Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PENDERITA

No. Rekam Medik : 50.28.00


Masuk RSAM : Rabu, 14 Juni 2017, pukul 03:00 WIB

ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu os

Identitas
Nama Pasien : An. Al
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 11 bulan
Tinggi badan : 81 cm
Berat Badan : 12,5 kg
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Imam Bonjol, Bandar Lampung
Nama Ayah : Tn. E
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Honorer
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. E
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Staff administrasi
Pendidikan : S1

Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Diare
Keluhan Tambahan : Muntah dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang : Alloanamnesis (ibu os)
Satu hari SMRS os mengalami diare dengan frekuensi kurang lebih 10 kali dalam
sehari dengan konsistensi cair, encer disertai sedikit ampas, berlendir, berwarna kuning,
namun tidak disertai darah. Os tampak kehausan dan rewel, karena itu ibu os memberi os
ASI, os masih menerima ASI ibu. Keluhan tersebut disertai dengan demam yang tidak terlalu
tinggi, naik-turun, sepanjang hari. Selain diare dan demam, os juga mengalami muntah
sebanyak 3 kali dalam sehari. Muntahan berupa gabungan cairan, sisa nasi, dan susu. Mual
dan muntah dirasakan setelah os makan makan dan minum. Riwayat batuk dan pilek pada os
disangkal, keluar cairan dari telinga disangkal, alergi susu disangkal, kemerahan pada kulit
disangkal, demam yang lama pada os disangkal, serta penurunan berat badan yang drastis
disangkal.
Ibu os mengatakan bahwa perut os kembung, os menjadi rewel, os sering minum susu
namun BAK sedikit. Ibu os juga mengatakan os sulit makan sejak keluhan tersebut datang
sehingga orang tua os membawa os ke Puskesmas satu hari SMRS (siang hari). Di Puskesmas
os diberi terapi diantaranya oralit 200 ml, zinc 1x1 cth, lactoB 3x1 sachet, dan kaolin 4x1 cth.
Setelah mendapat terapi di Puskesmas, keadaan os belum membaik, ditandai dengan diare
masih 3 kali sebelum dibawa ke RSAM, os masih demam, muntah 1x, dan os jarang BAK.
Keadaan tersebut membuat orang tua os membawa os ke RS Abdul Moeloek untuk
pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu os mengatakan bahwa os tidak pernah mengalami diare sebelumnya. Riwayat demam
tifoid disangkal, riwayat demam dengue disangkal, riwayat malaria disangkal. Os pernah
dirawat inap di RS Abdul Moeloek lima hari pada tahun 2016 dengan diagnosis
bronkopneumonia.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami diare, sakit dalam keluarga seperti malaria disangkal,
demam tifoid disangkal, demam dengue disangkal, serta penyakit kronis seperti keganasan
darah dan kanker disangkal.
Riwayat Makanan
0 6 bulan : Os diberi ASI disertai tambahan bubur susu pada usia tiga bulan
6 9 bulan : Os diberi susu formula dan bubur susu
9 12 bulan : Os diberi susu formula dan nasi tim
1 tahun : Os diberi makan lunak keluarga

Ibu os mengaku, riwayat makan os baik. ASI diberikan sejak lahir sampai usia 3
bulan. Bubur SUN diberikan pada usia 3-6 bulan. Usia 6-9 bulan os mulai diberi susu formula
(SGM) dan bubur susu. Usia 9 bulan os mulai diberikan nasi tim. Os tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan. Menurut ibu os, Os tidak pilih-pilih dalam hal makan. Dalam sehari
os makan rata-rata 2-3 kali. Makanan sehari-hari os adalah nasi 1 porsi/makan (176 kkal/ 100
gr), telur (251 kkal/100gr), tempe goreng (335 kkal/gr), ikan goreng (182 kkal/100 gr), ayam
goreng (595 kkal/ 100gr), sayur sayuran (20 40 kkal/ 100gr). AKG (Kemenkes, 2013):
2125 kkal/hari.

Riwayat Imunisasi
BCG : diberikan 1 kali
DPT : diberikan 3 kali
Campak : diberikan 1 kali
Hepatitis : diberikan 3 kali
Polio : diberikan 3 kali

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 35,2C
Frekuensi nadi : 144x/menit
Frekuensi nafas : 32x/menit
Berat Badan : 12,5 kg
Tinggi Badan : 81 cm
Lingkar Lengan Atas : 19 cm
Lingkar kepala : 37 cm
Status Gizi : BB/U : 2 s/d 3 SD kesan: normal
TB/U : 2 s/d 3 SD kesan: normal
PB/BB : 1 s/d 2 SD kesan: normal

Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
Pucat : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedem : tidak ada
Turgor : baik
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB di retroaurikular,
oksipital, submandibula, submentalis, servikal
anterior, supraklavikula, aksila, dan inguinal

Kepala
Rambut : hitam tersebar merata, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun besar : datar
Mata : simetris, cekung (+/+), sekret (-/-), edema palpebra (-/-),
CA (-/-), SI (-/-), hiperemis (-/-), pupil isokor,
refleks pupil (+/+)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Hidung : deviasi (-), sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), candidiasis (-), bibir kering (-), mukosa kering
(+/+)

Leher
Bentuk : normal
Trakea : tidak ada deviasi
KGB : tidak ada pembesaran
Thoraks
Bentuk : simetris, tidak ada lesi
Retraksi suprasternal : tidak ada
Retraksi substernal : tidak ada
Retraksi intercostal : tidak ada
Retraksi subcostal : tidak ada

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midclavicula
sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I/II regular, gallop (-), murmur (-)

Paru-Paru
Anterior Posterior
Sinistra Dextra Sinistra Dextra
Inspeksi Pergerakan nafas Pergerakan nafas Pergerakan nafas Pergerakan nafas
= dextra = sinistra = dextra = sinistra
Palpasi Ekspansi Ekspansi Ekspansi Ekspansi
simetris simetris simetris simetris
Perkusi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Auskultasi Vesikuler +/+ Vesikuler +/+ Vesikuler +/+ Vesikuler +/+
Suara tambahan Suara tambahan Suara tambahan Suara tambahan
-/- -/- -/- -/-

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada lesi
Auskultasi : bising usus (+), 12x/m
Perkusi : timpani, asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)
Status Neurologis
A. Motorik
Kekuatan : 5 5
5 5
Gerakan :
Dekstra : Aktif
Sinistra : Aktif
Tonus : Normotonus
Klonus : Tidak ada
Reflek Fisiologis
Bisep : +/+
Trisep : +/+
Patella : +/+
Achilles : +/+
Reflek Patologis
Babinski : negatif
Chaddock : negatif
Gordon : negatif
Gonda : negatif
Schafer : negatif

B. Sensorik
Anastesi : tidak ada
Hipoestesi : tidak ada

C. Tanda Rangsang Meningeal


Kaku kuduk : negatif
Brudzinsky I : negatif
Brudzinsky II : negatif
Lasseque sign : negatif
Kernig sign : negatif

D. Otonom
Miksi : normal
Defekasi : hiperperistaltik
RESUME
Satu hari SMRS os mengalami diare dengan frekuensi kurang lebih 10 kali dalam
sehari dengan konsistensi cair, encer disertai sedikit ampas, berlendir, berwarna kuning,
namun tidak disertai darah. Keluhan tersebut disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi,
naik-turun, sepanjang hari. Selain diare, os juga mengalami muntah sebanyak 3 kali dalam
sehari. Muntahan berupa gabungan cairan, sisa nasi, dan susu. Muntah dirasakan setelah os
makan makan dan minum. Riwayat batuk dan pilek pada os disangkal, keluar cairan dari
telinga disangkal, alergi susu disangkal, kemerahan pada kulit disangkal, demam yang lama
pada os disangkal, penurunan berat badan yang drastis disangkal.
Ibu os mengatakan bahwa perut os kembung, os menjadi rewel, os sering minum susu
namun BAK sedikit. Ibu os juga mengatakan os sulit makan sejak keluhan tersebut datang
sehingga orang tua os membawa os ke Puskesmas 1 hari SMRS (siang hari). Di Puskesmas os
diberi terapi diantaranya oralit 200 ml, zinc 1x1 cth, lactoB 3x1 sachet, dan kaolin 4x1 cth.
Setelah mendapat terapi di Puskesmas, keadaan os belum membaik, ditandai dengan diare
masih 3 kali sebelum dibawa ke RSAM, os masih demam, muntah 1x dan os jarang BAK.
Keadaan tersebut membuat orang tua os membawa os ke RS Abdul Moeloek untuk
pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.
Ibu os mengatakan bahwa os tidak pernah mengalami diare sebelumnya. Os pernah
dirawat inap di RS Abdul Moeloek lima hari pada tahun 2016 dengan diagnosis
bronkopneumonia. Ibu os mengaku, riwayat makan os cukup baik. ASI diberikan sejak lahir
sampai usia tiga bulan. Os tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan. Menurut ibu os,
Os tidak pilih-pilih dalam hal makan. Dalam sehari os makan rata-rata 2-3 kali. AKG
(Kemenkes, 2013): 2125 kkal/hari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
compos mentis, frekuensi nadi 144 kali/menit, frekuensi nafas 32 kali/menit, suhu 35,2oC, BB
12,5 kg, TB 81 cm, BB/U 2 s/d 3 SD, PB/U 2 s/d 3 SD, BB/PB 1 s/d 2 SD; kesan normal.
Pada pemeriksaan status generalis didapatkan mata cekung, konjungtiva tidak anemis, bibir
tidak pucat. Pada pemeriksaan jantung terdengar BJ I/II regular tanpa disertai bunyi jantung
tambahan seperti murmur dan galloop. Pada pemeriksaan paru paru didapatkan bunyi paru
vesikular tanpa adanya suara paru tambahan seperti ronki. Pada pemeriksaan abdomen tidak
didapatkan nyeri tekan, hepatomegali, dan spleenomegali. BU meningkat, 12x/menit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Faeces Lengkap : 14 Juni 2017 pukul 11.00


Pemeriksaan Hasil Rujukan
Makroskopis
Warna : Kuning Kuning kecoklatan
Konsistensi : Encer Lembek
Bau : Khas
Lendir : Negatif Negatif
Darah : Negatif Negatif
Mikroskopis
Telur cacing : Negatif
Amoeba : Negatif
Sel-sel
Eritrosit : 1-2 /LP
Leukosit : 20-25 /LP
Epitel : 3-5 /LP
Sisa makanan
Serat daging : Negatif
Granula amylum : Negatif
Granula lemak : Negatif

Haematologi : 14 Juni 2017 pukul 17.21


Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hb : 11,8 g/dL 10,70-13,10
Leukosit : 11.000 u/l 10.800-11.800
Eritrosit : 4,9 juta u/l L =4,7-6,1 P=4,2-5,4
Hematokrit : 34% L= 42-53 P= 37-47
Trombosit : 375.000 /ul 150.000-450.000
MCV : 69 fl 79-99
MCH : 24 pg 27-31
MCHC : 34 g/dl 30-35
Hitung jenis
Eusinofil : 0% 0-8
Batang : 0% 0-8
Segmen : 0% 17-60
Limfosit : 49 % 20-70
Monosit : 12 % 1-11
LED : 25 mm/jam 0-10

DIAGNOSIS BANDING
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang ec Rotavirus
Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ec Salmonella

DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang disertai muntah

PENATALAKSANAAN
Rehidrasi IVFD RL 50 tpm selama 3 jam
Setelah BAK (+) dilanjutkan, IVFD Ka EN 3B 12 tpm
Cefixim 2x100 mg
Oralit 200 ml
Zinc 20 mg 1x1
Lacto B 1 x1 sachet

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
FOLLOW UP TANGGAL 14 Juni 2017 16 Juni 2017

S O A P
Keluhan Status Assesment Penatalaksanaan
14 Juni 2017 Pemeriksaan (O): Diare akut Rehidrasi IVFD RL 50
07.00 WIB KU : Tampak sakit ringan dengan tpm selama 3 jam
KS : Compos Mentis dehidrasi Setelah BAK (+)
Keluhan (S): HR : 144 x/ menit ringan sedang dilanjutkan, IVFD
Diare 1x (dari RR : 32 x/menit disertai Ka EN 3B 12 tpm
masuk RSAM), T : 35,2C muntah Oralit 50 ml/per diare
muntah 3x, BB : 12.5 kg Zinc 20 mg 1x1
BAK jarang, PB : 81 cm Lacto B 1 x1
terlihat
kehausan, dan Kepala
rewel simetris, normocepal, rambut
hitam tersebar merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun besar
datar.

Mata : simetris, mata cekung


(+/+), sekret (-/-), edema
palpebra (-/-),CA (-/-), SI
(-/-), hiperemis (-/-), pupil
isokor, refleks pupil (+/+)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Hidung : deviasi (-), sekret (-/-),
nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), candidiasis
(-), bibir kering (-)

Leher
Normal, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran
KGB

Thoraks
Simetris, tidak ada lesi
Retraksi suprasternal : tidak ada
Retraksi substernal : tidak ada
Retraksi intercostals : tidak ada
Retraksi subcostal : tidak ada
Jantung
Inspeksi: iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di
ICS IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BJ I/II regular,
gallop (-), murmur (-)

Paru-Paru
Inspeksi : gerakan nafas
dekstra=sinistra
Palpasi : ekspansi simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler +/+,
suara tambahan -/-

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada lesi,
turgor baik
Auskultasi: bising usus (+),
14x/m
Perkusi: timpani, asites (-)
Palpasi: nyeri tekan (-), massa
(-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)

Ekstremitas :
Simetris, hangat, CRT < 2 detik

15 Juni 2017 Pemeriksaan (O): Diare akut IVFD Ka EN 3B 12


07.00 WIB KU : Tampak sakit ringan dengan tpm makro
KS : Compos Mentis dehidrasi Cefotaxim 200 mg/12
Keluhan (S): HR : 110 x/ menit ringan sedang jam
Diare 6x, BAK RR : 20 x/menit Oralit 50-100 ml/per
(+), minum 600 T : 37,0C diare
ml, rewel BB : 12.5 kg Zinc 20 mg 1x1
PB : 81 cm Lacto B 1 x1

Kepala
simetris, normocepal, rambut
hitam tersebar merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun besar
datar.

Mata : simetris, mata agak


cekung (+/+), sekret (-/-),
edema palpebra (-/-),CA
(-/-), SI (-/-), hiperemis
(-/-), pupil isokor, refleks
pupil (+/+)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Hidung : deviasi (-), sekret (-/-),
nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), candidiasis
(-), bibir kering (-)

Leher
Normal, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran
KGB

Thoraks
Simetris, tidak ada lesi
Retraksi suprasternal : tidak ada
Retraksi substernal : tidak ada
Retraksi intercostals : tidak ada
Retraksi subcostal : tidak ada

Jantung
Inspeksi: iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di
ICS IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BJ I/II regular,
gallop (-), murmur (-)

Paru-Paru
Inspeksi : gerakan nafas
dekstra=sinistra
Palpasi : ekspansi simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler +/+,
suara tambahan -/-

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada lesi,
turgor baik
Auskultasi: bising usus (+),
8x/m
Perkusi: timpani, asites (-)
Palpasi: nyeri tekan (-), massa
(-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)

Ekstremitas :
Simetris, hangat, CRT < 2 detik

16 Juni 2017 Pemeriksaan (O): - IVFD Ka EN 3B 12


07.00 WIB KU : Tampak sakit ringan tpm makro
KS : Compos Mentis Cefotaxim 200 mg/12
Keluhan (S): HR : 110 x/ menit jam
Diare 3x, BAK RR : 20 x/menit Oralit 50-100 ml/per
(+), minum 200 T : 35,3C diare
ml, rewel (-) BB : 12.5 kg Zinc 20 mg 1x1
PB : 81 cm Lacto B 1 x1

Kepala Pasien diperbolehkan


simetris, normocepal, rambut pulang.
hitam tersebar merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun besar Terapi rawat jalan :
datar. Zinc 20 mg/ 24 jam
selama 14 hari.
Mata : simetris, mata
cekung (-/-), sekret (-/-),
edema palpebra (-/-),CA
(-/-), SI (-/-), hiperemis
(-/-), pupil isokor, refleks
pupil (+/+)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Hidung : deviasi (-), sekret (-/-),
nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), candidiasis
(-), bibir kering (-)
Leher
Normal, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran
KGB

Thoraks
Simetris, tidak ada lesi
Retraksi suprasternal : tidak ada
Retraksi substernal : tidak ada
Retraksi intercostals : tidak ada
Retraksi subcostal : tidak ada

Jantung
Inspeksi: iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di
ICS IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BJ I/II regular,
gallop (-), murmur (-)

Paru-Paru
Inspeksi : gerakan nafas
dekstra=sinistra
Palpasi : ekspansi simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler +/+,
suara tambahan -/-

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada lesi,
turgor baik
Auskultasi: bising usus (+),
8x/m
Perkusi: timpani, asites (-)
Palpasi: nyeri tekan (-), massa
(-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)

Ekstremitas :
Simetris, hangat, CRT < 2 detik
BAB II
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini telah dilakukan anamnesis kepada keluarga pasien secara alloanamnesis
dengan ibu pasien. Keluhan pada anamnesis diperoleh bahwa anak mengalami diare
konsistensi cair, encer disertai sedikit ampas, berlendir, berwarna kuning, namun tidak
disertai darah sebanyak 10 kali sejak 1 hari SMRS. Diare juga disertai demam, mual
dan muntah. Berdasarkan keluhan tersebut gejala klinis mengarahkan kearah diare cair
akut. Diare cair akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari selama kurang dari
14 hari dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1 Diare dengan demam dapat terjadi pada
inflammatory diare. Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah
dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.3 Mual dan
muntah adalah gejala non-spesifik namun dapat disebabkan oleh organisme yang
menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi
enterotoksin, Giardia, dan Crytosporodium.2

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di


Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak,
terutama usia di bawah 5 tahun. Insidensi tertinggi diare terjadi pada usia 6-11 bulan
pada saat mulai diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan
menurunnya kekebalan aktif dari ibu, kurangnya kekebalan aktif dari anak, kontaminasi
tinja pada makanan pendamping ASI, atau kontaminasi langsung dengan tinja / binatang
saat mulai merangkak.3

Penularan diare terjadi melalui entereropatogen dan faktor resiko penulurannya dapat
meningkat disebabkan beberapa hal, diantaranya tidak memberikan ASI eksklusif pada
anak selama usia 4-6 bulan pertama kehidupannya.2 Saat anamnesis, diketahui bahwa
pasien hanya memperoleh ASI eksklusif selama 3 bulan. Pemberian ASI ekslusif adalah
salah satu cara mencegah diare karena dapat melindungi saluran cerna dari infeksi dan
intoleransi. Selain efek imunitas, pemberian ASI secara tidak langsung membatasi
pajanan terhadap makanan/minuman yang terkontaminasi kuman.5
Saat diare, terjadi peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit dari tinja cair anak. Hal
ini disebabkan saat suatu segmen usus besar teriritasi, seperti infeksi bakteri
menyeluruh saat enteritis, mukosa mensekresikan sejumlah air dan elektrolit lain selain
mukosa alkali yang normal. Sekresi ini bertujuan untuk mengencerkan faktor pengiritasi
dan menyebabkan pergerakan tinja yang cepat menuju anus. Hal ini mengakibatkan
diare, disertai kehilangan sejumlah cairan.5

Dehidrasi dapat terjadi apabila kehilangan cairan tersebut tidak diganti secara adekut. 2,3
Derajat dehidrasi diklasifikasikan berdasarkan gejala dan jumlah cairan yang hilang.
Saat anamnesis, Ibu os mengatakan sejak os diare, os menjadi rewel, os banyak minum
susu, dan os jarang BAK. Diare ringan sedang merupakan diare yang menyebabkan
kehilangan berat badan 3-9 % yang ditandai apabila ditemukan 2 gejala atau lebih
berupa: rewel/gelisah, mata cekung, minum dengan lahap/ haus, turgor kulit kembali
dengan melambat. Diare ringan sedang dapat diikuti dengan gejala klinis berupa,
kesadaran normal/letargi/irritable, denyut jantung normal-meningkat, kualitas nadi
normal-melemah, pernapasan normal-cepat, mata sedikit cekung, air mata berkurang,
mulut kering, cubitan kulit kembali < 2 detik, CRT memanjang, ekstremitas dingan, dan
kencing bekurang.2

Hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan suhu pasien 35.6C, RR:32x/menit,HR:


144x/menit. Saat pemeriksaan fisik ditemukan bahwa mata os cekung, bising usus
14x/m (hiperperstaltik), turgor baik, dan akral hangat. Karena kehilangan cairan
seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan
3
gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Iritasi yang kuat pada mukosa usus,
sepeti pada diare infeksi berat, dapat menimbulkan peristaltik yang sangat kuat dan
cepat, disebut desakan peristaltik (peristaltic rush). Keadaan ini sebagian besar
dicetuskan oleh reflek saraf otonom dan batang otak, dan sebagian lagi oleh pleksus
miesentrikus intrinsic yang ada didalam dinding usus itu sendiri. Kontraksi peristaltik
yang sangat kuat ini berjalan jauh dari usus halus ke dalam kolon dan karena itu
membebaskan usus halus dari kimus yang mengiritasi dan peregangan yang berlebihan.5
Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diperoleh diagnosa pasien yaitu diare
akut dengan dehidrasi ringan sedang yang ditandai buang air besar encer lebih dari 3
kali sehari disertai dua atau lebih kriteria dehidrasi ringan sedang, berupa : 1) rewel, 2)
tampak kehausan, dan 3) mata cekung.

Penyebab dari diare dapat diketahui melalui gejala khas yang ditimbulkan dan
pemeriksaan penunjang. Pada pasien gejala berupa diare cair lebih dari 10 kali sehari
disertai demam dan mual muntah. Pada pasien ditemukan bahwa feses berwarna kuning,
encer, tidak ditemukan lendir dan darah. Enteropatogen yang memiliki masa tunas 24
jam, dapat berupa Rotavirus, Shigella, Salmonella, ETEC, EIEC. Sedangkan, diare yang
disertai demam dan mual muntah dapat disebabkan Rotavirus, shigella, dan Salmoella.
Lama sakit dari infeksi rotavirus 5-7 hari, Shigella >7 hari dan Salmonella 3-7 hari.
Frekuensi BAB 5-10x dapat disebabkan Rotavirus, BAB >10x dapat disebabkan
Shigella dan Salmonela BAB sering. Konsistensi diare akibat rotavirus cair sedangkan
yang disebakan salmonella dan shigella lembek. Warna dari BAB yang disebabkan oleh
Rotavirus berwarna kuning kehijauan, Shigela berwarna merah-kehijauan dan
Salmonella berwarna kehijauan. Infeksi rotavirus tidak ditemukan leukosit pada feses
dan infeksi Salmonela menghasilkan bau feses yang busuk.2

Pada pemeriksaan makroskopis feses dapat dilakukan meskipun tidak dilakukan


pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi penyebab diare. Feses yang watery atau
tanpa mukus dan tanpa darah dapat disebabkan oleh virus enterotoksin, protozoa, atau
infeksi yang disebabkan diluar gastrointestinal. Feses yang mengandung mukus dan
darah disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan enterotoksin, bakteri enteroinvasif
yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus misalnya; E histolica, E Coli,
dan T Trichuria. Bila terdapat darah bisanya tercampur dalam tinja, kecuali pada infeksi
E.Hystolica darah sering terdapat dipermukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat
garis garis pada feses. 2

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberikan informasi


tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Pada
pemeriksaan mikroskopis feses pasien, diperoleh telur cacing (-), amoeba (-), leukosit
(+) 20-25/LP. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang
menyerang mukosa kolon. Lekosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan
adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella,
Salmonella, C. jejuni, EIEC, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan
kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides. Lekosit yang ditemukan pada umumnya
adalah lekosit PMN, kecuali pada S. typhii lekosit mononuklear. Tidak semua penderita
kolitis terdapat lekosit pada tinjanya, pasien yang terinfeksi dengan E. histolytica pada
umumnya lekosit pada tinja minimal. Parasit yang menyebabkan diare pada umumnya
tidak memproduksi lekosit dalam jumlah banyak.2

Pada pemeriksaan hematologi, hasil menunjukan nilai yang normal, kecuali


pemeriksaan LED yang meningkat. Infeksi virus sering ditandai dengan leukosit
normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan
bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3 dengan neutrofil yang predominan.
Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri yang menandakan infeksi bakteri
serta peningkatan laju endap darah. Pada hasil pemeriksaan hematologi pasien diperoleh
nilai leukosit 11.000 (normal), namun terjadi peningkatan kadar LED (25 mm/jam). LED
atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah
satu parameter pemeriksaan darah lengkap yang menggambarkan perbandingan antara
eritrosit dan plasma. LED terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang
terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit
limfoproliferatif. Peningkatan LED merupakan respons yang tidak spesifik terhadap
kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit.3

Penyebab pasti diare pada pasien sulit untuk ditegakkan. Pada anamnesis pasien, gejala
lebih menujukan infeksi virus dikarenakan diare encer sebanyak 10x, berwarna kuning dan
tidak disertai darah atau bau yang busuk. Pada pemeriksaan penunjang makroskopis feses
juga ditemukan watery feses yang tidak disertai mukus atau darah sehingga meningkatkan
kecurigaan infeksi Rotavirus. Namun, pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan leukosit
pada feses yang menunjukan adanya infeksi bakteri. Pemeriksaan hematologi juga
mengindikasikan leukosit yang normal, namun disertai peningkatan LED. Leukosit yang
normal dapat disebabkan adanya viral infection, sedangkan peningkatan LED menunjukan
adanya inflamasi akut atau kronik pada pasien.

Tatalaksana awal pada pasien di bangsal perawatan anak antara lain: rehidrasi IVFD RL
50 gtt/m selama 3 jam, rehidrasi dengan Ka EN 3B 12 gtt/m diberikan setelah os diare,
oralit 50 ml/per diare, zinc 20 mg 1x1, lacto B 1 x1. Terapi ini sesuai diberikan
berdasarkan lima lintas diare yaitu rehidrasi dengan menggunakan oralit baru, Zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan tetap diteruskan, antibiotik
selektif , dan nasihat kepada orang tua. 1,2,3

Terapi rehidrasi pada pasien dengan dehidrasi derajat ringan-sedang adalah ORS (Oral
Rehidrasi Solution). Namun dikarenakan anak muntah tiga kali dalam sehari, maka
pemberian rehidrasi melalui oral tidak dapat diberikan, sehingga rehidrasi diberikan
secara parenteral. Larutan RL (isotonis) diberikan karena elektrolit dan konsentrasinya
yang serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation
utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion
utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan
berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit tersebut dibutuhkan untuk
menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok
perdarahan. Pada os diberikan larutan RL 50 gtt/m sesuai dengan terapi rehidrasi derajat
ringan-sedang menurut Lozner dalam buku IDAI Gastroenterologi menyebutkan bahwa
kebutuhan cairan os 50-70 ml/kg/3 jam (3-5 tt/kg/menit) sehingga 12,5 kg x 3-5 gtt/m
= 37,5-62,5 tpm.3

Setelah dievaluasi tiga jam kemudian didapatkan keadaan pasien membaik ditandai
dengan BAK sering sehingga cairan RL diganti dengan cairan rumatan KaEN 3B 10
tpm. KaEN 3B diberikan sesuai dengan teori yang menyebutkan KaEN 3B berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup
untuk meminimalisir adanya risiko hipokalemia dan mengganti ekskresi harian pada
keadaan asupan oral terbatas. KaEN 3B juga merupakan infus rumatan untuk bayi dan
anak berusia kurang dari tiga tahun. KaEN 3B mengandung Na 30 mEq/L, K 8 mEq/L,
Cl 28 mEq/L, laktat 10 mEq/L, dan glukosa: 37,5 g/L.3
Rehidrasi secara oral juga diberikan dengan menggunakan oralit. Oralit baru
menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran
tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru
ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non-kolera
pada anak. Oralit berisikan natrium, klorida, glukosa, kalium, dan sitrat. Pada hari
pertama os diberikan 50ml/diare dan pada hari kedua dan ketiga diberikan 100ml/diare,
jumlah ini sesuai dengan teori penatalaksanaan dari IDAI yang menyebutkan bahwa
untuk anak kurang dari dua tahun diberikan 50-100 ml tiap BAB.3

Lintas diare kedua adalah pemberian zinc guna mengurangi lama dan beratnya diare
serta untuk mengembalikan nafsu makan anak. Selain itu zinc berperan untuk
pertumbuhan dan pembelahan sel, sebagai anti oksidan, mempengaruhi kekebalan
seluler. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator
potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pada diare, zinc berfungsi untuk
memperbaiki epitel saluran cerna selama diare, meningkatkan aborpsi air dan elektrolit
oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah
brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan
patogen dari usus. Os menerima 20 mg zinc per hari selama tiga hari perawatan. Hal ini
sesuai dengan anjuran tatalaksana diare yang menyebutkan bahwa anak di atas umur 6
bulan membutuhkan 20 mg (1 tablet) per hari. Setelah tiga hari rawat inap, zinc tetap
dikonsumsi hingga 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. 3

Lacto B merupakan probiotik yang diberikan dengan beberapa tujuan, antara lain: 1)
melindungi sistem pencernaan, 2) menghambat pertumbuhan bakteri dengan adanya
lactic acid bacterial yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan asam organik
untuk menghambat bakteri yang merugikan pada usus, 3) menghidrolisa laktosa
menjadi glukosa dan galaktosa karena kandungan lactobacillo yang mampu
menghasilkan enzim beta-galaktosidase yang mampu menghidrolisa laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa, 4) mengurangi intoleransi laktosa, 5) menyeimbangkan flora
usus, 6) membantu menormalkan fungsi gastrointestinal, serta 7) mengoptimalkan
pertumbuhan pada anak.3
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10 20%) yang disebabkan oleh
bakteri patogen seperti V. cholera, Shigella, Enterotoksigenik E. coli, Salmonella,
Camphylobacter dan sebagainya. Pada pasien diberikan terapi antibiotik dikarenakan
berdasarkan hasil laboratorium pemeriksaan tinja secara mikroskopis didapatkan
leukosit sebesar 20-25/LP. Adanya leukosit dalam tinja menandakan adanya infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella atau Shigella. Pengobatan yang tepat untuk
diare yang disebabkan bakteri salmonella dan shigela adalah dengan pilihan pertama
pemberian antibiotic ciprofloxacin 15mg/kgbb 2 kali sehari selama 3 hari. atau pidengan
pemberian ceftriaxone 50-100mg/kgBB 1 kali sehari IM selama 2-5 hari.2,3

Pada hari pertama os telah direhidrasi dan mengalami perbaikan yang ditandai dengan
berkurangnya frekuensi diare yang semula dari 6x menjadi 3x sehari, os juga sudah
BAK. Jika dilihat dari pemeriksaan fisik didapatkan mata cekung berkurang. Pada hari
kedua pasien diberikan terapi dan menunjukkan adanya perbaikan yang ditandai denan
adanya mata cekung yang semakin berkurang. Pada hari ketiga perawatan keadaan os
makin membaik karena mata sudah normal dan tidak cekung, BAB 3x sehari, dan os
sudah tidak rewel lagi. Diagnosa diare akut tanpa dehidrasi ditegakkan apabila tidak
ditemui gejala sebagai berikut: os gelisah/rewel, letargi, tidak bisa minum, haus, mata
cekung, dan turgor kulit kembali lambat. Oleh karena alasan tersebut, os dapat
dipulangkan dan ibu os diberi edukasi mengenai aturan rawat jalan anak diare yaitu 1)
pemberian cairan tambahan, 2) pemberian ASI eksklusif lebih banyak dan lebih sering.
Bila anak tidak minum ASI eksklusif, perlu diberikan oralit, cairan rumah tangga (sup,
kuah sayuran, atau air tajin), atau air matang, serta 3) beri tablet zinc 20mg/hari untuk
anak usia di atas enam bulan untuk 10-14 hari walau diare sudah berhenti.3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diperoleh bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42% dibandingkan pnemonia 24%,
untuk golongan usia 1 4 tahun penyebab kematian karena diare 25% dibandingkan
pneumonia. Kematian yang banyak terjadi pada anak dengan diare disebabkan karena
dehidrasi. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang
adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis
2,3
metabolik yang lanjut.

Prognosis pada diare akut umumnya baik, namun diare akut dengan dehidrasi dapat
menimbulkan prognosa yang buruk apabila tidak dilakukan penatalaksanaan yang cepat
dan tepat serta edukasi yang baik kepada orang tua. Pasien diare dengan dehidrasi dapat
memperoleh prognosis yang lebih baik apabila keluarga dapat mendukung proses
pengobatan hingga anak sembuh. Pada pasien ini, prognosa diare dengan dehidrasi
ringan-sedang bersifat baik karena segera ditatalaksana cepat.

Anda mungkin juga menyukai