Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

F 41.1 “Gangguan Cemas Menyeluruh”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir
Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

Disusun oleh:

Mitah Silva, S.Ked

0120840185

Pembimbing :

dr. Idawati Waromi , Sp.KJ

SMF PSIKIATRI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
JAYAPURA PAPUA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus


dengan judul:
“Gangguan Cemas Menyeluruh”

Sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF


Psikiatri RSJD Abepura Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih Jayapura

yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :
Tempat :

Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

dr. Idawati Waromi, Sp.KJ


DATA EPIDEMIOLOGI

No. Catatan Medik : 0003816

Nama : Tn. S.D

Usia : 23 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Nimbokrang

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status Pernikahan : Belum Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 22-07-2019

Tempat Pemeriksaan : Polik Psikiatrik RSJD Abepura

Yang Mengantar : Ayah Pasien

Pemberi Informasi : Pasien dan Ayah Pasien


LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan utama

 Autoanamnesa :
- Gelisah jika tidak menggunakan Handphone
- Susah tidur
 Heteroanamnesa (Ayah pasien):
- Pasien sering gelisah bila tidak menggunakan handphone
- Pasien sering mengamuk/marah jika Handphone diminta
- Pasien sering mengirimkan gambar pornografi
- Pasien sering marah tanpa sebab
- Pasien mengalami gangguan tidur
2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Klinik RSJD Abepura, pasien


merupakan pasien baru rawat jalan RSJD Abepura sejak 22 Juli
2019. Pasien diantar oleh Ayah kandung dengan keluhan selalu
merasa gelisah jika tidak menggunakan atau memegang
Handphone. Menurut ayah pasien, pasien selalu bermain game
online sampai berjam-jam bahkan sampai tidak tidur.
Sejak ± 1 tahun yang lalu, pasien tidak bisa lepas dari
handphonenya, jika diminta pasien akan mengamuk dan marah-
marah kepada orangtua. Jika tidak memegang handphonenya
pasien akan mondar-mandir gelisah mencari handphonenya.
Kadang jika handphonenya disembunyikan 1 jam saja, pasien
akan marah dan langsung membanting-banting barang. Pasien
pernah mengancam orangtuanya jika tidak diberikan
handphone, pasien akan bunuh diri. Sejak itu pasien sudah

1
malas-malas untuk pergi kuliah, dan pada akhirnya pasien
memutuskan untuk berhenti kuliah pada tahun 2018.
Selain bermain game online, pasien juga sering
menggunakan aplikasi chatting seperti Whatsapp dan Facebook
untuk mengirimkan gambar-gambar pornografi kepada
masyarakat sekitarnya terutama pada wanita dengan status
janda, ataupun kepada istri orang. Bahkan menurut warga
sekitar, pasien suka mengirim gambar foto alat kelaminnya
sendiri. Sampai pasien dilaporkan oleh warga yang merasa tidak
nyaman oleh karena perbuatan pasien ke polisi. Pada saat itu
pasien dibuatkan surat pernyataan untuk tidak melakukan hal
yang sama. Jika melalukan hal yang sama lagi, pasien akan
ditindak oleh kepolisian setempat. Karena rasa takut bila suatu
saat pasien akan mengulangi hal serupa, akhirnya ayah pasien
emutuskan membawa pasien ke RSJD Abepura pada tanggal 22
Juli 2019.

Riwayat Penyakit Dahulu


a. Psikiatrik
Pasien merupakan pasien baru rawat jalan di RSJD Abepura
b. Medik
- Kejang (-)
- Benturan kepala hingga terjadi penurunan kesadaran (-)
- Asma (-), Jantung (-), Hipertensi (-), DM (+)
3. Riwayat penggunaan alkohol atau zat lain
- Riwayat merokok (+)
- Riwayat konsumsi minuman beralkohol (-)
- Riwayat penggunaan ganja dan penggunaan zat adiktif (-)

2
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut keluarga pasien bahwa tidak ada yang sakit seperti
pasien didalam anggota keluaraga.

Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :

5. Riwayat Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien dilahirkan dengan usia kandungan yang cukup bulan
dan dilahirkan secara spontan, tanpa kecacatan maupun
trauma lahir. Semasa bayi, pasien mendapat ASI yang cukup
dan tidak memiliki masalah makan.
b. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan teman- teman
sebayanya.
c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan teman- teman
sebayanya.

3
d. Masa kanak akhir (pubertas-remaja)
Pasien bersekolah di SD, SMP, SMA pasien memiliki
banyak teman, dan sering mengikuti kegiatan sekolah.
e. Masa remaja
Pasien tidak melanjutkan Pendidikan perkuliahan (pasien
putus kuliah tahun 2018)
f. Masa Dewasa
 Riwayat pekerjaan
Pasien suka membantu kakaknya bekerja di bengkel dekat
rumahnya
 Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah
 Riwayat Pendidikan
Pasien pendidikan terakhir SMA
 Agama
Pasien beragama Islam. Dulunya Pasien rajin sholat 5
waktu, namun semenjak mulai memegang hp, pasien sudah
jarang untuk sholat lagi.
 Riwayat Hukum
Pasien pernah dilaporkan oleh warga yang merasa tidak
nyaman oleh karena perbuatan pasien ke polisi. Pada saat
itu pasien dibuatkan surat pernyataan untuk tidak
melakukan hal yang sama. Jika melalukan hal yang sama
lagi, pasien akan ditindak oleh kepolisian setempat.

4
II. STATUS GENERALIS
a. Pemeriksaan Fisik
KU : Tampak Tenang
Kesadaran : Compos Mentis

Vital sign:
Tekanan Denyut Laju Suhu Saturasi
Darah Nadi Nafas Tubuh Oksigen
(mmHg) (kali/menit) (kali/menit) (℃) (%)
120/90mmHg 64x/menit 20x/menit 36,4 98%

Kulit : Warna kulit kuning langsat,


Anemis (-), Ikterus(-)
Kepala : Normocephal, rambut , Jejas (-)
- Mata : Congjungtiva anemis (-
), Sklera iketik (-), secret mata (-)
- Hidung : Tidak Ada Kelainan
- Mulut dan tenggorokan :
Tidak Ada Kelainan
Leher
- JVP : Tidak Ada Kelainan
- Struma : Tidak Ada Pembesaran
- KGB : Pembesaran KGB (-)
Thorakrs
- Paru – Paru : Simetris, retraksi (-),
ikut gerak nafas, Rhonki (-|-),
wheezing (-|-)

5
- Jantung : Tidak Ada Kelainan
Abdomen : Tidak Ada Kelainan
Genitalia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Ekstremitas : Akral Hangat

b. Pemeriksaan Laboratorium:
Tidak dievaluasi

III. STATUS PSIKIATRIKUS


1. Kesadaran Compos Mentis Pasien sadar penuh dan dapat
menjawab setiap pertanyaan yang
Keadaan Umum diberikan.
Tampak Tenang

2. Orientasi Orang : Baik Pasien mampu mengenali orang


sekitarnya
Tempat : Baik Pasien mengatakan ini adalah poli
klinik psikiatri Rumah sakit jiwa
daerah abepura

Waktu : baik Pasien menyebutkan bulan dan


tahun dengan tepat.

3. Penampilan Cukup bersih, Pasien dengan postur agak tegap


menggunakan sedikit kurus, berpakaian wajar
pakaian sesuai (menggunakan kaos berwarna
usia pasien putih, celana panjang berwarna
hitam, menggunakan jaket dan

6
memakai sandal)
4. Roman muka Sesuai

5. Perilaku Kontak : ada Pasien mengadakan kontak dengan


terhadap melihat mata
pemeriksa Rapport : Pasien mampu menjawab
adekuat pertanyaan yang ditanyakan dan
sesuai dengan pertanyaan
Sikap terhadap Pasien menjawab pertanyaan yang
pemeriksa : di ajukan penanya.
kooperatif
6. Atensi Baik Pasien fokus kepada pertanyaan
yang diberikan dan menjawabnya
dengan baik
7. Bicara Artikulasi : Jelas Intonasi ucapan terdengar jelas
Kecepatan Pasien berbicara tidak cepat,
bicara : normal tampak tidak mengalami kesulitan
menjelaskan apa yang ia rasakan.
8. Emosi Mood : Eutimik Pasien tidak ada mood yang
depresi atau melambung
Afek : Ekspresi pasien sesuai dengan
Appropriate mood pasien.
9. Persepsi Ilusi : tidak ada
Halusinasi :tidak Saat ditanya apakah ada mendengar
ada suara berbisik di telinga, pasien
mengatakan tidak ada
10. Pikiran Bentuk : realistic Pasien berpikir sesuai kenyataan
yang ada

7
Isi :tidak ada Saat ditanya apakah pasien
mempunyai kekuatan yang tidak
dipunyai orang lain, pasien
mengatakan tidak ada
11. Memori & Konsentrasi : Saat ditanya pasien mampu
fungsi kognitif baik menjawab pertanyaan dengan tepat
Memori : Baik Saat ditanya pasien dapat
mengingat kejadian saat ini
maupun masa lalu dengan baik
12. Tilikan Tilikan VI Menyadari sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan

IV. FORMULASI DIAGNOSIS


Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan heteroanamnesis, serta
pemeriksaan status, ditemukan gejala klinis utama sering cemas
dan ketakuatan yang menimbulkan ketidaknyamanan, terganggu.
Dari pemeriksaan status mental, tidak ditemukan hendaya berat
dalam menilai realitas maka pasien digolongkan dalam gangguan
jiwa non psikotik. Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan
tidak ada kelainan, maka digolongkan sebagai gangguan jiwa
psikotik non organik. Anamnesis didapatkan gejala umum
cemas/ansietas. Ketegangan motorik (gelisah, tidak dapat santai).
Selain itu, berdasarkan heteroanamnesa pasien juga senang
memamerkan alat kelamin kepada orang asing. Berdasarkan

8
kriteria diagnostik PPDGJ III, pasien termasuk kedalam gangguan
F41.1 gangguan cemas menyeluruh
Aksis II
Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian
Aksis III
Tidak ditemukan penyakit organobiologik pada pasien
Aksis IV
Tidak ada masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V
GAF Scale 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

Diagnosis banding :
- Gangguan obsesif-konfulsif (f.42)
- Gangguan penyesuaian (F.43.2)

Diagnosis multiaxial :
- AKSIS I : F.41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
- AKSIS II : Tidak ada
- AKSIS III : Tidak ada
- AKSIS IV : primary support group (keluarga)
- AKSIS V : GAF 80-71

9
V. RENCANA TERAPI
Pada saat ini pasien datang ke poli Rumah Sakit Jiwa Abepura.
Terapi yang diberikan kepada pasien ini adalah :
1. Farmakoterapi
Penggolongan
1. Obat Anti-ansietas
Alprazolam 0,5 mg 1 x 1 tab
2. Obat Anti-Depresan
Elizac 20 mg 1 x 1 tab
2. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat
diperlukan. Menurut penelitian pengobatan dengan obat tidak
cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi juga harus di iringi
oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien
terhadap penyakit yang di derita. Maka dari itu harus selalu di
berikan edukasi kepada keluarga dan pasien tentang
pentingnnya interaksi sosial untuk mengalihkan kecemasan.

VI. PROGNOSIS
- Prognosis ad vitam : bonam
- Prognosis ad sanationam : bonam
- Prognosis ad fungsionam : bonam

VII. PEMBAHASAN
Kecemasaan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak
nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa
malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang

10
mengancam tersebut terjadi. Gangguan kecemasan adalah
sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang
kecemasaan yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional,
dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan kecemasaan
dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik
tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau
kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa
dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik,
atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan.
Pada kesempatan yang jarang terjadi, banyak orang memperlihatan
salah satu dari perilaku yang tidak lazim tersebut sebagai respon
normal terhadap kecemasan. Perbedaan antara respons kecemasan
yang tidak lazim ini dengan gangguan kecemasaan ialah bahwa
respons kecemasan cukup berat sehingga bisa menggangu kinerja
individu, kehidupan, keluarga, dan gangguan sosial[1].
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan dengan
karakteristik kekhawatiran yang tidak dapat dikuasai dan menetap,
biasanya terhadap hal-hal yang sepele/tidak utama. Individu
dengan gangguan cemas menyeluruh akan terus menerus merasa
khawatir tentang hal-hal yang kecil/sepele[1].

Gangguan kecemasan umum adalah suatu kondisi yang sering


ditemukan, tetapi dengan criteria ketat dari DSM III dan DSM IV.
Rasio wanita dan laki-laki adalah kira-kira 2:1 tetapi rasio wanita
berbanding laki-laki yang mendapatkan perawatan rawat inap
untuk ganggua tersebut kira-kira adalah 1:1. Usia onset adalah
sukar untuk ditemukan karena sebagian besar pasien melaporkan

11
bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereja
ingta. Pasien biasanya dating untuk mendapatkan perawatan dokter
pada usia 20 tahunan, walaupun kontak pertama dengan klinis
dapat terjadi pada hampir setiap usia. Hanya sepertiga persen yang
menderita gangguan kecemasan umum mencari pengobatan
psikiatri. Bayak pasien pergi ke dokter umum, dokter penyakit
dalam untuk mencari pengobatan spesifik gangguan.
Terdapat beberapa teori yang mendasari kecemasan ditinjau dari
kontribusi-kontribusi ilmu, yaitu ilmu psikologi dan ilmu biologi
1. Teori psikologis
a. Teori psiko analitik

Definisi Freud, Menyatakan bahwa ego manusia tidak


selamanya sanggup menghadapi stimulus dari luar dan dari
dalam dirinya, kecemasan dipandang sebagai hasil dari
konflik psikis antara keinginan seksual atau agresifsadar dan
ancaman sesuai dari realitas super ego atau eksternal.
Manusia akan mempergunakan berbagai macam mekanisme
pertahanan diri. Bila mekanisme ini tidak siap, maka
beberapa mekanisme pertahanan diri yang patologik, baik
sendiri atau bersamaan, akan dipergunakan. Dalam
menanggapi sinyal ini, ego mengerahkan mekanisme
pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak
dapat diterima dari muncul dalam kesadaran.
b. Teori perilaku

Menyatakan bahwa ansietas merupakan respon terhadap


rangsangan tertentu yang datang dari lingkungan hidupnya.
Seseorang yang menderita ansietas cenderung membesar-besarkan
derajat bahaya dan menganggap bahwa bahaya tersebut dapat

12
mengancam fisik dan kejiwaan. Teori-teoriperilaku atau belajar
darikecemasan mendalilkan bahwakecemasan merupakan
respon terkondisi terhadap rangsangan lingkungan tertentu.
c. Teori eksistensial

Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa orang-


orang mengalami perasaan hidup dialam semesta tanpa
tujuan. Kecemasan merupakan respon mereka terhadap
kekosongan yang dirasakan dalam keberadaan dan makna.

2. Teori biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah
lobus oksipitas yang mempunyai reseptor benzodiaepin
tertinggi di otak. Basal ganglia, system limbic dan korteks juga
dihipotesiskan terlibat ada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien
GAD juga ditemuka system serotonergik yang abnormal.
Neurotransmitter yang berhubungan dengan GAD adalah
GABA, serotonin, norepinefrin, dan kolesistokinin.
Pemeriksaan PET (Pasitron Emission Tomography) pada pasien
GAD ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal.
3. Teori Genetik
Pada ebuah studi didaptkan bahwa terdapat hubungan genetic
pasien GAD dan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita.
Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita GAD juga
menderita gangguan yang sama . sedangkan penelitian pada
pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar
monozigotik dan 15% pada kembar monozigotik 15% pada
kembar dizigotik.

13
 Kriteria Diagnostik gangguan cemas menyeluruh sebagai
berikut:
- Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul
hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6
bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti
pekerjaan atau aktivitas sekolah).
- Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan
kekhawatiran.
- Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini
(dengan sekurang-kurangnya beberapa gejala lebih banyak
terjadi dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir), yaitu
kegelisahan, mudah lelah, sulit berkonsentrasi atau pikiran
kosong, iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur
(sulit tidur, tidur gelisah atau tidak memuaskan).
- Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan
distress atau terganggunyafungsi sosial, pekerjaan, dan
fungsi penting lainnya.
- Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada
fisiologis (memakai obat-obatan) atau kondisi medis lainnya
(seperti hipertiroid).
- Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan
mental lainnya (seperti kecemasan dalam gangguan panik
atau evaluasi negatif pada gangguan kecemasan sosial atau
sosial fobia, kontaminasi atau obsesi lainnya pada gangguan
obsesif-kompulsif, mengingat kejadian traumatik pada
gangguan stress pasca traumatik, pertambahan berat badan
pada anorexia nervosa, komplin fisik pada gangguan gejala
somatik atau delusi pada gangguan schizophreniaor).

14
 Pedoman diagnosis menurut PPDGJ- III, Yaitu :
- Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatasatau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(sifatnya free floating atau mengambang)
- Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsure-unsur
berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan naasib buruk, mereka seperti
di ujung tanduk, sulit konsentrasi)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran,
tidak dapat santai) dan
c) Overaktivitas otonomik ( kepala terasa ringan,
berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan
lambug, pusing kepala, mulut kering )
- Pada anak-anak sering terliihat adanya kebutuuhan
berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-
keluhan somatic berulang yang menonjol
- Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk
beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan
diagnosis utama anxietas menyeluruh, selama hal tersebut
tidak memenuhi criteria lengkap dari depresif (f.32.-),
gangguan anxietas fobia (f.40.-), gangguan panic (f.41.0)
atau gangguan obsesif-kompulsif (f.42.-)
Gejala utama gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas,
ketegangan motorik, hiperkativitas otonom, dan kesiagaan
kognitif.

15
Ansietasnya berlebihan dan mengganggu aspek kehidupan lain.
Ketegangan motorik paling sering tampak sebagai gemetar,
gelisah dan sakit kepala. Hiperaktivitas otonom sering
bermanifestasi sebagai napas pendek, keringat berlebihan,
palpitasi, dab berbagai gejala gastrointestinal. Kesiagaan kognitif
terlihat dengan adanya iritabilitas dan mudahnya pasien merasa
terkejut.
Diagnosis banding kecemasan umum adalah semua kondisi
medis yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis yang
dimaksus adalah tes kimia, darah standar, elektrokardiogram dan
fungsi tiroid.
Pemeriksaan status mental harus menggali kemungkinan
gangguan panic, fobia dan ganggua obsesif kompulsif,
membedakan gangguan kecemasan umum dari gangguan depresif
berat dan gangguan distimik pada kenyataannya, gangguan
tersebut seringkali terdapat bersama-sama. Kemungkianan
diagnosis lain adalah gangguan penyesuaian dengan kecemasan,
hipokondriasi, gangguan hiperaktifitas dan gangguan kepribadian.
Dalam psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli terapis berusaha
menyusun terapi psikologis yang beragam untuk pengobatan yang
disesuaikan dengan kepribadian klien. Penerapan metode dapat
secara personal maupun group (perkelompok). Psikiater berusaha
mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara
bersamaan. Perlu untuk diketahui bahwa tidak ada pengobatan
jenis gangguan kecemasan ini hanya menggunakan satu cara saja,
dibutuhkan lebih kombinasi untuk menyembuhkan gangguan
kompleks ini.

16
Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh
meliputi:
a) Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan
jangka panjang dan jangka pendek. Pendekatan kognitif
secara langsung menjawab distorsi kognitif pasien dan
pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara
langsung.
b) Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan
kenyamanan bagi pasien

a. Farmakoterapi
Tiga obat utama yang harus dipertimbangkan untuk terapi
gangguan ansietas menyeluruh adalah bupiron, benzodiazepin
dan SSRI.
a) Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan obat pilihan untuk gangguan
ansietas menyeluruh. Obat ini diresepkan bila perlu sehingga
pasien mengonsumsi benzodiazepin kerja cepat saat mereka
terutama merasa cemas. Terapi untuk sebian besar keadaan
ansietas berlangsung 2 hingga 6 minggu diikuti 1 atau 2
minggu untuk menurunkan dosis obat secara bertahap
sebelum dihentikan.
b) Buspiron
Data menunjukan bahwa buspiron lebih efektif mengurangi
gejala kognitif pada gangguan ansietas menyeluruh
dibandingkan mengurangi gejala somatik.

17
c) SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
SSRI dapat efektif terutama untuk pasien dengan komorbid
depresi. Kerugian SSRI yang menonjol terutama fluoxetine
(Prozac) adalah bahwa obat ini meningkatkan ansietas secara
sementara. Oleh sebab itu, SSRI Sertalin (Zoloft) atau
paroksetin (Paxil) adalah pilihan yang lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Diferiansyah O, Septa T & Lisiswanti R. 2016. Gangguan Cemas


Menyeluruh Volume 5. Penerbit Medula Unila. Lampung
2. Sadock BJ, Sadock VA. 2013. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ – III dan DSM V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK – UNIKA Atmajaya; 2013. 74-75 p.

19

Anda mungkin juga menyukai