Anda di halaman 1dari 62

REFERAT

Trauma Tumpul pada Mata

Oleh : Michael Leaniel ( 112022101 ), Eggy Fherdyansa ( 112022102 )

Pembimbing : dr. Rossada Adiarti, Sp.M


Anatomi dan Fisiologi Bola Mata

Lapisan Bola Mata

Tunika fibrosa
• Terdiri dari:
• Sklera
• Kornea
Tunika vaskulosa (uvea)
• Terdiri dari:
• Uvea anterior
• Iris
• Korpus siliaris
• Uvea posterior
• Koroid
Tunika nervosa
• Terdiri dari:
• Retina
Orbita

• Orbita terdiri dari tulang dan lemak

• Tulang penyusun orbita adalah os frontale, os sphenoid, os zygomaticum, os maxilla, os palatinum, os


lacrimale, dan os ethmoidale

• Bola mata terletak terbenam di dalam lemak orbita

• Tulang untuk proteksi bagian dalam dan belakang mata

• Lemak untuk meredam getaran


Orbita
Palpebra

• Palpebra tersusun atas kulit, otot protaktor, tarsus,


septum orbita, lemak orbita, otot retrakter, dan
konjungtiva palpebra

• Palpebra untuk proteksi bola mata bagian depan,


mencegah penguapan air mata, dan estetika

• Pada palpebra terdapat kelenjar meibom, zeiss,


moll, dan lakrimale aksesorius
Konjungtiva

• Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang melapisi


bagian dalam palpebra hingga sklera

• Lapisan tipis dan transparan

• Terdiri atas konjungtiva palpebra, konjungtiva


forniks, dan konjungtiva bulbi

• Lapisan konjungtiva terdiri atas epitel, stroma, dan


endotel
Kornea

• Kornea adalah jaringan transparan dan avascular

• Berfungsi sebagai media refraksi dengan indeks bias 1.37

• Kejernihan berasal dari susunan epitel yang rapih, serabut kolagen yang rapih dan padat, kadar air yang
konstan, dan avascular

• Lapisan kornea terdiri dari epitel, membran bowman, stroma, membrane descement, dan endotel
Sklera

• Sklera adalah lanjutan ke belakang dari kornea

• Warna putih dan kaku karena susunan jaringan yang tidak teratur

• Berfungsi untuk proteksi jaringan di dalamnya, insersi OEO

• Vaskularisasi: a. cilliaris

• Lapisan terdiri dari episklera, stroma, dan lamina fuska


Iris

• Iris adalah membran datar kelanjutan korpus siliaris

• Berfungsi untuk memberi warna mata dan mengatur


besarnya cahaya yang masuk ke mata melalui
pengaturan pupil (midriasis dan miosis)

• Lapisan iris terdiri dari anterior limiting layer,


stroma, anterior epithelium layer, dan posterior
epithelium layer.

• Perlengketan iris disebut sinekia


Korpus Siliaris

• Terdiri dari pars plikata dan pars plana

• Pars plikata terdiri dari muskulus siliaris dan prosesus siliaris

• Pas plana biasanya menjadi tempat insersi jarum ke korpus vitreous karena mengandung sedikit pembuluh
darah
Koroid

• Koroid terdiri dari anyaman pembuluh darah (mengakibatkan refleks fundus merah)

• Berfungsi untuk membawa nutrisi dan oksigen

• Berwarna gelap karena banyak pigmen melanin

• Lapisan terdiri dari suprakoroid, pembuluh darah koriokapiler, dan membrane bruch
Retina

• Retina merupakan membran tipis, bening, seperti jaring

• Berfungsi untuk menerima cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal elektrokimiawi untuk diteruskan ke otak

• Terdiri dari 1 lapisan epitel dan 9 lapisan sensoris

• Lapisan sensoris mengandung fotoreseptor, sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel ganglion
Tunika Nervosa

• Lapisan tunika nervosa yang terdiri dari retina merupakan 2/3 dari
lapisan dinding bola mata dan merupakan lapisan paling dalam
Ruang Bola Mata

• Segmen anterior
• Bilik mata depan

• Bilik mata belakang

• Segmen posterior
Humor Akuos

• Dihasilkan oleh prosesus siliaris tidak berpigmen

• Berfungsi sebagai media refraksi dengan indeks bias 1.33

• Menentukan TIO (Tekanan Intra Orbital)

• Drainase melalui jalur trabecular dan uveoskleral


Drainase Humor Akuos
Korpus Vitreous

• Korpus vitreous atau benda kaca mengisi 4/5 bagian dari isi bola mata

• Terdiri dari 99% air + 1% asam hialuronat dan kolagen

• Konsistensi seperti gelatin

• Berfungsi sebagai media refraksi indeks bias 1.33, membentuk bola mata, serta perlekatan retina, diskus
optikus, dan ora serrata

• Dikelilingi hyaloid
Lensa

• Bangunan bikonveks yang jernih

• Terdiri dari 65% air dan 35% protein mineral

• Tersusun atas epitel yang berdiferensiasi tinggi dan avaskular

• Digantung zonula zini ke korpus siliaris

• Berfungsi sebagai media refraksi indeks bias 1.4 sentral dan 1.36 tepi

• Dapat berakomodasi dengan bantuan muskulus siliaris dan zonula zini

• Lensa jernih karena mekanisme kontrol keseimbangan cairan dan elektrolit yang baik, struktur yang
avaskular, serta akibat susunan komponen mikro dan makro molekul
Klasifikasi Trauma Mata

• Trauma pada bola mata


• Fisis

• Kimiawi

• Mekanis

• Trauma pada jaringan selain bola mata


Terminologi BETT
Terminologi BETT
Istilah Definisi
Dinding bola mata Sklera dan kornea
Trauma tertutup bola mata Tidak terdapat luka full-thickness pada dinding bola mata
Trauma terbuka bola mata Terdapat luka full-thickness pada dinding bola mata
Kontusio Tidak terdapat luka full-thickness pada dinding bola mata
Cedera terjadi karena energi direk dari objek atau karena perubahan
bentuk globus
Ruptur Luka full-thickness pada dinding bola mata yang disebabkan oleh
benda tumpul
Mata terisi cairan yang tidak dapat dikompresi yang mengakibatkan
peningkatan TIO sementara
Dinding bola mata akan terbuka di tempat yang paling lemah
(mekanisme dari dalam ke luar)
Laserasi Luka full-thickness pada dinding bola mata yang disebabkan oleh
benda tajam (mekanisme dari luar ke dalam di tempat impak)
Cedera penetrasi Luka masuk (1 pintu)
Jika terdapat lebih dari 1 luka, masing-masing luka disebabkan oleh
agen berbeda
Benda asing tertinggal dalam bola mata
Cedera perforasi Luka masuk dan keluar (2 pintu)
Jika terdapat lebih dari 1 luka, disebabkan oleh agen yang sama
Etiologi

• Trauma tumpul akibat benda tumpul yang mengenai mata

• Trauma tumpul akibat getaran yang disebabkan oleh benturan benda tumpul ke mata

• Pada anak umumnya karena tidak sengaja saat bermain

• Pada dewasa umumnya karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan di tempat kerja, dan penyerangan atau
perkelahian

• Pada lansia umumnya karena jatuh sendiri dan terbentur benda tumpul
Epidemiologi

• Trauma mata 7% dari trauma di seluruh tubuh

• 10-15% kasus penyakit mata adalah kasus trauma mata

• WHO memperkirakan 55 juta kasus trauma tiap tahunnya

• 80% kasus trauma mata diderita laki-laki umur 30-40 tahun

• Insiden trauma mekanis 89.3% dari total kasus trauma mata

• Insiden trauma tumpul 3x lebih tinggi dari trauma tajam


Trauma Tumpul pada Mata
Trauma Tumpul pada Palpebra

• Edema palpebra

Tatalaksana edema dengan kompres dingin

• Hematoma periocular

Perdarahan umumnya diserap oleh tubuh


Trauma Tumpul pada Konjungtiva

• Edema konjungtiva (kemosis)

Tatalaksana edema dengan kompres dingin

• Hematoma subkonjungtiva

Perdarahan umumnya diserap oleh tubuh


Trauma Tumpul pada Konjungtiva
Trauma Tumpul pada Kornea

• Edema kornea

Tatalaksana edema dengan larutan hipertonik

• Ruptur kornea

Tatalaksana ruptur dengan antibiotik profilaksis,


proteksi kornea, lalu rujuk ke dokter spesialis
mata
Trauma Tumpul pada Sklera

• Defek pada sklera atau defek korneosklera

Tatalaksana dengan antibiotic profilaksis hingga penjahitan


Trauma Tumpul pada Bilik Mata Depan

Hifema
• Perdarahan pada bilik mata

• Awalnya terjadi kontusio, ekspansi ekuatorial bola mata, peregangan jaringan limbal, aliran akuos
ke bagian posterior dan perifer mata, retrodisplacement iris dan lensa, kemudian robekan pada
korpus siliaris.

• Perdarahan dapat berasal dari arteri dan cabangnya pada korpus siliaris, arteri koroidalis, atau
pembuluh darah iris di sekeliling pupil
Hifema

• Dapat ditemukan angle recession, iritis traumatika, cincin vossius, iridodialisis, kerusakan kornea, katarak,
subluksasi atau luksasi lensa, trauma segmen posterior, dan neuropati optik

• Hifema dapat menyebabkan corneal staining dan glaukoma sekunder pada mata

• Hifema dapat dibedakan menjadi primer (langsung terjadi pada saat trauma) dan sekunder (terjadi 3-5 hari
setelah terjadi trauma) sesuai onsetnya

• Hifema dapat dibedakan sesuai volume darah yang menutupi bilik mata depan
Hifema

Angle Recession pada Hifema


Vossius Ring pada Hifema
Hifema

Berdasarkan derajatnya hifema terbagi menjadi 5 jenis yaitu:


• Dejarat ringan (mikrohifema)
• Grade I (≤ 1/3 anterior chamber volume)
• Grade II (1/3 -1/2 anterior chamber volume)
• Grade III (> ½ anterior chamber volume)
• Grade IV (derajat berat atau total hifema yang disebut juga eight ball
hyphema)
Hifema

• Tatalaksana bergantung pada jumlah perdarahan, TIO, dan kejernihan kornea

• Pada hifema derajat II dengan kornea jernih, dapat dilakukan tirah baring dengan elevasi kepala 30-60 derajat

• Tatalaksana umumnya dengan obat koagulansia, sikloplegik, dan steroid sistemik atau topical

• Pada hifema dengan peningkatan TIO, diberikan asetazolamid

• Tindakan bedah harus segera dilakukan sesuai indikasi untuk mencegah perlekatan iris bagian tepi dan
trabekulum

• Tindakan bedah dengan parasintesis sederhana atau irigasi aspirasi dan insisi luas
Indikasi Bedah pada Hifema

• TIO>50 mmHg selama 5 hari

• TIO>35 mmHg selama 7 hari (untuk menghindari atrofi N II)

• TIO>25 mmHg selama 5 hari dengan hifema grade III ke atas (untuk menghindari hemosiderosis kornea)

• Adanya gumpalan darah persisten selama 10 hari

• Sinekia anterior perifer


Trauma Tumpul pada Iris

• Iridoplegia

Tatalaksana sesuai penyebab timbulnya iridoplegia,


misalnya penjahitan pada bagian yang ruptur

• Iridodialisis

Tatalaksana dengan penjahitan metode Mc Cannel


Trauma Tumpul pada Lensa

• Katarak traumatika

Tatalaksana dengan ekstraksi lensa (apabila mata tenang, ekstraksi dapat ditunda)

• Subluksasi atau luksasi lensa

Tatalaksana dengan obat-obatan anti glaukoma dan ekstraksi lensa


Trauma Tumpul pada Lensa
Trauma Tumpul pada Koroid

• Ruptur direk dan indirek pada koroid

Tatalaksana dengan Tindakan operatif apabila rupture


koroid disertai perdarahan subretinal atau perdarahan
vitreous
Trauma Tumpul pada Retina

• Disebabkan oleh mekanisme kompresi, dekompresi, overshooting, dan osiliasi

• menyebabkan dialisis retina dan robekan retina perifer karena energi traksi yang besar pada dasar vitreous
akibat peningkatan diameter ekuator bola mata secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat

• Hal ini kemudian dapat menyebabkan edema retina, robekan atau lubang retina, dan ablasio retina

• Keluhan berupa penurunan penglihatan dengan gambaran retina yang sembab (kehilangan
penampakan struktur vaskular) terutama di polus posterior

• Sebanyak 60% kasus mengalami perbaikan spontan, sedangkan sisanya mengakibatkan gangguan
permanen dengan derajat yang bervariasi
Trauma Tumpul pada Retina
Trauma Tumpul pada Retina

• Ablasio retina merupakan kondisi lepasnya lapisan epitel berpigmen retina dari lapisan
sensoris lainnya sehingga lapisan tersebut tidak bisa mendapatkan nurtrisi dan oksigen dari
koroid.

• mengakibatkan hilangnya lapang pandang secara permanen.

• Keluhan berupa adanya selaput seperti tabir atau tirai yang mengganggu lapang pandang.

• Tajam penglihatan akan menurun secara drastis apabila ablasio retina terjadi di daerah
makula.

• Tatalaksana dengan laser retinopexy atau cryoretinopexy oleh dokter mata


Trauma pada Korpus Vitreous

• Trauma tumpul pada mata dapat menimbulkan perdarahan pada vitreous atau disebut
hemoftalmos.

• Kondisi ini dapat disebabkan oleh robekan pada retina, iridodialisis, dan ruptur koroid.

• Perlu dilakukan evaluasi pada segmen mata posterior.

• Pada kasus yang ringan, perdarahan cukup diobservasi sampai terjadi penyerapan spontan.

• Pada kasus yang lebih berat, dengan penurunan penglihatan dan tidak adanya perbaikan
pada observasi, tindakan vitrektomi perlu dipertimbangkan
Trauma Tumpul Korpus Vitreous
Trauma Tumpul pada saraf Optik

• Avulsi saraf optik adalah


lepasnya saraf optik dari
bagian pangkalnya yang
menyebabkan penurunan
penglihatan drastis hingga
kebutaan
Trauma Tumpul pada Saraf Optik

• Pada neuropati optik traumatika, terjadi kompresi dan edema hingga perdarahan di
saraf optik.
• Hal ini mengakibatkan penurunan penglihatan, gangguan penglihatan warna, dan
gangguan lapang pandang.
• Pada pemeriksaan dapat ditemukan defek aferen pupil tanpa gangguan signifikan
pada retina.
• Terapi yang dapat diberikan adalah steroid pada masa akut dan rujuk ke dokter
mata untuk penanganan selanjutnya.
Trauma Tumpul pada Saraf Optik
Fraktur Orbita
• Merupakan cedera traumatik pada tulang-tulang orbita yang pada
umumnya disebabkan oleh trauma tumpul pada wajah atau mata
• Fraktur orbita dapat dibagi menjadi fraktur zigoma (ZMC), apeks
orbita, atap orbita, dinding medial orbita, dan dasar orbita
Fraktur Orbita
• Pada fraktur ZMC, dapat ditemukan perubahan kedudukan bola mata
dan penglihatan ganda.
• Apabila tulang zigoma tidak bergeser atau mengalami displacement,
umumnya tidak dibutuhkan tindakan operasi.
• Pada operasi dapat dilakukan open reduction fracture dan fiksasi
menggunakan plate and screw.
Fraktur Orbita
• Apeks orbita umumnya melibatkan kanalis optikus, fissura orbitalis
superior, dan struktur lain yang terletak di dalamnya.
• seringkali terjadi komplikasi berupa kerusakan saraf optik hingga
mengakibatkan penurunan penglihatan yang tajam karena.
• fraktur pada apeks orbita dapat menyebabkan nervus optikus teregang
akibat desakan dari patahan tulang.
Fraktur Orbita
• Fraktur pada atap orbita umumnya disebabkan oleh trauma tumpul, terutama pada
anak-anak yang sinus frontalnya belum terbentuk sempurna.
• Dapat ditemukan ptosis, pergerakan mata yang tidak seimbang, hingga
eksoftalmos
Fraktur orbita
• Fraktur pada dinding medial orbita melibatkan prosesus frontalis sinus
maksila, tulang lakrimal, dan tulang ethmoid.
• Terdapat 3 tipe:
1. Pada tipe I, tendon kantus medial masih melekat pada fragmen
tulang yang patah.
2. Pada tipe II, serangkaian tulang patah pada dinding medial di bagian
sentral.
3. Pada tipe III, fraktur dinding medial menyebabkan avulsi tendon
kantus medial.
Fraktur Orbita
Fraktur Orbita
• Dapat mencederai otak dan bola mata, seperti hematoma orbita,
kerusakan sistem ekskresi lakrimal, dan pergeseran dinding medial ke
arah lateral
• Pemeriksaan radiologis posisi caldwell untuk mengevaluasi sinus-
sinus ethmoidalis pada fraktur dinding medial orbita.
• Penatalaksanaan dengan operasi rekonstruksi menggunakan fiksasi
miniplate dan bila diperlukan dengan transnasal wiring kantus medial.
• Apabila terjadi kerusakan pada sistem ekskresi lakrimal, dapat
dilakukan dakriosistorinostomi dengan tube silikon.
Fraktur Orbita
• Fraktur pada dasar orbita disebut blow-out fracutre­.
• Diakibatkan oleh objek tumpul berukuran lebih besar dari diameter
orbita dan mengenai seluruh permukaan orbita sehingga terjadi
kompresi pada orbita.
• Mengakibatkan dasar orbita melengkung dan patah.
• Dapat ditemukan ekimosis dan edema palpebra.
• Pasien biasanya akan mengeluhkan penglihatan ganda dengan
keterbatasan gerak bola mata.
• Dapat terjadi proptosis, krepitasi, dan enoftalmos.
Fraktur Orbita
Fraktur Orbita
• Enoftalmos atau masuknya bola mata ke dalam rongga orbita dapat terjadi melalui 4
mekanisme.
1. Adanya lemak dan jaringan orbita bagian posterior dan inferior yang masuk ke
dalam antrum maksilaris akibat fraktur sehingga bola mata kehilangan struktur
penyokong posterior dan inferiornya.
2. fragmen tulang yang masuk ke antrum maksilaris mengakibatkan lemak orbita
bergeser untuk mengisi pertambahan volume tersebut sehingga mata kehilangan
penyokong di bagian posterior bola mata.
3. Ketiga, muskulus rektus inferior terjerat pada tulang yang fraktur dengan struktur
orbita lain terdesak ke orbita posterior sehingga bola mata terkekang ke belakang.
4. Keempat, atrofi lemak orbita setelah trauma memperlemah jaringan penyokong di
belakang bola mata dan menyebabkan bola mata lebih tertekan ke posterior.
Fraktur Orbita
• Fraktur blow-out sering disertai dengan jejas pada bola mata dan
jaringan adneksa mata
• Dapat menyebabkan kebutaan karena rusaknya nervus optikus.
• Dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan mendadak atau setelah
beberapa waktu karena kontusio, avulsi, atau infrak nervus optikus.
Fraktur Orbita
• Pemeriksaan OCT potongan koronal untuk diagnosis dan penatalaksanaan fraktur
dasar orbita.
• Foto kepala posisi waters merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
deteksi dini pasien yang dicurigai menderita fraktur dasar orbita
Fraktur Orbita
• Tatalaksana pada fraktur dinding dasar orbita dibagi menjadi terapi
dini dan tunda. Pada terapi dini, tindakan operasi dilakukan paling
lama 1 bulan setelah trauma dimana biasanya dilakukan 2 minggu
setelah trauma
• Terapi tunda bertujuan menangani gejala sisa yang terjadi akibat
fraktur serta enoftalmos residual dan dilakukan 2 bulan atau lebih
setelah trauma.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai