Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

F 41.2 “GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik
Madya di SMF Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

Disusun oleh:

Mariani Adventiana Mangkut

2019086016411

Pembimbing :

dr. Bernd P. Manoe, Sp.KJ, M.Kes

SMF PSIKIATRI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
PAPUA
2021
Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus
dengan judul:
“Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi”

Sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Psikiatri RSJD Abepura
Fakultas Kedokteran Un iversitas Cenderawasih Jayapura

yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :
Tempat :

Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

dr. Bernd P. Manoe, Sp.KJ, M.Kes


BAB I

LAPORAN KASUS

STATUS PSIKIATRI

NO. REKAM MEDIK : 004845


NAMA PASIEN : Ny. Rimnawati Simangunsong
TANGGAL PERIKSA : 16 Februari 2021
JAM PERIKSA : 12.00 WIT
TEMPAT PERIKSA : RSJ Abepura

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

 Nama : Ny.Rimnawati Simangunsong


 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tempat, Tanggal Lahir : Parsaoran, 28-05-1970
 Umur : 51 Thn
 Status Perkawinan : Sudah Menikah
 Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
 Agama : Kristen Protestan
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Jln. Pattimura, Kel. Inaula, Kab. Mimika, Kota
Timika, Provinsi Papua
 Kesan pemeriksa / dokter terhadap keterangan yang diberikan pasien : dapat
dipercaya
 RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan anamnesis dibawah ini di peroleh dari : Autoanamnesa
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan pasien
2. Keluhan Utama
Cemas dan perasaan takut
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Polik Klinik RSJD Abepura dengan keluhan cemas dialami
sejak tahun 2014. Pasien mengaku sulit tidur, terkadang sering mimpi buruk, nafsu
makan menurun, nyeri kepala dan sulit berkonsentrasi. Pada pertengahan tahun 2014
pasien mengaku mengalami gangguan di lambung, keluhan berupa nyeri di perut kiri
atas disertai mual. Beberapa minggu kemudian pasien mengaku takut ketika
mendengar suara sirine ambulans, rasa takut tersebut terjadi begitu saja. Karena
gangguan lambung yang dialami pasien semakin memburuk kemudian pasien
memutuskan untuk berobat di RS Siloam dan didiagnosa dengan GERD. Kemudian
setelah berobat, pasien mengatakan bahwa keluhan gangguan lambung dan takut
mendengar suara sirine ambulans menghilang. Tetapi perasaan cemas tetap dirasakan
pasien hingga sekarang. Pasien saat ini merasa cemas karena pasien takut tidak dapat
membesarkan anaknya hingga sukses dan pasien merasa dirinya nanti akan meninggal
dunia sebelum anaknya sukses, lantaran anak pasien masih sekolah di sekolah
menengah dan umur pasien sudah cukup tua. Setiap pasien bercerita tentang masa
depan anaknya, pasien menangis. Pasien juga sering mengeluh cemas sejak gejala
gangguan lambungnya muncul kembali tahun lalu, pasien mengeluh cemas akan
kesehatannya yang tidak kunjung sembuh. Perasaan-perasaan inilah yang membuat
pasien merasakan sulit tidur.
Pasien tidak memiliki riwayat mendengar suara atau hal-hal yang
mengomentari tentang dirinya ataupun merasa seperti ada yang memerintah atau
mengendalikan dari luar dirinya. Pasien sekarang beraktifitas seperti biasanya, tapi
ketika gangguan lambung muncul pasien beristirahat dan mengonsumsi obat penurun
asam lambung.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Trauma kepala sampai masuk RS disangkal
2. Riwayat berobat ke dokter spesialis jiwa disangkal
3. Riwayat berobat ke dokter spesialis penyakit dalam dengan GERD
4. Riwayat penyakit terdahulu GERD tahun 2014 (+), malaria tahun 2020 (+)
5. Riwayat penggunaan zat psikoaktif/alkohol: pasien menyangkal penggunaan zat
psikoaktif.

5. Riwayat Keluarga Pasien


Menurut pasien bahwa tidak ada yang sakit seperti pasien didalam anggota keluarga.

Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :

Pasien dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dengan status ekonomi
cukup. Ayah dan Ibu pasien meninggal tahun 2016 dan 2018. Pasien merupakan anak
ke 4 dari 6 bersaudara. Pasien tinggal merantau dan bertemu suami di kota Timika.

6. Riwayat Kehidupan Pribadi


- Riwayat prenatal: pasien mengaku dilahirkan secara normal oleh bidan dan tidak
ada kelainan.
- Pasien pada masa kanak-kanak dan remaja: pasien merupakan anak yang baik dan
percaya diri dan memiliki banyak teman.
- Riwayat pekerjaan: pasien merupakan ibu rumah tangga yang mengerjakan
kebutuhan harian bagi keluarga.
- Riwayat pernikahan: Pasien sudah menikah. Pasien memiliki seorang suami dan
memiliki dua anak perempuan. Pasien mengalami dua kali keguguran pada tahun
2006 dan 2013
- Pasien dikenal sebagai orang yang baik di lingkungan sekitarnya.

7. Hubungan Dengan Keluarga


Hubungan dengan keluarga baik. Ayah pasien adalah seorang majelis yang sudah
meninggal pada tahun 2018. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang juga sudah
meninggal pada tahun 2016. Tidak ada riwayat dalam anggota keluarga pasien yang
menderita gejala yang sama.

8. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya


Pasien tahu kalau dirinya sedang sakit dan pasien mengetahui alasan untuk datang ke
Poli RSJD Abepura

9. Ide Bunuh Diri


Pasien tidak memiliki ide bunuh diri.

 STATUS GENERALIS
a. Pemeriksaan Fisik
KU : Tampak Tenang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign:
Tekanan Denyut Laju Suhu Saturasi
Darah Nadi Nafas Tubuh Oksigen
(mmHg) (kali/menit (kali/menit (℃) (%)
) )
117/60mmHg 106x/menit 20x/menit 36,7 98%

Kulit : Warna kulit coklat, Anemis (-), Ikterus (-)


Kepala : Normocephal, rambut, jejas (-)
- Mata : Congjungtiva anemis (-), Sklera iketik
(-), secret mata (-)
- Hidung : Tidak Ada Kelainan
- Mulut dan tenggorokan : Tidak Ada Kelainan
Leher
- JVP : Tidak Ada Kelainan
- Struma : Tidak Ada Pembesaran
- KGB : Pembesaran KGB (-)
Thorakrs
- Paru-paru : Simetris, retraksi (-), ikut gerak nafas,
Rhonki (-|-), wheezing (-|-)
- JantunG : Tidak Ada Kelainan
Abdomen : Tidak Ada Kelainan
Genitalia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Ekstremitas : Akral Hangat

b. Pemeriksaan Laboratorium:
Tidak dievaluasi

 STATUS PSIKIATRIKUS

1. Kesadaran Compos Mentis Pasien sadar penuh dan dapat menjawab


setiap pertanyaan yang diberikan.
Keadaan Umum Tampak Tenang

2. Orientasi Orang: Baik Pasien mampu mengenali orang sekitarnya

Tempat: Baik Pasien mengatakan ini adalah rumah pasien

Waktu: baik Pasien menyebutkan bulan dan tahun


dengan tepat.
3. Penampilan Tampak terurus, Pasien dengan keadaan terurus (rapi), postur
menggunakan agak tegap, berpakaian wajar (menggunakan
pakaian sesuai usia kaos hitam dan celana panjang )
pasien

4. Roman Sesuai
muka
5. Perilaku Kontak: ada Pasien mengadakan kontak dengan melihat
terhadap mata.
pemeriksa Rapport: adekuat Pasien mampu menjawab pertanyaan yang
ditanyakan dan sesuai dengan pertanyaan

Sikap terhadap Pasien menjawab pertanyaan yang di ajukan


pemeriksa: penanya.
kooperatif

6. Atensi Baik Pasien fokus kepada pertanyaan yang


diberikan dan menjawabnya dengan baik

7. Bicara Artikulasi: Jelas Intonasi ucapan terdengar jelas

Kecepatan bicara: Pasien berbicara tidak cepat, tampak tidak


normal mengalami kesulitan menjelaskan apa yang
ia rasakan.

8. Emosi Mood labil

Afek labil

9. Persepsi Ilusi: tidak ada

Halusinasi: tidak
ada

10. Pikiran Bentuk: realistic Pasien berpikir sesuai kenyataan yang ada

Isi (waham): tidak


ada

11.Memori & Konsentrasi: baik Saat ditanya pasien mampu menjawab


fungsi pertanyaan dengan tepat
kognitif Memori: Baik Saat ditanya pasien dapat mengingat
kejadian saat ini maupun masa lalu dengan
baik

12. Tilikan Tilikan VI Menyadari sepenuhnya tentang situasi


dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan.

2 FORMULASI DIAGNOSIS

Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis, paseien merupakan pasien baru di RSJD Abepura.
Dari pemeriksaan status mental dan pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa pasien
mengalami gangguan tidur/sulit tidur, kecemasan/kekwatiran yang berlebihan,
merasa takut, merasa sedih, kadang menangis, nafsu makan menurun dan konsentrasi
menurun. Pasien digolongkan dalam gangguan jiwa non psikotik (neurotic).
Berdasarkan kriteria diagnostik PPDGJ III, pasien termasuk kedalam gangguan F.41.2
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

Aksis II
Tidak ada

Aksis III
GERD

Aksis IV
Tidak ada

Aksis V
GAF Scale 80-71 : Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, dll.

Diagnosis banding
 Gangguan panik
 Gangguan cemas menyeluruh
 Gangguan depresif ringan

Diagnosis multiaxial
- AKSIS I : F.41.2 : Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
- AKSIS II : Tidak ada
- AKSIS III : GERD
- AKSIS IV : Tidak ada
- AKSIS V : GAF Scale 80-71

3 RENCANA TERAPI
Pada saat ini pasien menjalani perawatan rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Abepura. Terapi
yang diberikan kepada pasien ini adalah :
1. Farmakoterapi
 Alprazolam 0,5mg 2x1 (0 - ½ - 1)
 Lorazepam (Merlopam) 0,5mg 1x1 (1 - 0 - 0)
 Fluoxetine (Elizac) 10mg 1x1 (1 - 0 - 0)
 Vitamin B6 10mg 1x1 (1 - 0 - 0)

2. Psikoedukasi
Dengan cara mengedukasi pasien atau memberikan informasi untuk minum
obat teratur dan tepat waktu serta efek samping obat. Memberikan informasi tentang
penyakit yang diderita berisi tanda dan gejala yang mungkin timbul.

4 PROGNOSIS
 Prognosis ad vitam : dunia ad bonam
 Prognosis ad sanationam : dubia ad bonam
 Prognosis ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan campuran anxietas dan depresi merupakan gejala kecemasan dan
depresi yang bermakna secara klinis tetapi tidak memenuhi kriteria gangguan mood
spesifik.2 Kombinasi gejala depresif dan ansietas menimbulkan hendaya fungsional yang
bermakna pada orang yang mengalami gangguan ini. Keadaan ini terutama dapat banyak
ditemukan di pelayanan primer dan klinik kesehatan jiwa rawat jalan. Oponen telah
mendebat bahwa ketersediaan diagnosis dapat membuat klinisi tidak terdorong untuk
mengambil waktu yang diperlukan untuk menperoleh riwayat psikiatri yang lengkap
untuk membedakan gangguan depresif sejati dengan gangguan ansietas sejati.
Menurut Kaplan (Edisi Ke-II) anxietas merupakan gangguan psikiatri yang paling
sering ditemukan, dimana anxietas dapat mempengaruhi pikiran, persepsi dan
pembelajaran serta menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya
persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa.2
Sedangkan Menurut Utama (2014) depresi merupakan suatu gangguan perasaan
yang memiliki ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri yang rendah, menyalahkan
diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan makan. Depresi merupakan gangguan mental
yang serius yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas.3

2.2 Etiologi
Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan gejala depresif
terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalami gejala ini. Pertama. sejumlah
peneliti melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa pada gangguan depresif dan
gangguan ansietas, terutama gangguan panik, termasuk menurnpulnya respons kortisol
terhadap hormon adrenokort, kotropik, respons hormon pertumbuhan yang tumpul
terhadap klonidin (Catapres), dan respons TSH (thyroid stimulaling hormone) serta
prolaktin yang tumpul terhadap TRI I (l/iyrotropin- releasing hormone).
Kedua, sejumlah peneliti melaporkan data yang menunjukkan bahwa
hiperaktivilas sistem noradrenergk sebagai penyebab relevan pada sejumlah pasien
dengan gangguan depresif dan gangguan panik. Secara rinci, studi ini telah menemukan
adanya konsentrasi metabolit norepineprin 3-methoxy-4- hydroxyplienylglycol (MI-IPG)
yang meningkat di dalam urin, plasma, atau cairan serebrospinalis (CSF) pada pasien
dengan depresi dan gangguan panik yang sedang aktif mengalami serangan panik.
Seperti pada gangguan ansietas dan gangguan depresif lain, serotonin dan asam y-
aminobutirat (GABA) .juga mungkin terlibat sebagai penyebab di dalam gangguan
campuran ansietas depresif.
Ketiga, banyak studi menemukan bahwa obat serotonergik, seperti fluoxetine
(Prozac) dan clomipramine (Anafranil), berguna dalam terapi gangguan depresif dan
ansietas.
Keempat, sejumlah studi keluarga melaporkan data yang menunjukan bahwa
gejala ansietas dan depresi berhubungan pada secara genetik sedikitnya beberapa
keluarga.

2.3 Epidemiologi
Keberadaan gangguan depresif berat dan gangguan panic secara bersamaan lazim
ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif memiliki gejala ansietas yang
menonjol, dan dua pertiganya dapat memenuhi kriteria diagnostik gangguan panic.
Peneliti telah melaporkan bahwa 20 sampai 90 persen pasien dengan gangguan panic
memiliki episode gangguan depresif berat. Data ini mengesankan bahwa keberadaan
gejala depresif dan ansietas secara bersamaan, tidak ada diantaranya yang memenuhi
kriteria diagnostic gangguan depresif atau ansietas lain dapat lazim ditemukan. Meskipun
demikian, sejumlah klinisi dan peneliti memperkirakan bahwa pravelensi gangguan ini
pada populasi umum adalah 10 persen dan di klinik pelayanan primer sampai tertinggi 50
persen, walaupun perkiraan konservatif mengesankan pravelrnsi sekitar 1 persen pada
populasi umum.2

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala cemas 2

Tanda fisik Gejala psikologik


 Gemetar, renjatan, rasa goyah  Rasa takut
 Nyeri punggung dan kepala  Sulit konsentrasi
 Ketegangan otot  Hypervigilance/siaga berlebih
 Nafas pendek , hiperventilasi  Insomnia
 Mudah lelah  Libido turun
 Sering kaget  Rasa mengganjal ditenggorok
 Hiperaktivitas autonomic :  Rasa mual diperut
- Wajah merah dan pucat
- Takikardia, palpitasi
- Berpeluh
- Tangan rasa dingin
- Diare
- Mulut kering
- Sering kencing

Menurut pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke 3 (PPDGJ


III), gejala depresi antara lain:
Gejala utama:
 Afek Depresi
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja yang sedikit) dan menurunnya aktifitas.
Gejala lainnya dapat berupa:
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang

2.5 Diagnosis
Untuk menengakkan diagnosis gangguan campuran anxietas dan depresi, pasien
harus memenuhi kriteria DSM-IV-TR atau ICD X.

Berdasarkan DSM-IV-TR

1. Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan setidaknya 1 bulan
2. Mood disforik disertai empat atau lebih gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :
a. kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
b. gangguan tidur
c. lelah atau energi rendah
d. iritabilitas
e. khawatir
f. mudah menangis
g. antisipasi hal terburuk
h. tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
i. harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
3. Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya dalam
area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi lain
4. Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat ( cth,penyalahgunaan oba
t, pengobatan) atau keadaan medis umum
Semua hal berikut ini :
1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat, gangguan
distimik:gangguan panic, atau gangguan ansietas menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain (termasuk
gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III


1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menun
jukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. U
ntuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak teru mener
us, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus dipertimbang
kan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan m
asing-masing diagnosis tersebut dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tid
ak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis
maka gangguan depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka h
arus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.4

2.6 Tatalaksana
1. Farmakoterapi
a. Anti-ansietas
Golongan Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosi
s terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan
dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek
yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan denga
n masa tapering off selama 1-2 minggu.
Contoh obat yang termasuk dalam golongan Benzodiazepin :
- Alprazolam, sediaan 0,5-1 mg tablet, dosis anjuran 0,25 – 4 mg/hari, efektif un
tuk anxietas tipe antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai ko
mponen efek anti-depresi.
- Diazepam, sediaan 2-5 mg tablet, dengan dosis anjuran 2,5-40 mg. Ampul 10
mg/2cc dengan dosis anjuran injeksi 5-10 mg (im/iv) max 30 mg/hari
- Lorazepam, Merlopam sediaan 0,5-2 mg tablet, dosis anjuran 2-6 mg/h
- Clobazam, sediaan 10 mg, dosis anjuran 20-30 mg/hari
b. Anti-depresi
Mekanisme kerja obat Anti-depresi yaitu menghamat “re-uptake aminergic neurot
ransmitter”, menghambat penghancuran oleh enzim “Monoamine Oxidase”, sehin
gga terjad peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps ne
uron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.
- Amitriptyline, sediaan 25 mg dengan dosis anjuran 75-300mg/h
- Fluoxetine, Elizac sediaan 20 mg cap dengan dosis anjuran 10-40 mg/h
- Sertraline, sediaan 50 mg, dosis anjuran 50-150 mg/h

2. Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan b
elum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosi
al dan pekerjaannya3.

3. Psikoterapi Berorientasi Tilikan. Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyi
ngkapan konflik bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pa
sien. Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat
memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tida
k tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosi
al dan pekerjaannya

2.7 Prognosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin berlangsu
ng seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset,durasi gejala dan perkembangan
komorbiditas gangguan cemas dan depresi.3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bagaimana cara mendiagnosa pasien dalam kasus diatas?


Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2) merupakan gejala-gejala
anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala
yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa
gejala otonomik, harus ditemukan walaupun harus tidak terus menerus, disamping rasa
cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Untuk dapat menegakkan diagnosis anxietas dan depresi berdasarkan PPDGJ III,
maka pasien harus memiliki gejala – gejala berupa :
 terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak
terus menerus disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan
 bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan maka harus
dipertimbngkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan ma
sing-masing diagnosis tersebut dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak
dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis ma
ka gangguan depresif harus diutamakan.
 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka har
us digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian

Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan psikiatri pada pasien didapatkan gej


ala-gejala anxietas dan depresi yakni berupa pasien mengalami gangguan tidur/sulit tidur,
kecemasan/kekhawatiran yang berlebihan serta merasa jenuh saat bekerja. Gejala-gejala i
ni berlangsung hampir setiap hari dan tidak terbatas pada situasi tertentu saja.
Dari hasil pemeriksaan status mental pasien ditemukan gejala anxietas dan depres
i yang masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat dan tidak dit
emukan gangguan isi pikir dan gangguan realitas sehingga pasien didiagnosis dalam kate
gori Gangguan campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)

3.2 Rencana terapi yang diberikan kepada pasien ?


Terapi psikofarmaka yang diberikan pada pasien ini yaitu :
 Alprazolam 0,5mg 2x1 (0 - ½ - 1)
 Lorazepam (Merlopam) 0,5mg 1x1 (1 - 0 - 0)
 Fluoxetine (Elizac) 10mg 1x1 (1 - 0 - 0)
 Vitamin B6 10mg 1x1 (1 - 0 - 0)
Rencana terapi pada kasus ini sudah tepat karena pemberian obat disesuaikan
berdasarkan keluhan.

Alprazolam 0,5 mg 2x1


 Sediaan: 0,25 mg, 0,5 mg dan 1 mg
 Mekanisme kerja: Alprazolam merupakan obat anti-anxietas yang efektif untuk
anxietas antisipatorik “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek
anti-depresi. Alprazolam adalah obat short-acting kuat dari kelas benzodiazepine.
Bekerja dengan cara mengikat situs spesifik pada reseptor GABA. Hal ini terutama
digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan sedang sampai berat dan serangan
panik. Obat diberikan secara peroral, absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan,
sehingga dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Dosis alprazolam untuk dewasa
yang efektif diberikan adalah 1 x 0,5 mg-4 mg/hari. Penggunaan Alprazolam
kemudian di evaluasi selama 4 minggu. Apabila membaik, maka pemberian obat
dapat dikurangi hingga 50% dosis awal untuk tappering off. 1

Lorazepam (Merlopam)
 Sediaan: 0,5mg, 1mg dan 2 mg
 Mekanisme kerja: lorazepam adalah sebagai agonis GABA. Efek terapi lorazepam
timbul dengan meningkatkan permeabilitas neuron terhadap ion Cl di sistem saraf
pusat, sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan stabilisasi. Lorazepam efektif
bekerja sebagai anti ansietas dan anti agitasi. Lorazepam bekerja sebagai hipnosis
sedatif kerja cepat dengan meningkatkan kerja GABA yang merupakan
neurotransmitter inhibitor utama dalam sistem saraf pusat.

Fluoxetine (Elizac)
 Sediaan: 10mg dan 20 mg
 Mekanisme kerja: Fluozatine digunakan untuk membantu mengobati depresi,
gangguan obsesif kompulsif, sindrom pramenstruasi (premenstrual dysphoric
disorder), gangguan makan (bulimia), dan serangan panik berlebihan.

Vitamin B6
 Sediaan: 10mg
 Mekanisme kerja: Vitamin B6 bertanggungjawab terhadap pembentukan
neurotransmitter yang esensial bagi fungsi sistem saaraf. Neurotransmitter tersebut
antara lain serotonin, melatonin, epinephrine, norepinephrine dan GABA. Vitamin B6
mengonversi triptofan menjadi serotonin yang dapat menurunkan gangguan
kecemasan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Gangguan cemas dan depresi memiliki ciri yang tersendiri, tergantung apa yang terda
pat pada penderita yang mengalaminya.
2. Kaplan (2010) menyebutkan gangguan campuran anxietas dan depresi merupakan
gambaran pasien dengan keadaan gejala ansietas dan depresif yang tidak memenuhi
kriteria diagnostik gangguan ansietas atau gangguan mood
3. Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas dan depresi ;
 Kriteria diagnostik DSM-IV atau ICD X yaitu terdapat gejala-gejala anxietas
maupun depresi, dimana masing masing tidak menunjukan rangkaian gejala yang
cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas beberapa
gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus disamping rasa
cemas atau kekhawatiran berlebihan
 bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan maka harus
dipertimbngkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
4. Tata laksana berupa rawat jalan, psikoterapi dan sosioterapi
5. Prognosis gangguan cemas dan depresi adalah dubia ad bonam

4.2 Saran
1. Bagi penulis
Lebih memahami tanda dan gejala serta tatalaksana awal pasien gangguan cemas dan
depresi.
2. Bagi pasien dan keluarga
Membangun kepercayaan dan mengontrol pengobatan pasien agar tidak putus obat.
3. Bagi masyarakat
Segera mengonsultasikan diri atau lingkungan sekitar ke Spesialis Kedokteran jiwa,
jika didapatkan perubahan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III DSM-V,
Cetakan Kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta.
2. Kaplan-Saddock. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2.
Jakarta:Binarupa Aksara Publisher, 2010
3. Utama, Hendra. 2014. Buku Ajar Psikiatri, Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
4. Maslim, Rusdi. 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Cetakan
Keempat. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta.
5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia. Farmakologi
dan Terapi Edisi 5. 2008. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai