Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN KASUS

HIPERTENSI DAN PNEUMONIA


Pembimbing :

dr. Awal Bachtera Barus, Sp.PD-FINASIM


dr. Ricky Rivalino Sitepu, Sp.PD

Disusun oleh:
1. I Made Aananta Wiguna 112019124
KEPANITERAAN KLINIS / COASS STASE
2. Novelia Ratna Ury 112021242 ILMU PENYAKIT DALAM
UNIVERSITAS UKRIDA - RS BHAYANGKARA LAMPUNG
PERIODE 18 APRIL– 26 JUNI 2022
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
TTL/umur : 86 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Segala Mider
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Menikah
ANAMNESIS
Autoanamnesis , pada tanggal 23 Mei 2022

Keluhan utama:
Sesak sejak 1 minggu SMRS.

Keluhan tambahan:
Demam (+), batuk berdahak (+), mual (+)
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Tn. A datang ke UGD Rs bayangkara dengan keluhan sesak sejak 1 minggu SMRS. Sesak makin memberat
sejak 8 jam yang lalu disertai dengan demam sejak 2 hari demam membaik saat pasien minum obat
paracetamol. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi. Pasien juga mengeluh batuk berdahak namun susah untuk
dikeluarkan oleh pasien. Pasien mengalami penurunan napsu makan sejak 7 hari terakhir. Jumlah makan
pasien berkurang menjadi ½ porsi dari biasanya. Pasien mengatakan bahwa terkadang terdapat mual, namun
tidak ada muntah. Pasien menyangkal adanya keringat malam, penurunan berat badan. Pasien juga
menyangkal adanya nyeri dada, berdebar-debar, bengkak pada kedua kaki dan keterbatasan beraktivitas. Saat
malam hari, pasien hanya tidur menggunakan 1 bantal. Tidak ada keluhan pada BAB dan BAK pasien.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien menyangkal adanya keluhan serupa sebelumnya. Riwayat hipertensi, diabetes, asma,
jantung, flek paru dan alergi disangkal. Pasien mengaku belum pernah dirawat di rumah sakit.

Riwayat Keluarga
Tidak ada yang memiliki keluhan serupa dalam keluarga pasien. Riwayat penyakit paru di dalam
keluarga dan lingkungan sekitar disangkal.

Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat rutin
Riwayat Sosial
Pasien memiliki riwayat merokok 2 bungkus rokok setiap harinya. Pasien telah berhenti merokok sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien menyangkal mengkonsumsi alkohol. Pasien jarang berolahraga.
ANAMNESIS SISTEM

Kulit
( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam
( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis
( - ) Lain – lain

Kepala
( - ) Trauma ( + ) Sakit kepala
( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus
ANAMNESIS SITEM

Mata

( - ) Nyeri ( - ) Radang
( - ) Sekret ( - ) Gangguan penglihatan (diplopia)
( - ) Kuning / Ikterus
( - ) Ketajaman penglihatan

Telinga

( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran


( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
ANAMNESIS SITEM

Hidung
( - ) Trauma ( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret ( - ) Pilek
( - ) Epistaksis

Mulut
( - ) Bibir (pecah-pecah) ( - ) Lidah
( - ) Gusi ( - ) Gangguan pengecap
( - ) Selaput ( - ) Stomatisis
ANAMNESIS SISTEM

Tenggorokan
Dada ( Jantung / Paru – paru)
( - ) Nyeri tenggorokan
( - ) Nyeri dada ( + ) Sesak napas
( - ) Perubahan suara
( - ) Berdebar ( + ) Batuk

Leher ( - ) Ortopnoe ( + ) Batuk darah

( - ) Benjolan

( - ) Nyeri leher
ANAMNESIS SISTEM
Abdomen Saluran Kemih/Alat Kelamin

( - ) Rasa kembung ( - ) Wasir ( - ) Disuria ( - ) Kencing nanah


( + ) Mual ( - ) Mencret ( - ) Stranguri ( - ) Kolik
( - ) Muntah ( - ) Tinja darah ( - ) Poliuria ( - ) Oliguria
( - ) Muntah darah ( - ) Tinja berwarna dempul ( - ) Polakisuria ( - ) Anuria
( - ) Sukar menelan ( - ) Tinja berwarna teh ( - ) Hematuria ( - ) Retensi urin
( + ) Nyeri ulu hati ( - ) Benjolan ( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes
( - ) Perut membesar ( - ) Penyakit Prostat
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran : Rumah sakit
Riwayat Imunisasi : Lengkap
Riwayat Makanan
Frekuensi / Hari : 3x sehari, makanan bervariasi
Nafsu makan : Menurun
Pendidikan : SMA
Kesulitan
Keuangan : Tidak ada
Pekerjaan : Tidak ada
Keluarga : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 205/119 mmHg
Nadi : 121 x/menit
Suhu : 38,5° C
Pernapasan : 28x/menit
SpO2 : 93 %
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
• Aspek Kejiwaan
Tingkah laku : Wajar
Alam perasaan : Biasa
Proses pikir : Wajar
• Kulit
Warna : Sawo matang
Jaringan parut : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Merata
Suhu raba : Hangat
Keringat : Umum (+)
Ikterus : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
Lapisan lemak : Merata
Lain-lain : (-)
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak tampak pelebaran
Turgor : Baik
Edema : Tidak ada
• Kelenjar Getah Bening
Submandibula : Tidak teraba membear
Supraklavikula : Tidak teraba membesar
Lipat paha : Tidak teraba membesar
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
Leher : Tidak teraba membesar
Ketiak : Tidak teraba membesar
• Kepala
Ekspresi wajah : Tenang
Rambut : Merata hitam
Simetri muka : Simetri
Pembuluh darah temporal : Tidak terlihat pelebaran
• Mata
Exophthalmus : Tidak ada
Kelopak : Tidak oedem
Konjungtiva : Tidak anemis
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
Sklera : Tidak ikterik
Lapangan penglihatan : Normal
Deviatio konjugae : Tidak ada
Enopthalmus : Tidak ada
Lensa : Jernih
Visus : Emetropia
Gerakan mata : Aktif
Tekanan bola mata : Normal
Nystagmus : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Telinga
Tuli : Tidak tuli
Lubang : Lapang
Serumen : Tidak ada
Cairan : Tidak ada
Selaput pendengaran : Utuh, intak (+)
Penyumbatan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Mulut
Bibir : Bibir kering (-), sianosis (-)
Langit-langit : Tidak ada kelainan
Gigi geligi : Utuh, karies gigi (-)
Faring : Tidak hiperemis
Lidah : Bersih
Tonsil : TI-T1 tenang
Bau pernapasan : Tidak ada
Trismus : Tidak ada
Selaput lendir : Normal
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : Normal
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Kelenjar limfe : Tidak teraba membesar
• Dada
Bentuk : Simetris, tidak ada kelainan pada rongga dada
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran pembuluh darah
Buah dada : Simetris
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Paru-paru Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi Kiri Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Fremitus taktil simetris Fremitus taktil simetris
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Kanan Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Fremitus taktil simetris Fremitus taktil simetris
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Perkusi Kiri Sonor diseluruh lapang paru Sonor diseluruh lapang paru
Kanan Sonor diseluruh lapang paru Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi Kiri Wheezing (+), Ronki (+) Wheezing (+), Ronki (+)
Wheezing (+) Wheezing (+)
Kanan Wheezing (+), Ronki (+) Wheezing (+), Ronki (+)
Wheezing (+), Ronki (+) Wheezing (+), Ronki (+)
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Jantung

Inspeksi Ictus cordis ICS VI di garis midclavicula kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS VI di garis midclavicula kiri

Perkusi Batas atas : ICS II linea sternalis kiri

Batas kiri : ICS VI 2 cm medial linea midclavicula kiri

Batas kanan : ICS IV linea parasternal kanan

Auskultasi Murmur (-), gallop (-)


PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Pembuluh darah
Arteri Temporalis : Teraba pulsasi
Arteri Karotis : Teraba pulsasi
Arteri Brakialis : Teraba pulsasi
Arteri Radialis : Teraba pulsasi
Arteri Femoralis : Teraba pulsasi
Arteri Poplitea : Teraba pulsasi
Arteri Tibialis Posterior : Teraba pulsasi
Arteri Dorsalis Pedis : Teraba pulsasi
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Perut
Inspeksi : Rata, dilatasi vena (-)
Palpasi
Dinding perut : Nyeri tekan epigastrium (+), defens muscular (-), massa (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok CVA (-)
Lain-lain : Tidak ada
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, undulasi (-), shifting dullnes (-)
Auskultasi : Bising usus (-) normal
Refleks dinding perut : Baik
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Anggota gerak
Lengan
Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Eutrofi Eutrofi
Sendi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5
Lain-lain Ptekie (-) Ptekie (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Anggota gerak
Tungkai dan Kaki

Luka Ada Ada


Varises Tidak ada Tidak ada
Otot (tonus dan massa) Normotonus Normotonus
Sendi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5
Edema Tidak ada Tidak Ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Sistematis
• Anggota gerak
Refleks
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
PEMERIKSAAN FOTO
THORAKS

 Jantung tidak membesar

 Trakea berada di tengah

 Paru-paru:

 Tampak infiltrat pada apex dan


perifer lapang paru kiri dan kanan

 Lengkung diafragma baik

 Sinus costophrenicus lancip

 Tulang dan sela iga normal


RESU
ME
Tn. A datang ke UGD Rs bayangkara dengan keluhan sesak sejak 1 minggu SMRS. Sesak makin memberat sejak 8 jam
yang lalu disertai dengan demam sejak 2 hari demam membaik saat pasien minum obat paracetamol. Sesak tidak
dipengaruhi oleh posisi. Pasien juga mengeluh batuk berdahak namun susah untuk dikeluarkan oleh pasien. Pasien
mengalami penurunan napsu makan sejak 7 hari terakhir. Jumlah makan pasien berkurang menjadi ½ porsi dari biasanya.
Pasien mengatakan bahwa terkadang terdapat mual
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 205/119 mmhg , nadi 121 x/menit, suhu 38,5°C, RR 28x/menit, dan
SpO2 93%. Auskultasi dada : Wheezing (+), Ronki (+) kanan dan kiri paru. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
leukosit 12.300/uL (meningkat). Pada pemeriksaan foto thorax tampak infiltrat pada apex dan perifer lapang paru kiri dan
kanan
RENCANA TATALAKSANA
Tanggal 19-05-2022

Follow up
• S : Os mengatakan demam (+), lemas (+), batuk
(+), nafsu makan menurun (+), sesak (+), BAB dan o A : Hipertensi urgency + Pneumonia
BAK lancar. Riwayat Penyakit jantung (+), Paru-paru
(+) o P : - IVFD RL 20 Tpm
- inj. Ceftriaxon 2gr/24jam
• O : KU : Sakit sedang
- inj. Omeprazole 1vial/12jam
Kesadaran : Compos mentis - Azitromicin 1x500 mg
- Ambroxol syr 3x1
TD : 190/110 mmhg - Captopril 25 mg
- Amplodipine 1x10 mg
N : 101x/menit
- Pct 3x500 mg
RR: 25x/menit
SpO2 : 96% (dengan nasal canul O2 4ml)

S : 37,8˚C
Tanggal 20-05-2022

Follow up
• S : Os mengatakan lemas (+), sesak nafas(+), batuk (+),
demam menurun, mual muntah (-), sakit kepala(-), nafsu
o A : Hipertensi Urgency + Pneumonia
makan menurun (+), BAB dan BAK lancar
o P : - RL 500cc/12jam
• O : KU : Sakit sedang
- inj. Ceftriaxon 2gr/24jam
Kesadaran : Compos mentis - inj. Omeprazole 1vial/12jam
- Azitromicin 1x500 mg
TD : 140/70 mmhg - Ambroxol syr 3x1
- Amplodipine 1x10 mg
N : 84x/menit - Pct 3x500 mg
RR: 21x/menit
SpO2 : 95% (dengan nasal canul O2 4ml)

S : 36,1˚C
Tanggal 21-05-2022

Follow up
• S : Os mengatakan sesak hilang timbul (+), lemas(+)
• O : KU : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis o A : Hipertensi urgency + pneumonia

TD : 140/78 mmhg o P : - RL 500cc/12jam


- inj. Ceftriaxon 2gr/24jam
N : 88x/menit - inj. Omeprazole 1vial/12jam
- Azitromicin 1x500 mg
RR : 20x/menit
- Ambroxol syr 3x1
SpO2 : 98% (dengan nasal canul O2 4ml) - Amplodipine 1x10 mg
- Pct 3x500 mg
S : 36,5˚C
Tanggal 22-05-2022

Follow up
• S : Os mengatakan sesak (+)

• O : KU : Sakit sedang
o A : Hipertensi Urgency + Pneumonia
Kesadaran : Compos mentis o P : - RL 500cc/12jam
- inj. Ceftriaxon 2gr/24jam
TD : 130/78 mmhg
- inj. Omeprazole 1vial/12jam
N : 90x/menit - Azitromicin 1x500 mg
- Ambroxol syr 3x1
RR : 18x/menit - Amplodipine 1x10 mg
- Pct 3x500 mg
SpO2 : 96% (dengan nasal canul O2 4ml)
S : 36,5˚C

Tanggal 23-05-2022

Follow up
• S : Os mengatakan sesakmenurun (+), batuk (+)
• O : KU : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis


o A : Hipertensi urgency + Pneumonia
TD : 130/90 mmhg
o P : - Azitromicin 1x500 mg
N : 75x/menit - Ambroxol syr 3x1
- Amplodipine 1x10 mg
RR : 18x/menit - Pct 3x500 mg
SpO2 : 96% (tanpa O2)

S : 36,5˚C
Tatalaksana
Tanggal 23 Mei
Tanggal 19 Mei Tanggal 20 Mei Tanggal 21 Mei Tanggal 22 Mei
(Resep Pulang)
(IGD) (Bangsal) (Bangsal) (Bangsal)
IVFD RL 20 TPM RL 500 cc/ 12 jam RL 500 cc/ 12 jam RL 500 cc/ 12 jam Azitromicin tab 1x500 mg

Inj. Ceftriaxon 2gr/24jam Inj. Ceftriaxon 2gr/24jam Inj. Cetriaxon 2gr/24jam Inj. Cetriaxon 2gr/24jam Ambroxol syr 3x1

Inj. Omeprazole 1 vial/12 Inj. Omeprazole 1 vial/12 jam Inj. Omeprazole 1 vial/24 jam Inj. Omeprazole 1 vial/24 jam Amplodipine 1x10 mg
jam
Azitromicin tab 1x500 mg Azitromicin tab 1x500 mg Azitromicin tab 1x500 mg Azitromicin tab 1x500 mg Pct 3x500 mg

Captopril 25mg Ambroxol syr 3x1 Ambroxol syr 3x1 Ambroxol syr 3x1
Amplodipine 1x10 mg Amplodipine 1x10 mg Amplodipine 1x10 mg Amplodipine 1x10 mg

Pct 3x500 mg Pct 3x500 mg Pct 3x500 mg Pct 3x500 mg


TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah diatas normal.
Hipertensi  “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang
secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat
umum.
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau
TDD ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas
layanan kesehatan. (Perhimpunan Dokter Hipertensi

HIPERTENSI Indonesia 2021, JNC VIII).


HIPERTENSI ESENSIAL
(HIPERTENSI PRIMER)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 90% dari semua
penyakit hipertensi merupakan

Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang diketahui penyebabnya (terjadi sebagai akibat
suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan).
ETIOLOGI

HIPERTENSI PRIMER HIPERTENSI SEKUNDER


•95% hipertensi •5% hipertensi
•Penyebab dapat diidentifikasi dan diterapi:
•Idiopatik
•Penyakit ginjal kronis
•Genetik (pe↑ RAAS dan saraf simpatis)
•Stenosis a.renalis
•Lingkungan (intake garam, obesitas, •Aldesteronism primer
lifestyle) •Pheochromocytoma
•Usia (predominant systolic hypertension) •Sleep apnea
•Drug-induced hypertension
•Cushing’s syndrome
•Koarktasio aorta
•Penyakit tiroid dan paratiroid
EPIDEMIOLOGI
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
HIPERTENSI EMERGENSI
Peningkatan TDS atau TDD (masing-masing, >180 mmHg atau >120 mmHg) dan
berhubungan dengan kerusakan organ/ Target Organ Damage (TOD) , (hipertensi
ensefalopati, infark serebral, perdarahan intrakranial, kegagalan ventrikel kiri akut,
edema paru akut, diseksi aorta, gagal ginjal, atau eclampsia)

HIPERTENSI URGENSI
Peningkatan TD sama seperti hipertensi emergensi, namun
TANPA kerusakan organ akut/TOD.

TDS > 180 or TDD > 120 = HIPERTENSI URGENSI


TDS > 180 or TDD > 120 + TOD = HIPERTENSI EMERGENSI
KLASIFIKASI HIPERTENSI
KLASIFIKASI HIPERTENSI

Konsensus
Hipertensi 2021
DIAGNOSIS

ANAMNESIS PEM. FISIK :


Durasi dan derajat TD  Ukur tekanan darah :
 Pengukuran rutin
Faktor risiko (riw. HT/CVS pd pasien/keluarga, DM,
 Pengukuran 24 jam
rokok, hiperlipid, pola makan, obese, < olahraga)
 Pengukuran sendiri o/ pasien
Kerusakan Target organ :
 DX HT =
Otak & mata
Rerata Home blood pressure monitoring (HBPM) : >135
Jantung dan/>85
Ginjal Rerata Ambulatory blood pressure monitoring (ABPM)
Riw. Obat anti-HT sebelum 24 jam : >130 dan/ >80
Rerata ABPM malam/tidur > 120 dan/ >70
PENILAIAN HMOD
(HYPERTENSION-MEDIATED ORGAN
DAMAGE)
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
1) Pembatasan konsumsi garam: Penggunaan natrium (Na)
sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-
6gram NaCl perhari atau 1 sendok teh garam dapur).

INTERVENSI 2) Perubahan pola makan: Membatasi asupan daging merah


POLA HIDUP dan asam lemak jenuh.

3) Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal.

4) Olahraga teratur: 30 menit latihan aerobik dinamik


berintensitas sedang (berjalan, berjoging, bersepeda, atau
berenang) 5-7 hari per minggu.

5) Berhenti merokok.
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Algoritme
pengobatan
hipertensi
menurut
guideline JNC 7
OBAT ANTIHIPERTENSI ORAL
OBAT ANTIHIPERTENSI ORAL

ACE=angiotensin-converting enzyme
ARB=angiotensin receptor blocker
CCB=calcium channel blocker
GITS=gastrointestinal therapeutics system
IR=immediate release
LA=long-acting
SR=sustained release.

• Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021.


• ACC/AHA Guideline of Hypertension 2017.
EFEK SAMPING OBAT ANTIHIPERTENSI
ACE inhibitor Batuk, hiperkalemia
Angiotensin Receptor Blocker Hiperkalemia lebih jarang terjadi dibandingkan ACEi

Calcium Channel Blocker  

Dihidropiridin Edema pedis, sakit kepala


Non-dihidropiridin Konstipasi (verapamil), sakit kepala (diltiazem)
Diuretik Sering berkemih, hiperglikemia, hiperlipidemia, hiperurisemia,
disfungsi seksual
Sentral alfa-agonis Sedasi, mulut kering, rebound hypertension, disfungsi seksual

Alfa bloker Edema pedis, hipotensi ortostatik, pusing


Beta bloker Lemas, bronkospasme, hiperglikemia, disfungsi seksual
KOMPLIKASI HIPERTENSI
 Gangguan pengelihatan,
 Demensia, Stroke
 Penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif
 Gagal ginjal
 Penyakit arteri perifer

Kerusakan yang disebabkan oleh hipertensi tergantung :


• Besarnya peningkatan tekanan darah.
• Lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
PENCEGAHAN PROGNOSIS

• Mengurangi penggunaan garam.


• Mengurangi makanan yang mengandung Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat
apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah
kolesterol tinggi.
menimbulkan komplikasi ke beberapa organ.
• Menghentikan kebiasaan merokok. Sebab kematian yang sering terjadi adalah
penyakit kardiovaskular.
• Olahraga teratur.
• Hindari stres.
PNEUMONIA
DEFINISI

● Umum : infeksi saluran nafas akut yang sebabkan


peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oleh:
● Mikroorganisme (bakteri,virus, jamur, parasit)
● Non-mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi)
Merupakan proses konsolidasi rongga udara
akibat rongga udara alveolar terisi dengan eksudat
inflamantori. Yang disebabkan oleh adanya infeksi.
ETIOLOGI

Berbeda-beda pada berbagai tipe pneumonia dan hal


ini berdampak pada obat yang diberi.
Disebabkan oleh Bakteri, virus jamur dan protozoa
- Pneumonia komuniti : lebih banyak karena Gram +
- Pneumonia nosokomial : Gram –
Pneumonia aspirasi : bakteri anaerob
EPIDEMIOLOGI

• Infeksi Mycoplasma pneumoniae : dijumpai


di seluruh dunia dan bersifat endemik
• WHO perkirakan 1 juta kematian karena
Streptococcus pneumoniae & >90%
kematian terjadi dinegara berkembang
• Penularan : droplet sewaktu batuk
• Pneumonia nosokomial : lebih sering di ICU
(dijumpai hampir 25% dari semua infeksi
ICU, dan 90% ventilasi mekanik)
• Lebih sering pada lansia
• Ditemui pada PPOK (sering), DM, payah
jantung, CAD, Tindakan invasive
GEJALA KLINIS
Secara umum terdapat trias : demam, sesak dan batuk

Batuk sering Demam & Mengigil


Produktif dan purulen
walau dapat juga non Akibat peradangan
produktif

Sputum Sesak, berkeringat dan


Merah karat atau nyeri dada
kehijauan dengan bau
khas

Rasa lelah, hipoksia. Gejala bisa didahului infeksi nafas akut bagian atas selama beberapa hari
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti ditegakan jika pada foto thorax
terdapat infiltrate baru atau infiltrate progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:
• Batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak/purulent
• Suhu tubuh >38°C (aksila)/Riwayat demam
• Pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda
konsolidasi, suara nafas bronkial dan ronki
• Leukosit > 10.000 atau < 4.500
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium
• Leukositosis tanda adanya infeksi bakteri
• Leukosit rendah-normaldapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi berat
• Leukospniamenunjukkan adanya depresi imunitas

Analisis gas darah


•Dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen

Pemeriksaan bakteriologik
• Bahan yang berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis,
bronkoskopi atau biopsi
• Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN kemungkinan penyebab infeksi
• Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

• Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru
secara anantomis.

• Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.

• Volume paru tidak berubah

• Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

• Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign


PNEUMONIA BERDASARKAN ETIOLOGI

a. Pneumonia tipikal b. Pneumonia atipikal


Ciri: tanda2 pneumonia lobaris Tanda: gangguan respirasi yang
yang klasik  awitan akut berupa meningkat lambat dengan
gambaran radiologis berupa gambaran infiltrat paru bilateral
opasitas lobus/lobaris yang difus
Etio: kuman yang tipikal terutama Etio: organisme yang atipikal dan
S. pneumoniae, Klebsiella termasuk Mycoplasma
pneumoniae, virus, Legionella
pneumoniae atau Haemophilus
pneumophila, Chlamydia psittaci
influenzae dan Coxiella Burnetti
PNEUMONIA TYPICAL &
ATYPICAL
Sign and symptoms PNEUMONIA Typical PNEUMONIA Atypical

1. Onset Acute Gradually


2. Temp Febril, chill Subfebril
3. Cough Productive, purulent Non productive/mukoid

4. Systemic symptoms rarely headache/otopain,


soarthroat, myalgia

5. Leucocyte high Normal / low


6. Liver Function Test Rarely abnormal Frequently abnormal

7. Chest X Ray Consolidation lobar Normal / patchy


8. Sputum gram coccus gram +/- Normal flora
KLASIFIKASI PREDILEKSI INFEKSI

1. Pneumonia lobaris 2. Pneumonia lobularis


(Bronkopneumonia)
• Bila organisme berkolonisasi secara luas
• Bila organisme berkolonisasi
pada ruang alveolar, dan menyebabkan
pada bronkus dan meluas dalam
konsolidasi seluruh lobus
alveoli.
Klasifikasi Predileksi
Infeksi
3. Infeksi virus
• Menyebabkan respon peradangan intersisial melalui sel-sel limfoid, yang pada
banyak kasus dapat sembuh spontan.
• Penyebab tersering: organisme influenza & mikoplasma.

4. Infeksi fungi atau TB


• Menyebabkan nekrosis pada jaringan atau terbentuknya kavitas.
STADIUM PNEUMONIA
Kongesti (4 – Hepatisasi Hepatisasi Resolusi
12 jam ) merah (48
kelabu
•Eksudat jam•) •Paru tampak • Eksudat
Paru tampak
serosa masuk merah & kelabu karena mengalami
ke dalam bergranula leukosit & lisis &
alveoli karena sel2 fibrin direabsorpsi
oleh
melalui darah merah, mengalami makrofag
pembuluh fibrin, & konsolidasi di sehingga
darah yang leukosit PMN dalam alveoli jaringan
berdilatasi & mengisi yang kembali
bocor alveoli terserang pada
strukturnya
semula
PENATALAKSANAA
N
Prinsipnya : Tatalaksana utama → antibiotik tertentu terhadap kuman pneumonia
Tujuannya : terapi kausal, tetapi sebelum definitif perlu diberi terapi AB empiris dan
terapi suportif untuk jaga kondisi pasien.
Tindakan suportif :
• Oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2 > 92%)
• Resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik
Bantuan ventilasi:
• Ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous
positive airway pressure)
• Ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas
Bila demam atau nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik serta dapat diberika
mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi dahak
PENATALAKSANAAN

● Pemilihan antibiotik harus memperhatikan : faktor sensitivitas bakteri terhadap antibiotika,


keadaan tubuh pasien, dan faktor biaya pengobatan
● Memilih antibiotika yang didasarkan pada luas spektrum kerjanya tidak dibenarkan karena hasil
terapi tidak lebih unggul daripada hasil terapi dengan antibiotika berspektrum sempit, sedangkan
superinfeksi lebih sering terjadi dengan antibiotika berspektrum luas.
Anjuran vaksin influenza dan pneumokokus pada orang
PENCEGAHAN risiko tinggi (luar negeri),
Diutamakan untuk risiko tinggi (usia lanjut, penyakit
koronik, diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV,
dll)
Vaksinasi ulang >2 tahun.
Efek samping : reaksi lokal dan reaksi hipersensitifitas tipe
3 (jarang)
Vaksin juga perlu diberikan : penghuni rumah
jompo/rumah penampungan penyakit kronik, dan usia >65
tahun.
Pola hidup sehat dan tidak merokok (sangat
direkomendasikan)
KOMPLIKASI
Pulmonary gangren, lobar enlargement with bulging, efusi pleura.

Bakteriemi dijumpai pada 10% kasus berupa meningitis, arthtritis,


endokarditis, perikarditis, peritonitis dan empiema.

Komplikasi ekstrapulmoner noninfeksius antara lain gagal ginjal, gagal


jantung, emboli paru atau infark paru, dan infark miokard akut.

Anda mungkin juga menyukai