Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN KASUS

ASMA BRONCHIALE
LATAR BELAKANG
1 2
LATAR BELAKANG

◉ Asthma paling umum terjadi di masa kanak-kanak, dan


lebih dari tiga perempatnya muncul gejala sebelum usia 7
tahun tetapi akan hilang pada usia 16 tahun.
◉ Menurut The International Studies of Asthma and Allergic in
Childhood (ISAAC) tahun 2000-2003 menemukan kejadian
asthma sekitar 14% dari jumlah anak- anak di dunia pada
usia 13-14 tahun di 97 negara

3
LAPORAN KASUS
2 4
◉ IDENTITAS PASIEN

5
ANAMNESA
◉ Keluhan utama : Sesak
◉ Riwayat penyakit sekarang :
An. RJ, 10 tahun, diantar ibunya datang ke IGD RSUD Syamrabu Bangkalan
dengan keluhan sesak disertai batuk berdahak (dahak warna putih) 1 hari,
Pasien mengaku kecapekan dari aktivitas sekolah yang padat dan ketika
pulang lupa tidak memakai masker sehingga batuk-batuk hingga sesak dan
terasa dada seperti ditekan. Sesak semakin memberat ketika malam hari
saat udara dingin dan biamembaik ketika diberikan obat semprot, namun
saat itu obat habis. Panas (+), 1 hari, panas tidak terlalu tingi, naik turun
dengan obat penurun panas dari apotek, pilek (-). MuIal (-), muntah (+) 1
kali, muntah cairan dan makanan setiap mencoba untuk makan. Pasien
mengalami penurunan nafsu makan dan masih mau minum. BAB normal,
BAK normal.
6
◉ Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mempunyai riwayat
asma sejak umur 5 tahun (terakhir kambuh bulan Juli 2018)
dan kambuh setiap tahunnya ± 5 kali.
◉ Riwayat Penyakit Keluarga : Kakek mempunyai riwayat
asma.
◉ Riwayat Pengobatan : Berobat asma terakhir 4-5
bulan lalu karena sudah tidak ada keluhan

7
Riwayat Persalinan :
◉ Usia Kehamilan Ibu : 9 Bulan
◉ Persalinan : Normal
◉ APGAR Score : Tidak ada data
◉ Kondisi saat Lahir : Langsung menangis
◉ Berat Badan Lahir : 3000 gram
◉ Panjang Badan Lahir : Tidak ada data
◉ Lingkar Kepala : Tidak ada data
◉ Lingkar Lengan : Tidak ada data
◉ ANC : Kontrol ke bidan 1 bulan sekali sampai usia kehamilan 7 bulan, saat
usia kehamilan 8 bulan kontrol 2x dalam sebulan. Pada usia 9 bulan
kontrol 4 kali dalam sebulan. Nutrisi (+), Keluhan saat hamil (-)

8
◉ Riwayat Imunisasi : Lengkap
◉ Riwayat Gizi : ASI sampai usia 6 bulan. Setelah usia
6 bulan tidak diberikan ASI lagi, hanya Sufor. Mulai
diberikan MPASI usia 6 bulan.
◉ Riwayat Tumbuh Kembang : tumbuh kembang anak baik.
◉ Riwayat Alergi :
◉ Alergi obat : Sulfadiazine, Paracetamol, Cefotaxime
◉ Alergi makanan : semua jenis makanan yang digoreng
◉ Alergi lain : alergi debu, alergi cuaca dingin

9
Pemeriksaan Fisik

◉ Keadaan Umum : Sadar, Kurang Aktif


◉ GCS : 456
◉ Tanda Vital
◉ Tensi : 100/60 mmHg
◉ Nadi : 136 x/menit
◉ RR : 28 x/menit
◉ Suhu : 37.2°C
◉ SpO2 : 90%

10
◉ Antropometri
◉ BB : 38 kg
◉ PB : 155 cm
◉ LK : Tidak dilakukan
◉ LILA : Tidak dilakukan
◉ Status Gizi
◉ BB/U (waterlow) : Gizi Baik

11
◉ Kepala : Normosefal, Ubun-ubun cekung (-), cembung (-).
◉ Wajah : Simetris
◉ Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut.
◉ Telinga : Bentuk simetris kanan dan kiri, cairan (-).
◉ Mata : Cekung (-), Kering (-), anemis (-), refleks pupil (+), isokor (+), diameter 3 mm.
◉ Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (+)
◉ Mulut : trismus (-), bibir kering (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-)
◉ Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-) , Pembesaran Kelenjar parotis (-)
◉ Tenggorokan : pembesaran tonsil (-), hiperemi (-)

12
◉ Jantung
◉ Inspeksi : Ictus Cordis (-)
◉ Palpasi : Ictus Cordis Kuat Angkat
◉ Auskultasi : S1 S2 single, murmur (-)
◉ Perkusi : Jantung dalam batas normal
◉ Paru
◉ Inspeksi : Bentuk simetris, barrel chest (-), retraksi
subcostal (+) minimal
◉ Palpasi : Taktil frenicus normal
◉ Auskultasi :
◉ Perkusi : sonor / sonor

13
◉ Abdomen
◉ Inspeksi :Cembung (-) Ikut gerak nafas (+)
◉ Palpasi : Soufel (+), Distended (-), Nyeri Tekan (-), Turgor : <
2 detik
◉ Perkusi : Timpani (+), Meteorismus (-)
◉ Auskultasi : Bising Usus Normal
◉ Hepar : Pembesaran (-)
◉ Limpa : Perbesaran (-)
◉ Ginjal : tidak teraba
◉ Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

14
Diagnosa Banding

◉ Asma Bronchiale
◉ Bronchopneumonia
◉ Aspirasi
◉ Tuberculosis
◉ Penyakit Jantung Bawaan

15
Pemeriksaan Penunjang
◉ Saturasi oksigen : 90%
◉ Darah lengkap
◉ Foto thorax

16
Diagnosa Kerja

◉ Asma bronkial

17
Tatalaksana

◉ Face mask 5-10 liter/menit


◉ Infus kaen 3B 25 tpm 1860ml/hari.
◉ Nebul combivent 3 x 1 dosis bisa diberikan setiap 4 jam dan
dikurangi menjadi ½ dalam 6-8 jam kemudian
◉ Injeksi dexametason 3 x 11,4 mg (2 ampul) selama 3-5 hari

18
SOAP

19
20
21
Resume

◉ An. RJ, 10 tahun, diantar ibunya datang ke IGD RSUD Syamrabu Bangkalan dengan
keluhan sesak disertai batuk berdahak (dahak warna putih) 1 hari, Pasien mengaku
kecapekan dari aktivitas sekolah yang padat dan ketika pulang lupa tidak memakai
masker sehingga batuk-batuk hingga sesak dan terasa dada seperti ditekan. Sesak
semakin memberat ketika malam hari saat udara dingin. Panas (+), 1 hari, panas tidak
terlalu tingi, naik turun dengan obat penurun panas dari apotek, pilek (-). Mual (-),
muntah (+) 1 kali, muntah cairan dan makanan setiap mencoba untuk makan. Pasien
mengalami penurunan nafsu makan dan masih mau minum. BAB normal, BAK normal.

22
◉ Pasien mempunyai riwayat asma sejak umur 5 tahun dan terakhir
kambuh bulan juli 2018. Pasien mengalami kekambuhan asma ±
5x/tahun. Ibu pasien mengaku kakek pasien mempunyai riwayat asma.
Pasien mempunyai alergi seperti makanan yang digoreng, cuaca dingin
dan debu serta alergi obat seperti paracetamol, sulfa cefotaxim.
◉ Tanda vital ditemukan tensi 100/60, nadi 136x/menit, RR 28 x/menit, suhu
37.2°C, SpO2 89%. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cuping hidung,
retraksi dada jelas, wheezing (+).pemeriksaan penunjang ditemukan
saturasi oksigen <95%, eosinofil yang meningkat dan foto thorax dengan
kesan cor dan pulmo tampak normal

23
TINJAUAN PUSTAKA
3 24
DEFINISI
“Asma adalah keadaan inflamasi “Asma adalah penyakit saluran
respiratori dengan dasar inflamasi kronik
kronik dengan penyempitan
yang mengakibatkan obstruksi dan
saluran pernafasan yang hiperreaktivitas saluran respiratori
reversibel. Ditandai dengan dengan derajat yang bervariasi.
episode wheezing berulang, Manifestasi klinis asma dapat berupa
batuk, wheezing, sesak nafas, dada
sering batuk yang menunjukkan
tertekan yang timbul secara kronik dan
respon terhadap obat atau berulang, reversible, cenderung
bronkodilator dan anti- memberat pada malam atau dini hari,
inflamasi” dan biasanya timbul jika ada pencetus”

WHO,2005 UKK RESPIROLOGI IDAI

25
EPIDEMIOLOGI

◉ Pada penelitian ISAAC (International Study of Asthma and


Allergies in Childhood), penelitian di Indonesia
menggunakan kuesioner yang sama dari studi ISAAC.
Penelitian ini dilakukan pada kelompok usia 6-7 tahun dan
13-14 tahun.
◉ Untuk kunjungan ke IGD terjadi peningkatan antara tahun
1992 dan 1995 sebanyak 57,3% menjadi 71% per 1000
orang. Setelah itu 59,8% pada tahun 2001 menjadi 68,0%
pada tahun 2002.

26
Etiologi

Faktor Genetik Faktor lingkungan Faktor lain


◉ Atopi/alergen ◉ Alergen dalam rumah ◉ Alergen makanan
◉ Hiperaktivitas bronkus ◉ Alergen luar rumah ◉ Alergen obat-obat tertentu
◉ Jenis kelamin ◉ Bahan yang mengiritasi
◉ Ekspresi emosi yang
◉ Ras/etnik berlebihan
◉ Obesitas ◉ Asap rokok
◉ Polusi udara
◉ Exercise-induced
◉ Perubahan cuaca

27
PATOFISIOLOGI

28
29
30
MANIFESTASI KLINIS
◉ Gejala khas pada asma yaitu batuk, sesak, dan wheezing. Batuk
sangat mungkin disebabkan disebabkan oleh stimulasi saraf
sensoris pada saluran respiratori oleh mediator inflamasi.
Klasifikasi

32
KLASIFIKASI
DIAGNOSA
Anamnesis

◉ Keluhan yang sering dialami oleh pasien asma adalah batuk, mengi (wheezing), sesak nafas, rasa dada

tertekan, dan produksi spuntum.

◉ Gejala timbul secara episodik dan berulang.

◉ Timbul bila ada faktor pencetus : iritan (asap rokok, suhu dingin, makanan dan minuman dingin, pengawet

makanan, pewarna makanan, dan lain-lain), alergen (debu, serbuk, bulu), infeksi respiratori akut (virus,

rinofaringitis), aktivitas fisik (berlarian, berteriak, menangis atau tertawa berlebihan).


◉ Adanya riwayat alergi pada pasien dan keluarga.

◉ Biasanya gejala lebih berat pada malam hari.

◉ Gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat pereda asma.
Pemeriksaan Fisik

◉ Tanda vital : suhu normal, nafas dan nadi cepat.


◉ Inspeksi : menggunakan otot napas tambahan perut atau dada, bentuk dada barrel
chest.
◉ Auskultasi : mengi (wheezing) pada ekspirasi. Namun pada asma berat tidak
terdengar karena penurunan aliran nafas.
Tabel Diagnosa Asma

37
Alur Diagnosa
Asma

38
PEMERIKSAAN PENUNJANG

◉ Saturasi Oksigen : Saturasi oksigen normal pada anak adalah >95%.


◉ Peak flow meter (PFM)/ Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat
tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru.
Oleh karena pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan
diagnosis asma diperlukan pemeriksaan objektif (spirometer/FEV1 atau
PFM).
◉ Skin prick test, eosinofil total darah dan pemeriksaan IgE spesifik.

◉ X-ray toraks

◉ Uji hipereaktivitas bronkus/HRB


DIAGNOSIS BANDING

Bronchopneumonia
◉ Trias bronchopneumoni adalah sesak, panas, dan batuk.
◉ Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan rhonki basah halus nyaring, sedangkan pada pemeriksaan foto
thorax ditemukan patchy infiltrat.
Tuberculosis
◉ Gejala klinis tuberculosis adalah berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
atau gagal tumbuh, demam tanpa sebab jelas ≥ 2 minggu, batuk kronik ≥ 3 minggu, sesak, penurunan nafsu
makan, riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.
◉ Pada pemeriksaan fisik mungkin bisa didapatkan pembesaran kelenjar limfe (leher, axilla, inguinal),
tuberkulosis skeletal (gibbus, koksitis, gonitis, dektilitis), skofuloderma.
◉ Pada pemeriksaan penunjang seperti biakan/kultur, sputum BTA, uji tuberculin, dan tes cepat molekuler
(TCM) akan memberikan hasil positif. Pada pemeriksaan foto thorax akan ditemukan fibroinfiltrat, efusi
pleura, milier atau cavitas.
Aspirasi
◉ Merupakan masuknya benda asing pada saluran pernafasan yang dapat
menyebabkan batuk, sesak, dan stridor.
◉ Pada anamnesa biasanya adanya riwayat tersedak benda asing seperti
bakso, mainan, atau benda asing lainnya.
◉ Pada pemeriksaan foto thorax biasanya akan terlihat benda asing pada
saluran pernafasan (logam, jarum, dan lain-lain), dan sulit terlihat pada
benda asing yang lunak
Penyakit Jantung Bawaan
◉ Penyakit jantung bawaan pada anak seperti atrium septum defek (ASD),
ventrikel septum defek (VSD), tetralogy of fallot (TOF) dapat menyebabkan
anak sesak, sianosis, takikardi, lemas, ditemukan murmur pada auskultasi
dan tidak merespon dengan pengobatan asma.
TATALAKSANA

◉ Program penatalaksanaan asma


◉ Edukasi
◉ Menilai dan monitor berat asma secara berkala
◉ Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
◉ Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
◉ Menetapkan pengobatan pada serangan akut
◉ Kontrol secara teratur
◉ Pola hidup sehat

43
44
45
FARMAKOLOGI
Pengontrol
◉ Medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan
setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma
terkontrol pada asma persisten.
◉ Kortikosteroid inhalasi
◉ Kortikosteroid sistemik
◉ Sodium kromoglikat
◉ Nedokromil sodium
◉ Metilsantin
◉ Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
◉ Agonis beta-2 kerja lama, oral
◉ Leukotrien modifiers
◉ Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1) 46
47
48
Pelega
◉ Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan
gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki
inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas.
◉ Agonis beta2 kerja singkat
◉ Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila
penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum
tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
◉ Antikolinergik
◉ Aminofillin
◉ Adrenalin

49
50
51
Asma Dikatakan Terkontrol Apabila

◉ Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam


◉ Tidak ada keterbatasan aktiviti termasuk exercise
◉ Kebutuhan bronkodilator (agonis β2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak
diperlukan)
◉ Variasi harian APE kurang dari 20%
◉ Nilai APE normal atau mendekati normal
◉ Efek samping obat minimal (tidak ada)
◉ Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat

52
53
Kriteria Rawat Inap

◉ Respons terapi tidak adekuat dalam 1-2 jam


◉ Obstruksi jalan napas yang menetap (APE < 30% nilai terbaik/ prediksi)
◉ Riwayat serangan asma berat, perawatan rumah sakit/ ICU sebelumnya
◉ Dengan risiko tinggi (lihat di riwayat serangan)
◉ Gejala memburuk yang berkepanjangan sebelum datang membutuhkan
pertolongan saat itu
◉ Pengobatan yang tidak adekuat sebelumnya
◉ Kondisi rumah yang sulit/ tidak menolong
◉ Masalah/ kesulitan dalam transport atau mobilisasi ke rumah sakit

54
Kriteria Rawat ICU

◉ Serangan berat dan tidak respons walau telah diberikan


pengobatan adekuat
◉ Penurunan kesadaran, gelisah
◉ Pa O2 < 60 mmHg dan atau PaCO2 > 45 mmHg, saturasi O2 <
90% pada penderita anak. Gagal napas dapat terjadi
dengan PaCO2 rendah atau meningkat

55
◉ Acuan Awal penetapan jenjang tata laksana jangka panjang menggunakan klasifikasi
kekerapan.
◉ Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah berlangsung 6-8 minggu dan asma belum
terkendali, maka tata laksana naik ke jenjang atasnya (Step up)
◉ Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah berlangsung 8-12 minggu dan asma terkendali
penuh, maka tata laksana turun ke jenjang bawahnya (Step down)
◉ Perubahan jenjang tata laksana harus memperhatikan aspek-aspek penghindaran, penyakit
penyerta.
◉ Pada jenjang 4 jika belum terkendali tata laksana ditambahkan omalizumab.
KOMPLIKASI

◉ Keparahan asma akut dapat mengakibatkan komplikasi


seperti pneumothorax, pneumomediastinum, atelektasis,
pneumonia, gagal nafas, fraktur iga, bronkitis. Status
asmatikus adalah serangan asma yang semakin parah dan
mengancam hidup

57
PROGNOSIS

◉ Beberapa studi kohort menemukan bahwa banyak bayi dengan mengi


tidak berlanjut menjadi asma pada masa anak dan remajanya.
◉ Proporsi kelompok tersebut berkisar antara 45 hingga 85%, tergantung
besarnya sampel studi, tipe studi kohort, dan lamanya pemantauan.
◉ Peningkatan IgE serum dan uji kulit yang positif khususnya terhadap
tungau debu rumah pada bayi, dapat memperkirakan mengi persisten
pada masa anak. Adanya dermatitis atopik merupakan prediktor
terjadinya asma berat

58
Komunikasi Informasi dan Edukasi

◉ Tujuan program KIE adalah memberi informasi dan pelatihan yang sesuai
terhadap pasien dan keluarganya untuk meningkatkan pengetahuan atau
pemahaman, keterampilan, dan kepercayaan diri dalam mengenali gejala
serangan asma, mengambil langkah-langkah yang sesuai, serta memotivasi
dalam menghindari faktor-faktor pencetus sehingga meningkatkan
keteraturan terhadap rencana pengobatan yang sudah diterapkan serta
pada akhirnya mampu meningkatkan kemandirian dalam tatalaksana asma
yang lebih baik

59
PEMBAHASAN
4 60
PENEGAKKAN DIAGNOSA

◉ Beberapa karakteristik yang mengarah ke asma antara lain :


◉ Gejala timbul secara episodik dan berulang.
◉ Timbul bila ada faktor pencetus : iritan (asap rokok, suhu dingin, makanan
dan minuman dingin, pengawet makanan, pewarna makanan, dan lain-
lain), alergen (debu, serbuk, bulu), infeksi respiratori akut (virus,
rinofaringitis), aktivitas fisik (berlarian, berteriak, menangis atau tertawa
berlebihan).
◉ Adanya riwayat alergi pada pasien dan keluarga.
◉ Biasanya gejala lebih berat pada malam hari.
◉ Gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat pereda
asma.
61
ANAMNESA

◉ Pada An. RJ, didapatkan keluhan batuk dengan produksi sputum


dan sesak nafas.
◉ Pasien mengaku gejala memberat ketika udara dingin seperti saat
pagi dan malam hari.
◉ Selain itu gejala mucul ketika pasien kecapekan terhadap aktivitas
yang ada dan ketika menghirup debu. Pasien mempunyai riwayat
alergi makanan dengan proses digoreng.
◉ Pasien mempunyai riwayat asma sejak umur 5 tahun, dan kakek
pasien juga mempunyai riwayat asma.
62
PEMERIKSAAN FISIK

◉ Tanda vital : suhu normal, nafas dan nadi cepat.


◉ Inspeksi : menggunakan otot napas tambahan perut atau dada, bentuk
dada barrel chest.
◉ Auskultasi : mengi (wheezing) pada ekspirasi. Namun pada asma berat
tidak terdengar karena penurunan aliran nafas.
◉ Tanda-tanda alergi : geographic tongue, dermatitis atopi, allergic shiners.
Pada pemeriksaan fisik An. RJ didapatkan tanda-tanda vital : nadi ↑
(136x/menit), RR normal (28x/menit), dan suhu normal (37,2°C). Pada inspeksi
ditemukan pernafasan cuping hidung, dan otot nafas dada minimal. Pada
auskultasi ditemukan wheezing diseluruh lapang paru pada ekspirasi.

63
PEMERIKSAAN PENUNJANG

◉ Darah Lengkap, Pada pemeriksaan darah darah pasien An.


RJ, terjadi peningkatan eosinofil (6.17%) dan neutrofil
(75.60%). Hal tersebut menunjukkan adanya proses alergi
dan inflamasi pada pasien.
◉ Saturasi Oksigen, Saturasi oksigen normal pada anak
adalah >95%. Saturai oksigen pada An. RJ tanpa pemberian
oksigen adalah 90%.

64
◉ Foto thorax
◉ Pada sebagian besar rontgen menunjukkan
normal atau hiperinflasi (gambaran
intercostalis melebar) dan hiperlucent.
◉ Pada pemeriksaan foto thorak An. RJ
ditemukan kesan cor dan pulmo normal

65
◉ Berdasarkan derajat serangan asma, An. RJ memasuki
kategori asma serangan ringan sedang karena pasien
datang tidak gelisah dan mampu bicara dalam kalimat,
lebih nyaman duduk daripada berbaring, nadi meningkat,
retraksi dada minimal, dan SpO2 90%.
66
◉ Berdasarkan kekerapan gejala asma, An. RJ memasuki
derajat intermiten karena didapatkan pada anamnesa
bahwa pasien mengalami gejala asma ± 5x/tahun.

67
Tatalaksana

◉ Oksigen
◉ Pemberian oksigen menggunakan face mask dengan dosis 5-
10 liter/menit diindikasikan pada pasien dengan saturasi
oksigen 90-95%. Pada pemeriksaan dengan pulse oxymetri,
saturasi oksigen An. RJ didapatkan 90%. Lama pemberian
sampai saturasi oksigen mencapai 95%, selanjutnya diganti
dengan nasal kanul.

68
◉ Infus Kaen 3B
◉ Pemilihan cairan maintenance menggunakan Kaen 3B karena usia
pasien > 2th.
◉ Pemilihan jenis infuse menggunakan makro sehingga 1 tetes
mengandung 20ml Kebutuhan cairan pasien saat datang hanya
memerlukan cairan maintenance. Hal ini didasarkan karena keluhan
pasien yang mengalami penurunan nafsu makan dan minum sehingga
perlu diperhatikan pemberian cairan tubuh. Jumlah kebutuhan cairan
dengan berat badan 38 kg adalah 1860 ml/24 jam. Bila infuse set
menggunakan tetesan makro maka pemberiannya 25 tpm.

69
Combivent

◉ Combivent mengandung kombinasi salbutamol dan Ipratropium bromide.

◉ Combivent memberikan pelepasan ipratropium bromide dan salbutamol

sulphate secara bersamaan dimana efek aditif pada reseptor muskarinik

dan adrenergik-beta2 pada paru menghasilkan bronkodilatasi yang lebih

baik dari masing-masing obat.

◉ Dosis combivent pada anak adalah ½ dosis dewasa. Dosis combivent

dewasa adalah 2,5 ml (1 unit vial) berisi 0,5 mg ipratropium bromida dan

salbutamol sulphate 2,5 mg, 3-4x/hari. 70


Steroid
◉ Pemberian steroid sistemik dapat mempercepat perbaikan serangan dan mencegah

kekambuhan, dan direkomendasikan untuk diberikan pada semua jenis serangan.

◉ Jika anak mengalami serangan wheezing akut berat berikan kortikosteroid sistemik

metilprednisolon 0,3 mg/kgBB/kali 3 kali sehari pemberian secara oral atau deksametason 0,3

mg/kgBB/kali IV/oral tiga kali sehari pemberian selama 3-5 hari tanpa tappering off.

◉ Pemberian kortikosteroid deksametason pada An. RJ adalah 0,3x38 = 11,4 mg/kali IV,

pemberian 3 kali sehari selama 3-5 hari tanpa tappering off. Dosis 1 ampul dexametason

adalah 5 mg/ml. Sehingga memerlukan ± 2 ml/ kali IV.

71
PENUTUP
5 72
Kesimpulan

◉ Diagnosis pada An RJ dapat ditegakkan dengan asma bronchial. Hal ini


dikarenakan anamnesis yang sangat mendukung seperti adanya gejala
sesak, batuk, riwayat alergi, riwayat asma sejak 5 tahun, dan riwayat
asma pada kakek. Pada pemeriksaan fisik yang mendukung ditemukan
nadi meningkat, cuping hidung, retraksi dada minimal, barrel chest,
dan wheezing, serta pemeriksaan penunjang ditemukan saturasi
oksigen <95%, eosinofil yang meningkat dan foto thorax terlihat kesan
normal. Terapi yang diberikan berupa oksigen dengan face mask, Infus
kaen 3B, combivent, dan kortikosteroid IV.

73
Saran

◉ Perlunya KIE tentang bahaya serangan asma dan


penanganan awalnya.
◉ Perlunya KIE kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit asma, penghindaran faktor pencetus, dan
kepatuhan dalam berobat.

74

Anda mungkin juga menyukai