Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi
Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan
periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh
mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi
yang melekat pada tepi gingival (Dalimunte, 2006).
Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa inflamasi.
Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa
perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan tekstur permukaan,
perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran, perubahan kontur/bentuk
pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku (Leung W.K, 2010).
Peradangan gingiva disebabkan oleh faktor plak maupun non-plak.
Namun peradangan gingiva tidak selalu disebabkan oleh akumulasi plak pada
permukaan gigi, dan peradangan gingiva yang tidak disebabkan oleh plak
sering memperlihatkan gambaran klinis yang khas. Keadaan ini dapat
disebabkan beberapa penyebab, seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus
atau jamur yang tidak berhubungan dengan peradangan gingiva yang
berhubungan dengan plak dan peradangan gingiva karena faktor genetik
(Dalimunte, 2006).
Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada
Hereditary gingival fibromatosis, dan beberapa kelainan mukokutaneus yang
bermanifestasi sebagai peradangan gingiva. Contoh lesi adalah lichen planus,
pemphigoid, pemphigus vulgaris dan erythema multiforme (Langlais, 2008).
Alergi dan trauma merupakan contoh lain dari peradangan gingiva
yang tidak disebabkan oleh faktor non-plak. Selain faktor plak dan non-plak
peradangan gingiva juga disebabkan oleh karena gangguan sistemik dengan
perdarahan spontan atau setelah teriritasi. Perdarahannya eksesif dan sulit
dikontrol. Adapula karena penggunaan obat tertentu, alergi, terapi radiasi,
siklus menstruasi, dan genetik (Leung W.K, 2010).
2.2. Klasifikasi Gingivitis
2.2.1. Gingivitis marginalis kronis
Merupakan suatu peradangan gingiva pada daerah margin yang
banyak dijumpai pada anak, ditandai dengan perubahan warna,
ukuran konsistensi, dan bentuk permukaan gingiva. Penyebab
peradangan yang paling umum yaitu disebabkan oleh penimbunan
bakteri plak. Perubahan warna dan pembengkakan gingiva
merupakan gambaran klinis terjadinya gingivitis marginalis kronis
(I Dewa,2013)
2.2.2. Eruption gingivitis
Merupakan peradangan yang terjadi di sekitar gigi yang sedang
erupsi dan berkurang setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga
mulut, sering terjadi pada anak usia 6-7 tahun ketika gigi permanen
mulai erupsi. Eruption gingivitis berkaitan dengan akumulasi plak.
2.2.3. Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth (eksfoliasi parsial)
Pada pinggiran margin yang tererosi akan terdapat akumulasi plak,
sehingga dapat terjadi edema sampai dengan abses (I Dewa,2013).
2.2.4. Gingivitis pada maloklusi dan malposisi
Peradangan disertai dengan perubahan warna gingiva menjadi
merah kebiruan, pembesaran gingiva, ulserasi, dan bentuk poket
dalam yang menyebabkan terjadinya pus, meningkat pada anak-
anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar, kebiasaan
bernafas melalui mulut, open bite, edge to edge, dan protrusif (I
Dewa,2013).
2.2.5. Gingivitis pada mucogingival problems
Mucogingival problems merupakan salah satu kerusakan atau
penyimpangan morfologi, keadaan, dan kuantitas dari gingiva di
sekitar gigi antara margin gingiva dan mucogingival junction yang
ditandai oleh mukosa alveolar yang tampak tipis dan mudah pecah,
susunan jaringan ikatnya yang lepas serta banyaknya serat elastis
.(I Dewa,2013)
2.2.6. Gingivitis karena resesi gusi lokalisata
Terjadi karena trauma sikat gigi, alat ortodontik, frenulum labialis
yang tinggi, dan kebersihan mulut yang buruk (I Dewa,2013).
2.2.7. Gingivitis karena alergi
Mc Donald dan Avery, 2004 menyatakan bahwa adanya
peradangan pada gingiva yang bersifat sementara terutama
berhubungan dengan perubahan cuaca (Kumar, 2008).
2.2.8. Gingivitis Artefacta
Peradangan karena perilaku yang sengaja melakukan cedera
fisik dan menyakiti diri sendiri. Salah satu penyakit periodontal
yang disebabkan oleh adanya cedera fisik pada jaringan gingiva
disebut sebagai gingivitis artefakta yang memiliki varian mayor
dan minor (Kumar, 2008).
Gingivitis artefakta minor merupakan bentuk yang kurang
parah dan dipicu oleh iritasi karena kebiasaan menyikat gigi yang
terlalu berlebihan. Kondisi ini juga dapat terjadi akibat menusuk
gingiva dengan menggunakan jari kuku atau benda asing lainnya
(Kumar, 2008).
Gingivitis artefakta mayor merupakan bentuk yang lebih
parah, karena melibatkan jaringan periodontal. Perilaku ini
berhubungan dengan gangguan emosional. Peradangan gingiva
oleh karena perilaku mencederai diri sendiri terjadi pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa dan prevalensinya lebih banyak
terjadi pada perempuan (Kumar, 2008).

2.3. Etiologi Gingivitis


Penyakit periodontal didefinisikan sebagai proses patologis yang
mengenai jaringan periodontal. Sebagian besar penyakit periodontal
disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat
memengaruhi jaringan periodontal, penyebab utama penyakit periodontal
adalah mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi (Kumar,
2008).
2.3.1. Acquired Pelicle
Acquired Pelicle merupakan lapisan tipis, licin, tidak berwarna,
translusen, aseluler, dan bebas bakteri. Lokasinya tersebar merata pada
permukaan gigi dan lebih banyak terdapat pada daerah yang berdekatan
dengan gingiva. Jika diwarnai dengan larutan disclosing solution akan
terlihat suatu permukaan yang tipis dan pucat bila dibandingkan dengan
plak yang lebih kontras warnanya (Rajgopal,2013)
2.3.2. Materi Alba
Materi alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih
keabu-abuan yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus,
dan gingiva. Tidak mempunyai struktur yang spesifik serta mudah
disingkirkan dengan semprotan air, akan tetapi untuk penyingkiran
yang sempurna diperlukan pembersihan secara mekanis
(Rajgopal,2013).
Materi alba dapat menyebabkan iritasi lokal pada gingiva sehingga
dapat merupakan penyebab umum terjadinya peradangan pada gingiva.
Efek iritasi oleh materi alba ini disebabkan oleh bakteri serta produk –
produknya. Deposit ini perlekatannya kurang erat jika dibandingkan
dengan plak gigi. Deposit dapat terlihat jelas tanpa menggunakan
larutan disklosing dan cenderung menumpuk pada sepertiga gingival
mahkota gigi dan pada gigi yang malposisi (Rajgopal,2013).
Deposit ini dapat terbentuk pada permukaan gigi yang baru
dibersihkan dalam beberapa jam dan pada waktu tidak digunakan untuk
pengunyahan (Rajgopal,2013).
2.3.3. Food Debris
Kebanyakan debris akan segera mengalami liquifikasi oleh
enzim bakteri dan bersih 5 – 30 menit setelah makan, tetapi sebagian
masih tertinggal pada permukaan gigi dan membran mukosa. Aliran
saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, dan bibir serta bentuk dan
susunan gigi dan rahang akan memengaruhi kecepatan pembersihan
sisa makanan. Pembersihan ini dipercepat oleh proses pengunyahan
dan viskositas ludah yang rendah. Walaupun debris makanan
mengandung bakteri, tetapi berbeda dari plak dan materi alba, debris
ini lebih mudah dibersihkan (Rajgopal,2013).
2.3.4. Plak gigi
Plak gigi merupakan mikroorganisme pada permukaan gigi
yang melekat pada matriks polimer saliva yang berasal dari bakteri.
Plak gigi mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan
membentuk bagian pertahanan pejamu di dalam rongga mulut.
Sebagai contoh, penggunaan antibiotik yang berspektrum luas
secara berkepanjangan. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan
mikroorganisme secara berlebihan khususnya jamur dan bakteri
(Dalimunte, 2006).
Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur
ataupun semprotan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna
dengan cara mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat
terlihat, kecuali diberi dengan larutan disklosing atau sudah
mengalami diskolorisasi oleh pigmen – pigmen yang berada dalam
rongga mulut. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu –
abu, abu – abu kekuningan, dan kuning (Dalimunte, 2006).

Komposisi Mikroba Plak Gigi Pada Gingivitis


Pada peradangan gingiva lapisan plak memiliki ketebalan
400 μm, bahkan lebih tebal. Peningkatan plak secara kuantitatif
merupakan peranan penting pada perkembangan peradangan gingiva
(Dalimunte, 2006).
Peradangan gingiva berhubungan dengan akumulasi plak di
sekitar margin gingiva. Kondisi ini menyebabkan perubahan
komposisi plak dari mikroflora streptococci menjadi Actinomyces
spp. Mikroflora mengalami peningkatan pada jumlah spesies selama
perkembangan gingivitis. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
terjadi peningkatan mikroba Fusobacterium nucleatum, P.
Intermedia, Capnocytophaga spp., Eubacterium spp., dan spirochete
pada gingiva yang mengalami peradangan (Dalimunte, 2006).
2.3.5. Stain gigi
Pewarnaan pada gigi terjadi melalui 3 cara : (1) stain melekat
langsung pada permukaan gigi melalui Acquired Pelicle, (2) stain
mengendap pada kalkulus dan deposit lunaak, dan (3) stain bersatu
dengan struktur gigi dan bahan tambal. Stain yang melekat langsung
pada permukaan gigi dan stain yang mengendap pada kalkulus dapat
dihilangkan dengan cara di skeling dan dipoles (Dalimunte, 2006).
2.3.6. Kalkulus
Kalkulus merupakan massa yang mengalami kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, serta objek lainnya di
dalam mulut, seperti restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus jarang
ditemukan pada gigi susu dan sering ditemukan pada gigi permanen
anak usia muda. Meskipun demikian, pada anak usia 9 tahun, kalkulus
sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada
hampir seluruh rongga mulut individu dewasa (Dalimunte, 2006).
Kalkulus subgingival adalah kalkulus yang berada dibawah
batas gingiva margin, biasanya pada daerah gingiva dan tidak dapat
terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan
perluasannya harus dilakukan probing, biasanya padat dan keras,
berwarna cokelat tua atau hijau kehitam – hitaman, konsistensinya
seperti kepala korek api, dan melekat erat ke permukaan gigi
(Dalimunte, 2006).

 Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor lokal


Peradangan gingiva oleh karena faktor lokal adalah termasuk jenis
anatomi dan perkembangan gigi, karies, faktor iatrogenik, gigi malposisi,
bernapas melalui mulut, overhanging, gigitiruan sebagian, kurangnya
attached gingiva, dan resesi (Kumar, 2008).
Keparahan perdarahan bergantung pada intensitas peradangan.
Dinding pembuluh darah berkontraksi, aliran darah berkurang, trombosit
darah melekat pada tepi jaringan, dan fibrous terbentuk mengalami
kontraksi dan menyebabkan tepi gingiva mengalami peradangan.
Perdarahan pada gingiva disebabkan oleh peradangan dan dapat terjadi
secara spontan pada gingiva. Laserasi gingiva oleh karena bulu sikat gigi
selama penyikatan gigi secara agresif dapat menyebabkan perdarahan
gingiva bahkan pada kondisi tanpa adanya penyakit gingiva. Sensasi
terbakar pada gingiva dari makanan panas atau kimia juga dapat
meningkatkan perdarahan pada gingiva (Kumar, 2008).

 Peradangan gingiva yang disebabkan oleh perubahan sistemik.


Pada beberapa gangguan sistemik, perdarahan gingiva terjadi
secara spontan setelah iritasi. Kondisi tersebut akibat perdarahan abnormal
pada kulit, organ internal, dan jaringan lain, termasuk mukosa rongga
mulut. Pengaruh terapi, kontrasepsi oral, kehamilan, dan siklus menstruasi
juga dilaporkan sebagai faktor yang mempengaruhi perdarahan pada
gingiva (Kumar, 2008).
Beberapa medikasi juga telah ditemukan memiliki pengaruh negatif
pada gingiva. Sebagai contoh, antikonvulsan, antihipertensi berupa calcium
channel blocker, dan obat imunosupresan diketahui menyebabkan
pembesaran gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan gingiva sekunder.

 Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor hormon


Perubahan hormon seksual berlangsung semasa pubertas dan
kehamilan, keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva
yang merubah respons terhadap produk-produk plak (I Dewa,2013).
Pada masa pubertas insidensi peradangan gingiva mencapai
puncaknya dan perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol plak tetap tidak
berubah. Plak dapat menyebabkan peradangan yang hebat pada masa
pubertas yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan. Bila
masa pubertas sudah lewat, peradangan cenderung reda dengan sendirinya
tetapi tidak dapat hilang kecuali bila dilakukan pengkontrolan plak yang
adekut (Rajgopal,2013).
 Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor nutrisi
Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva
tampak bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C.
Kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan
kemampuan inang melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh berupa
radikal oksigen (Rajgopal,2013).

 Gingivitis yang disebabkan oleh faktor non-plak


Penyakit Gingiva yang Berasal dari Bakteri Spesifik
Peradangan gingiva dapat terjadi ketika faktor patogen yang
berhubungan dengan non-plak melebihi peranan dari respon daya tahan
host. Lesi dapat disebabkan oleh bakteri dan mungkin tidak disertai oleh
lesi ditempat lain pada tubuh. Contoh umum dari lesi tersebut yang
berkaitan dengan infeksi melalui Neisseria gonorrhea, Treponema
pallidum, Sttreptococci, Mycobacterium chelonae atau organisme lain.
Manifestasi dari lesi gingiva nampak ulserasi berwarna merah terang
yang edematous dan sangat sakit, asimptomatik atau mucous patches,
atau gingivitis atypical non ulserasi, peradangan gingiva yang parah.
Biopsy dilakukan melalui pemeriksaan mikrobiologi untuk
menunjukkan riwayat lesi (Rajgopal,2013).

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Virus


Infeksi Virus Herpes
Infeksi virus dikenal sebagai penyebab peradangan gingiva yang
utama adalah virus herpes : virus herpes simplex type 1 dan 2 serta virus
varicella-zooster. Virus ini biasanya menyerang tubuh manusia sejak
kanak-kanak dan dapat berkembang menjadi penyakit mukosa rongga
mulut yang diikuti dengan periode laten dan terjadi reaktivasi
(Rajgopal,2013).
Gingivostomatitis Herpetika Primer
Infeksi herpes simplex adalah infeksi virus yang paling umum.
Herpes simplex adalah virus DNA dengan derajat infeksi rendah, dimana
setelah memasuki epitel mukosa oral, menembus ujung saraf dan dengan
transportasi retrograde melalui reticulum endoplasmatik menuju ke
ganglion trigeminal dimana virus tersebut dapat menetap selama bertahun-
tahun. Virus ini juga telah diisolasi pada lokasi diluar saraf seperti
gingival. Virus herpes simplex dapat berperan pada erythema multiforme.
Telah ditemukan virus herpes simplex pada gingivitis, acute necrotizing
gingivitis, dan periodontitis (Rajgopal,2013).

Herpes Zooster
Virus varicella zoster menyebabkan varicella sebagai infeksi primer
yang sembuh dengan sendirinya. Terutama terjadi pada anak- anak dan
reaktivasi dari virus pada usia dewasa menyebabkan herpes zoster.
Manifestasi keduanya dapat melibatkan gingiva. Chicken pox disertai
dengan demam, malaise dan skin rash. Lesi intraoral adalah ulser kecil
biasanya pada lidah, palatum dan gingiva. Virus tetap berada dalam
ganglion akar dorsal dimana virus dapat direaktivasi bertahun-tahun setelah
infeksi primer. Reaktivasi selanjutnya mengakibatkan herpes zoster, dengan
lesi unilateral setelah saraf terinfeksi. Secara normal reaktivasi
mempengaruhi ganglia thoracic pada orang tua atau pasien
immunocompromised. Reaktivasi virus yang berasal dari ganglion
trigeminal terjadi sekitar 20%. Jika percabangan kedua atau ketiga dari saraf
trigeminal terlibat, peradangan kulit juga dapat muncul bersama dengan
peradangan intraoral, atau hanya terjadi peradangan intraoral, sebagai
contohnya adalah peradangan yang timbul pada palatum gingiva
(Rajgopal,2013).
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Jamur
Infeksi jamur pada mukosa oral mencakup penyakit seperti infeksi
aspergillosis, blastomycosis, candidosis, coccidioidomycocis,
cryptococcosis, histoplasmosis, mucormycosis dan
paracoccidioidomycosis, tetapi beberapa infeksi sangat jarang dan tidak
semua infeksi tersebut bermanifestasi sebagai peradangan gingiva
(Rajgopal,2013).

Candidosis
Variasi spesies candida ditemukan berasal dari mulut manusia
termasuk C. Albicans, C. Glabrata, C. Krusei, C. Tropicalis, C.
Parapsilosis, dan C. Guillermondii. Jamur ini hidup normal dalam kavitas
oral tetapi juga suatu patogen opportunistik. Prevalensi oral carriage dari
C. Albicans pada orang dewasa sehat sekitar 3%-48%, variasi yang besar
terjadi karena perbedaan pada sampel populasi dan prosedur yang
digunakan. Proporsi C. Albicans pada populasi jamur dalam rongga mulut
dapat mencapai sekitar 50-80%, dan sejauh ini infeksi jamur pada mukosa
oral yang paling sering adalah candidosis yang disebabkan oleh organisme
C. Albicans. Infeksi oleh C. Albicans biasanya terjadi sebagai konsekuensi
dari berkurangnya sistem pertahanan tubuh termasuk immunodefisiensi,
berkurangnya sekresi saliva merokok dan perawatan dengan kortikosteroid.
Gangguan flora mikroba oral, seperti setelah terapi dengan antibiotik
berspektrum luas, yang dapat menyebabkan oral candidosis
(Rajgopal,2013).
Linear Gingival Erythema
Linear Gingival Erythema (LGE) dianggap suatu manifestasi
gingival dari immunosupression yang ditandai dengan linear
erythematousband yang terdapat pada free gingiva (Rajgopal,2013).
LGE ditandai oleh ketidakseimbangan intensitas peradangan
terhadap jumlah plak yang ada. Tidak ditemukan adanya poket atau
hilangnya attachment. Karakteristik dari tipe peradangan ini adalah
peradangan tidak merespon secara baik pada peningkatan oral higiene atau
skeling. Perluasan gingival banding yang diukur berdasarkan jumlah daerah
yang terlibat yang telah terbukti bergantung pada penggunaan tembakau.
Sementara 15% dari daerah yang terlibat mengalami perdarahan saat
probing dan 11% nampak perdarahan spontan, tanda khas dari LGE
dianggap sebagai berkurangnya perdarahan (Rajgopal,2013).

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Faktor Genetik


Hereditary Gingival Fibromatosis
Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival
fibromatosis), dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti
phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines.
Peradangan tergantung pada perluasan plak. Hyperplasia gingiva dapat
berasal dari faktor genetik. Peradangan tersebut dikenal sebagai hereditary
gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang
ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang- kadang menutupi
sebagian besar permukaan, atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa
tergantung dari pengangkatan plak secara efektif (Rajgopal,2013).

2.4. Gambaran Klinis


Secara umum, gambaran klinis gingivitis adalah adanya tanda klinis
berikut: kemerahan, perdarahan akibat stimulasi, perubahan kontur, adanya
plak atau kalkulus dan secara radiografi tidak ditemukan kehilangan tulang
alveolar. Pemeriksaan histologi jaringan gingiva yang mengalami
peradangan menunjukkan ulserasi epitel. Keberadaan radang memberikan
pengaruh negatif terhadap fungsi epitel sebagai pelindung. Perbaikan
ulserasi epitelium ini bergantung pada aktivitas proliferative atau
regenerative sel epitel (Rajgopal,2013).
Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema, edema,
dan pembesaran hiperplastik. Daerah anterior menunjukkan kondisi yang
lebih parah dengan adanya gigi yang berjejal ringan, dan bernapas melalui
mulut. Pada saat probing tidak terdapat kehilangan perlekatan, dan poket
tidak terdapat di daerah cementoenamel junction (Rajgopal,2013).
2.5. Karakteristik Gingivitis
2.5.1. Perubahan Warna Gingiva
Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk jumlah dan
ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi, dan pigmen di
dalam epitel. Perubahan warna merupakan tanda klinis dari penyakit
pada gingiva. Warna gingiva normal adalah merah muda coral dan
dihasilkan oleh vaskularitas jaringan dan lapisan epitel.Vena akan
memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan warna
gingiva akan memberikan kontribusi pada proses peradangan.
Perubahan terjadi pada papilla interdental dan margin gingiva, dan
menyebar pada attached gingiva (Rajgopal,2013).
2.5.2. Perubahan Konsistensi
Baik kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada
konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Seperti yang
dinyatakan bahwa pada gingivitis kronis, perubahan destruktif atau
edema dan reparative atau fibrous terjadi secara bersamaan, dan
konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan
(Dalimunte, 2006).
2.5.3. Perubahan Klinis dan Histopatologis
Pada peradangan gingiva, perubahan histopatologi
menyebabkan perdarahan gingiva akibat dilatasi, pembengkakan
kapiler, dan penipisan atau ulserasi epitel. Karena kapiler
membengkak dan menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis,
epitelium kurang protektif, dan stimuli yang secara normal tidak
melukai dapat menyebabkan rupture pada kapiler dan perdarahan
gingiva (Dalimunte, 2006).
Permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa
disebut sebagai stippling. Stippling terbatas pada attached gingiva dan
secara dominan terdapat pada daerah subpapila, tetapi meluas sampai
ke papilla interdental. Secara biologis stippling pada gingiva tidak
diketahui, beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kehilangan
stippling merupakan tanda awal dari terjadinya gingivitis. Pada
peradangan kronis, permukaan gingiva halus dan mengkilap atau
kaku, tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik (Dalimunte,
2006).
2.5.4 Perubahan Posisi Gingiva
Salah satu gambaran pada penyakit gingiva adalah adanya lesi
pada gingiva. Lesi traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik atau termal
merupakan lesi yang paling umum pada rongga mulut. Lesi akibat
kimia termasuk karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol,
dan bahan endodontik. Lesi karena fisik termasuk bibir, rongga mulut,
dan tindik pada lidah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi
karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang panas.
Pada kasus akut, epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi, dan
eritema merupakan gambaran umum. Sedangkan pada kasus kronis,
terjadi dalam bentuk resesi gingiva (Dalimunte, 2006)
2.5.4. Perubahan Kontur gingiva
Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan
pembesaran gingiva, tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi
pada kondisi yang lain (Kumar, 2008)
Ketika resesi ke apikal, celah menjadi lebih lebar, dan meluas
ke permukaan akar. Ketika lesi mencapai mucogingival junction,
mukosa rongga mulut mengalami peradangan karena kesulitan untuk
mempertahankan kontrol plak yang adekuat pada daerah ini. Istilah
McCall festoon telah digunakan untuk menggambarkan penebalan
pada gingiva yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah
mencapai mucogingival junction (Kumar, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Dalimunte, S.H, Pengantar Periodontitis. Universitas Sumatera Utara Ed-1, 2006.


Medan

I Dewa Gede Sukardja. 2005. Onkologi Klinik.Edisi 2. Airlangga University


Press.Surabaya.

Langlais RP, Miller Cs, Atlas Berwarna Kelainan Rongga mulut yang Lazim.
Hipokrates, 2008. Jakarta

Leung W.K, Daniel. C, dkk. Toot Loss in Treated Periodntitis Patient Responsible
for Their Suportive Care Arragement. Journal of Clinical Periodontologi,
Ed-33, 2006. Hongkong

Kumar V, Ramzi S., Stanley R.R. 2008. Buku Ajar Patologi Kedokteran. Jakarta :
Erlangga. pp: 481-4

Rajgopal shenoy K, Nileshwar anitha. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid I. Edisi ketiga.
Karisma Publishing Group. 2013

Anda mungkin juga menyukai

  • PPK Perdoski 2017
    PPK Perdoski 2017
    Dokumen420 halaman
    PPK Perdoski 2017
    Alissa Yunitasari
    92% (12)
  • Ci
    Ci
    Dokumen73 halaman
    Ci
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • E
    E
    Dokumen1 halaman
    E
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • E
    E
    Dokumen1 halaman
    E
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Presentasi
    Presentasi
    Dokumen2 halaman
    Presentasi
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Laktasi: Kaida Irma Setyarini
    Manajemen Laktasi: Kaida Irma Setyarini
    Dokumen23 halaman
    Manajemen Laktasi: Kaida Irma Setyarini
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Demam Tyfoid Pada Anak
    Jurnal Demam Tyfoid Pada Anak
    Dokumen25 halaman
    Jurnal Demam Tyfoid Pada Anak
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • O
    O
    Dokumen4 halaman
    O
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Tasbih Cinta Dokter Solehah - Cerpen
    Tasbih Cinta Dokter Solehah - Cerpen
    Dokumen5 halaman
    Tasbih Cinta Dokter Solehah - Cerpen
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • To
    To
    Dokumen1 halaman
    To
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Lapkas RM Fix
    Lapkas RM Fix
    Dokumen49 halaman
    Lapkas RM Fix
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Lapkas OA
    Lapkas OA
    Dokumen32 halaman
    Lapkas OA
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • DIAGNOSIS
    DIAGNOSIS
    Dokumen21 halaman
    DIAGNOSIS
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Kilau Permata Di Tengah Belantara Cycloop
    Kilau Permata Di Tengah Belantara Cycloop
    Dokumen11 halaman
    Kilau Permata Di Tengah Belantara Cycloop
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Adzan Selamatkan Nyawa Seorang Guru
    Adzan Selamatkan Nyawa Seorang Guru
    Dokumen2 halaman
    Adzan Selamatkan Nyawa Seorang Guru
    Kaida
    Belum ada peringkat
  • Di Banding Kan
    Di Banding Kan
    Dokumen1 halaman
    Di Banding Kan
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Adzan Selamatkan Nyawa Seorang Guru
    Adzan Selamatkan Nyawa Seorang Guru
    Dokumen2 halaman
    Adzan Selamatkan Nyawa Seorang Guru
    Kaida
    Belum ada peringkat
  • Abortus
    Abortus
    Dokumen9 halaman
    Abortus
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Yang Penting
    Yang Penting
    Dokumen1 halaman
    Yang Penting
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Spiral
    Spiral
    Dokumen1 halaman
    Spiral
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Efektivitas
    Efektivitas
    Dokumen1 halaman
    Efektivitas
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • JURNAL-IRMA Fix
    JURNAL-IRMA Fix
    Dokumen28 halaman
    JURNAL-IRMA Fix
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Ter Lalu
    Ter Lalu
    Dokumen1 halaman
    Ter Lalu
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Olus
    Olus
    Dokumen1 halaman
    Olus
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Menekan
    Menekan
    Dokumen1 halaman
    Menekan
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Keuntungan
    Keuntungan
    Dokumen1 halaman
    Keuntungan
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Siklus
    Siklus
    Dokumen1 halaman
    Siklus
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Repelita
    Repelita
    Dokumen1 halaman
    Repelita
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Olus
    Olus
    Dokumen1 halaman
    Olus
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat
  • Men
    Men
    Dokumen1 halaman
    Men
    Toby Marshall
    Belum ada peringkat