Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN KASUS

RUDAPAKSA TUMPUL ( Luka Robek, Luka Lecet dan Luka Memar)


Dugaan Peristiwa Tindak Pidana : Persetubuhan Anak di Bawah Umur

TIM KERJA :
1. Fitri Syawalia Anzali, S.Ked 11 2021235
2. Hendry Ivan Nathaniel, S.Ked 112021266
3. Teresa Evita Berhitu, S.Ked 112021286
4. Indrah Nur Anggi, S.Ked 112022002

Pembimbing : dr. Septia Eva Lusiana Sp.F

KETERAMPILAN KLINIK STASE FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RS BHAYANGKARA LAMPUNG UNIVERSITAS UKRIDA
PERIODE : 28 AGUSTUS – 30 SEPTEMBER 2023
I PEMICU / SKENARIO KASUS
Telah diantar oleh penyidik yang masih merupakan masih anggota keluarga dengan
pasien, seorang korban bernama NAS, jenis kelamin perempuan, umur 14 tahun 6
bulan, ke IGD RS Bhayangkara Lampung pada hari Rabu, 30/08/2023, sekitar pukul
09.00 WIB. Saat korban diterima dengan menyertakan Surat Permintaan Visum et
Repertum (VeR). VeR diterima oleh RS Bhayangkara Lampung dari Penyidik
POLRI direktorat reserse criminal umum lampung selatan dengan nomor surat
B/1405/VIII/RES.1.24./2023/Ditreskrimun.
Menurut keterangan surat permintaan VeR, anak tersebut menjadi korban perbuatan
cabul terhadap anak di bawah umur.
II. SURAT “PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM” (SPV)
Analisa SPV :
1. Terdapat logo instansi pengirim terkait.
2. Terdapat tempat, tanggal, bulan, dan tahun
dibuatnya Surat Permintaan Visum
3. Terdapat nama jabatan pimpinan/direktur rumah
sakit
4. Tidak terdapat dasar rujukan hukum “tindak
pidana pencabulan anak dibawah umur”
5. Terdapat identitas korban
6. Terdapat kronologis waktu dan tempat kejadian
7. Terdapat waktu laporan ke POLSEK Kedaton
II. SURAT “PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM” (SPV)

8. Terdapat penjelasan maksud dan tujuan surat


tersebut diberikan, permintaan sesuai
dengan kasus yang akan diselidiki atau untuk
pemeriksaan visum
9. Terdapat keterangan penyidik seperti
tandatangan, cap dan jabatan penyidik.
10. Terdapat nama petugas, jabatan petugas,
tanggal/jam dan tandatangan serta cap
III. SURAT “PERSETUJUAN
TINDAKAN MEDIK” (PTM)

• Foto surat keterangan


medik
IV. DATA REKAM MEDIS
1. DATA HASIL PEMERIKSAAN ANAMNESA
2. DATA HASIL PEMERIKSAAN BENDA-BENDA
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS) “TANDA
KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
5. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS) ”TANDA
KELAINAN KLINIS (SIGN)”
6. DATA HASIL PEMERIKSAAN TAMBAHAN UMUM : LABORATORIUM
KLINIS : PEMERIKSAAN DARAH, URIN DAN FEACES ATAU CAIRAN
MANI DAN PEMERIKSAAN TAMBAHAN KHUSUS : EKG, X-RAY,
ENDOSCOPI, USG, MIKROBIOLOGI, TOKSIKOLOGI DAN LAIN-LAIN
7. DATA HASIL PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN SEKSUAL
IV. DATA REKAM MEDIS
1. DATA HASIL PEMERIKSAAN ANAMNESA
A. Anamnesa DATA PRIBADI korban, keterangan diperoleh dari korban dan ayah
(Auto Allo Anamnesa) :
1. Nama : An. NAS
2. Umur : 14 tahun 6 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Warga negara : Indonesia
6. Suku : Jawa
7. Pekerjaan : Pelajar
8. Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar
9. Status pernikahan : belum menikah
10. Status di rumah tangga : anak kandung
11. Alamat tinggal : Jl. Pulau Pingkep Gg. Merpati No.9 LK.1 RT/RW 002/- Kelurahan
Sukarame Kec. Sukarame Kota Bandar Lampung
IV DATA REKAM MEDIS
1. DATA HASIL PEMERIKSAAN ANAMNESIS
A. ANAMNESA KEPADA KORBAN SECARA LANGSUNG (auto anamnesa)

• Kejadian terjadi pada hari senin tanggal 14/08/2023, kejadian pencabulan


terjadi di kelas saat jam kosong dan kelas sepi, dimana terjadi hubungan
badan penetrasi oleh pelaku yang merupakan pacar dan teman sekelas
korban, sebelumnya pasien sempat menolak tapi dirayu dan saat terjadi
penetrasi pasien tidak tahu apakah terjadi ejakulasi atau tidak di dalam
vagina, haid terakhir pasien pada tanggal 12/08/2023.
• Setelah kejadian pasien merasasakan nyeri pada area kemaluan.
• Sebelumnya tindakan asusila juga sudah pernah terjadi pada bulan desember
2023, berupa oral atau melalui mulut di sekolah.
• Kejadian selanjutnya pada bulan februari 2023, terjadi di wisata kolam renang
yang merupakan pertama kalinya terjadi penetrasi atau hubungan badan antara
pelaku dengan korban namun pasien tidak tahu apakah ada ejakulasi atau tidak,
kejadian terjadi dengan adanya rayuan dari pelaku/pacar pasien.
• Saat ini korban tidak memiliki keluhan lagi.
IV. DATA REKAM MEDIS
1. DATA HASIL PEMERIKSAAN ANAMNESA
B. Anamnesa DATA PRIBADI korban, keterangan diperoleh dari korban (Auto-
Anamnesa) :
1. Riwayat Penyakit korban dahulu : tidak ada
2. Riwayat Penyakit korban sekarang : tidak ada
3. Riwayat Penyakit keluarga : tidak ada
4. Riwayat Penggunaan obat medis dahulu : tidak ada
5. Riwayat Penggunaan obat medis sekarang : tidak ada
6. Riwayat Penggunaan obat atau zat adiktif : tidak ada
7. Riwayat Alergi terhadap zat tertentu (sebut nama obatnya) : tidak ada
8. Riwayat Bersetubuh, Hamil dan atau Abortus : tidak ada riwayat bersetubuh, tidak pernah
hamil maupun abortus
9. Riwayat Haid dan gunakan alat Kontrasepsi : haid teratur siklus 28 hari lama haid 3-4 hari,
tidak menggunakan alat kontrasepsi
10. Riwayat Penyakit Seksual : tidak ada
IV. DATA REKAM MEDIS
1. DATA HASIL PEMERIKSAAN ANAMNESA

C. Anamnesa yang dialami korban, keterangan diperoleh dari korban (Auto-Anamnesa)


:
1. Kejadian/ Peristiwa yang dialami korban : hubungan badan berdasarkan kemauan
kedua belah pihak
2. Keluhan fisik yang dirasakan oleh korban sekarang : tidak ada
3. Kesadaran korban saat peristiwa terjadi : sadar penuh
4. Aktifitas yang dilakukan korban saat peristiwa awal terjadi : saat jam Pelajaran di
sekolah
5. Respon tubuh korban saat peristiwa terjadi : korban sempat menolak kemudian dirayu
dan terbujuk oleh pelaku
6. Pengamatan korban terhadap pelaku: menurut korban, pelaku dalam keadaan sadar saat
terjadinya peristiwa (tidak dalam keadaan mabuk)
7. Pelaku : dikenal oleh korban
IV. DATA REKAM MEDIS
1. DATA HASIL PEMERIKSAAN ANAMNESA

C. Anamnesa yang dialami korban, keterangan diperoleh dari korban (Auto-


Anamnesa) :
1. Kondisi dan posisi tubuh korban sebelum peristiwa terjadi, saat peristiwa terjadi dan setelah
peristiwa terjadi : saat korban di ruang kelas dan saat jam kosong, pelaku mengajak korban dan
membujuk untuk melakukan hubungan badan walaupun korban sempat menolak tetapi pelaku
berusaha membujuk dan korban dan peristiwa terjadi hanyak beberapa menit dikarenan pelaku dan
korban was was , kemudian korban memakai celana dalam setelah kejadian dan melakukan
aktifitas di sekolah korban kemudian memakai kembali pakaiannya dan keluar dari kamar kos dan
berlari pulang.

2. Situasi di Tempat Kejadian Perkara : ruang kelas yang kosong, hanya ada korban dan pelaku

3. Pengamatan korban terhadap alat bantu atau benda yang dipakai saat peristiwa: tidak ada
IV. DATA REKAM MEDIS
1. DATA HASIL PEMERIKSAAN ANAMNESA
C. Anamnesa yang dialami korban keterangan diperoleh dari korban (Auto-Anamnesa) :
1. Hal lainnya/ pertanyaan lainnya (misal kronologis terjadinya luka2x dan persetubuhan di tubuh
korban) : Pada saat jam kosong/class meeting lokasi kelas korban dan pelaku sepi, pelaku
meminta bertemu di kelas dan terjadilah persetubuhan pelaku terhadap korban, awalnya korban
menolak namun pelaku terus merayu tanpa mengancam korban sehingga korban terbujuk dan
terjadi penetrasi. Menurut pengakuan korban, pelaku memasukan alat kelaminnya ke dalam
kelamin korban dan tidak mengetahui apakai terjadi ejakulasi atau tidak dikarenakan terburu buru
IV. DATA REKAM MEDIS
2. DATA HASIL PEMERIKSAAN BENDA-BENDA
A. PAKAIAN, PERHIASAN, BENDA YANG MELEKAT DI TUBUH
korban/KORBAN DAN BENDA LAIN YANG DIANTAR OLEH PENYIDIK
1. Pakaian yang digunakan saat peristiwa : tidak diantar oleh ayah dan penyidik
2. Benda lain di tubuh atau dekat korban : tidak ada
3. Benda lain yang diantar penyidik : didampingi penyidik.
IV. DATA REKAM MEDIS
2. DATA HASIL PEMERIKSAAN BENDA-BENDA
B. FOTO

Saat kejadian korban memakai seragam


Pakaian yang dikenakan
sekolah, baju berwarna putih dan dan rok
korban saat datang : jilbab
berwarna biru. korban lupa pakaian
hitam,baju lengan panjang
dalam yang digunakan saat kejadian.
berwarna hijau, celana
panjang berwarna coklat.
Korban memakai sandal
hitam.
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
A. PENILAIAN KEADAAN UMUM BERDASARKAN :
i. VITAL SIGN :
1) Tingkat Kesadaran : sadar penuh
2) Total Score GCS : 15
a) Eye : 4
b) Motorik : 6
c) Verbal : 5
3) Tekanan darah : 110/80 mmHg
4) Frekuansi dan Penilaian Denyut Nadi : 99 x/menit, nadi kuat angkat dan reguler
5) Frekuansi dan Penilaian Pernafasan : 20x/menit, pernapasan simetris
6) Temperatur : 36.3°C
7) Wong Baker Pain Scale: 0
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
A. PENILAIAN KEADAAN UMUM BERDASARKAN :
ii. PENILAIAN LAINNYA :
1) Keluhan :Tidak ada
2) Emosi : Stabil,
3) Status gizi (IMT) : 20 kg/m2 (normal)
4) Fungsi indera penglihatan : visus 6/6, lampang pandang normal segala arah,
5) Fungsi indera pendengaran : tes berbisik normal
6) Fungsi indera penciuman : dapat membedakan bau-bau
7) Fungsi indera pengecapan : dapat merasakan rasa manis
8) Fungsi indera perasa (kulit) di daerah sekitar luka : dapat merasakan rangsangan dari luar
9) Fungsi reflek otot (motorik) : reflek fisiologis +5/+5
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
B. IDENTIFIKASI BERDASARKAN :
i. PENGAMATAN TANDA IDENTIFIKASI UMUM :
1) Jenis kelamin : perempuan
2) Perkiraan batasan umur berdasarkan penilaian : sekitar usia 14 tahun 6 bulan
3) Warna kulit : sawo matang
4) Tinggi badan : 152 cm
5) Berat badan : 48 kg
6) Ras bangsa : lampung
7) Bentuk wajah : oval
8) Penilaian Rambut (bentuk, warna dan panjang rambut) : rambut berwarna hitam, bentuk
bergelombang, panjang sepunggung.
9) Penilaian gigi geligi (jumlah dan bentuk/ susunan gigi) : Susunan gigi rapi, jumlah gigi dua
puluh delapan, ada bagian gigi yang berlubang, tidak ada gigi yang tanggal. Gusi tidak
ditemukan tanda kekerasan dan kelainan.
IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)

B. IDENTIFIKASI BERDASARKAN :
ii. PENGAMATAN TANDA IDENTIFIKASI SEKUNDER/ KHUSUS :

1) Kecacatan : tidak ada


2) Luka bekas operasi : tidak ada 3) bekas luka : tidak ada 4) Tanda kenal lahir : tidak ada
(brachiidaktili)

5) Tato : tidak ada


IV. DATA REKAM MEDIS
3. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (UMUM)
C. FOTO-FOTO :

Payudara sudah tumbuh, bentuk bulat, puting kiri Pada rongga mulut tidak tampak benjolan, luka
dan kanan sudah menonjol, puting dan daerah dan berwarna kemerahan. terdapat gigi berlubang,
sekitar berwarna kecokelatan, tidak tampak tidak terdapat gusi berdarah dan jumlah gigi 28
kemerahan pasang.
IV. DATA REKAM MEDIS
4. DATA HASIL PEMERIKSAAN SEKSUAL

A. PEMERIKSAAM SEKSUALITAS (BESERTA FOTO) :


a. Pemeriksaan Tanda Seksualitas Primer (Fisik Umum) : jenis kelamin perempuan,
b. Pemeriksaan Tanda Seksualitas Sekunder (Fisik Khusus) : tumbuh rambut pada
sekitar alat kelamin dan kaki, payudara sesuai usia
c. Pemeriksaan Alat Kelamin Genetalia (Eksternal dan Internal)
• Genitalia eksternal : mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, bulbus
vestibulum, dan glandula vestibularis mayor dan minor, vulva
• Genitalia interna : tidak dilakukan
IV. DATA REKAM MEDIS
5. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
A. TANDA KEKERASAN :
i. LUKA
1) Jumlah Total Luka di seluruh tubuh : 2
2) Jumlah Total Luka berdasarkan jenis luka : 2 luka robekan lama pada hymen arah jam
4 dan 6.
3) Jumlah Total Luka berdasarkan regio tubuh : 2 buah (vagina)
ii. TANDA PATAH TULANG DAN LEPAS SENDI
Tidak ditemukan tanda patah tulang atau lepas sendi
IV. DATA REKAM MEDIS
5. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”

A. TANDA KEKERASAN
iii. PERDARAHAN
1) Lokasi: selaput dara
2) Jenis organ: vagina

iv. KERUSAKAN ATAU RUPTURE ORGAN


3) Lokasi: Robekan pada arah jam 4, dan 6
4) Jenis organ: Selaput dara
IV. DATA REKAM MEDIS
5. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
“TANDA KEKERASAN DAN DESKRIPSI LUKA”
Tidak didapatkan tanda tanda kekerasan
IV. DATA REKAM MEDIS
6. PEMERIKSAAN DESKRIPSI LUKA ROBEK DAN LUKA LECET
SELAPUT DARA ( BESERTA FOTO)
C. DESKRIPSI LUKA (BESERTA FOTO)

Pemeriksaan vagina dilakukan secara traksi


labia (separasi labia) dan rectal touche:

1) Pertumbuhan rambut area pubis, terdapat bulu kemaluan


sudah tumbuh di sekitar bibir kelamin kanan dan kiri, teraba
halus, berwarna hitam, bentuk ikal, distribusi merata dan jarang
2) Bibir kelamin luar warna merah muda kecoklatan
3) Bibir kelamin dalam warna merah muda
4) Terdapat tanda robekan di selaput dara tidak sampai
dasar selaput mukosa pukul 4 dan 6.
5) Terdapat luka lecet gores pada pukul 4 dan 6 warna
kemerahan, tidak terdapat bercak darah aktif.
6) Terdapat lendir putih kekuningan pada selaput dara

No.4
IV. DATA REKAM MEDIS
6. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK LUAR (KHUSUS)
”TANDA KELAINAN KLINIS (SIGN)”

A. TANDA KELAINAN KLINIS (SIGN)

Ikterus Petechie Sianosis

TIDAK ADA
IV. DATA REKAM MEDIS
7. DATA HASIL PEMERIKSAAN SEKSUAL

C. PEMERIKSAAN TANDA KHUSUS PADA WANITA :


a. Tanda Kehamilan : tidak ada
b. Tanda Pasca Persalinan : tidak ada
c. Tanda Menstruasi : berdasarkan hpht masuk usia subur
d. Tanda Penyakit Seksualitas : susp kondiloma
e. Dan lain-lain : tidak ada
IV. DATA REKAM MEDIS
8. DATA HASIL PEMERIKSAAN
TAMBAHAN

A. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
UMUM (BESERTA FOTO) :
1) Hasil Pemeriksaan Darah :
dilakukan a/i Susp Kondiloma
2) Hasil Pemeriksaan Urin : tidak dilakukan
3) Hasil Pemeriksaan Feses : tidak dilakukan
IV. DATA REKAM MEDIS
8. DATA HASIL PEMERIKSAAN
TAMBAHAN

A. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
UMUM (BESERTA FOTO) :
1) Hasil Pemeriksaan Darah :
dilakukan a/i Susp Kondiloma
2) Hasil Pemeriksaan Urin : tidak dilakukan
3) Hasil Pemeriksaan Feses : tidak dilakukan
IV. DATA REKAM MEDIS
8. DATA HASIL PEMERIKSAAN TAMBAHAN

B. PEMERIKSAAN TAMBAHAN KHUSUS (BESERTA FOTO) :


SWAB VAGINA DALAM
Hasil :
• Ditemukan bakteri gram negatif diplococcus ekstra seluler dan clue cells pada swab vagina.
• Ditemukan gambaran flora normal pada swab oral.
IV. DATA REKAM MEDIS
9. PEMBERIAN TATALAKSANA

• Pemberian kontrasepsi darurat –


• Pemberian Pereda nyeri –
• Pemberian vitamin k –
• Pemberian antibiotic -

10. ANJURAN PEMERIKSAAN

• Konsultasi melalui IGD ke spesialis kulit dengan alasan/ argumentasi: suspect


kondiloma akuminata.
V. LEMBARAN VISUM ET REPERTUM
V. LEMBARAN VISUM ET REPERTUM
V. LEMBARAN VISUM ET REPERTUM
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ANALISA KASUS
1. Jenis visum et repertum tersebut adalah visum orang hidup , jenis peristiwa pencabulan
(kekerasan seksual) teknik pemeriksaan luar dengan alasan/argumentasi : korban masih
memiliki tanda-tanda vital, waktu permintaan definitif dikarenakan korban tidak perlu
dirawat, kondisi korban tidak kritis, jenis peristiwa kekerasan seksual (pencabulan) karena
ditemukan luka robek dan luka lecet di vagina dan pada hasil pemeriksaan penunjang tidak
ditemukan spermatozoa, perdarahan yang disertai inflamasi akibat ruda paksa tumpul pada
alat kelamin. Tidak ditemukan pula luka memar pada leher dan perut akibat trauma tumpul.
2. Jenis kasus atau jenis kekerasan atau jenis trauma yang dialami korban tersebut adalah ruda
paksa tumpul dan kekerasan tumpul dengan alasan/argumentasi : Pada alat kelamin
ditemukan robekan dan luka lecet pada selaput dara, tidak disertai dengan perdarahan
sebagai tanda rudapaksa tumpul.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

3. Jenis luka yang dialami korban tersebut adalah luka robek alasan/argumentasi :
• Luka robek dikarenakan ditemukan putusnya jaringan selaput dara atau terpisahnya selaput dara.
• Luka lecet alasan/argumentasi : Jenis luka lecet dikarenakan ditemukan gesekan, tekanan atau kombinasi
tekanan dan gesekan dari benda tumpul dengan kekuatan ringan.
• Luka memar alasan/argumentasi :-

4. Jenis kasus yang dialami korban tersebut tidak termasuk derajat luka berat dengan alasan/
argumentasi: Tidak menimbulkan halangan pada pekerjaan jabatan atau pencarian (sekolah
tidak terganggu)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5. Kekerasan Seksual Terhadap Anak dibawah Umur alasan/argumentasi : dikarenakan


ditemukan tanda asusila jenis pencabulan berupa pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap salah satu seorang untuk tujuan komersial dan/ atau tujuan tertentu.
Terhadap dibawah umur alasan/argumentasi : anak adalah ≤ 18 th
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran Khusus
 Saran Buat Korban
• Pendampingan secara psikis terhadap anak dan orang tua oleh psikolog klinis dan psikiater
• Menjaga kebersihan area kelamin dan anus
• Menjaga agar area kemaluan untuk tetap kering (tidak lembab)
• Mengedukasi korban untuk tidak melakukan sex sebelum menikah
• Mengedukasi korban tentang penyakit menular seksual dengan hubungan sex melalui kemaluan dan anus
• Pemeriksaan penyakit infeksi menular seksual pada korban (HIV, HSV, VDRL, TPHA, HCV) dengan tujuan screening
penyakit menular seksual (PMS)
• Melakukan penyuntikan vaksin HPV setelah screening PMS dan pemeriksaan PAP smear / IVA
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran Khusus
 Saran Buat Pelaku
• Pelaku dibawa untuk diperiksakan dengan tujuan mencari kesesuaian temuan hasil bakteri/kuman yang sama yang
ditemukan pada korban
• Pemeriksaan penyakit infeksi menular seksual pada pelaku (HIV, HSV, VDRL, TPHA, HCV) dengan tujuan screening
penyakit menular seksual
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
 Bagi Mahasiswa/ Coas/ Dokter Muda :
a. Diharapkan kedepannya koas/Dokter Muda laki-laki juga dapat ikut memeriksa
korban perempuan dan sebaliknya
b. Diharapkan koas/dokter muda dapat membuat data korban yang lebih lengkap
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) pembuatan visum
 Bagi Penyidik :
• Diharapkan untuk kedepannya penulisan surat permintaan Visum Et Repertum
dapat memenuhi kriteria yang dianjurkan, untuk meningkatkan citra, kinerja, dan
profesionalitas dan memberikan gambaran peristiwa yang lebih jelas.
• Membawa diduga pelaku untuk dilakukan pemeriksaan screening
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
 Bagi Rumah Sakit
• Diharapkan instansi RS dapat memfasilitasi alat-alat untuk menunjang pemeriksaan
korban
• Diharapkan instansi RS memberikan ruang pemeriksaan khusus untuk pemeriksaan
korban kekerasan supaya korban merasa nyaman
 Bagi Universitas/Akademis :
• Diharapkan agar kedepannya dapat memperbaiki dan melengkapi sarana dan fasilitas
fisik yang dapat digunakan oleh coas/dokter muda dalam menjalankan pembelajaran
ilmu forensik dan medikolegal.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
 Bagi Masyarakat :
• Diharapkan masyarakat lebih menyadari pentingnya pendidikan seksual sejak dini
dan pentingnya pengawasan orangtua pada anaknya
• Diharapkan agar masyarakat selalu melapor ke polisi atau penyidik terlebihi dahulu
untuk dibuatkan surat permintaan Visum et Repertum apabila ingin dilakukan
pembuatan visum hidup/mati
VII. TINJAUAN PUSTAKA
VISUM ET REPERTUM

1. DEFINISI

Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis
(resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun
mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah
dan untuk kepentingan peradilan.

1. Utama WT. Visum et Repertum: A Medicolegal report as a combination of medical knowledge and skill with lega jurisdiction.JUKE.2014;4(8).
2. Dahlan, Sofyan. Pembuatan Visum Et Repertum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 1999.
BAGIAN VER

1. Pro Justitia : Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR tidak perlu
bermeterai.
2. Pendahuluan : Memuat identitas pemohon VeR, tanggal dan pukul diterimanya
permohonan VeR, identitas dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas subjek yang
diperiksa.
3. Pemberitaan (hasil pemeriksaan) : Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan
yang diamati & ditemukan pada korban/ benda yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan
dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal.

1. Dahlan, Sofyan. Pembuatan Visum Et Repertum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 1999.
2. Utama WT. Visum et repertum: a medicolegal report as a combination of medical knowledge and skill with legal jurisdiction. JuKe Unila 2014;4(8):272-3.
4. Kesimpulan : Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan maksud & tujuan
dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 3 unsur yaitu jenis luka dan
kekerasan dan derajat kualifikasi luka.
5. Penutup : Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat dengan
mengingat sumpah jabatan serta dibubuhi tanda tangan dokter pembuat VeR.

1. Dahlan, Sofyan. Pembuatan Visum Et Repertum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 1999.
2. Utama WT. Visum et repertum: a medicolegal report as a combination of medical knowledge and skill with legal jurisdiction. JuKe Unila
2014;4(8):272-3.
2. KLASIFIKASI VeR
Berdasarkan kondisi Berdasarkan jenis
01 korban 02 pemeriksaan
• VeR Orang Hidup • VeR Pemeriksaan Luar
• VeR Orang Mati • VeR Pemeriksaan Luar & Dalam

Berdasarkan peristiwa tindak Berdasarkan waktu


03 pidana 04 permintaan
• VeR Perlukaan • VeR Seketika
• VeR Kesusilaan • VeR Sementara
• VeR Lanjutan
• VeR Keracunan
• VeR Kejiwaan
1. Afandi D. Visum Et Repertum. Edisi ke-2. Riau: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2017.h.1.
•Instruksi Kapolri No.Pol INS/E/20/IX/75 tentang • Sedangkan syarat materil Visum et Repertum adalah
Tata Cara Permohonan/pencabutan Visum et menyangkut isi dari Visum et Repertum tersebut yaitu sesuai
Repertum sebagai berikut: dengan kenyataan yang ada pada tubuh korban ytang
a. Permintaan Visum et Repertum haruslah diperiksa. Disamping itu isi dari Visum et Repertum tersebut
tertulis (sesuai dengan Pasal 133 Ayat (2) tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran yang telah teruji
KUHAP); kebenarannya;
b. Pemeriksaan atas mayat dilakukan dengan cara
dibedah, jika ada keberatan dari pihak keluarga
korban, maka pihak Polisi atau pemeriksa
memberikan penjelasan akan pentingnya
dilakukan dengan bedah mayat;
c. Permintaan Visum et Repertum hanya dilakukan
terhadap tindak pidana yang baru terjadi, tidak
dibenarkan permintaan yang telah terlampau;
d. Polisi wajib menyaksikan dan mengikuti jalannya
bedah mayat;
e. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,
maka polisi perlu melakukan pengamanan tempat
dilakukannya bedah mayat.

1. Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 2019


1. Amir, A. (2009). Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik
2. WHO. (2003). Guidelines for medico-legal care for victims of sexual violence. Geneva: World Health Organization.
3. Abdul Mun im Idries dALT. (2011). Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.
KEKERASAN

Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara
aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat
yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikendaki oleh korban.

1. POLRI, Buku Pegangan Pusat Pelayanan Terpadu POLRI, Jakarta, 2005.


KEJAHATAN

Kejahatan menurut KBBI yaitu perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum tertulis.

Kejahatan adalah perilaku masyarakat yang melanggar UU (Undang-Undang),


sehingga bentuk tindakan sosial ini dilihat dari sudut padang sosiologis
menyebabkan banyak hilangnya keseimbangan, ketertiban, dan ketentraman
masyarakat.

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2022).


2. Moeljatno. Asas-asas hukum pidana. Jakarta: Rineka Cipta; 1993.
SEKSUAL

Seksual; berkenaan dengan seks (jenis kelamin), berkenaan dengan perkara persetubuhan
antara laki-laki dan perempuan.

Seksual adalah aktifitas seks yang juga melibatkan organ tubuh lain baik fisik maupun
non fisik.

1. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2022).
2. Seks, seksual dan seksualitas [Internet]. Indonesia AIDS Coalition. 2012 [cited 2023 May 28]. Available from: https://www.iac.or.id/id/seks-seksual-dan-
seksualitas
KEJAHATAN SEKSUAL

Kejahatan seksual adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang
lain yang menimbulkan kepuasan seksual bagi dirinya dan mengganggu kehormatan
orang lain, yang merupakan salah satu bentuk dari kejahatan yang menyangkut tubuh,
kesehatan dan nyawa manusia.

1. Yudianto A. Ilmu kedokteran forensik. Surabaya: Scopindo Media Pustaka; 2020.


Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah tindakan yang mengarah ke ajakan/desakan seksual
seperti menyentuh, meraba, mencium, dan atau melakukan tindakan-tindakan lain
yang tidak dikehendaki oleh korban, memaksa korban menonton produk pornografi,
gurauan-gurauan seksual, ucapan-ucapan yang merendahkan dan melecehkan
dengan mengarah pada aspek jenis kelamin/seks korban, memaksa berhubungan
seks tanpa persetujuan korban dengan kekerasan fisik maupun tidak; memaksa
melakukan aktivitas-aktivitas seksual yang tidak disukai, merendahkan, menyakiti
atau melukai korban.

• Fuadi M. A. Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual: Sebuah Studi Fenomenologi. JPI. 2011; 8(2):191-208
KEKERASAN SEKSUAL

Berdasarkan UU No 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.


Kekerasan seksual terdiri dari:
1. Pelecehan seksual nonfisik
2. Pelecehan seksual fisik
3. Pemaksaan kontrasepsi
4. Pemaksaan sterilisasi
5. Pemaksaan perkawinan
6. Penyiksaan seksual
7. Eksploitasi seksual
8. Perbudakan seksual
9. Kekerasan seksual berbasis elektronik
1. UU No 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
Tindak Pidana Kekerasan Seksual juga meliputi:

a. perkosaan
b. perbuatan cabul
c. persebutuhan terhadap Anak, perbuatan cabul terhadap Anak, dan/atau eksploitasi seksual
terhadap Anak
d. perbuatan melanggar kesusilaan yang bertentangan dengan kehendak Korban
e. pornografi yang melibatkan Anak atau pornografi yang secara eksplisit memuat kekerasan dan
eksploitasi seksual
f. pemaksaan pelacuran
g. tindak pidana perdagangan orang yang ditujukan untuk eksploitasi seksual

• UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual


Tindak Pidana Kekerasan Seksual juga meliputi:

h. kekerasan seksual dalam lingkup rumah tangga


i. tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya merupakan Tindak Pidana Kekerasan
Seksual
j. tindak pidana lain yang dinyatakan secara tegas sebagai Tindak Pidana Kekerasan Seksual
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

• UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual


PERSETUBUHAN

Persetubuhan menurut R. Soesilo, mengacu pada Arrest Hooge Raad tanggal 5 Februari
1912 yaitu “peraduan antara anggota kemaluan laki-laki dan perempuan yang
dijalankan
untuk mendapatkan anak, jadi anggota laki-laki harus masuk ke dalam anggota
perempuan sehingga mengeluarkan air mani”.

1. Soesilo R. Kitab undang-undang hukum pidana. Politeia; 1985.


PERKOSAAN

Dalam KBBI, perkosaan memiliki arti atau makna yaitu perbuatan


suatu
menggagahi atau melanggar dengan kekerasan. Sedangkan pemerkosaan sendiri
diartikan sebagai suatu cara, proses, perbuatan yang melanggar kesusilaan terhadap
orang lain, yang dilakukan dengan cara paksa dan/atau dengan kekerasan pula.

Perkosaan adalah suatu tindakan kekerasan, bukan seksual karena suka sama suka
yang melibatkan perubahan psikodinamik pada korban yang terlibat dalam seluruh
skema meliputi feelings of inadequacy, kemarahan yang tidak tersalurkan (misalnya,
impulse control disorders), atau penyimpangan gangguan karakter lain.
1. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2022).
2. Bradbury SA., Feist A. The use of forensic science in volume crime investigations: a review of the research literature. Home office online report. Crime
Reduction and Community Safety Group. 2005
PERKOSAAN
KEKERASAN
PENCABULAN
PENCABULAN
SEKSUAL
PERSELINGKUHAN/PERZINAHAN
PENCABULAN
KEKERASAN SEKSUAL
Kitab
Kitab Undang-Undang
Undang-Undang
Kitab Undang-Undang
Undang-Undang
Undang-Undang Republik Hukum
Republik
Hukum
Hukum Pidana
Indonesia
Pidana
Indonesia
Pidana Indonesia
Nomor
Indonesia
Nomor 35 1999
39 Tahun
Indonesia Tahun 2014Hak
tentang tentang
Asasi
Kitab
Undang-Undang
Undang-Undang
Perubahan
Manusia Republik
HukumIndonesia
Atas Undang-Undang Pidana
Nomor Indonesia
Nomor
23 23 Tahun
Tahun 2002 Tentang2004 tentang
Perlindungan
• • Pasal 281:
290:
287: dengan
285: bersetubuh dengan
kekerasan atauwanita
ancaman di luar perkawinan,
kekerasan memaksa padahal
seorang umurnya
wanita
Anak
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
• Pasal
belum
1. 65:
limahak
Melakukan
284:
Dengan
bersetubuh belas
pasal
sengaja
di anak
luar 27 untuk
tahun.
perbuatan
BW
dan cabul
berlaku
terbuka
perkawinan bagi:Tangga
dilindungi
dengan
melanggar dari
(perkosaan).pria kegiatan
seorang, eksploitasi
yangpadahal
telah
kesusilaan, kawin itudan
orang yang pelecehan
pingsan
melakukanatau
• Pasal 76D:
seksual.
tidak larangan untuk melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
berdaya;
2. Dengan
•• Pasal
gendak
Pasal 288: sengaja
bersetubuhdan didengan
depan orang
wanita lain yang
yang ada
belum diwaktunya
situ bertentangan
untukpria dengan
dikawin
Pasal 286: bersetubuh dengan wanita di luar perkawinan, padahal wanitayang
• memaksa 8:(overspel),
kekerasan
anak untuk wanita
seksual
melakukanyang
termasuk
telah kawin
pemaksaan
persetubuhan. yang melakukan
hubungan gendak,
seksual terhadapitu
2. Melakukan
kehendaknya,
dalam perkawinan,
Undang-Undang perbuatan
melanggar cabul dengan
kesusilaan.
dan mengakibatkan
Republik seorang,
Indonesia luka-luka. padahal umumnya
Nomor 35 Tahun 2014 tentang belum lima
pingsan
• Pasal
melakukan
orang atau
yang
76E:
belas tahun tidak
perbuatan
menetap
larangan
atauberdaya.
itu
dalam
untuk
belum padahal
lingkup
mengetahui
melakukan
waktunya rumah
untuk tangga
yang turut
kekerasan
dikawin tersebut
atau bersalah
ancamandantelah
pemaksaan
kawin,
kekerasan,
Perubahan
• Pasal 289:Atas
282: denganUndang-Undang
menyiarkan, Nomor
mempertunjukkan
kekerasan atau ancaman 23 Tahun
atau 2002 Tentang
menempelkan
kekerasan memaksa Perlindungan
diseorang
muka umum untuk
memaksa,
3. Membujuk melakukan tipu
seseorang muslihat,
yang melakukan
umurnya belumserangkaian
lima kebohongan,
belas tahun atau
untuk
Undang-Undang
Anakwanita
hubungan
tulisan,
melakukan yang
gambaran Republik
seksual
telah kawin
atau
atauuntuk Indonesia
terhadap
yang
benda yang
membiarkan salah Nomor
melakukan
seorang 39 Tahun
perbuatan
dalam
isinya melanggar
dilakukan perbuatanitu 1999
lingkup tentang
padahal
kesusilaan rumah Hak
diketahui
cabul perbuatan Asasi
tangganya
bahwa
(perbuatancabul.yang
membujuk
melakukan anak melakukan
atau dibiarkan atau
dilakukan membiarkan
perbuatan dilakukan
cabul, atau bersetubuh di luar
Manusia
• Pasal
menyerang66: perlindungan
kehormatan terhadap
kesusilaan) anak yang dieksploitasi secara ekonomi
yang
dengan turut
orang
perkawinanbersalah
lain untuk
telahorang
dengan tujuan
kawin. komersial dan/atau tujuan tertentu.
lain.
• dan/atau
Pasal 58:seksual.
hak anak untuk dilindungi hukum dari pelecehan seksual termasuk
Undang-Undang
pemerkosaan selama Republik
dalamIndonesia
asuhan orangNomor 12 Tahun
tua atau walinya.2022 tentang Tindak
Pidana Kekerasan Seksual
• Pasal 6: Pidana kekerasan seksual terhadap anak.
PENILAIAN TANDA PERSETUBUHAN
Anamnesis:
Pemeriksaan
Alat Kelamin:Mulut dan Bibir:
• Apakah penis pelaku pria masuk ke dalam vulva?
•• Misalnya padapada
Pemeriksaan bibir vulva
dapat ditemukan
dan anus memar,
harus luka lecet pada
dilakukan permukaan
dengan bukal
teliti. Tanda
• Apakah pelaku pria mengalami ejakulasi?
karena tertekan
kekerasan ke gigi
yang terjadi bisakorban, bahkan
berupa lecet, bisa bengkak
memar, terjadi luka
atau robek. Hadirnya
luka robek, serta
• Apakah pelaku menggunakan kondom? Ketiga hal tersebut juga harus ditanyakan terkait
perdarahan berupa ptekie
adanya persetubuhan
perdarahan bisa ditemukan
atau atau
keluarnya cairanpada
dari permukaan
kedua palatum
lubang molleSetiap
tersebut. yang
dengan anal oral. (Dimana apakah pelaku memasukkan penis ke
lunak,
dalam
adanya yang
lubang bisa
atautimbul
darahanus dan akibat
mulut,
sisa fellatio,
danyang
cairan apakah yaknipada
pelaku
terdapat memasukkan
mengalami alat
ejakulasi
baju atau tubuh kelamin
kedua pelaku
dikorban lubang
harus
tersebut
ke dalamatau tidak).
mulut korban.
diambil sampelnya. Rambut pubis diperiksa dengan teliti, apakah terdapat benda
• Apakah yang pelaku perempuan lakukan setelah kejadian, apakah menyiram, mencuci
asing, rambut yang terlepas, cairan semen yang telah mengering atau masih
alat kelamin, mandi, buang air besar atau buang air kecil?
basah.
• Apakah dalam kondisi pengaruh alkohol atau obat-obatan?
1.
1. Perhimpunan
Perhimpunan Dokter
Dokter Forensik
Forensik Indonesia.
Indonesia. Pertemuan
Pertemuan Ilmiah
IlmiahTahunan Tahunan
Tahunan 2017 Simposium
2017Simposium
Simposium Nasional
Nasional&& & Workshop
Workshop Nasional.
Nasional.Pekanbaru:
Pekanbaru:
1. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia. Pertemuan Ilmiah 2017 Nasional Workshop Nasional.
Pekanbaru: Dokter
Perhimpunan Perhimpunan
ForensikDokter Forensik
Indonesia; 2017. Indonesia; 2017.
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia; 2017.
PENILAIAN TANDA PENCABULAN

• Pembengkakan atau kemerahan di area genital

• Nyeri, perubahan warna, pendarahan atau keluarnya cairan di alat kelamin / anus

• Nyeri persisten atau berulang saat buang air kecil dan buang air besar

• Perubahan perilaku seperti makan lebih banyak / sedikit, sulit tidur

• Perubahan emosi seperti agresif atau tampak marah tanpa alasan yang jelas

• Perubahan kehidupan sosial seperti menghabiskan lebih banyak waktu sendiri

daripada biasanya
1. Meilia PDI. Prinsip pemeriksaan dan penatalaksanaan korban (P3K) kekerasan seksual. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FK UI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2012. p. 5.
PENILAIAN
PENILAIAN TANDATANDA KEKERASAN
KEKERASAN YANGYANG BERSIFAT
BERSIFAT MEMAKSA
MEMAKSA

• Pemeriksaan dicari tanda bekas kekerasan pada tubuh korban berupa goresan,
• Lokasi luka-luka yang sering ditemukan  mulut dan bibir, leher, puting susu,
garukan, gigitan, luka lecet, luka memar yang dapat dicari pada:
pergelangan tangan, pangkal paha serta di sekitar dan pada alat genital.
Daerah sekitar mulut sewaktu Payudara sewaktu digigit tau diremas-remas
• Luka-luka akibat kekerasan seksual biasanya berbentuk luka lecet bekas kuku,
korban dibungkam
gigitan (bite marks) serta luka-luka memar. (AHMAD YUDIANTO)
Daerah sekitar leher sewaktu korban Sebelah dalam paha sewaktu korban dipaksa
dicekik untuk membuka kedua tungkainya

Pergelangan tangan, lengan, Punggung sewaktu korban dipaksa tidur


sewaktu korban disergap ditanah
1.
1. Yudianto
Yudianto A.
A. Ilmu
Ilmu kedokteran
kedokteran forensik.
forensik. Surabaya:
Surabaya: Scopindo
Scopindo Media
Media Pustaka;
Pustaka; 2020.
2020.
PENILAIAN TANDA BATASAN USIA
(DIBAWAH UMUR & CUKUP UMUR)
Penilaian Tanda Batasan Usia (Di Bawah Umur dan Cukup Umur)
Yang dimaksudkan “belum dewasa” ialah mereka yang belum berumur 21 tahun
dan belum kawin. (R. Soesilo, 1985)
Undang-Undang No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
pasal 1 ayat 5 : Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Umur dewasa/belum dewasa


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) pasal 330: Yang belum
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan
tidak kawin sebelumnya.
PENILAIAN TANDA BELUM PANTAS KAWIN

 Pertimbangan kesiapan biologis, apabila wanita tersebut belum mengalami


menstruasi, belum waktunya untuk dikawini
 Wanita sudah ovulasi / belum : vaginal smear
 Mengacu Undang-Undang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan, bahwa wanita boleh kawin bila ia telah berumur 19
tahun.

1. Dewi R. Buku ajar pemeriksaan fisik dan aspek medikolegal kekerasan seksual pada anak dan remaja. Lampung: Bagian Obstetri dan
Ginekologi Universitas Lampung; 2017.
2. UU No 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN SAMPEL
• Pengambilan bahan untuk pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir
vagina  mengambil lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil
dengan ose batang gelas, atau swab.
• Bahan diambil dari forniks posterior. Pada anak atau bila selaput dara utuh,
pengambilan bahan sebaiknya dibatasi dari vestibulum saja.
• Pemeriksaan terhadap kuman N. gonorrhoea dari sekret ureter (urut dengan jari)
dan dipulas dengan pewarnaan gram. Dilakukan pada hari ke-I, III, V dan VII.
• Jika didapatkan N. gonorrhoea berarti terbukti ada kontak seksual dengan seorang
penderita.
• Jika terdapat ulkus, sekret perlu diambil untuk pemeriksaan serologi/bakteriologi.

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik”. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Universitas
Indonesia. 1997.
Pseudohifa
Hifa palsu atau Pseudohifa yaitu hifa yang terbentuk pada jamur
uniselluler (Khamir). Khamir bersifat dimorphism yaitu memiliki 2 fase
dalam siklus hidupnya yaitu fase khamir dan fase hifa yang selanjutnya
membentuk pseudomiselium; contohnya Candida spp., Kluyveromyces
spp., dan Pichia spp. Pada golongan khamir juga ada yang dapat
membentuk miselium sejati misalnya pada Trichosporon spp.

• Suryani Y, Taupiqurrahman O, Kulsum Y. Mikologi. Padang: PT Freeline Cipta Granesia; 2020.


DEFINISI VAGINA

Vagina

• Vagina adalah organ reproduksi wanita yang berubah selama umur seorang
wanita.

• Vagina adalah organ kopulasi pada wanita, yang merupakan sebuah tabung
fibromusculorum yang dapat melebar, yang memanjang dari perineum melewati
dasar pelvis dan masuk ke dalam cavitas pelvis.

1. Gold JM, Shrimanker I. Physiology vaginal [Internet]. StatPearls Publishing. Treasure Island: StatPearls Publishing; 2021 [cited 2023 May 28]. p. 24.
Available from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545147/#_NBK545147_pubdet_
2. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s basic anatomy. Philadelphia: Elsevier; 2019.
ANATOMI VAGINA Organ kopulasi wanita dan mengeluarkan ekskresi
uterus dan saluran yang dilalui anak waktu
melahirkan, vagina terletak di antara kandung kemih
dan rektum.
Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm, vagina memiliki pH 4,5.
Daerah rongga vagina di sekitar cervix terbagi
menjadi: fornix anterior, fornix posterior, fornix
lateralis kiri, dan fornix lateralis kanan.
Mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris,
bulbus vestibulum, glandula vestibularis major dan
minor dan vulva.

1. Al-Muqsith, A. M. (2015). Anatomi Sistem Genitalia. Debbie Then, 2002, Jika suami anda berselingkuh (Jakarta : Gunung Mulia) hal 17-18
2. Sutanta. (2019). Anatomi Fisiologi Manusia. Thema Publishing. Yogyakarta
3. Saefudin. (2020). Hand Iyt Female Genitalia. Genetika, Gg 411, 1-7. Diunduh dari www.pdffactory.com
DEFINISI SELAPUT DARA

Definisi Selaput Dara

Selaput dara adalah membran tipis epitel skuamosa berlapis yang membatasi
introitus vagina. Ketika selaput dara tidak pecah secara spontan selama
perkembangan neonatal, itu disebut sebagai selaput dara imperforata.

1. Abdelrahman HM, Feloney MP. Imperforate Hymen [Internet]. StatPearls Publishing. 2022 [cited 2023 May 28]. p. 49. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560576/
ANATOMI SELAPUT DARA
Struktur ➜ sabit
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastis yang
mengelilingi atau sebagian menutupi lubang/introitus
vagina, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak.
Letak selaput dara sangat dekat dengan muara vagina dan
dilindungi oleh labia minora dari luar.
Fungsi lubang pada selaput dara adalah untuk mengalirkan
daraa menjadi tipis, halus, lembut, elastis, hampir tembus
pandang dan sangat sensitif terhadap sentuhan. Hymen dapat
rusak jika adanya peneterasi ke dalam vagina. Pemeriksaan
robekan selaput dara dapat menentukan perlakuan yang
dialami korban pemerkosaan.

1. Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. Jakarta


2. Sutanta. (2019). Anatomi Fisiologi Manusia. Thema Publishing. Yogyakarta
JENIS-JENIS / BENTUK SELAPUT DARA
BENTUK SELAPUT DARA

Yang belum pernah bersetubuh (masih perawan).


Tidak selamanya bahwa tiap persetubuhan terjadi, selaput dara (Hymen) akan robek
dan mengeluarkan darah. Hymen akan robek tergantung dari : (Arif Budiyanto, dkk,
1997, Dianita, dkk, 2012).

a. Bentuk hymen.

b. Elastisitas hymen.

c. Diameter penis.
1. Legowo, Tjiptomartono, Agung. (2008). Sistematik pemeriksaan
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik”. Edisiilmu kedokteran
pertama, cetakanforensic
kedua. khusus
Jakarta pada korban
: Bagian kejahatan Forensik
Kedokteran seksual,
Universitas Indonesia. 1997. dalam Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
2. Penyidikan,
Meilia PDI. Prinsip pemeriksaan dan penatalaksanaan korban (P3K) kekerasan seksual. Edisi pertama.
Jakarta: Departemen IlmuSagung Seto. Jakarta.
Kedokteran ForensikHal
dan113-132
Medikolegal
FK UI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2012. p. 5.
PERBEDAAN ROBEKAN HYMEN BARU DAN LAMA

Recent tears of the hymen Old tears of the hymen

Tepi bengkak dan nyeri Tepi tidak nyeri

Hiperemis dan berdarah saat Tidak berdarah saat disentuh


disentuhan

Tidak mencapai dinding vagina Mencapai dinding vagina

Translucent Opaque

1. WHO. (2003). Guidelines for medico-legal care for victims of sexual violence. Geneva: World Health Organization.
Dalam memeriksa hymen (selaput dara), perhatikan rupture selaput dara dengan
seksama. Bedakan celah bawaan dari rupture dengan memperhatikan sampai di
insertio (pangkal) selaput dara. Celah bawaan tidak mencapai insertio sedangkan
rupture dapat sampai ke dinding vagina. Pada vagina akan ditemukan parut bila
rupture sudah sembuh. Sedangkan rupture yang tidak mencapai basis tidak akan
menimbulkan parut. Rupture akibat persetubuhan biasa ditemukan di bagian
posterior kanan atau kiri dengan asumsi bahwa persetubuhan dilakukan dengan
posisi saling berhadapan.

1. WHO. (2003). Guidelines for medico-legal care for victims of sexual violence. Geneva: World Health Organization.
PERBEDAAN PERISTIWA PERKOSAAN
DENGAN PERISTIWA PENCABULAN

PERKOSAAN PENCABULAN
Tanda persetubuhan diketahui dengan Pencabulan sangatlah mempengaruhi
melihat adanya tanda penetrasi dan keadaan psikologis korban, korban
tanda ejakulasi. harus memberikan keterangan yang
detail pada saat proses pembuktian
mengenai apa yang telah menimpanya.
Heteroseksual Heteroseksual & Homoseksual
Bersifat natural/alamiah Tidak normal/annatural
Ada tanda persetubuhan Tidak ada persetubuhan

1. Ohoiwutun Y. T. Urgensi Bedah Mayat Forensik Dalam Pembuktian Tindak pidana Pembunuhan Berencana (Kajian Putusan Nomor:
79/Pid.B/2012/PN.Bgr). J Yudisial. 2016;9(1):73–92.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
13.
1.
26. Fachri
Menteri A.Sekretaris
Perkawinan
Abas AS.Pengantar Sek dan
Pernikahan:
Negara. Hukum.Pekalongan:
Analisis Perbandingan
Undang-undang republik Bahagia.
Indonesia 1986.
antar Mazhab
nomor (Jakarta: PT Prima
1 tahun2017
1974 Heza
tentang Lestari, 2006),
perkawinan. h.1.1974.
• Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia. Pertemuan Ilmiah Tahunan Simposium NasionalJakarta;
& Workshop Nasional. Pekanbaru: Perhimpunan
14.
2.
27. Freud
Menteri S.Teori Seks.
Abdelrahman HM, Yogyakarta:
Feloney Jendela.
MP. 2003. Hal 28-29
Imperforate Hymen [Internet].republik
StatPearls Publishing.
nomor 392022
tahun [cited 2022 hakOctasasi
6]. manusia.
p. 49. Jakarta;
Available
1999.from:
DokterNegara
Forensik Sekretaris
Indonesia;Negara
2017.Republik Indonesia. Undang-undang Indonesia 1999 tentang
15.
28. Fakultas Psikologi Universitas
Agung.Medan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560576/
Legowo, Tjiptomartono, (2008). Area. This type
Sistematik of sexual disorder
pemeriksaan needs toforensic
ilmu kedokteran be watched out pada
khusus for, there
korbanis kejahatan
a fetish disorder
seksual,and howPenerapan
dalam to overcome it
Ilmu
• POLRI, Buku Pegangan Pusat Pelayanan Terpadu POLRI, Jakarta, 2005
3. [Internet].
Abdul Mun2022.
Kedokteran im Available
Idries
Forensik dALT.from:
dalam Proseshttps://psikologi.uma.ac.id/jenis-kelainan-seksual-ini-perlu-diwaspadai-ada-fetish-disorder-dan-cara-mengatasi/
(2011). Penerapan Ilmu
Penyidikan, EdisiKedokteran Forensik
pertama. Sagung dalam
Seto. Proses
Jakarta. HalPenyidikan.
113-132 Jakarta: Sagung Seto.
• Prasetyo T. Hukum Pidana. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. (2012). Hal 8
16.
4.
29. Gold JM, Shrimanker
Al-Muqsith,
LexisNexis. A. M. (2015).
Harassment I. Physiology vaginalGenitalia.
Anatomi[Internet].
definition Sistem [Internet]. StatPearls
Debbie
2022 [cited SepPublishing.
2022Then, 2002,
19]. JikaTreasure
suami
Available Island:
anda
from: StatPearls(Jakarta
berselingkuh Publishing;
: Gunung2021 Mulia)
[cited 2022 Oct 6]. p. 24. Available
hal 17-18
https://www.lexisnexis.co.uk/legal/glossary/harassment.
• Purwadarminta, W. J. S. (1999). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
5.
30. from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545147/#_NBK545147_pubdet_
Amir,
Meilia A. (2009).
PDI. Rangkaian
Prinsip Ilmu Kedokteran
pemeriksaan Forensik
dan penatalaksanaan korban (P3K) kekerasan seksual. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK
•17.
6. Saefudin.
Harum
Bradbury (2020).
Ningtyas,
SA., Feist Hand
Anggita.
A. Iyt
The Female
(2016).
use Genitalia.
ofMediated
forensic Genetika,
Voyeurism
science danGgMedia
in volume 411, 1-7.
Sosial
crime Diunduh dariawww.pdffactory.com
(Studi Deskriptif
investigations: Kualitatif
review Praktik Mediated
of the research literature.Voyeurism
Home office pada Media
online SosialCrime
report. Path
UI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2012. p. 5.
• Sekretarisand
Mahasiswa Negara
Ilmu Republik
Komunikasi Indonesia.
FISIP UNS Undang-undang
surakarta republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Jakarta; 2003.
31. Reduction
Moeljatno. Community
Asas-asas hukumSafety
pidana.Group. 2005
Jakarta: RinekaAngkatan 2010-2012
Cipta; 1993.
•18.
7. Seks, K. Psikologi
Kartini
Budiyanto seksual
A, Widiatmaka dan W, seksualitas
Abnormal dan Abnormalitas
Sudiono [Internet].
S, dkk. Seksual.
“Ilmu Indonesia
Bandung:
Kedokteran AIDS
Mandar
Forensik”. EdisiCoalition.
Maju, 2012kedua.
1989. Halcetakan
pertama, 248-265 [cited
Jakarta2022: BagianSep 19]. Forensik
Kedokteran Available from:
Universitas
32. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. (2014). Moore clinically oriented anatomy. Edisi ke-7. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.
19. https://www.iac.or.id/id/seks-seksual-dan-seksualitas
Kementerian
Indonesia. hukum dan hak asasi manusia republik Indonesia. Rancangan undang-undang republik Indonesia tentang penghapusan kekerasan seksual. 2022.
1997.
33. Novantoro D. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Persetubuhan Yang “Tidak Berdaya” Dalam Pasal 286 Kitab Undang-Undang Hukum
20.
•8. Kementerian
Departemen
Sloane, hukum dan
E. Keperawatan
(2003). hak
Anatomi asasi
Dasar danmanusia
Emergensirepublik
FKKMK Indonesia.
UGM.Undang-undang
Kenali Gejala dan republik Indonesia
Penanganan nomor2022.
Pingsan. 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana
Pidana. Tesis. 2018. 1–121 p. dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. Jakarta
9. perdagangan
DerSarkissianorang.C. Jakarta;Understanding
2007. fainting [Internet]. WebMD. 2021 [cited 2022 Sep 30]. Available from:
•34. Soesilo R.
Ocviyanti D,Kitab undang-undang
Budiningsih Y, Khusen hukum pidana. Politeia;
D, Dorothea M. Peran1985. Dokter dalam Menangani Pelecehan Seksual pada Anak di Indonesia. J Indon Med Assoc.
21. Kementerian hukum dan hak asasi manusia republik Indonesia. Undang-undang republik Indonesia nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-
https://www.webmd.com/brain/understanding-fainting-symptoms
• Sutanta. (2019). Anatomi Fisiologi Manusia. Thema Publishing. Yogyakarta
2019;69(2):89–96.
10. undang
Dewi R.nomor
Buku 23 ajartahun 2002 tentang
pemeriksaan fisik perlindungan anak. Jakarta;
dan aspek medikolegal 2014. seksual pada anak dan remaja. Lampung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Universitas
kekerasan
35. Ocviyanti D, Dorothea M. Aborsi di Indonesia. J Indones Med Assoc [Internet]. 2018;68(6):213–5. Available from:
22. Kementerian
Lampung; 2017. hukum dan hak asasi manusia republik Indonesia. Undang-undang republik Indonesia nomor 44 tentang pornografi. Jakarta; 2008.
http://mki-ojs.idionline.org/jurnal/article/view/56
23.
11. Kementerian
Drake RL, Vogl Pendidikan,
W, Mitchell Kebudayaan,
AWM. Gray’s Riset, dananatomy.
basic Teknologi Republik Indonesia.
Philadelphia: Elsevier; Kamus
2019. Besar Bahasa Indonesia. (2022).
36.
24.
12. Ohoiwutun
Kitab Y. T. Urgensi
undang-undang
European Society hukumBedah
of Cardiology. Mayat
perdata Forensik
(burgerlijk
Guidelines Dalam
onwetboek Pembuktian
management Tindak1847.
voor Indonesie).
(diagnosis pidana
and Pembunuhan
treatment) Berencana
of syncope (Kajian
- Update 2004:Putusan Nomor:
The task 79/Pid.B/2012/PN.Bgr).
force on Syncope, EuropeanJ
25. Yudisial.
Society of2016;9(1):73–92.
Kompilasi hukum Islam.
Cardiology. 1993.
Eur Heart J. 2004;25(22):2054–72.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
13.
1.
26. Fachri
Menteri A.Sekretaris
Perkawinan
Abas AS.Pengantar Sek dan
Pernikahan:
Negara. Hukum.Pekalongan:
Undang-undang republikBahagia.
Analisis Perbandingan Indonesia1986.
antar Mazhab
nomor(Jakarta: PT Prima
1 tahun 1974 Heza
tentang Lestari, 2006),
perkawinan. h.1.1974.
Jakarta;
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
14.
2.
27. Freud
MenteriS.Teori
Abdelrahman
Negara Seks.
HM, Yogyakarta:
Feloney
Sekretaris Negara Jendela.
MP. 2003.
Republik Hal 28-29
Imperforate Hymen
Indonesia. [Internet].republik
Undang-undang StatPearls Publishing.
Indonesia nomor 392022
tahun [cited 2022 hak
1999 tentang Octasasi
6]. manusia.
p. 49. Jakarta;
Available
1999.from:
Transaksi Elektronik. Jakarta, Indonesia. Dapat diunduh pada URL: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37582/uu- no-19-tahun-2016
15.
28. Fakultas Psikologi Universitas
Agung.Medan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560576/
Legowo, Tjiptomartono, (2008).Area. This type
Sistematik of sexual disorder
pemeriksaan needs toforensic
ilmu kedokteran be watched out pada
khusus for, there
korbanis kejahatan
a fetish disorder
seksual,and howPenerapan
dalam to overcome
Ilmuit
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta, Indonesia. Dapat
3. [Internet].
Abdul Mun2022.
Kedokteran im Available
Idries
Forensik dALT.from:
dalam Proseshttps://psikologi.uma.ac.id/jenis-kelainan-seksual-ini-perlu-diwaspadai-ada-fetish-disorder-dan-cara-mengatasi/
(2011). Penerapan
Penyidikan, Ilmu
EdisiKedokteran Forensik
pertama. Sagung dalam
Seto. Proses
Jakarta. HalPenyidikan.
113-132 Jakarta: Sagung Seto.
16. diunduh
Gold pada URL:
JM, Shrimanker I.https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40597/uu-no-23-tahun-2004
Physiology vaginalGenitalia.
[Internet]. StatPearls
4.
29. Al-Muqsith,
LexisNexis. A. M. (2015).
Harassment Anatomi[Internet].
definition Sistem Debbie
2022 [cited SepPublishing.
2022Then, 2002,
19]. JikaTreasure
suami
Available Island:
anda
from: StatPearls(Jakarta
berselingkuh Publishing; 2021 Mulia)
: Gunung [cited 2022 Oct 6]. p. 24. Available
hal 17-18
https://www.lexisnexis.co.uk/legal/glossary/harassment.
•5. WHO. (2003). Guidelines for medico-legal care forkorban
victims(P3K)
from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545147/#_NBK545147_pubdet_
Amir, A. (2009). Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik of sexual violence. Geneva: World Health Organization.
30. Meilia PDI. Prinsip pemeriksaan dan penatalaksanaan kekerasan seksual. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK
•17. WorldNingtyas,
6. Harum
Bradbury
UI/RSUPN Health
SA., Organisation
Anggita.
Feist
Dr. Cipto A. (WHO).
The(2016).
use
Mangunkusumo; (2017)
ofMediated
forensic
2012. Voyeurism
science
p. 5. dan Media
in volume crimeSosial (Studi Deskriptif
investigations: Kualitatif
a review Praktik Mediated
of the research literature.Voyeurism pada
Home office Media
online SosialCrime
report. Path
• Mahasiswa
Yudiantoand
A.
IlmuIlmu kedokteran
Komunikasi forensik.
FISIP UNS Surabaya:
surakarta Scopindo Media Pustaka; 2020.
Reduction
31. Moeljatno. Community
Asas-asas hukumSafety Group.
pidana. 2005
Jakarta: RinekaAngkatan 2010-2012
Cipta; 1993.
18.
7. Kartini K. Psikologi
Budiyanto A, WidiatmakaAbnormal dan Abnormalitas
W, Sudiono Seksual.
S, dkk. “Ilmu Bandung:
Kedokteran Mandar Maju,
Forensik”. 1989. Halcetakan
Edisi pertama, 248-265kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Universitas
32. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. (2014). Moore clinically oriented anatomy. Edisi ke-7. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.
19. Kementerian hukum dan hak asasi manusia republik Indonesia. Rancangan undang-undang republik Indonesia tentang penghapusan kekerasan seksual. 2022.
Indonesia. 1997.
33. Novantoro D. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Persetubuhan Yang “Tidak Berdaya” Dalam Pasal 286 Kitab Undang-Undang Hukum
20.
8. Kementerian hukum dan hak
Departemen Keperawatan asasi
Dasar danmanusia
Emergensirepublik
FKKMK Indonesia.
UGM.Undang-undang
Kenali Gejala danrepublik Indonesia
Penanganan nomor2022.
Pingsan. 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana
Pidana. Tesis. 2018. 1–121 p.
9. perdagangan
DerSarkissianorang.C. Jakarta;Understanding
2007. fainting [Internet]. WebMD. 2021 [cited 2022 Sep 30]. Available from:
34. Ocviyanti D, Budiningsih Y, Khusen D, Dorothea M. Peran Dokter dalam Menangani Pelecehan Seksual pada Anak di Indonesia. J Indon Med Assoc.
21. Kementerian hukum dan hak asasi manusia republik Indonesia. Undang-undang republik Indonesia nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-
https://www.webmd.com/brain/understanding-fainting-symptoms
2019;69(2):89–96.
10. undang
Dewi R.nomor
Buku 23 ajartahun 2002 tentang
pemeriksaan fisik perlindungan anak. Jakarta;
dan aspek medikolegal 2014. seksual pada anak dan remaja. Lampung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Universitas
kekerasan
35. Ocviyanti D, Dorothea M. Aborsi di Indonesia. J Indones Med Assoc [Internet]. 2018;68(6):213–5. Available from:
22. Kementerian
Lampung; 2017.hukum dan hak asasi manusia republik Indonesia. Undang-undang republik Indonesia nomor 44 tentang pornografi. Jakarta; 2008.
http://mki-ojs.idionline.org/jurnal/article/view/56
23.
11. Kementerian
Drake RL, VoglPendidikan,
W, MitchellKebudayaan,
AWM. Gray’s Riset, dananatomy.
basic Teknologi Republik Indonesia.
Philadelphia: Elsevier; Kamus
2019. Besar Bahasa Indonesia. (2022).
36.
12. Ohoiwutun
24. Kitab Y. T. Urgensi
undang-undang
European Society Bedah
hukum Mayat
perdata
of Cardiology. Forensik
(burgerlijk
Guidelines Dalam
onwetboek Pembuktian Tindak1847.
voor Indonesie).
management (diagnosis pidana
and Pembunuhan
treatment) Berencana
of syncope (Kajian
- Update 2004:Putusan Nomor:
The task 79/Pid.B/2012/PN.Bgr).
force on Syncope, EuropeanJ
25. Yudisial.
Society of2016;9(1):73–92.
Kompilasi hukum Islam.
Cardiology. 1993.
Eur Heart J. 2004;25(22):2054–72.
TERIMA KASIH
FOTO DOKTER MUDA

Anda mungkin juga menyukai