VICKI JESSIKAS.KED
PEMBIMBING: DR SILMAN HADORI,SP.RAD,MH.KES
Riwayat keluarga atau tetangga yang memiliki keluhan sama (-), riwayat merokok sejak muda
dan berhenti sejak tahun 2005 , riwayat trauma pada dada disangkal, riwayat hipertensi (-), dan
riwayat kencing manis (-).
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
RIWAYAT ALERGI / KEBIASAAN
Makanan/minuman
tidak didapatkan adanya alergi
Obat-obatan
Tidak didapatkan adanya alergi
RIWAYAT KEBIASAAN
Riwayat merokok : berhenti sejak tahun 2005
Riwayat konsumsi alcohol : disangkal
Riwayat kontak langsung dengan penderita TB : disangkal
RIWAYAT MAKANAN
Frekuensi/hari : 1 2 x / hari
Jumlah/hari : satu porsi
Variasi/hari : bervariasi (ayam, ikan, tahu, tempe namun kurang begitu suka
dengan sayuran)
Nafsu makan : menurun
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/80 mmhg
Nadi : 112 x/menit, reguler, volume cukup
Suhu : 36,5C
Pernapasan :34x/menit, reguler
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan (cm) : 155 cm
Keadaan gizi : Menurut IMT 18,75 (BB normal)
Aspek kejiwaan
Tingkah laku : wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif
Alam perasaan : biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah
Proses pikir : wajar/cepat/gangguan waham/fobia/obsesi
PEMERIKSAAN SPESIFIK
STATUS GENERALISATA
Kulit
Warna : sawo matang efloresensi : tidak ada
Jaringan parut : tidak ada pigmentasi : tidak ada
Pertumbuhan rambut : normal pembuluh darah : normal
Suhu raba : hangat lembab/kering : kering
Keringat, umum : normal turgor : normal
Kepala
ekspresi wajah : normal simetris muka : simetris
Rambut : normal
Mata
eksolftalmus : tidak ada enoftalmus : tidak ada
Kelopak : normal lensa : normal
Konjungtiva : tidak anemis visus : normal
Sklera : normal gerakan mata : normal
Lap.Penglihatan : normal tekanan bola mata : normal
Deviatio konjungtiva : tidak ada nistagmus : tidak ada
Telinga
tuli : tidak tuli selaput pendengaran : normal
Lubang : normal penyumbatan : tidak ada
Serumen : tidak ada perdarahan : tidak ada
Hidung
Trauma : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Sekret : tidak ada
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Mulut
bibir : tidak sianonis tonsil : normal
Langit-langit : normal bau nafas : tidak berbau
Trismus : normal lidah : normal
Faring : tidak hiperemis
Leher
tekanan vena jugularis: jvp 5-2 cm h2o (tidak ada peningkatan)
Kelenjar tiroid : normal, tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : normal, tidak ada pembesaran
KELENJAR GETAH BENING
SUBMANDIBULA : TIDAK TERABA LEHER : TIDAK TERABA
SUPRAKLAVIKULA : TIDAK TERABA KETIAK : TIDAK TERABA
LIPAT PAHA : TIDAK TERABA
THORAX
BENTUK : SIMETRIS
SELA IGA : NORMAL
PARU DEPAN BELAKANG
Depan Belakang
Inspeksi Kanan
Palpasi Kanan
Auskultasi Kanan
Kiri Rh (+/+)
Wh(+/+)
JANTUNG
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Sindrom obstruksi pasca tuberkulosis
Bronkitis kronis
ANJURAN PEMERIKSAAN
Laboratorium : darah lengkap
1. Pada kasus ini dijumpai sesak nafas yang Pada sebagian besar pasien (50%) kasus ditemukan keluhan
memberat saat udara dingin dan setelah sesak nafas yang mana sesak nafas dapat di perburuk dengan
beraktifitas, dan rasa tidak nyaman pada terpapar cuaca yang dingin, lembab dan iritan serta kecapekan
dada setelah beraktifitas. Pada bronkitis juga didapatkan perasaa
kurang nyaman pada dada dikarenakan memakai otot
tambahan umtuk bernafas. Timbul dan beratnya sesak nafas
tergantung pada seberapa luasnya bronkus yang mengalami
peradangan ..
4. Pada kasus ini dijumpai lemas, tidak Pada penyakit TB bersifat radang yang menahun. Gejala
nafsu makan, berat badan menurun dan malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak nafsu
keringat malam makan, badan makin kurus, sakit kepala, nyeri otot dan
keringat malam
ANALISIS KASUS
5. Ronkhi +/+
Kelainan paru yang timbul tergantung pada beratnya serta tempat kelainan bronkitis
terjadi, dan kelaianan nya apakah local atau difus. Pada pemeriksaan fisik paru,
kelainannya harus dicari pada tempat predisposisi. Pada bronkitis biasanya ditemukan
ronki basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya
menetap dari waktu ke waktu, atau ronki basah ini menghilang sesudah pasien
tersebut disertai dengan suara mengi, mengi terjadi ketika udara bergerak melalui
merah dari paru-paru ke organ tubuh.Selain itu kandungan tar pada rokok
juga dapat disebabkan oleh infeksi saluran nafas berulang, polusi dan alergi.
ANALISIS KASUS
8. Dari hasil radiologis tampak Kelainan paru yang timbul tergantung pada beratnya serta tempat kelainan bronkitis
9. Peningkatan leukosit
Kelainan laboratorium pada pasien ini didapatkan adanya leukositosis yang berarti
Bronkhitis kronis adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan atau
hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan
ketidakcocokan ventilasi perfusi dan memyebabkan sianosis. inflamasi merupakn
inflamasi bronkus 5
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
a. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari
faktor penyebab lainnya
b. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja 5
c. Hipereaktivitis Bronkus 5
d. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang 5
e. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di indonesia 5
Faktor risiko utama untuk bronkitis kronik adalah merokok . seperti disebutkan sebelumnya, kumulatif
30 tahun kejadian bronkitis kronik pada perokok saat ini adalah 42 %. namun, perlu dicatat bahwa cb
telah dijelaskan dalam 4 sampai 22% dari non perokok menunjukkan bahwa faktor risiko lain mungkin ada.
faktor risiko potensial lainnya termasuk eksposur inhalasi untuk bahan bakar biomassa, debu, dan asap
kimia. potensi risiko lain faktor untuk cb adalah adanya gastroesophageal reflux, mungkin dengan aspirasi
paru direfluks isi lambung memproduksi cedera asam - diinduksi dan infeksi atau neurally dimediasi
bronkokonstriksi refleks sekunder iritasi kerongkongan mukosa.7
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan faktor
host/penderita. penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi polusi udara, merokok
dan infeksi. infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri (staphylococcus, pertusis, tuberculosis,
mikroplasma), infeksi virus (rsv, parainfluenza, influenza, adeno) dan infeksi fungi (monilia). faktor
polusi udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru
yang sudah ada.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
SPESIFIK NONSPESIFIK
ASMA Asap Rokok
Infeksi kronik saluran nafas bagian atas Polusi Udara
(sinibronchotis)
Infeksi
Penyakit paru yang telah ada ( ex: bronkiektasis)
Penekanan pada saluran nafas
Kelainan silia primer
Defisiensi imunologis
Kekurangan alfa -1-antitripsin
Fibrosis kistik
Diagnosis
Anamnesis
1. Batuk yang sangat produktif, purulen dan mudah memburuk dengan inhalasi
iritan, udara dingin atau infeksi
2. produksi mucus dalam jumlah yang sangat banyak
3. dyspnea, Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat
beraktifitas. Dyspnea penyebab utama kecacatan dan kecemasan terkait
dengan luas mengi inspirasi atau ekspirasi. Pasien menggambarkan Dada
sesak sering sebagai rasa peningkatan upaya untuk bernapas
4. riwayat merokok, paparan zat iritan di tempat kerja
5. Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik).
6. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksisaluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan
polusi udara 5
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Suportif
Memperbaiki keadaan umum
Psikoterapi agar tidak menarik diri dari lingkungan
Pembedahan
Paling ideal dilakukan pada bagian yang sakit
Indikasi : Batuk darah berulang, proses ektasis yang local/ soliter
Kontra indikasi : Pada bronkiektasis yang difuse, faal paru yang jelek