Anda di halaman 1dari 8

Journal reading

AN OUTCOMES ANALYSIS OF ANTERIOR EPISTAXIS


MANAGEMENT IN THE EMERGENCY DEPARTMENT

Oleh :
Elang M Firdaus
Athaya Hafizhah
Citra Wahyu Triutami

Pembimbing:
dr. Muslim Kasim, Sp.THT KL

BAGIAN ILMU PENYAKIT THT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2018
1
Newton et al. Journal of Otolaryngology - Head and Neck Surgery (2016) 45:24
DOI 10.1186/s40463-016-0138-2

ORIGINAL RESEARCH ARTICLE Open Access

SEBUAH HASIL ANALISIS DARI MANAJEMEN EPISTAKSIS ANTERIOR


DI UNIT GAWAT DARURAT
E. Newton1, A. Lasso3, W. Petrcich3 and S. J. Kilty2,3*

Abstrak
Latar Belakang: Terdapat beberapa pilihan terapi yang digunakan untuk penanganan epistaksis
anterior. Namun, hanya sedikit data yang ada mengenai hasil yang didapat setelah diberikan terapi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis metode terapi yang digunakan sekarang
dan hasil terapinya pada pasien dengan epistaksis anterior yang berada di unit gawat darurat di pusat
pelayannan kesehatan tersier di Canada.
Metode: Penelitian ini bersifat retrospektif, dengan menggunakan data pasien dewasa yang
didiagnosis dengan epistaksis anterior di unit gawat darurat periode Januari 2012 – Mei 2014. Dengan
menggunakan data demografi, penyakit penyerta/komorbid, dan metode terapi yang telah ada.
Hasil:Terdapat 353 kasus dengan epistaksis anterior primer. Dengan rata-rata umur pasien adalah 70
tahun dan 49% pasien adalah perempuan. Ditemukan penyakit penyerta Hipertensi (56%), diabetes
(19%), CAD (28%), dan atrial fibrilasi (27%). Sebagian besar kelompok (61%) menggunakan
setidaknya satu terapi antikoagulan atau antiplatelet. Sebagian besar terapi menggunakan kauterisasi
perak nitrat, Merocel®, petroleum gauze packing, klip hidung, dan 15% hanya diobservasi.
Keberhasilan terapi awal yang dilakukan adalah pada sekitar 74% kasus. Terdapat beberapa
penanganan yang diberikan pada pasien, terapi dengan kauterisasi perak nitrat memiliki angka rata-
rata keberhasilan yang paling besar yaitu 80%. Dan ditemukan sekitar 26% pasien kembali ke unit
gawat darurat akibat berulangnya epistaksis dengan penanganan klip hidung (59%), Merocel® (26%),
dan petroleum gauze packing (42%).
Kesimpulan: Kejadian berulangnya epistaksis setelah diberikan terapi dapat terjadi akibat perbedaan
dan efektivitas dari terapi yang digunakan oleh dokter di unit gawat darurat berdasarkan tingkat
keparahan epistaksis. Akan tetapi kauterisasi dengan perak nitrat memberikan manfaat yang lebih
yaitu pasien tidak perlu dilakukan follow up/tindakan lebih lanjut. Pada penelitian selanjutnya
diharapkan untuk lebih memperhatikan metode terapi yang paling efektif dalam penanganan
epistaksis berdasarkan tingkat keparahannya.
Kata Kunci: Epistaksis, Terapi, Epistaksis Anterior, Pelayanan tersier, Unit Gawat Darurat.

membutuhkan biaya, waktu, dan tindakan


Latar Belakang penanganan. Oleh sebab itu penting untuk
Epistaksis adalah masalah yang paling umum mengidentifikasi terapi yang paling efektif
ditemukan di rumah sakit di Amerika Utara, dalam keberhasilan pengobatan.
terhitung sekitar 1 dari 200 unit gawat Banyak pilihan terapi dan algoritma
darurat(UGD) di US. Walaupun sulit untuk penanganan epistaksis yang dijelaskan dalam
dinilai, diperkirakan sekitar 60% dari literatur [3-9]. Sebagian besar menjelaskan
populasi pernah setidaknya mengalami dengan memulai packing dan tekan hidung
epistaksis satu kali dalam hidupnya dan dan selanjutnya tindakan invasive dan
hanya 6% yang mencari pengobatan. memakan waktu jika terapi gagal. Terdapat
Epistaksis merupakan kejadian penting yang manfaat menggunakan kauter kimia dalam
penanganan epistaksis anterior, anterior

2
packing, dan hemostatik lainnya. Semua sehingga semua data yang ada dipilih
terapi ini bermanfaat dalam hemostatis. kembali secara manual untuk mengeluarkan
Namun, hanya sedikit literatur yang data pasien dengan diagnosis epistaksis
menjelaskan penggunaan terapi ini dan posterior atau keduanya epistaksis anterior
efektivitasnya ketika digunakan di UGD. dan posterior, pasien epistaksis dengan
Sejauh ini, tidak ada panduan/ pedoman riwayat komplikasi seperti kanker stadium
pengobatan yang dapat diterima secara luas akhir, pasien yang meninggal di UGD selain
dan pemilihan terapi masih merupakan epistaksis, pasien yang datang ke UGD untuk
masalah setiap dokter di UGD. packing removal, serta pasien yang diterapi
dengan lima atau lebih penyakit. Dapat
Penting dilihat dalam Gambar 1.
Epistaksis anterior merupakan kondisi yang
sangat umum dan dapat diobati, oleh sebab
Metode dan Pengukuran
itu penting untuk mengoptimalkan efisiensi Data yang digunakan diambil dari data grafik
dan efektivitas dalam penanganannya. di UGD yang kemudian diidentifikasi
Meskipun terdapat bukti untuk setiap berdasarkan data demografi pasien,
modalitas terapi pada pengobatan individu, komorbiditas, modalitas terapi yang
namun literatur yang ada sekarang masih digunakan, gangguan medis lainnya, obat-
kurang untuk dokter praktik UGD dan obatan dan kekambuhan atau informasi
tentang hasil penggunaan beberapa modalitas follow up di UGD. Modalitas terapi yang
terapi. diidentifikasi adalah konservatif (tidak
diberikan terapi), klip hidung, petroleum
Tujuan Penelitian gauze packing, Merocel®, Floseal®,
Tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu Surgicel®, Epistat®, kauter perak nitrat,
pertama untuk menilai manajemen epistaksis elektrokauter, operasi endoskopi, embolisasi
anterior di pusat pelayanan tersier di Canada. arteri dan terapi lainnya yang tidak spesifik.
Dan kedua, untuk mengevaluasi hasilnya Kelompok “lainnya” dalam penelitian ini
setelah diberikan terapi. diterapi dengan menggunakan petroleum
gauze packing anterior atau sejenisnya.
Metode
Desain Penelitian Hasil
Dengan persetujuan dari Dewan Penelitian
Etika di Rumah Sakit Ottawa, penelitian Untuk setiap modalitas terapi, terapi
retrospektif ini menggunakan data semua dikatakan berhasil apabila pasien dengan
pasien dengan diagnosis utama epistaksis diagnosis epistaksis anterior diberikan terapi
anterior selama periode Januari 2012 sampai dan tidak ada kekambuhan dalam waktu 14
Mei 2014 yang ada di UGD Rumah Sakit hari. Sebaliknya, kegagalan terapi apabila
Ottawa, yang merupakan pusat pelayanan pasien dengan kekambuhan epistaksis
kesehatan tersier di Canada.
ipsilateral dalam waktu 14 hari setelah
diberikan terapi. Jenis terapi yang diberikan
Pemilihan Sampel
bertujuan untuk menghentikan perdarahan
Pasien dalam penelitian ini adalah pasien
agar pasien teratasi dan segera keluar dari
dewasa dengan diagnosis utama epistaksis di
UGD. Pasien yang memerlukan tindakan
UGD. Data kemudian diidentifikasi
lanjut adalah pasien dengan terapi khusus di
menggunakan ICD-10 kode untuk epistaksis
UGD karena alasan lain.
(R04-0). Kode epistaksis tidak membedakan
antara epistaksis anterior dan posterior
3
Analisis telah diterapi dengan obat antikoagulan atau
Semua perhitungan statistik dilakukan antiplatelet. Data komorbid seperti
dengan menggunakan SAS (version9.3). hipertensi, diabetes, coronary artery
Variabel kategorik yang dihitung adalah disesase, atrial fibrilasi, secara statistik tidak
frekuensi dan persentase, sedangkan variabel bermakna dengan kegagalan terapi (p>0,05).
kontinu yang dianalisis menggunakan mean
(SD) atau median (IQR). Selain itu Tabel 1. Patient Demographics
diperlukan pengujian awal untuk hubungan Characteristic Value
antara variabel kategori dianalisis baik Age mean y (range) 70 (14-97)
menggunakan chi-square atau tes Exact Sex no. (%)
Fisher. Hasil kategoris dianalasis dengan Male 180 (51)
Female 173 (49)
menggunakan regresi logistik.
Comorbidities N (%)
Hypertension 198 (56)
Hasil Diabetes 67 (19)
Karakteristik Sampel Penelitian CAD 97 (28)
Jumlah total populasi penelitian adalah 419 Afib 94 (27)
pasien dengan diagnosis epistaksis primer di HHT 3 (1)
UGD selama periode Januari 2012 – Mei Other blood 12 (3)
disorders
2014. Sebesar 66 sampel dikeluarkan
AC/AP medication 217 (62)
berdsarkan kriteria eksklusi dalam Gambar 1. use

Secara umum, ditemukan sebanyak 353


kasus epitaksis anterior yang termasuk dalam Hasil Utama
kriteria inklusi dalam penelitian ini, data Hasil dari setiap terapi yang diberikan dapat
demografik dan komorbid terangkum dalam dilihat dalam Tabel 2. Secara keseluruhan,
Tabel 1. rata-rata kegagalan terapi awal 26% (91
Populasi dalam penelitian ini rata-rata pasien) dan sebanyak 26,6% (94 pasien)
berumur 70 tahun dan 49% adalah kembali ke UGD untuk melakukan follow up
perempuan. Sebagian besar populasi (61%) pasca keluar dari UGD. Pasien yang
4
membutuhkan follow up sebanyak 89 (95%) 18%. Sebaliknya, pasien yang diterapi
untuk packing removal (53 pasien dengan dengan antikoagulan atau antiplatelet
Merocel® packing), 3 pasien (3,1%) dengan memilki angka rata-rata kegagalan terapi
packing yang terlepas in situ, dan 2 (2,1%) sebesar 30%. Terdapat hubungan yang
pasien dengan packing yang terlepas sebelum bermakna secara statistik antara penggunaan
waktunya. Dari 94 pasien yang obat antikoagulan/ antiplatelet dan
membutuhkan follow up , 22 (23%) pasien berulangnya epistaksis (p=0.0119).
membutuhkan intervensi (10 pasien dengan Ditemukan sebanyak 73% pasien mengalami
Merocel® packing) untuk penanganan kegagalan terapi dengan satu obat
epistaksis. Tidak ada perbedaan angka antikoagulan/antiplatelet.
perdarahan setelah melepas pack dengan
jenis packing yang digunakan. Tabel 3. Types of anticoagulation
(AC)/antiplatelet (AP) medications used by
Tabel 2. Treatment outcomes for patient population
management of anterior epistaxis Medication N (%)
Treatment N (%) Failure N Any AC/AP 217 (62)
(%) ASA 122 (34)
Silver nitrate 122 (35) 24 (20) Coumadin 78 (23)
Merocel 92 (26) 24 (26) Rivaroxaban 14 (4)
No treatment 54 (15) 11 (20) Dabigatran 4 (1)
Other 45 (13) 19 (42) Apixaban 4 (1)
packing Clopidogrel 33 (9)
Other 23 (6) 3 (13) Ticagrelor 2 (1)
Nasal clip 17 (5) 10 (59) Other 7 (2)
Jika dibandingkan antara perak nitrat dengan anticoagulant
petroleum gauze packing, terapi dengan
perak nitrat memiliki angka kegagalan yang Tabel 4. Outcomes of treatment success and
sedikit (OR 0,335, 95% Cl 0,364-1,322, failure based on anticoagulation/antiplatelet
p=0,27), namun secara statistik tidak use profile
bermakna. Anticoagulant/Antiplatel N Failur
et eN
Untuk mengevaluasi faktor risiko yang
(%)
berpotensi mengalami epistaksis, None 13 25 (18)
antikoagulan yang digunakan pasien 6
diidentifikasi dengan menggunakan regresi Any 21 66 (30)
logistik. Jenis antikoagulan dan antiplatelet anticoagulant/antiplatele 7
yang digunakan oleh pasien dalam penelitian t
ini dapat dilihat dalam Tabel 3, dan terbagi ASA only 85 28 (33)
dalam tiga kategori untuk dianalisis dalam Other regimen 13 38 (29)
2
Tabel 4.

Secara keseluruhan, sebanyak 61% pasien


Bahasan
mendapatkan setidaknya satu pengobatan
Terdapat 353 kasus epistaksis anterior dalam
antikoagulan atau antiplatelet. Pasien yang
penelitian ini yang kemudian dianalisis
tidak mendapatkan pengobatan antikoagulan
hasilnya setelah diberikan terapi di UGD.
atau antiplatelet memiliki angka rata-rata
Terapi awal yang paling sering digunakan
kegagalan terapi epistaksis anterior sebesar
adalah dengan kauter perak nitrat (35%).
5
Namun, terapi epistaksis anterior dengan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
Merocel® dan petroleum gauze rinoskopi anterior terlebih dahulu untuk
packing/packing lainnya atau klip hidung menemukan sumber perdarahan dan
juga umum digunakan. selanjutnya dilakukan kauter dengan perak
Pada kelompok pasien yang tidak diberikan nitrat setelah mendapat persetujuan dari
terapi di UGD tidak digunakan sebagai pasien. Hal yang sama diungkapkan pada
kontrol untuk dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan
modalitas terapi yang diberikan, seperti bahwa saat sumber perdarahan diberikan
pasien dengan perdarahan yang berhenti kauter kimia maka tingkat keberhasilan
spontan atau tidak mengalami perdarahan terapinya sangat baik.
berulang yang tidak memerlukan terapi
segera. Salah satu alasan mengapa tidak bisa Penjelasan mengenai penyebab kegagalan
dijadikan perbandingan adalah karena terapi, penggunaan pengencer darah diyakini
perbedaan tampilan klinis berdasarkan memilki efek yang besar. Dalam penelitian
keparahan epistaksis, saat kelompok yang ini penggunaan terapi antikoagulan atau
diterapi dengan perak nitrat dibandingkan antiplatelet, termasuk ASA, secara bermakna
dengan kelompok yang diterapi dengan meningkatkan rata-rata angka kekambuhan
petroleum gauze packing maka kelompok setelah keluar dari UGD (p=0,0106). Rata-
yang diterapi dengan perak nitrat akan sedikit rata angka kegagalan terapi pada pasien
untuk gagal (p=0.0038). dengan antikoagulan/antiplatelet adalah
30%, dengan ASA tunggal 33% dan
Dalam penelitian ini, terapi dengan perak pengobatan lainnya 29%, hasil ini cukup
nitrat memiliki angka terendah dalam bermakna dibandingkan pasien yang tidak
kegagalan terapi (20%) dari semua modalitas diberikan terapi sama sekali dengan angka
terapi yang ada selain itu mempunyai rata-rata kegagalan 18% (p<0,0119).
manfaat tambahan yaitu potensi rekurensi
yang kurang, dibandingkan dengan modalitas Seperti pada penelitian lainnnya, penelitian
terapi lainnya. Penggunaan terapi perak nitrat ini memilki banyak kekurangan. Jumlah
dapat bias apabila digunakan pada kasus populasi dalam penelitian ini masih kurang
yang ringan. Pada penelitian lainnya dalam menentukan hasil terapi yang
menemukan keberhasilan terapi yang baik diberikan. Selain itu, tidak ada data tentang
pada epistaksis anterior adalah dengan tingkat keparahan epistaksis pada pasien
menggunakan packing dan tindakan operasi. yang datang ke UGD sehingga dapat
Namun dalam penelitian ini kelompok yang mempengaruhi dokter dalam pemilihan
mendapatkan terapi memiliki jumlah yang terapi dan juga kekambuhan. Hal ini dapat
terlalu sedikit untuk dianalisis. mengganggu hubungan antara modalitas
terapi yang digunakan dan hasil yang
Penanganan epistaksis, sama seperti pada didapatkan. Dalam penelitian ini, pasien
kondisi medis lainnya, harus disesuaikan yang mengalami epistaksis anterior akut
dengan pasien dan kondisi klinisnya. adalah yang dilihat pertama kali oleh dokter
Sebagian besar pasien epistaksis anterior di UGD, yang mungkin saja menggunakan
dalam penelitian ini berhasil diterapi dengan atau tidak menggunakan endoskopi hidung
kauter perak nitrat atau Merocel®. Perak jika sumber perdarahan tidak dapat
nitrat sangat menguntungkan karena diidentifikasi dengan pemeriksaan rinoskopi
menjanjikan hasil terapi yang baik tanpa anterior. Selain itu, penanganan standar
perlu tindakan follow up. Penanganan untuk mengevaluasi pasien dalam
6
menentukan pemilihan terapi tidak Authors’ contributions
SK conceived the study, and obtained ethics approval. SK
digunakan dalam penelitian ini. Penanganan supervised the
standar untuk mengevaluasi pasien dengan conduct of the trial and data collection. EN and AL
undertook collecting
epistaksis anterior seperti penggunaan patient data, and management of the. EN, AL and WP
dekongestan topikal/vasokonstriktor dan provided statistical advice
on study design and helped analyze the data. EN drafted the
analgesik untuk menilai sumber perdarahan manuscript, and all
authors contributed substantially to its revision. SK takes
juga diperlukan. Syarat untuk menggunakan responsibility for the
kauter adalah sumber perdarahan yang dapat paper as a whole. All authors read and approved the final
manuscript.
terlihat jelas dengan pilihan terapi antara
packing dan kauter yang dilakukan oleh Author details
1University of Ottawa, Ottawa, ON, Canada. 2Department
dokter di UGD. Sejauh ini, masih terdapat of Otolaryngology -
beberapa pasien yang tidak melakukan follow Head and Neck Surgery, University of Ottawa, Ontario,
Canada. 3Ottawa
up di UGD saat mengalami perdarahan Hospital Research Institute (OHRI), Ottawa, ON, Canada.
ulang. Disamping keterbatasan ini, jumlah
Received: 18 December 2015 Accepted: 4 April 2016
populasi yang banyak dalam penelitian ini
dapat memberikan informasi untuk Referensi
mengevaluasi data pengobatan. 1. Pallin DJ, Chng YM, McKay MP, Emond JA,
Pelletier AJ, Camargo Jr CA. Epidemiology of
Kesimpulan
epistaxis in US emergency departments, 1992 to
Sebagai kesimpulan, terapi yang digunakan 2001. Ann Emerg Med. 2005;46:77–81.
sekarang untuk menangani epistaksis 2. Viehweg TL, Roberson JB, Hudson JW.
anterior di Unit Gawat Darurat (UGD) ada Epistaxis: diagnosis and treatment. J Oral
berbagai metode. Namun, belum ada bukti Maxillofac Surg. 2006;64:511–8.
yang kuat mengenai panduan terapi mana 3. Abdelkader M, Leong SC, White PS.
yang direkomendasikan. Dalam penelitian ini Endoscopic control of the sphenopalatine artery
terdapat empat modalitas terapi yang paling for epistaxis: long-term results. J Laryngol Otol.
umum digunakan dalam mengatasi epistaksis 2007;121:759–62.
anterior di UGD, dan perak nitrat merupakan 4. Bachelet JT, Bourlet J, Gleizal A. Hemostatic
absorbable gel matrix for severe post-traumatic
pilihan terapi yang efektif dengan
epistaxis. Rev stomatol Chir Maxillofac Chir
mempertimbangkan waktu dan sumberdaya
Orale. 2013;114: 310–4.
yang diperlukan. Hal ini membuktikan 5. Badran K, Malik TH, Belloso A, Timms MS.
bahwa sumber perdarahan anterior dapat Randomized controlled trial comparing Merocel
diidentifikasi, kauter kimia dapat diterima, and RapidRhino packing in the management of
dan menjadi lini pertama dalam terapi. anterior epistaxis. Clin Otolaryngol.
Namun, selain karena keterbatasan dalam 2005;30:333–7.
penelitian ini dan tidak adanya sistem gradasi 6. Biggs TC, Baruah P, Mainwaring J, Harries
untuk mengidentifikasi keparahan epistaksis, PG, Salib RJ. Treatment algorithm for oral
rekomendasi menggunakan kauter perak anticoagulant and antiplatelet therapy in epistaxis
nitrat tidak dianjurkan saat ini untuk semua patients. J Laryngol Otol. 2013;127:483–8.
7. Killick N, Malik V, Nirmal Kumar B. Nasal
kasus epistaksis anterior. Penelitian lebih
packing for epistaxis: an evidencebased review.
lanjut diperlukan untuk menentukan
Br J Hosp Med (London, England: 2005).
modalitas terapi yang paling efektif 2014;75:143–4.
berdasarkan tingkat keparahan epistaksis. 8. Kucik CJ, Clenney T. Management of
Competing interests epistaxis. Am Fam Physician. 2005; 71:305–11.
The authors declare that they have no competing interests.

7
9. Morgan DJ, Kellerman R. Epistaxis: matrix as first line treatment of posterior
evaluation and treatment. Prim Care. epistaxis. Laryngoscope. 2014;124:38–42.
2014;41:63–73. 12. Mathiasen RA, Cruz RM. Prospective,
10. Toner JG, Walby AP. Comparison of electro randomized, controlled clinical trial of a novel
and chemical cautery in the treatment of anterior matrix hemostatic sealant in patients with acute
epistaxis. J Laryngol Otol. 1990;104:617–8. anterior epistaxis. Laryngoscope. 2005;115:899–
11. Kilty SJ, Al-Hajry M, Al-Mutairi D, et al. 902.
Prospective clinical trial of gelatin-thrombin

Anda mungkin juga menyukai