, bertempat di Ruang Delima RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung, telah melakukan pemeriksaan terhadap korban
dengan nomor rekam medik 44 20 40, dengan identitas yang menurut surat
permintaan tersebut adalah -----------------------------------------------------------------Nama

: FULANAH-------------------------------------------------

Umur

: 15 Tahun ----------------------------------------------------

Jenis Kelamin

: Perempuan-------------------------------------------------

Kewarganegaraan

: Indonesia ---------------------------------------------------

A g a m a

: Islam---------------------------------------------------------

Pekerjaan

: Pelajar ------------------------------------------------------

Alamat

: Jl. Imba Kesuma Gg Tirtonadi No 26 B Rt/Rw 008/Kel Kemiling Permai Kec Kemiling Balam-----------

Korban datang dalam

keadaan sadar, dengan keadaan umum baik. Korban


Visum Et Repertum
nomorsebanyak
: 357 / empat
399 kali
/ 4.13 / I / 2016
mengaku bahwa korban telah mengalami
persetubuhan
Halaman ke dua dari tiga halaman
dengan orang yang dikenal. Kejadian pertama dilakukan pada tanggal dua puluh
satu September tahun dua ribu lima belas didalam rumah pelaku, Jl. Bataranila Gg
selasa Rajabasa Bandar Lampung---------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN : -----------------------------------------------------------------1. Tekanan darah seratus sepuluh per tujuh puluh mili meter air raksa,
frekwensi pernapasan dua puluh kali per menit, frekwensi nadi delapan
puluh kali per menit, suhu tubuh tiga puluh enam koma lima derajat
2.
3.
4.
5.
6.
7.

selsius.--------------------------------------------------------------------------------Keadaan pakaian korban : pakaian luar dan pakaian dalam rapih------------Penampilan korban baik dan kooperatif dalam pemeriksaan-----------------Jumlah gigi dua puluh delapan, gigi kedelapan sedang tumbuh-------------Air susu tidak ada-------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan colok dubur ( Rectal Taucher ) otot anus normal---------Daerah bagian bawah, antara liang kemaluan dan anus ( perineum ) utuh-8

8. Selaput dara robek lama arah jam enam dan jam tujuh------------------------9. Pada pemeriksaan laboratorium uji kehamilan, tanggal dua belas Januari
tahun dua ribu enam belas hasil positif.------------------------------------------10. Pada pemeriksaan kehamilan ditemukan Janin tunggal hidup dalam rahim,
perkiraan usia kehamilan kurang lebih dua puluh satu minggu---------------KESIMPULAN : ---------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan seorang perempuan

yang menurut surat permintaan

berumur lima belas tahun ini ditemukan Selaput dara robek lama arah jam enam
dan jam tujuh. Pada pemeriksaan laboratorium uji kehamilan, hasil positif. Pada
pemeriksaan kehamilan ditemukan Janin tunggal hidup dalam rahim, perkiraan
usia kehamilan kurang lebih dua puluh satu minggu. Tanda tanda sex sekunder
telah berkembang.---------------------------------------------------------------------------Demikian Visum Et Repertum ini dibuat dengan sebenar - benarnya, dengan
menggunakan keilmuan saya yang sebaik - baiknya, mengingat sumpah sesuai
pada waktu menerima jabatan--------------------------------------------------------------Visum Et Repertum nomor : 357 /
399
/ 4.13 / I / 2016
Halaman tiga dari tiga halaman

dokter tersebut di atas,

dr. Bela Rizky Shobirin, Sp.OG


NIP. 1979 0106 200211 3 001

BAB III
PEMBAHASAN

Pemeriksaan korban ini sudah sesuai dengan prosedur medikolegal yaitu dengan
adanya permintaan dari penyidik dalam hal ini permintaan tertulis dari, I.
Suwarto, pangkat IPTU. NRP. 60100047, jabatan SPK I, tertanggal sebelas
januari tahun dua ribu enam belas kepada Rumah Sakit Umun Abdul Moeloek
Provinsi Lampung, dengan identitas yang menurut surat permintaan tersebut
adalah, atas korban yang merupakan korban pelecehan seksual dengan orang yang
dikenal. Permintaan dilakukan secara tertulis yang sesuai dengan pasal 133
KUHAP ayat 2.
Dalam hal hasil pemeriksaan pada korban ini sudah memuat hasil pemeriksaan
yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada
korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan juga dilakukan dengan baik secara
10

sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya
juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak
antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan
titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya
serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang
pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.
Pada pemeriksaan selaput dara sudah dilakukan dengan prosedur yang tepat dan
robek lama arah jam enam dan tujuh. Pada pemeriksaan daerah kemaluan bagian
bawah, antara liang kemaluan dan anus (perineum) utuh. Tanda - tanda sex
sekunder

telah berkembang. Pada

pemeriksaan laboratorium kehamilan

didapatkan hasil positif. Pemeriksaan laboratorium kehamilan pada korban ini


sudah tepat untuk mengetahui ada tidaknya kehamilan dan pemantauan selama
masa kehamilan.9 Pemeriksaan dilakukan dengan mendeteksi ada tidaknya
hormon human chorionic gonadotropin (hCG) di dalam darah yang dapat
menunjukkan ada tidaknya kehamilan. Hormon hCG diproduksi oleh plasenta
selama masa kehamilan, dan dapat terdeteksi di dalam darah pada masa kehamilan
paling awal, bahkan sebelum periode menstruasi berhenti. Kadar hCG plasma ibu
akan memuncak sekitar 100.000 mIU/mL pada kehamilan sepuluh minggu dan
kemudian lahan-lahan menurun hingga 10.000 mIU/mL pada trimester ketiga.

10

Pemeriksaan laboratorium kehamilan dilakukan karena perut korban terlihat


cembung dan pada perabaan didapatkan TFU sepusar. Selain itu, korban juga
belum pernah periksa apakah dia hamil atau tidak.
Berdasarkan kepustakaan menyatakan bahwa persetubuhan adalah suatu peristiwa
dimana alat kelamin laki-laki masuk ke dalam alat kelamin perempuan, sebagian
atau seluruhnya dan dengan atau tanpa terjadinya pancaran air mani. Pemeriksaan
dipengaruhi oleh : besarnya zakar dengan ketegangannya, seberapa jauh zakar
masuk, keadaan selaput dara serta posisi persetubuhan.6
Adanya robekan pada selaput dara hanya menunjukkan adanya benda
padat/kenyal yang masuk (bukan merupakan tanda pasti persetubuhan). Jika zakar
11

masuk seluruhnya & keadaan selaput dara masih cukup baik, pada pemeriksaan
diharapkan adanya robekan pada selaput dara. Jika elastis, tentu tidak akan ada
robekan. 6
Adanya pancaran air mani (ejakulasi) di dalam vagina merupakan tanda pasti
adanya persetubuhan. Pada orang mandul, jumlah spermanya sedikit sekali
(aspermia), sehingga pemeriksaan ditujukan adanya zat-zat tertentu dalam air
mani seperti asam fosfatase, spermin dan kholin. Namun nilai persetubuhan lebih
rendah karena tidak mempunyai nilai deskriptif yang mutlak atau tidak khas. 6
1. Sperma masih dapat ditemukan dalam keadaan bergerak dalam vagina 45 jam setelah persetubuhan.
2. Pada orang yang masih hidup, sperma masih dapat ditemukan (tidak
bergerak) sampai sekitar 24-36 jam setelah persetubuhan, sedangkan
pada orang mati sperma masih dapat ditemukan dalam vagina paling
lama 7-8 hari setelah persetubuhan.
3. Pada laki-laki yang sehat, air mani yang keluar setiap ejakulasi sebanyak
2-5 ml, yang mengandung sekitar 60 juta sperma setiap mililiter dan 90%
bergerak (motile)
4. Untuk mencari bercak air mani yang mungkin tercecer di TKP, misalnya
pada sprei atau kain maka barang-barang tersebut disinari dengan cahaya
ultraviolet dan akan terlihat berfluoresensi putih, kemudian dikirim ke
laboratorium.
5. Jika pelaku kekerasan segera tertangkap setelah kejadian, kepala zakar
harus diperiksa, yaitu untuk mencari sel epitel vagina yang melekat pada
zakar. Ini dikerjakan dengan menempelkan gelas objek pada gland penis
(tepatnya sekeliling korona glandis) dan segera dikirim untuk
mikroskopis.
6. Robekan baru pada selaput dara dapat diketahui jika pada daerah robekan
tersebut masih terlihat darah atau hiperemi/kemerahan. Letak robekan
selaput dara pada persetubuhan umumnya di bagian belakang (comisura
posterior), letak robekan dinyatakan sesuai menurut angka pada jam.

12

Robekan lama diketahui jika robekan tersebut sampai ke dasar (insertio)


dari selaput dara.
7. VeR yang baik harus mencakup keempat hal tersebut di atas (fungsi
penyelidikan), dengan disertai perkiraan waktu terjadinya persetubuhan.
hal ini dapat diketahui dari keadaan sperma serta dari keadaan normal
luka (penyembuhan luka) pada selaput dara, yang pada keadaan normal
akan sembuh dalam 7-10 hari.
Jika dilihat pada kasus ini bisa dikatakan bahwa korban terlambat melakukan
pemeriksaan, karena tanda pasti persetubuhan lainnya yaitu terdapatnya sperma
pada pemeriksaan mungkin saja sudah tidak ditemukan dan bukti-bukti lain yang
terhadap pada korban sudah menghilang seperti tanda kekerasan ketika korban
dipaksa. Korban terlambat melakukan pemeriksaan dikarenakan korban takut
untuk melapor kepada kedua orangtuanya dan pacarnya. Keluarga korban
melaporkan kasus ini ke polisi dan dilakukan pemeriksaan untuk memberikan
semacam hukuman kepada pelaku sehingga dapat ditindak oleh kepolisian.
Berkaitan dengan kasus ini, dilihat dari aspek hukum terdapat adanya pelanggaran
yang melibatkan pelaku pemerkosaan terhadap Nn. F yang masih berumur 15
tahun. Berdasarkan pengertian pemerkosaan adalah tindakan menyetubuhi
seorang wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Korban mengaku telah dipaksa oleh pelaku untuk melakukan persetubuhan,
padahal status pelaku dan korban bukan suami istri. Pasal berlapis juga dapat
dikenakan tehadap pelaku karena melakukan pemerkosaan dan persetubuhan
kepada korban yang dibawah umur. Dimana dalam KUHP memberikan batasan
anak di bawah umur adalah lima belas tahun, sedangkan dalam KHA memberikan
batasan anak di bawah umur adalah delapan belas tahun. Jadi dalam kasus ini
pelaku dapat dikenakan sanksi berupa pemerkosaan, pemerkosaan terhadap anak
berdasarkan pasal 285 KUHP dan persetubuhan dibawah umur berdasarkan pasal
287 KUHP. 7,8
Menurut UU RI. No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak7

13

Pasal 81
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 ( lima belas ) tahun dan
paling singkat 3 ( tiga ) tahun dan denda paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain.
Pasal 82
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk
anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3
( tiga ) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Multifaktor diyakini oleh banyak ahli dalam memandang penyebab terjadinya
kekerasan seksual pada anak. Posisi anak sebagai pihak yang lemah dan tidak
berdaya, moralitas masyarakat khususnya pelaku kekerasan seksual yang rendah,
kontrol dan kesadaran orangtua dalam mengantisipasi tindak kejahatan pada anak,
kurangnya program edukasi dari pihak pemerintah yang bisa diakses oleh
masyarakat, lingkungan baik tempat tinggal, sekolah maupun pergaulan,
sosioekonomi dan masih banyak lagi faktor lain.
Pada korban ini, faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan padanya
adalah :
1. Moralitas pelaku yang rendah yang ditandai dengan pemaksaan yang
dilakukannya terhadap korban sehingga terjadi persetubuhan.
14

2. Lingkungan baik lingkungan tempat tinggal dan pergaulan berpengaruh.


Dengan lingkungan pergaulan yang kurang sehat dan kurang moral dalam
pergaulan dapat memberikan dampak negatif terhadap anak dibawah umur.
3. Tingkat sosial ekonomi juga berpengaruh. Korban dan pelaku memiliki
tingkat perekonomian menengah kebawah dengan tingkat pendidikan yang
kurang. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan pacar korban sebagai pekerja
salah satu minimarket dibandarlampng dan korban yang masih duduk
dibangku SMP.
4. Kontrol dan kesadaran orang tua dalam mengantisipasi tindak kejahatan
kepada anak baik dari segi orang tua korban maupun pelaku. Hal ini
dibuktikan dengan tidak dilarangnya pelaku dan korban sekamar dalam
rumah sehingga memicu terjadinya persetubuhan. Seharusnya keluarga
harus lebih mengawasi hal hal seperti ini. Selain itu dari orang tua pelaku,
orang tua korban menjadi salah satu faktor terjadinya hal ini. Kontrol dari
keluarga terhadap pergaulan korban juga perlu diperhatikan.
Orangtua, keluarga, masyarakat, dan negara bertanggung jawab secara
terus menerus demi terlindungi hak hak anak yang dalam hal ini
termasuk korban yang dibawa umur. Upaya perlindungan anak perlu
dilaksanakan sedini mungkin yakni sejak janin dalam kandungan sampai
anak berumur 18 (delapan belas tahun). Sebagai orang tua, seharusnya
lebih memperhatikan anaknya, memperhatikan pergalulan anaknya dan
memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar rumah.
Dan menurut KUHP ( Kitab Undang Undang Hukum Pidana )8
Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan
yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa,
dengan hukuman penjara selama lamanya 12 tahun
Pasal 287

15

1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal


diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umumya belum lima
belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk
dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita
belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal
291 dan pasal 294.

Pasal 290 KUHP


Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:
1) Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal
diketahui bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2) Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal
diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas
tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin
3) Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus
diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak
ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan
perbuatan cabul atau bersetubuh diluar perkawinan dengan orang lain
Pasal 292 KUHP
Orang yang cukup umur yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama
kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa belum cukup
umur,diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

16

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus tindakan asusila di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan,
diantaranya :
1. Salah satu komponen penting dalam pengungkapan kasus kekerasan
seksual adalah visum et repertum yang dapat memperjelas perkara dengan
pemaparan dan interpretasi bukti-bukti fisik kekerasan seksual.
2. Dokter, sebagai pihak yang dianggap ahli mengenai tubuh manusia,
memiliki peran yang besar dalam pembuatan visum et repertum dan
membuat terang suatu perkara bagi aparat penegak hukum.
3. Pemerkosaan adalah tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan
istrinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
4. Pada kasus di atas dilakukan pemeriksaan selaput dara yang dilakukan
dengan prosedur yang tepat dan didapatkan hasil robekan lama arah jam
jam enam, dan jam tujuh.
5. Hukum yang berlaku sesuai kasus di atas dinyatakan dalam KUHP
(memberikan batasan anak di bawah umur adalah lima belas tahun) dan
KHA (memberikan batasan anak di bawah umur adalah delapan belas
17

tahun) sehingga dalam kasus ini pelaku dapat dikenakan sanksi berupa
pemerkosaan, pemerkosaan terhadap anak berdasarkan pasal 285 KUHP
dan persetubuhan dibawah umur berdasarkan pasal 287 KUHP.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Centers for Disease Control and Prevention, Child Maltreatment


Surveillance: Uniform Definitions for Public Health and Recommended
Data

Elements

di

akses

tanggal

25

Januari

2016

dari

http://www.cdc.gov/violenceprevention/pdf/CM_Surveillance-a.pdf.2010
2.

Mira, Doni. Kekerasan Seksual Pada Anak. Newsletter PULIH Volume


15 p1-8.2010

3.

Reneta Kristiani, Doni, Mira Nurcahyo budi W. Kekerasan Seksual Pada


Anak.

(diakses

tanggal

25

Januari

2016

dari

http://www.pulih.or.id/res/publikasi/news_letter%2015.pdf ).2010
4.

Ferry ndoen. Pemerkosaan Anak di Kupang Sangat tinggi. (diakses tanggal


06 Juni 2012 dari http://www.tribunnews.com/2012/03/02/pemerkosaananak-di-kupang-sangat-tinggi).2012

5.

Sutrisno,ED KPAI Banyak Temukan Kekerasan Seksual Pada Anak di


Tahun

2010

(diakses

tanggal

25

Januari

2016

dari

http://news.detik.com/read/2010/12/22/191329/1531095/10/kpai-banyaktemukan-kekerasan-seksual-pada-anak-di-tahun-2010?nd992203605).2010

18

6.

Idries, AM. 1997. Kekerasan Seksual. Dalam: Idries, AM, Pedoman Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. p 216-27

7.

Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Anak, UU No. 23 Tahun 2002,

8.

Ln No. 109 Tahun 2002, Tln No. 3821.


Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Terjemahan

9.

Resmi

oleh

Tim

Penerjemah

BPHN,

Departemen

Kehakiman, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985)


______________. Tes Kehamilan. (diakses tanggal 25 Januari 2016 dari
http://www.prodia.co.id/ProdukLayanan/PemeriksaanLaboratoriumDetails

10.

/Tes-Kehamilan).2016
Anwar, R. Endrokinologi Kehamilan dan Persalinan. (diakses pada tanggal
25

Januari

2016

dari

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2010/05/endokrinologi_kehamilan.pdf).2005

19

Anda mungkin juga menyukai