PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkosaan termasuk dalam kejahatan yang serius dan bukti pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM). Tindakan perkosaan akan menyebabkan trauma psikologis serius pada
korban serta keluarga karena yang dilakukan pelaku telah mengakibatkan munculnya
berbagai persoalan buruk yang dihadapi oleh korban dan juga mengakibatkan ketakutan pada
masyarakat (fear of society) (Prodjodikoro, 2013). Menurut data dari Komnas Perempuan
sejak tahun 1998 hingga 2010 hampir sepertiga kasus kekerasan terhadap perempuan adalah
kasus kekerasan seksual, atau tercatat 91.311 kasus kekerasan seksual dari 295.836 total
kasus kekerasan terhadap perempuan. Selama 2010 tercatat 1.751 korban kekerasan seksual
(Abdussalam, 2006).
seksual memberikan tantangan khusus bagi dokter yang menanganinya. Pasien mungkin akan
merasa malu atau tidak ingin mengingat kembali riwayat terjadinya peristiwa yang dialami
seksualtersebut sangat penting untuk penanganan tepat waktu dan dokumentasi forensik
(Narejo, 2012 dan Gaensslen 2002). Perkosaan merupakan suatu peristiwa yang sulit
dibuktikan walaupun pada kasus tersebut telah dilakukan pemeriksaan dan pengumpulan
barang bukti yang lengkap. Pasal 285 tentang pemerkosaan berbunyi : Barang siapa dengan
kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa orang perempuan di luar perkawinan
bersetubuh dengan dia karena salahnya perkosaan, dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya dua belas tahun. Maka harus dibuktikan terlebih dahulu adanya suatu
persetubuhan atau tidak. Jika persetubuhan tidak bisa dibuktikan, maka tidak bisa dikatakan
suatu perkosaan. Salah satu pembuktian yang jelas bahwa telah terjadi suatu persetubuhan
secara medis adalah menemukan sperma laki-laki di liang senggama wanita yang dimaksud.
Beberapa hal yang perlu diketahui adalah bahwa: (a) sperma hidup dapat bertahan selama
3x24 jam dalam rongga rahim; (b) sperma mati dapat bertahan selama 7x24 jam dalam
rongga rahim. Maka dapat dibayangkan kesulitan bila terjadi suatu pelaporan yang
kejadiannya sudah lebih dari seminggu. Dalam kasus-kasus seperti ini, ilmu forensik dapat
digunakan untuk mengungkap pelaku kejahatan seksual (Setiogung dan Yudianto, 2017).
Dalam upaya pembuktian hukum bahwa telah terjadi tindak pidana perkosaan, maka
dalam hal ini Ilmu Kedokteran Forensik sangat berperan dalam melakukan pemeriksaan dan
untuk memperoleh penjelasan atas peristiwa yang terjadi secara medis. Dalam pemeriksaan
kasus perkosaan dilakukan oleh Polri selaku penyidik untuk mendapatkan barang bukti dan
selanjutnya pemeriksaan korban diserahkan oleh dokter forensik untuk memeriksa korban
perkosaan yang sudah meninggal sedangkan untuk korban perkosaan yang masih hidup
diperiksa oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Obgyn) dimana hasil
perkosaan di persidangan sebagai alat bukti surat ataupun sebagai keterangan ahli apabila
dokter tersebut diminta hadir di persidangan (Soekry, 2013). Berdasarkan hal tersebut maka
kami membuat laporan kasus tentang perkosaan untuk mempelajari apa yang harus dilakukan
1.3 Tujuan
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keterangan Korban :
Awal mula korban mengenal tersangka Y dari FB, setelah lama kenal Y. Y mengatakan
pada korban bahwa dia terkena guna-guna dan korban diajak ke rumah dukun (guru spiritual
Y). Pada tanggal13 maret 2018 korban datang ke rumah dukun tersebut bersama teman
perempuannya yang bernama S dan Y sudah menunggu korban di rumah dukun tersebut.
Korban kemuadian diajak oleh dukun tersebut yang bernama D ke sebuah ruangan dan tiba-
tiba korban tidak sadar ketika berada pada ruangan tersebut. Korban sadar kembali ketika
sudah berada diluar ruangan dan korban selanjutnya pulang.setelah kejadian itu, korban
merasa sakit atau perih pada kemaluannya.
Pada tanggal 19 Maret 2018 korban diminta kembali ke rumah dukun tersebut. Sekitar
pukul 12.30 WIB korban datang ke rumah dukun tersebut bersama teman perempuannya
yang bernamaYU. Tersangka Y sudah menunggu korban disana. Korban disana hanya
diberikan saran dan nasihat dan diminta untuk pulang. Korban dilarang untuk memberi tahu
orangtuanya.
Pada tanggal 25 Maret 2018 pada pukul 12.00 WIB korba di WA oleh dukun untuk
kembali kerumah dukun tersebut. Pada pukul 15.00 WIB korban bersama temannya L datang
ke rumah dukun tersebut. Korban masuk ke dalam rumah dan diminta duduk serta diberikan
minuman kopicup. Setelah itu, korban diminta masuk ke dalam ruangan yang beralaskan tikar
dan korban merasa tidak berdaya namun masih sadar. Korban kemudian di tidurkan oleh
dukun kemudian rok korban disingkap, celanan dalam korban dilepas, dan korban diperkosa
oleh dukun dan 2 orang laki-laki lainnya termasuk tersangka Y secara bergantian. Selain itu,
korban juga diraba payudaranya tanpa membuka baju korban. Setelah diperkosa, celana
korban dipakaikan kembali oleh tersangka dan korban diberdirikan dan diminta untuk keluar
dari ruangan dan pulang. Sebelum diperbolehkan pulang korban diancam oleh tersangka jika
hidupnya akan hancur dan akan dijadikan tumbal oleh dukun jika korban menceritakan
kejadian tersebut kepada orang lain.
Pada tanggal 30 Maret 2018 korban pergi kerumah temannya L dan menceritakan
kejadian tanggal 25 Maret 2018 tersebut. L kemudian menyarankan untuk menceritakannnya
pada kedua orangtua korban. Pada tanggal 17 April 2018 korban menceritakan kejadian yang
dialaminya tersebut pada pamannya LS kemudian Tn. LS memberitahu orangtua korban.
Orangtua korban melaporkan kejadian tersebut ke Kepala Desa Bunajih kemudian
dilanjutkan ke Polsek Tragah hingga ke Polres Bangkalan.
2.3 Pemeriksaan Fisik
1. Ciri-ciri Korban :
- Tinggi badan 144 cm
- Berat badan 35 kg
- Rambut berwarna hitam.
- Kulit berwarna sawo matang.
- Jilbab warna abu-abu polos.
- Baju kaos lengan panjang warna dasar abu-abu dengan kotak-kotak berwarna
hitam.
- Rok panjang bermotif kotak-kotak ungu dan putih.
- Kaos dalam berwarna pink.
- BH berwarna coklat tua berenda.
- Celana dalam berwarna ungu.
- Sandal gunung berwarna hitam.
2. Keadaan Umum : Tampak tidak sakit, emosi tenang, sikap selama pemeriksaan
kooperatif.
3. Kesadaran : Baik
4. GCS : 456
5. Tanda Vital
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- RR : 24 x/menit
6. Antoprometri
- TB : 144 cm
- BB : 35 kg
7. Kepala
Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda kekerasan
8. Leher
Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda kekerasan
9. Dada
Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda kekerasan
10. Perut
Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda kekerasan
11. Punggung
Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda kekerasan
12. Anggota Gerak Atas
Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda kekerasan
13. Anggota Gerak Bawah
Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda kekerasan
14. Alat Kelamin :
- RT : Regangan otot lingkar dubur normal
- Selaput lendir poros usus : Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda
kekerasan
- Kerampang kemaluan : Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda
kekerasan
- Bibir besar dan kecil kemaluan : Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda
kekerasan
- Selaput dara : Didapatkan robekan yang mencapai dasar pada
arah jam 3, 5, 9, dan 12.
- Rahim : Normal
- Jaringan sekitar rahim : Tidak ditemukan kelainan atau tanda-tanda
kekerasan
- Haid terakhir : 3 April 2018
2.4 Pemeriksaan Laboratorium
1. Tes Kehamilan : Negatif
2.5 Kesimpulan
Saat ini kami dapatkan seorang wanita dengan selaput dara wanita yang robek akibat
bersentuhan dengan benda tumpul dan belum pernah melahirkan, dengan tes kehamilan
negatif.
2.6 Hasil Foto Pemeriksaan Korban
Narejo NB., Avais MA.2012. Examining the Role of Forensic Science for the Investigative
Solution of Crimes. Sindh university research journal. Science series. Vol.44. p 251-254
Soekry EK, Ahmad Y. 2013. Kejahatan Seksual. In: Hoediyanto; Apuranto H; Editor. 2012.
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, FK Universitas Airlangga. Surabaya.
Gaensslen RE., Lee HC. 2002.Sexual Assault Evidence: National Assessment and
Guidebook. US Department of Justice. Januari