Oleh :
I Made Ananta Wiguna, S. Ked (112019124)
Lolita Lorentia Syamtori R, S. Ked (112019155)
Hardianti, S. Ked (112019237)
Regina Pongtuluran, S. Ked (112020050)
Gracela Salurante, S. Ked (112021004)
Pembimbing :
dr. Jims Ferdinan Possible T., Sp. FM, M. Ked, For.
Penguji :
dr. Chatrina Andryani, Sp. FM, MH (Kes)
Celana panjang kain, motif kotak-kotak, berwarna hitam dan putih, ukuran
S Sendal selop, berwarna biru muda, ukuran 36.
B. DESKRIPSI LUKA:
- Pada daerah pinggul kanan, terdapat luka lecet serut, bentuk luka tidak
teratur, berwarna kemerahan, tepi luka sebelah kiri berjarak dua belas
centimeter dari GPD, dan tepi luka sebelah atas berjarak empat centimeter
dari pusar, ukuran luka panjang empat koma lima centimeter, lebar luka
satu koma lima centimeter, permukaan luka tampak rata, terdapat bercak
darah, tidak terdapat memar disekitar luka, tidak terdapat tanda patah
tulang, nyeri sedang (skala nyeri enam).
- Pada daerah lengan kanan atas sisi depan terdapat memar, bentuk memar
tidak teratur, berwarna biru keunguan, tepi memar bagian bawah berjarak
delapan centimeter dari lipat siku, ukuran memar panjang satu koma lima
centimeter, lebar memar satu centimeter, permukaan memar rata, tidak
terdapat tanda patah tulang, tidak terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala
nyeri empat).
- Pada daerah lengan kanan atas sisi depan, tepat di garis tengah, terdapat
memar, bentuk memar tidak teratur, berwarna biru keunguan, tepi luka
bagian bawah berjarak sembilan koma lima centimeter dari lipat siku,
ukuran memar panjang empat koma lima centimeter, lebar memar tiga
centimeter, permukaan memar rata, tidak terdapat tanda patah tulang, tidak
terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri empat).
- Pada daerah siku lengan kanan atas, tepat di siku, terdapat luka lecet gores,
bentuk luka tidak teratur, berwarna kemerahan, tepi luka bagian kiri
berjarak satu centimeter dari garis tengah lengan, ukuran luka panjang nol
koma sembilan centimeter, lebar luka nol koma lima centimeter,
permukaan luka rata, tidak terdapat memar disekitar luka, tidak terdapat
tanda patah tulang, tidak terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri
empat).
- Pada daerah lengan kanan bawah sisi belakang, terdapat luka lecet serut,
bentuk luka tidak teratur, berwarna kemerahan, tepi luka bagian atas
berjarak nol koma lima centimeter dari bawah siku, ukuran luka panjang
dua centimeter, lebar luka satu centimeter, permukaan luka rata, tidak
terdapat memar disekitar luka, tidak terdapat tanda patah tulang, tidak
terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri empat).
- Pada daerah lengan kanan bawah sisi belakang, terdapat luka lecet serut,
bentuk luka tidak teratur, berwarna kemerahan, tepi luka bagian atas
berjarak satu koma lima centimeter dari bawah siku, ukuran luka panjang
dua koma lima centimeter, lebar luka satu centimeter, permukaan luka rata,
tidak terdapat memar disekitar luka, tidak terdapat tanda patah tulang,
tidak terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri empat).
- Pada daerah lengan kiri bawah sisi belakang, terdapat luka lecet gores,
bentuk luka tidak teratur, berwarna kemerahan, tepi luka bagian atas
berjarak dua centimeter dari bawah siku, ukuran luka panjang dua
centimeter, lebar luka satu centimeter, permukaan luka rata, tidak terdapat
memar disekitar luka, tidak terdapat tanda patah tulang, tidak terdapat
bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri empat).
- Pada daerah paha kiri atas sisi depan, tepat di garis tengah paha, terdapat
memar, bentuk memar tidak teratur, berwarna biru keunguan, tepi memar
sebelah atas berjarak lima belas centimeter dari pangkal paha, ukuran
memar panjang empat koma lima centimeter, lebar memar dua centimeter,
permukaan memar tampak rata, tidak terdapat tanda patah tulang, nyeri
ringan (skala nyeri empat).
- Pada daerah lutut kiri, tepat di tengah lutut, terdapat luka lecet gores,
bentuk luka tidak teratur, berwarna kemerahan, tepi luka berjarak tepat di
garis tengah dan tepat di area lutut, ukuran luka panjang dua koma lima
centimeter, lebar luka nol koma tiga centimeter, permukaan luka rata, tidak
terdapat memar disekitar luka, tidak terdapat tanda patah tulang, tidak
terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri empat).
- Pada daerah lutut kanan, terdapat luka lecet tekan, bentuk luka tidak
teratur, berwarna kemerahan, tepi luka bagian bawah berjarak satu koma
lima centimeter dari bawah lutut, ukuran luka panjang satu koma lima
centimeter, lebar luka nol koma delapan centimeter, permukaan luka rata,
tidak terdapat memar disekitar luka, tidak terdapat tanda patah tulang,
tidak terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri empat).
- Pada daerah punggung kaki kiri, terdapat luka lecet gores, bentuk luka
tidak teratur, berwarna kemerahan, tepi luka bagian bawah berjarak enam
koma lima centimeter dari ujung ibu jari kaki kiri, ukuran luka panjang nol
koma enam centimeter, lebar luka nol koma tiga centimeter, permukaan
luka rata, tidak terdapat memar disekitar luka, tidak terdapat tanda patah
tulang, tidak terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri empat).
- Pada daerah ibu jari kaki kiri bagian dalam, terdapat luka lecet gores,
bentuk luka tidak teratur, berwarna kemerahan, tepi luka bagian bawah
berjarak satu koma lima centimeter dari ujung ibu jari kaki kiri, ukuran
luka panjang dua centimeter, lebar luka satu centimeter, permukaan luka
rata, tidak terdapat memar disekitar luka, tidak terdapat tanda patah tulang,
tidak terdapat bercak darah, nyeri ringan (skala nyeri empat).
5. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS) “TANDA
KELAINAN KLINIS (SIGN)”
- TANDA KELAINAN KLINIS
Anemis, Ikterus, Turgor kulit, Oedema prebitia, Tumor, Penyakit kulit,
Haemorroid, Petechiae, Sianosis, Peristaltik usus meningkat, Ronchii, Suara
bising jantung, Asites, Hepatomegali, Nyeri tekan atau lepas, Colic
abdomen, Melena, Haematemesis, Epiktasis, Emesis, Hiperemis
conjunctivitis, dll: Nyeri tekan sekitar luka (+)
1. Visum seketika yang dibuat langsung setelah korban diperiksa dan paling
banyak yang dibuat oleh dokter.
2. Visum sementara yaitu visum saat korban masih dalam perawatan
biasanya untuk menentukan jenis perlukaan dan pada visum ini tidak
terdapat kesimpulan.
Visum lanjutan yaitu visum yang diberikan setelah korban sembuh dari
perawatan atau meninggal dan merupakan lanjutan dari visum sementara.
Pada visum ini dokter telah menulis kesimpulan dan dokter yang membuat
kesimpulan tidaklah harus dokter yang membuat visum sementara
(Budiyanto 1997, Amir 1997).
Berdasarkan teknik pemeriksaan visum et repertum dibedakan menjadi dua
yaitu:
A. Projustisia
Kata “projustisia” terletak di bagian atas dan menandakan bahwa Visum
et Repertum dibuat untuk tujuan peradilan. Apabila seorang dokter sejak
awal pemeriksaan menyadari bahwa laporan yang ia buat adalah untuk
tujuan peradilan maka arti kata Projustisia sangat penting. Visum et
Repertum tidak dikenakan materai dan harus dijaga kerahasiaannya.
(Budiyanto 1997, Amir 1997)
B. Pendahuluan
Kata “Pendahuluan” tidak ditulis secara langsung namun berupa kalimat
di bawah judul yang berisikan landasan operasional:
D. Kesimpulan
Bagian kesimpulan diisi hasil interpretasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri
oleh dokter pembuat Visum et Repertum, dikaitkan dengan maksud dan
tujuan dimintakannya Visum et Repertum tersebut. Fakta yang ditemukan
oleh dokter lain atau ahli lain tidak boleh diikutsertakan sebagai landasan
bagi pembentukan interpretasi, kecuali dokter pembuat Visum et
Repertum ikut bersama-sama melakukan pemeriksaa. Hasil temuan
seorang dokter pembuat Visum et Repertum meliputi jenis perlukaan dan
jenis kekerasan atau penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab
kematian ditulis pada bagian ini. (Budiyanto 1997, Amir 1997)
E. Penutup
Pada bagian ini diisi pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut
dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau
dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum
melakukan pemeriksaan. Selain itu, pada bagian penutup dibubuhi tanda
tangan dokter pembuat Visum et Repertum. Tanda tangan Direktur
Rumah Sakit tidak perlu dan tidak ada gunanya sama sekali untuk
diikutsertakan sebab tanggung jawab hukum pembuatan Visum et
Repertum bersifat personal. Direktur hanya perlu membuat surat
pengantar untuk menyerahkan Visum et Repertum yang telah selesai
dibuat oleh dokter. (Budiyanto 1997, Amir 1997)
2. Traumatologi
2.1. Definisi Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada
tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang
menimbulkan jejas (Dahlan S, 2004).
2.2. Definisi Luka menurut Ilmu Kedokteran (Medis)
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya
kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. (Kaplan dan Hentz, 2006).
2.3. Definisi Luka menurut Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Luka adalah suatu keadaan ke-tidak-sinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan. (Budiyanto et al, 1997)
2.4. Definisi Kekerasan menurut Hukum
Menurut Sukanto kata kekerasan setara dengan violence dalam Bahasa
Inggris yang diartikan sebagai suatu serangan atau invasi terhadap fisik
maupun intergritas mental psikologis seseorang. Sementara kata kekerasan
dalam Bahasa Indonesia umumnya dipahami hanya serangan fisik belaka.
Dengan demikian, bila pengertian violence sama dengan kekerasan, maka
kekerasan disini merujuk pada kekerasan fisik maupun psikologis (Sukanto S,
1987).
Sedangkan menurut Santoso, kekerasan juga bisa diartikan sebagai
serangan memukul (Assault and Battery) merupakan katgori hukum yang
mengacu pada Tindakan illegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi actual
kekuatan fisik kepada orang lain. (Santoso T, 2002).
2.5. Definisi Kekerasan menurut Ilmu Kedokteran
Kekerasan menurut WHO (World Health Organization) adalah penggunaan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman, atau tindakan terhadap diri sendiri,
perorangan, atau sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau
kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian
psikologis, kelainan perkembangan, atau perampasan hak. (WHO, 2002).
2.6. Jenis-jenis/Klasifikasi Trauma (Peristiwa Kekerasan) berdasarkan
Penyebabnya
2.6.1. Mekanik
Jenis kekerasan yang terjadi karena disebabkan oleh alat atau
senjata/benda dengan berbagai bentuk alami ataupun dibuat oleh
manusia seperti benda tumpul (luka memar,luka lecet, luka robek dan
patah tulang), benda tajam (luka iris, luka tusuk dan luka bacok) dan
akibat senjata api (luka tembak masuk dan luar).
2.6.2. Fisika
Luka dan traum akibat benda fisika. Benda fisika adalah benda yang
menghasilkan kalor atau panas dan menimbulkan efek bakar atau panas
serta berhubungan dengan adanya perubahan tekanan.
2.6.3. Kimiawi
Luka atau trauma akibat zat-zat korosif yang dapat menimbulkan luka
apabila mengenai tubuh manusia.
2.7. Mekanisme/Cara Terjadinya Trauma (Peristiwa Kekerasan) Mekanik,
Tumpul, dan Tajam
2.7.1. Mekanisme terjadiya Trauma Mekanik
Jenis kekerasan yang terjadi karena disebabkan oleh alat atau
senjata/benda dengan berbagai bentuk alami ataupun dibuat oleh
manusia seperti benda tumpul (luka memar,luka lecet, luka robek dan
patah tulang), benda tajam (luka iris, luka tusuk dan luka bacok) dan
akibat senjata api (luka tembak masuk dan luar).
2.7.2. Mekanisme terjadinya Trauma Tajam
Kekerasan tajam disebabkan pisau, pedang silet, gunting, kampak,
bayonet dan lain-lain. Senjata ini dapat menyebabkan luka sayat, tikam
dan bacok (Amir A, 2005).
2.7.3. Mekanisme terjadinya Trauma Tumpul
Trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan internal atau eksternal
tergantung pada lokasi dan mekanisme (O'Toole JE et al, 2019;
Ridgway Emily B, 2004). Benda tumpul yang sering mengakibatkan
luka antara lain: batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain.
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena dua sebab yakni alat atau
senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak
(Amir A, 2005).
2.8. Jenis-jenis Luka (Definisi atau Mekanisme/Cara Terjadinya Serta Ciri)
akibat Trauma (Peristiwa Kekerasan) Tumpul
2.8.1. Luka Memar
Luka memar biasanya terjadinya dengan permukaan kulit (kontinuitas
jaringan kulit) dalam keadaan utuh, tetapi terjadi perdarahan pada
jaringan di bawah kulit / kutis, pembuluh darah kapiler dan vena yang
pecah dan memasuki jaringan ikat yang diakibatkan oleh kekerasan
benda tumpul. Luka memar yang terjadi dapat disebabkan oleh
berbagai benda tumpul dan kadang-kadang dapat memberi petunjuk
tentang benda penyebab memar seperti :
1. Jejas ban (marginal hemorrhage).
2. Jejas tapak sepatu.
3. Jejas cambuk.
4. Jejas batu/ bola.
5. Cubitan / cekikan tangan
Gambaran perubahan yang terjadi pada luka memar yaitu daerah yang
mengalami kekerasan tumpul akan membengkak dan terjadi perubahan
warna merah kebiru-biruan, rasa sakit dan menjadi lembek. Dapat
disertai mengelupasnya jaringan kutikula kulit. Besarnya memar tidak
akan selalu tergantung pada benda/ alat penyebabnya, tetapi lebih pada
daerah yang dikenainya serta kerasnya benturan yang terjadi (Parinduri
A.G, 2020; Yudianto, 2020).
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan
warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian
berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan
berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7
sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari
(Budiyanto A, 1997).
2.8.2. Luka Lecet
Luka lecet adalah keadaan luka berupa hilangnya atau rusaknya
permukaan epitel sel pembungkus kulit (epidermis) atau membrana
mukosa yang diakibatkan oleh tekanan pada benda keras, benda
tumpul, benda kasar ataupun senjata. Luka lecet diakibatkan oleh
karena tekanan dari sebuah benda ketika gesekan terjadi antara benda
dan kulit epidermis yang mengakibatkan tekanan. Bentuk yang
menyebabkan gesekan itu dapat berupa horizontal atau miring atau
lebih tegak lurus lagi terhadap kulit tubuh (Parinduri A.G, 2020;
Yudianto, 2020).
Gambaran luka lecet :
1. Bentuk tidak teratur.
2. Batas luka tidak teratur.
3. Tepi luka tidak rata.
4. Kadang-kadang ditemukan perdarahan kecil.
5. Permukaan tertutup oleh krusta (serum yang telah mengering).
6. Warna kecoklatan.
7. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang
masih ditutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi).
Klasifikasi:
Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang
menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit
(epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut
terangkat sehingga dapat menunjukan arah yang terjadi (Budiyanto
A, 1997).
Luka lecet serut
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan
dengan melihat letak tumpukan epitel (Budiyanto A, 1997).
Luka lecet tekan
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet akan belum
tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi
masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang khas
misalnya kisi-kisi mobil, jejas gigitan dan sebagainya.
Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah
daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya
akibat menajdi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta
terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati (Budiyanto A,
1997).
Luka lecet geser
Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser,
misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut.
Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan
dari luka lecet geser yang terjadi pasca mati (Budiyanto A, 1997).
2.8.3. Luka Robek
Luka robek merupakan keadaan luka dimana tubuh dikenai oleh benda
pada kulit sehingga tertarik dan tegang hingga melampaui batas
elastisitasnya dan tekanan benda hingga ke dasar kulit (bahkan ke otot)
dan akan merobek bagian yang tergenting. Karena terjadinya luka
disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka tersebut
tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. (Parinduri A.G,
2020; Yudianto, 2020).
Gambaran dan tanda-tanda luka robek:
Bentuk robekan pada kulit mengenai lapisan jaringan dermis dan
epidermis bahkan sampai ke jaringan di bawah kulit (otot).
Lukanya terbuka dengan pinggir / tepi luka tidak rata
Sudut luka tidak tajam dan tidak teratur (sebaiknya menggunakan
kaca pembesar/lup/suryakanta)
Ditemukan adanya jembatan jaringan diantara kedua tepi luka atau
dinding luka
Akar rambut masih utuh pada tepi luka mudah terjadi pada bagian
kulit yang menutupi tulang.
Biasanya mengalami perdarahan yang banyak.
Panjang dan lebar luka lebih luas dari pada dalamnya luka.
Dasar luka juga tidak teratur.
2.9. Jenis-jenis Luka (Definisi atau mekanisme/Cara Terjadinya Serta Ciri)
akibat Trauma (Peristiwa Kekerasan) Tajam
2.9.1. Luka Sayat/Iris
Adalah luka yang disebabkan oleh objek tajam, biasanya mencakup
seluruh luka akibat benda-benda seperti
pisau,pedang,silet,kaca,kampak tajam dll. dengan arah kekerasan
kurang lebih sejajar dengan kulit, berbentuk seperti garis dengan
ukuran dalam luka lebih kecil dari panjang luka. Kedua sudut luka
yang diakibatkan oleh mata pisau selalu runcing. Luka iris sering
terlihat pada bunuh diri dengan senjata tajam, berupa sayatan-sayatan
sejajar dipergelangan tangan (tentative wound) atau dileher (Parinduri
A.G, 2020; Nirmalasari, 2020; Yudianto, 2020).
Ciri-ciri luka iris:
1. Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudut luka tajam
2. Jembatan jaringan tidak ada
3. Permukaan luka rata dan rambut dapat terpotong dengan potongan
yang tegas
4. Pada sekitar luka tidak didapatkan luka memar
5. Luka tidak mengenai tulang
6. Panjang luka lebih besar daripada dalam luka
2.9.2. Luka Tusuk
Luka tusuk (Stab Wound) adalah luka dengan kedalaman luka yang
melebihi panjang luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata
tajam atau bermata tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak
lurus atau serong pada permukaan tubuh. Luka ini tidaklah
menguntungkan sebab penetrasi luka ini biasanya berhubungan dengan
suatu luka tusuk karena hal itu mempunyai arti yang lain yang
disebabkan oleh sebuah pisau. Ide yang popular adalah bahwa pisau
adalah senjata yang bertanggung jawab atas terjadinya luka tusuk tetapi
alat-alat yang lainnya kebanyakan juga mengakibatkan luka penetrasi
yang sama, misalnya: sebuah pahat, sepotong kawat, logam yang tajam
atau sebuah kayu yang ujungnya tajam; semua benda yang dimiliki :
sesuatu yang mempunyai ujung yang tajam yang mengakibatkan
penetrasi pada kulit sampai ke jaringan yang ada di bawahnya
(Parinduri A.G, 2020; Yudianto, 2020).
Ciri-ciri luka tusuk
Ada 5 ciri-ciri luka tusuk yang disebabkan oleh alat yang berujung
runcing dan bermata tajam, yaitu :
Tepi luka tajam atau rata
Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul
Rambut terpotong pada sisi tajam
Sekitar luka kadang terdapat luka memar (contusion). Ekimosis
karena tusukan sampai mengenai tangkai pisau.
Kedalaman luka melebihi panjang luka
2.9.3. Luka Bacok
Luka bacok adalah luka yang diakibatkan senjata tajam, yang berat dan
diayunkan dengan tenaga akan menimbulkan luka mengaga. Tulang
dibawahnya biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut
menderita luka. Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya
memotong hingga tulang di bawah luka yang dibuatnya. Contoh alat
yang digunakan pada luka bacok, antara lain pedang, clurit, kapak,
sabit, baling-baling kapal, dan lain-lain. Sebenarnya mirip dengan luka
iris, tetapi dengan tekanan kedalam yang lebih besar sehingga ukuran
dalam luka kurang lebih sama dengan panjang luka. Biasanya kedua
sudut luka juga runcing, kecuali jika senjata tajam berujung
tumpul/lengkung (clurit,golok daging) yang memuat luka (Parinduri
A.G, 2020; Nirmalasari, 2020).
Ciri-ciri luka bacok antara lain:
Ukuran luka besar dan menganga.
Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka.
Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka.
Tepi luka bacok tergantung pada mata senjata.
Sudut luka bacok tergantung pada mata senjata.
Kadang-kadang memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan.
Di sekitar luka dapat kita temukan luka memar (contussion) atau
luka lecet (abrasion) atau aberasi.
3. Deskripsi Luka dan Derajat Kualifikasi Luka
3.1 Definisi Deskripsi Luka
Deskripsi luka merupakan penjelasan mengenai luka-luka pada tubuh korban
hidup maupun mati yang dijelaskan dengan lengkap dan baik untuk
mengetahui jenis kekerasan yang dialami (Nirmalasari, 2020).
3.2 Definisi Derajat Kualifikasi Luka
Derajat kualifikasi luka merupakan orientasi dan paradigma yang digunakan
dalam merinci luka dan kecederaan untuk membantu merekontruksi peristiwa
penyebab dan memperkirakan keparahan luka (Kelwulan et al, 2020).
3.3 Klasifikasi Derajat Kualifikasi Luka
Derajat kualifikasi luka terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Derajat luka ringan
Derajat luka ringan merupakan luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan dalam melakukan pekerjaan, jabatan atau pencahariannya.
(Fatriahl, 2007)
2. Derajat luka sedang
Derajat luka sedang merupakan luka yang menimbulkan penyakit yang
mengakibatkan halangan dalam melakukan pekerjaan, jabatan atau
pencahariannya untuk sementara waktu. (Fatriahl, 2007)
3. Derajat luka berat
Derajat luka berat merupakan luka yang menimbulkan penyakit yang
mengakibatkan halangan dalam melakukan pekerjaan, jabatan atau
pencahariannya dan menimbulkan luka berat sebagaimana yang sudah
diatur. (Fatriahl, 2007)
3.5 Tata Cara Membuat Deskripsi Luka
Pada penulisan deskripsi luka meliputi (Nirmalasari, 2020):
1. Jumlah luka
Jumlah luka yaitu banyaknya luka yang ada di tubuh berdasarkan lokasi dan
jenisnya.
2. Lokalisasi luka
Lokasi luka merupakan letak luka terhadap garis koordinat pada tubuh.
Koordinat tubuh menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi
dua, yaitu kanan dan kiri. Garis khayal mendatar yang melewati puting
susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal
mendatar yang melewati tumit.
3. Bentuk luka, meliputi:
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis panjang x
lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat luka
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi:
• Batas (tegas atau tidak tegas)
• Tepi (rata atau tidak rata)
• Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah didalam garis batas luka, meliputi:
• Jembatan jaringan (ada atau tidak)
• Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terbagi oleh apa)
• Dasar luka
c. Daerah disekitar garis batas luka, meliputi:
• Memar (ada atau tidak)
• Lecet (ada atau tidak)
6. Koordinat luka
Menentukan letak luka berdasarakan jarak dari sumbu X dan Y terhadap
luka yang ada.
7. Karakteristik atau ciri atau sifat khusus luka
Karakteristik atau sifat khusus luka adalah ciri khas yang dimiliki oleh
masing-masing luka yang digunakan untuk menggambarkan luka tersebut.
8. Hal lainnya yang ada pada luka
3.6 Umur Luka
3.6.1 Umur Luka Lecet
Umumnya luka memiliki umur atau waktu yang dapat memberikan
petunjuk untuk mengetahui sudah berapa lama luka tersebut, yaitu:
1. Hari ke 1 – hari ke 3: coklat kemerahan karena eksudasi darah dan
cairan limfe.
2. Hari ke 4 – hari ke 6: warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih
suram.
3. Hari ke 7 – hari ke 14: pembentukan epidermis baru. (Yudianto A,
2020)
3.6.2 Umur Luka Memar
Umumnya luka memiliki umur atau waktu yang dapat memberikan
petunjuk untuk mengetahui sudah berapa lama luka tersebut,
berdasarkan hari terdiri atas (Yudianto A, 2020):
1. Hari ke 1 – hari ke 3: memar berwarna merah dan berubah menjadi
ungu atau hitam.
2. Hari ke 4 – hari ke 5: memar menjadi berwarna hijau.
3. Hari ke 7 – hari ke 10: memar berubah menjadi kuning.
4. Hari ke 14 – hari ke 15: memar menghilang.
4. Penganiayaan
4.1. Definisi
4.1.1. Definisi Penganiayaan
Dalam Undang-undang tidak menjelaskan definisi dari penganiayaan,
namun menurut Jurisprudensi pendagulan menyebutkan bahwa
penganiayaan adalah (Soesilo, 1995):
- Sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan)
- Menyebabkan rasa sakit
- Menyebabkan luka-luka
Sedangkan menurut Tirtaamidjaja, penganiayaan adalah perbuatan
dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada orang lain
(Tirtaamidjaja, 1955).
4.1.2. Definisi Pengeroyokan
Pengertian pengeroyokan menurut Soerodibroto bahwa mengeroyok
adalah dengan sengaja menimbulkan sakit atau luka, kesengajaan ini
harus dituduhkan dalam surat tuduhan (Soerodibroto, 2007).
Daftar Pustaka :
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono & et al, 1997, Ilmu kedokteran forensik,
Bagian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
2. Dahlan S, 2004, Ilmu kedokteran forensik pediman bagi dokter dan penegak hukum,
Edisi ke-3, Badan Penerbit Universitas Diponergoro, Semarang.
3. Fatriah SH, Sampurna B, & Firmansyah A, 2007, ‘Analisis medikolegal terhadap
kriteria derajat luka menurut Kitab Undang-undang’, J. Indon. Med. Assoc, Vol 67,
No. 11, H 514-21.
4. Kelwulan JE, Siwu JF & Mallo JF, 2020, ‘Penentuan derajat luka pada kekerasan
mekanik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Juli 2019, E-clinic,
Vol 8, No. 1, H 172-76.
5. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 170. Dapat diunduh pada:
https://yuridis.id/pasal-170-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/. (Diakses pada
tanggal 25 Juli 2022).
6. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 351. Dapat diunduh pada:
https://yuridis.id/pasal-351-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/. (Diakses pada
tanggal 25 Juli 2022).
7. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 352. Dapat diunduh pada:
https://yuridis.id/pasal-352-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/. (Diakses pada
tanggal 25 Juli 2022).
8. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 353. Dapat diunduh pada:
https://yuridis.id/pasal-353-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/. (Diakses pada
tanggal 25 Juli 2022).
9. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 354. Dapat diunduh pada:
https://yuridis.id/pasal-354-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/. (Diakses pada
tanggal 25 Juli 2022).
10. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 355. Dapat diunduh pada:
https://yuridis.id/pasal-355-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/. (Diakses pada
tanggal 25 Juli 2022).
11. Krug E, Dahlberg L, Mercy J & et al, 2002, World report on violence and health,
Geneva, WHO.
12. Nirmalasari N, 2020, Forensik bicara tentang luka traumatologi, Universtas Lampung
Mangkurat, Banjarmasin.
13. Parinduri A.G, 2020, Buku ajar kedokteran forensik dan medikolegal, UMSU Press,
Sumatera.
14. Soesilo, 1995, KUHP serta komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal, Politeia,
Bogor, H 245.
15. Tirtaamidjaja, 1955, Pokok-pokok hukum pidana, Fasco, Jakarta.
16. Yudianto A, 2020, Buku kedokteran forensik, Scopindo Pustaka, Surabaya.
17. Ardhyan Y, Analisis atas permintaan penyidik untuk dilakukan visum et repertum
menurut KUHAP. Lex Administratum. 2017. 2(5).
18. Afandi D. Visum et repertum tatalaksana dan teknik pembuatan. Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau; 2017
19. Press Tp. KUHAP kitab undang-undang hukum acara pidana dan penjelasannya.
Jakarta: Permata Press; 2019.
20. Waluyadi. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Djambatan; 2000
21. Intruksi Kapolri No. Pol: Ins/E/20/IX/65 tanggal 19 September 1975 tentang Tata
Cara Permohonan/Pencabutan Visum et Repertum
22. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Rapat Komisi Fatwa, pada 12
Jumadil Akhir 1430 H / 6 Juni 2009 M tentang: Otopsi Jenazah dikutip
dari ;http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/47.-Otopsi-jenazah.pdf tanggal
29, bulan Juli tahun 2022
23. Budiyanto A, Widiantmaka W, Sudiono S, Mun’im T, Sidhi, Hertian S. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997
24. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta: Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2016.
25. Soerodibroto S, 2007 KUHP dan KUHAP dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah
Agung dan Hoge Raad, Raja Grafindo Persada, Jakarta