Anda di halaman 1dari 45

DERMATITIS KONTAK ALERGI e.

c
KOSMETIK

Vicki Jessika, S.Ked


17360081

Pembimbing
dr. Resati Nando Panonsih, M.Sc. Sp.KK
Pendahuluan
• Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan
atau substansi yang menempel pada kulit.

DKI

Dermatitis

DKA
• Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan
nonimunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan
faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-
bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen
memegang peranan penting pada penyakit ini.

• Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi,


dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu respon biologis
pada kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau bahan
pajanan yang menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa
memproduksi antibodi spesifik.
Identifikasi Pasien
Identitas Pasien
• Nama : Tn. AA
• RM : 118229
• Umur : 40 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Karang Anyar
• Suku Bangsa : Indonesia
• Agama : Islam
• Status : Manikah
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di poliklinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin pada tanggal 27 November 2018, dan
melalui telpon pada tanggal 29 November 2018.
KELUHAN UTAMA
• Bercak berwarna putih pada kedua sisi wajah, sekitar alis kiri-kanan
dan kedua telinga

KELUHAN TAMBAHAN
• Sedikit gatal
• Perih bila terpapar sinar matahari cukup lama
• Riwayat Perjalanan Penyaki
Maret 2018, os mengatakan muncul bercak-bercak putih pada wajah, sekitar alis
kiri dan kanan dan telinganya. Bercak putih muncul setelah os mencuci wajahnya
dengan menggunakan ”N”. Os mengatakan bercak muncul awalnya hanya sedikit
dan berukuran kecil seperti bintik-bintik putih dan tidak gatal. Karena tidak ada
keluhan yang dirasakan, os tetap menggunakan ”N” sebagai sabun pencuci
wajahnya. Juni 2018, os mengatakan, bercak bertambah banyak pada kedua sisi
wajah, sekitar alis kiri dan kanan serta kedua telinga os. Os mengatakan bahwa 5
bulan terakhir, bercak putih semakin terlihat jelas dan ukurannya membesar, os
mengatakan pada bercak putih terasa sedikit gatal dan perih apabila terpapar sinar
matahari yang cukup lama tetapi wajahnya tidak memerah danterasa seperti terbakar.
Gatal tidak bertambah saat berkeringat. Os mengatakan tidak ada bercak berwarna
putih pada bagian tubuh yang lain. Os belum pernah berobat kemanapun sebelum
datang ke poliklinik RSPBA. Adanya demam disangkal, riwayat alergi obat disangkal,
adanya gigitan serangga disangkal, adanya keluhan serupa dirumah pasien disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien tidak pernah mengalami bercak berwarna putih seperti ini sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki bercak berwarna putih pada
tubuh ataupun wajah.

RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien mengaku belum pernah berobat kemanapun sebelumnya, dan
tidak mengkonsumsi obat apapun sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
• Riwayat penyakit serupa : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat penyakit ginjal : disangkal
• Riwayat penyakit tiroid : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki bercak berwarna


putih pada tubuh ataupun wajah
STATUS GENERALIS
Status dermatologis/ Venereologis
Lokasi : Pada kedua sisi wajah, sekitar alis kiri-
kanan, dan kedua telinga
Kulit
Inspeksi : Tampak patch hipopigmentasi multiple, ukuran milier
sampai lentikuler, bentuk dan susunan tidak khas, batas tegas,
beberapa lesi konfluens , distribusi regional dan bilateral
Bentuk : Kesan normocephali
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikhterik (-/-
), pupil isokor (+/+), reflek cahaya (+/+)
Kepala
Hidung : Hiperemis (-/-), sekret (-/-), deviasi septum
(-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : Bentuk auriculla normal, kedua membran
timpani utuh, hiperemis (-/-), sekret (-/-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-), sariawan (-)
Lidah : Beslag (-)
Gigi : Struktur gigi atas & bawah normal, caries
(-)
Tonsil : Dalam batas normal
Faring : Dalam batas normal
Inspeksi : Simetris, peningkatan tekanan JVP (-)
Leher Palpasi : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-), massa (-)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris,
retraksi intercostal (-)
Palpasi : Massa (-), fremitus vocal kanan dan kiri
Thoraks
simetris serta tidak meningkat
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru (+/+)\
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba di ICS Vm
1cm medial lineal midclavicular sinistra
Perkusi :
Jantung Batas kanan : ICS IV, linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS V, 1cm medial lineal midclavicular
sinistra
Batas atas : ICS III, linea parasternal sinistra
Auskultasi : Reguler, bising (-)
Inspeksi : Bentuk simetris, luka parut (-)
Palpasi : Supel, hepatomegali (-), splenomegali (-),
Abdomen massa lain (-)
Perkusi : Timpani, asites (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

Getenalia Tidak diperiksa


Anus Tidak diperiksa

Ekstremitas atas : Bentuk normal, edema (-/-), sianosis


(-/-), petekie (-/-)
Ekstremitas Ekstremitas bawah : Bentuk normal, edema (-/-), sianosis
(-/-), petekie (-/-), pada tungkai
sebelah kiri terdapat makula eritem
STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi Regional
Regio Capitis
lesi Multiple, bilateral pada kedua sisi wajah, sekitar alis
kiri-kanan, dan kedua telinga

Ukuran Milier – lentikuler


Efloresensi Primer : Patch
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : Pemeriksaan tidak dilakukan


2.5 Resume
Laki-laki 40 tahun datang ke poliklinik RSPBA dengan keluhan
terdapat bercak putih tidak gatal pada kedua sisi wajah, sekiat alis kiri-
kanan, dan kedua telinga sejak 8 bulan yang lalu. Bercak awalnya
muncul seperti bintik-bintik putih setelah os mencuci wajahnya dengan
”N”, keluhan bercak-bercak putih semakin jelas sejak 5 bulan terakhir
dan ukurannya membesar. Pada bercak terasa sedikit gatal dan perih
bila terpapar sinar matahari dalam waktu yang cukup lama tetapi
wajahnya tidak memerah danterasa seperti terbakar. Gatal tidak
bertambah saat berkeringat. Pada pemeriksaan dermatologi didapatkan
gambaran efloresensi berupa patch hipopigmentasi multiple, ukuran
milier sampai lentikuler, bentuk dan susunan tidak khas, batas tegas,
beberapa lesi konfluens , distribusi terlokalisir dan simetris. Tidak ada
bercak pada bagian tubuh yang lain. Os belum pernah berobat
sebelumnya.
2.6 Diagnosa Banding
1. Dermatitis foto kontak alergi
2. Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
3. vitiligo
2.7 Diagnosa Kerja
Dermatitis Kontak Iritan e.c kosmetik
2.7 PENATALAKSANAAN
a. Non-medikamentosa/ umum
1. Menghindari pajanan terhadap iritan (dalam kasus ini adalah
kosmetik “N”
2. Pemakaian alat pelindung diri bagi pasien yang bekerja dengan
bahan iritan
3. Mengganti bahan-bahan iritan dengan bahan-bahan lain

b. Medikamentosa/ khusus
1. Oral
diberikan gol. Kortikosteroid : Metilprednisolon 16 mg 1x1
diberikan gol. Antihistamin : Loratadin 10mg 1x1
2. Topikal
diberikan gol. Kortikosteroid : Desoximetason cream 2x1
PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Melakukan uji tempel/ patch test dengan bahan yang
dicurigai.
2. Histopatologi

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam : Dubia ad bonam
ANALISA KASUS
Temuan Kasus Teori
Laki-laki, 40 tahun DKA dapat terjadi pada semua jenis kelamin dan semua usia,
namun usia muda (18 sampai 25 tahun) memiliki onset lebih cepat
dan resolusi cepat untuk terjadi dermatitis

Riwayat menggunakan kosmetik (sabun pencuci wajah) DKA terjadi setelah terdapat paparan allergen, pada kasus ini di
duga akibat paparan allergen bahan kimia yang terkandung dalam
sabun pencuci wajah (kosmetik).

Onset lama (8 bulan) Pada DKA,waktu untuk munculnya kelainan pada kulit itu lama,
karena DKA merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe
IV), yang didahului oleh fase sensitisasi (fase awal pengenalan
allergen pada tubuh, sel langerhans dalam keadaan istirahat,
berfungsi sebagai makrofag dengan sedikit kemampuan
menstimulasi sel T, terbentuknya interleukin daan sel T memori).
Fase elisitasi (aktifasi sel-sel sensitisasi dan bereaksi dengan limfos
T dan leukosit, serta sekresi eikosanoid.

Gatal Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung


pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya
Definisi ANALISA DD

DKA Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis


(peradangan kulit) yang timbul setelah kontak
dengan alergen melalui proses sensitisasi, terjadi
akibat pajanan ulang dengan bahan luar, merupakan
reaksi hipersensitivitas tipe lambat (Tipe IV)

Vitiligo Vitiligo adalah kelainan kulit akibat gangguan


pigmentasi dengan gambaran berupa bercak-bercak
putih yang berbatas tegas
Dermatitis foto kontak alergen Dermatitis foto kontak adalah reaksi toksik atau
alergi yang terjadi akibat interaksi antara substansi
atau bahan kimia tertentu pada kulit dan sinar
ultraviolet.
Etiologi
DKA Pajanan bahan allergen berulang

Vitiligo Genetik, autoimun, gangguan system


oksidan-antioksidan, teori neural,
infeksi virus
Dermatitis foto kontak alergi Paparan kontak allergen yang
diperberat dengan paparan sinar
matahari. Fotokontak ini sering
disebabkan dari efek samping
pengobatan termasuk penggunaan
antibitik, kemoterapi dan diuretic
Epidemiologi
DKA  semua orang dari berbagai golongan umur,
ras, dan jenis kelamin, perempuan lebih
banyak dibandingkan laki-laki dengan usia
muda (18 sampai 25 tahun) memiliki onset
lebih cepat dan resolusi cepat untuk terjadi
dermatitis .
Vitiligo Prevalensi mencapai 1% (dunia). dapat terjadi
pada semua usia, dimulai pada masa anak-anak
atau usia dewasa muda, dengan awitannya (50%
kasus) pada usia 10-30 tahun
Dermatitis foto kontak pertama kali  50 tahun pada pekerja yang
menangani sabun dengan kandungan
tetrachlorosalicylanilides (TCSA)
Gejala klinis
Dka akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah).
kronis terlihat kulit kering berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga
fisura, batasnya tidak jelas
Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis, mungkin
penyebabnya juga campuran
Vitiligo Pasien dengan vitiligo memiliki satu atau beberapa makula amelanosit yang berwarna
seperti kapur atau seperti susu putih. Lesi biasanya berbatas tegas, namun dapat juga
tepinya mengelupas. Lesi membesar secara sentrifugal dengan kecepatan yang tidak dapat
diperkirakan dan dapat terjadi pada lokasi tubuh manapun, termasuk membran mukosa.
Akan tetapi, lesi inisial paling sering terjadi pada tangan, lengan bawah, kaki, dan wajah.
Jika vitiligo terjadi pada wajah, seringkali distribusinya pada perioral dan periokular
Dermatitis foto kontak Gejala yang sering muncul adalah muncul ruam kulit dan tampakan kulit terbakar yang
alergi membesar. Ruam ini bisa gatal bisa tidak gatal. Pada beberapa kasus, ruam terbakar
disertai blis. Jumah paparan sinar matahari dibutuhkan untuk menimbulkan reaksi. Pada
beberapa orang, paparan sedikit saja dapat menimbulkan ruam dan pada sebagian orang
yang lain membutuhkan papaan yang lama untuk memunculkan reaksi.er (vesikel
plenting-plenting). Kulit mengelupas sering terjadi pada kasus yang berat
klasifikasi

DKA Akut
Kronis

Vitiligo Vitiligo Fokal, vitiligo segmental, Vitiligo Akrofasial


Vitiligo Generalisata, Vitiligo Universal, vitiligo mucosal,

Dermatitis foto kontak Reaksi foto alergi, reaksi foto toksik


TINJAUAN PUSTAKA
Definisi DKA

Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis


(peradangan kulit) yang timbul setelah kontak
dengan alergen melalui proses sensitisasi.3
Epidemiologi
 Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin.
 7% dari penyakit yang terkait dengan pekerjaan di Amerika Serikat.
 Perempuan (18,8%) ditemukan memiliki DKA dibandingkan laki-
laki (11,5%)
 Tidak ada data yang cukup tentang epidemiologi dermatitis kontak
alergi di Indonesia (di Denpasar, sekitar 27,6 persen memiliki efek
samping kosmetik, dimana 25, 4 persen dari angka itu menderita
DKA)
 Semua Usia, namun usia muda (18 sampai 25 tahun) memiliki onset
lebih cepat dan resolusi cepat untuk terjadi dermatitis
Etiologi
Etiologi :
 alergen, paling sering berupa bahan Ada 2 faktor yang berperan :
kimia dengan berat molekul kurang 1. Faktor Eksogen
dari 500-1000 Da (bahan kimia
sederhana) 2. Faktor Endogen
 Amerika Serikat yaitu dari tumbuh- 1. Faktor genetik
tumbuhan
2. Jenis kelamin
 Bahan lainnya adalah nikel sulfat,
potassium dichromat, formaldehid, 3. Usia
etilendiamin, mercaptobenzotiazol 4. Lokasi kulit
(karet), tiuram (fungisida) dan
parafenilendiamin. 5. Riwayat atopi
Patogenesis
Gejala klinis

• akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah).
• kronis terlihat kulit kering berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga
fisura, batasnya tidak jelas
• Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis, mungkin
penyebabnya juga campuran
DKI Akut akibat penggunaan
pelarut industri
3.6 Diagnosis

Untuk mendiagnosis DKA  Anamnesa yang cermat dan pemeriksaan


fisik

Anamnesa

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
• Non-medikamentosa
- Tidak menggaruk lesi, karena dapat menimbulkan infeksi
sekunder
- Gunakan pakaian / pelindung, saat beraktifitas yang
bersentuhan dengan allergen
- Memberi edukasi kepada pasien untuk tidak
menggunakan perhiasan, accesoris, pakaian, sandal atau
kosmetik yang menimbulkan alergi
MEDIKAMENTOSA
1. Topikal
• Lesi yang akut dan basah diberi kompres NaCl 0,9%,
• Lesi kering gunakan krim kortikosteroid,hidrokortison 1%, atau
diflukoltoron valerat 0,1% atau betametasone valerat 0,005%-0,1%.

2. Sistemik
a. Steroid
• Prednison 5-10 mg/dosis, 2-3 kali/24 jam (dewasa), 1mg/kgBB/hari
(anak)
• Dexametasone 0,5-1mg/dosis, 2-3kali/24jam(dewasa), 0,1
mg/kgBB/hari (anak)
• Triamsinolon 4-8 mg/dosis,2-3kali/24 jam (dewasa), 1 mg/kgBB/hari
(anak)
b. Anti Histamin
• Chlorpheniramin meleat 3-4 mg/dosis,2-3kali/24jam (dewasa), 1
mg/kgBB/dosis,3 kali/24 jam (anak)
• Diphenhidramin HCL 10-20 mg/dosis i.m,1-2 kali/24 jam (dewasa), 0,5
mg/kgBB/dosis, 1-2 kali/24 jam (anak)
• Loratadine 1 tab/hari ( dewasa)

3. Antibiotik
• Amoksisilin 3 X 500 mg/hari
• Klindamisin 2 x 300 mg/hari selama 5-10 hari.
PENCEGAHAN
• Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis
kontak alergi
• Menghindari substansi allergen
• Mengganti semua pakaian yang terkena allergen
• Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada
sabun bilas dengan air
• Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar allergen
• Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian lain
• Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar allergen
• Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang
berisiko terhadap paparan allergen
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh bakteri
terutama Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
Rasa gatal yang berkepanjangan serta perilaku menggaruk dapat dapat
mendorong kelembaban pada lesi kulit sehingga menciptakan lingkungan yang
ramah bagi bakteri atau jamur. Selain itu dapat pula menyebabkan eritema
multiforme (lecet) dan menyebabkan kulit berubah warna, tebal dan kasar atau
disebut neurodermatitis (lichen simplex chronicus).
PROGNOSIS

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan


kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi
kronis bila bersamaan dengan dermatitis yang disebabkan oleh
faktor endogen(dermatitis atopik, dermatitis numularis atau
psoriasia). Faktor lain yang membuat prognosis kurang baik
adalah pajanan alergen yang tidak mungkin dihindari misalnya
berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di
lingkungan penderita

Anda mungkin juga menyukai