KEJAHATAN ASUSILA
Oleh :
Bela Riski Dinanti, S. Ked
( 1118011019 )
(1118011112 )
(1018011018)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan
segala
nikmat
dan
karunia-Nya
sehingga
penulis
dapat
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
Definisi kekerasan terhadap anak menurut Centers for Disease Control and
Prevention adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian
oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau
berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak..
Kekerasan pada anak menurut keterangan WHO dibagi menjadi lima jenis, yaitu
kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional, penelantaran anak,
eksploitasi anak.1
Selama beberapa tahun terakhir kecenderungan terjadinya kekerasan seksual pada
anak semakin meningkat jumlahnya. Peningkatan jumlah kasus yang terlaporkan
dan dilaporkan meningkat secara akumulatif hingga 100 kasus setiap tahunnya
antara tahun 2004 ke tahun 2007. Secara umum yang dimaksud dengan kekerasan
seksual pada anak adalah keterlibatan seorang anak dalam segala bentuk aktivitas
seksual yang terjadi sebelum anak mencapai batasan umur tertentu yang
ditetapkan oleh hukum negara yang bersangkutan di mana orang dewasa atau anak
lain yang usianya lebih tua atau orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih
dari anak memanfaatkannya untuk kesenangan seksual atau aktivitas seksual. Di
Indonesia UU Perlindungan Anak memberi batasan bahwa yang dimaksud dengan
anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk
anak yang masih dalam kandungan.2
Di Indonesia, menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan) sejak tahun 1998 sampai 2010 tercatat 93.960 kasus
kekerasan seksual terhadap perempuan di seluruh Indonesia. Dengan demikian
rata-rata ada 20 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual tiap harinya.
Hal yang lebih mengejutkan adalah bahwa lebih dari 3/4 dari jumlah kasus
tersebut (70,11%) dilakukan oleh orang yang masih memiliki hubungan dengan
korban. Terdapat dugaan kuat bahwa angka-angka tersebut merupakan fenomena
gunung es,yaitu jumlah kasus yang dilaporkan jauh lebih sedikit daripada jumlah
3
BAB II
ILUSTRASI KASUS
4
IDENTITAS PASIEN/KORBAN
a. Nama
: Nn. Fulanah
b. Tanggal Lahir
: 11 Januari 2001
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Warga Negara
: Indonesia
e. Agama
: Islam
f. Pekerjaan
; Belum Bekerja
g. Alamat
: Jl. Imbu Kusuma Gg. Tirtonadi No. 26 B RT 008
Kec. Kemiling Bandar LSampung
II.
ANAMNESIS/WAWANCARA
Korban datang dengan ditemani keluargnya pada tanggal sebelas januari dua
ribu enam belas pukul dua pulus tiga empat puluh lima menit Waktu
Indonesia Barat ke Instalasi Forensik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Korban
daatang mengenakan baju lengan panjangdengan garis-garis panjang coklat
putih. Celana jeans panjang sepatu hitam rambut diurai. Korban mengaku
telah mengalami persetubuhan sebanyak empat kali dengan orang yang
dikenal.
Kejadian bermula pada tanggal dua puluh satu september tahun dua ribu lima
belas. Korban diajak pelaku untuk bermain dirumah pelaku. Korban tiba
sekira pukul tujuh belas tiga puluh menit waktu indonesia barat. Korban
kemudiian berbincang dengan pelaku di lantai satu rumah pelaku. Ketika
adzan maghrib sekira pukul delapan belas nol nol waktu indonesia barat,
korban diajak pelaku ke lantai dua rumah kedalam kamar pelaku. Pada
awalnya korban dan pelaku hanya berbincang. Kemudian pelaku mematikan
lampu kamar dan mendorong korban ke kasur. Korban menolak dengan
menendang pelaku namun korban dipaksa berbaring hingga korban merasa
Slemas. Setelah itu korban dicium pada bibirnya dan celananya dibuka oleh
pelaku dan pelaku langsung memasukkan kemaluan pelaku ke kemaluan
korban selama kurang lebih tiga menit. Korban lalu merasa ada cairan yang
5
keluar didalam kemaluan. Setelah itu, pelaku menenangkan korban agar tidak
takut. Sekitar satu bulan setalah kejaadian pertama, korban yang khawatir
hamil menghubungi pelaku dan pelaku meminta korban kerumahnya untuk
mencegah kehamilan. Ketika korban kerumah pelaku, korban diajak pelaku
kekamarnya dan dipaksa berbaring sehingga keduanya melakukan hubungan
seksual dengan hanya melepaskan celana dan hanya menggunakan baju
selama lima menit. Seminggus kemudian pelaku dan korban kembali
melakukan hubungan seksual tersebut tanpa paksaan tanpa menggunakan baju
berlangsung selama sekitar tujuh menit.
Pada emapat januari dua ribu enambelas korban kembali melakukan
hubungan seksual dengan pelaku tanpa paksaan dikamar pelaku.
III.
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kepala
Luka
Pelipis
Leher
Tulang Belakang
Dada
Perut
Anggota gerak
: Normochepal,
: (-)
: dalam batas normal
: dalam batas normals
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: Cembung, FUT sepusar
: atas kanan edeman (-) kiri edema (-)
Bawah kanan edema (-) kiri edema (-)
Status Lokalis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah Gigi
Air susu
Rambut ketiak
Rambut kemaluan
Colok dubur
Perineum
Selaput dara
8. Liang kemaluan
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji kehamilan
VI.
TINDAKAN/PENGOBATAN
Tidak dilakukan pengobatan
VII.
KESIMPULAN
Seorang perempuan berusia lima belas tahun mengaku telah dipersetubuhi
oleh pelaku. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Selaput dara robek lama
pada pukul enam dan tujuh. Pada pemeriksaan laboratorium uji kehamilan,
hasil positif. Pada pemeriksaan kehamilan diemukan janin tunggal hidup
dalam rahim perkiraan usia kehamilan kurang lebih dua puluh satu
minggu. Tanda-tanda seks sekunder sedang berkembang.
399
/ 4.13 / I / 2016
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
7
Yang bertanda tangan di bawah ini Bela Rizky Shobirin, dokter Spesialis
Obstetri Gynekologi pada Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung, atas permintaan tertulis dari I. Suwarto, pangkat IPTU, NRP.
60100047, jabatan Kanit SPK I. Atas Nama Kepala Kepolisian Resor Kota Bandar
Lampung, dengan suratnya nomor : R / 07 / I / 2016 / SPK / Resta Balam, tanggal
sebelas Januari tahun dua ribu enam belas. Maka pada tanggal dua belas Januari
tahun dua ribu enam belas, bertempat di Ruang Delima RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung, telah melakukan pemeriksaan terhadap korban
dengan nomor rekam medik 44 20 40, dengan identitas yang menurut surat
permintaan tersebut adalah -----------------------------------------------------------------Nama
: FULANAH-------------------------------------------------
Umur
: 15 Tahun ----------------------------------------------------
Jenis Kelamin
: Perempuan-------------------------------------------------
Kewarganegaraan
: Indonesia ---------------------------------------------------
A g a m a
: Islam---------------------------------------------------------
Pekerjaan
: Pelajar ------------------------------------------------------
Alamat
: Jl. Imba Kesuma Gg Tirtonadi No 26 B Rt/Rw 008/Kel Kemiling Permai Kec Kemiling Balam-----------
selsius.--------------------------------------------------------------------------------Keadaan pakaian korban : pakaian luar dan pakaian dalam rapih------------Penampilan korban baik dan kooperatif dalam pemeriksaan-----------------Jumlah gigi dua puluh delapan, gigi kedelapan sedang tumbuh-------------Air susu tidak ada-------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan colok dubur ( Rectal Taucher ) otot anus normal---------Daerah bagian bawah, antara liang kemaluan dan anus ( perineum ) utuh-8
8. Selaput dara robek lama arah jam enam dan jam tujuh------------------------9. Pada pemeriksaan laboratorium uji kehamilan, tanggal dua belas Januari
tahun dua ribu enam belas hasil positif.------------------------------------------10. Pada pemeriksaan kehamilan ditemukan Janin tunggal hidup dalam rahim,
perkiraan usia kehamilan kurang lebih dua puluh satu minggu---------------KESIMPULAN : ---------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan seorang perempuan
berumur lima belas tahun ini ditemukan Selaput dara robek lama arah jam enam
dan jam tujuh. Pada pemeriksaan laboratorium uji kehamilan, hasil positif. Pada
pemeriksaan kehamilan ditemukan Janin tunggal hidup dalam rahim, perkiraan
usia kehamilan kurang lebih dua puluh satu minggu. Tanda tanda sex sekunder
telah berkembang.---------------------------------------------------------------------------Demikian Visum Et Repertum ini dibuat dengan sebenar - benarnya, dengan
menggunakan keilmuan saya yang sebaik - baiknya, mengingat sumpah sesuai
pada waktu menerima jabatan--------------------------------------------------------------Visum Et Repertum nomor : 357 /
399
/ 4.13 / I / 2016
Halaman tiga dari tiga halaman
BAB III
PEMBAHASAN
Pemeriksaan korban ini sudah sesuai dengan prosedur medikolegal yaitu dengan
adanya permintaan dari penyidik dalam hal ini permintaan tertulis dari, I.
Suwarto, pangkat IPTU. NRP. 60100047, jabatan SPK I, tertanggal sebelas
januari tahun dua ribu enam belas kepada Rumah Sakit Umun Abdul Moeloek
Provinsi Lampung, dengan identitas yang menurut surat permintaan tersebut
adalah, atas korban yang merupakan korban pelecehan seksual dengan orang yang
dikenal. Permintaan dilakukan secara tertulis yang sesuai dengan pasal 133
KUHAP ayat 2.
Dalam hal hasil pemeriksaan pada korban ini sudah memuat hasil pemeriksaan
yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada
korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan juga dilakukan dengan baik secara
10
sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya
juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak
antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan
titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya
serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang
pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.
Pada pemeriksaan selaput dara sudah dilakukan dengan prosedur yang tepat dan
robek lama arah jam enam dan tujuh. Pada pemeriksaan daerah kemaluan bagian
bawah, antara liang kemaluan dan anus (perineum) utuh. Tanda - tanda sex
sekunder
10
masuk seluruhnya & keadaan selaput dara masih cukup baik, pada pemeriksaan
diharapkan adanya robekan pada selaput dara. Jika elastis, tentu tidak akan ada
robekan. 6
Adanya pancaran air mani (ejakulasi) di dalam vagina merupakan tanda pasti
adanya persetubuhan. Pada orang mandul, jumlah spermanya sedikit sekali
(aspermia), sehingga pemeriksaan ditujukan adanya zat-zat tertentu dalam air
mani seperti asam fosfatase, spermin dan kholin. Namun nilai persetubuhan lebih
rendah karena tidak mempunyai nilai deskriptif yang mutlak atau tidak khas. 6
1. Sperma masih dapat ditemukan dalam keadaan bergerak dalam vagina 45 jam setelah persetubuhan.
2. Pada orang yang masih hidup, sperma masih dapat ditemukan (tidak
bergerak) sampai sekitar 24-36 jam setelah persetubuhan, sedangkan
pada orang mati sperma masih dapat ditemukan dalam vagina paling
lama 7-8 hari setelah persetubuhan.
3. Pada laki-laki yang sehat, air mani yang keluar setiap ejakulasi sebanyak
2-5 ml, yang mengandung sekitar 60 juta sperma setiap mililiter dan 90%
bergerak (motile)
4. Untuk mencari bercak air mani yang mungkin tercecer di TKP, misalnya
pada sprei atau kain maka barang-barang tersebut disinari dengan cahaya
ultraviolet dan akan terlihat berfluoresensi putih, kemudian dikirim ke
laboratorium.
5. Jika pelaku kekerasan segera tertangkap setelah kejadian, kepala zakar
harus diperiksa, yaitu untuk mencari sel epitel vagina yang melekat pada
zakar. Ini dikerjakan dengan menempelkan gelas objek pada gland penis
(tepatnya sekeliling korona glandis) dan segera dikirim untuk
mikroskopis.
6. Robekan baru pada selaput dara dapat diketahui jika pada daerah robekan
tersebut masih terlihat darah atau hiperemi/kemerahan. Letak robekan
selaput dara pada persetubuhan umumnya di bagian belakang (comisura
posterior), letak robekan dinyatakan sesuai menurut angka pada jam.
12
13
Pasal 81
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 ( lima belas ) tahun dan
paling singkat 3 ( tiga ) tahun dan denda paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain.
Pasal 82
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk
anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3
( tiga ) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Multifaktor diyakini oleh banyak ahli dalam memandang penyebab terjadinya
kekerasan seksual pada anak. Posisi anak sebagai pihak yang lemah dan tidak
berdaya, moralitas masyarakat khususnya pelaku kekerasan seksual yang rendah,
kontrol dan kesadaran orangtua dalam mengantisipasi tindak kejahatan pada anak,
kurangnya program edukasi dari pihak pemerintah yang bisa diakses oleh
masyarakat, lingkungan baik tempat tinggal, sekolah maupun pergaulan,
sosioekonomi dan masih banyak lagi faktor lain.
Pada korban ini, faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan padanya
adalah :
1. Moralitas pelaku yang rendah yang ditandai dengan pemaksaan yang
dilakukannya terhadap korban sehingga terjadi persetubuhan.
14
15
16
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus tindakan asusila di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan,
diantaranya :
1. Salah satu komponen penting dalam pengungkapan kasus kekerasan
seksual adalah visum et repertum yang dapat memperjelas perkara dengan
pemaparan dan interpretasi bukti-bukti fisik kekerasan seksual.
2. Dokter, sebagai pihak yang dianggap ahli mengenai tubuh manusia,
memiliki peran yang besar dalam pembuatan visum et repertum dan
membuat terang suatu perkara bagi aparat penegak hukum.
3. Pemerkosaan adalah tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan
istrinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
4. Pada kasus di atas dilakukan pemeriksaan selaput dara yang dilakukan
dengan prosedur yang tepat dan didapatkan hasil robekan lama arah jam
jam enam, dan jam tujuh.
5. Hukum yang berlaku sesuai kasus di atas dinyatakan dalam KUHP
(memberikan batasan anak di bawah umur adalah lima belas tahun) dan
KHA (memberikan batasan anak di bawah umur adalah delapan belas
17
tahun) sehingga dalam kasus ini pelaku dapat dikenakan sanksi berupa
pemerkosaan, pemerkosaan terhadap anak berdasarkan pasal 285 KUHP
dan persetubuhan dibawah umur berdasarkan pasal 287 KUHP.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Elements
di
akses
tanggal
25
Januari
2016
dari
http://www.cdc.gov/violenceprevention/pdf/CM_Surveillance-a.pdf.2010
2.
3.
(diakses
tanggal
25
Januari
2016
dari
http://www.pulih.or.id/res/publikasi/news_letter%2015.pdf ).2010
4.
5.
2010
(diakses
tanggal
25
Januari
2016
dari
http://news.detik.com/read/2010/12/22/191329/1531095/10/kpai-banyaktemukan-kekerasan-seksual-pada-anak-di-tahun-2010?nd992203605).2010
18
6.
Idries, AM. 1997. Kekerasan Seksual. Dalam: Idries, AM, Pedoman Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. p 216-27
7.
8.
9.
Resmi
oleh
Tim
Penerjemah
BPHN,
Departemen
10.
/Tes-Kehamilan).2016
Anwar, R. Endrokinologi Kehamilan dan Persalinan. (diakses pada tanggal
25
Januari
2016
dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/05/endokrinologi_kehamilan.pdf).2005
19