Tunika fibrosa
• Terdiri dari:
• Sklera
• Kornea
Tunika vaskulosa (uvea)
• Terdiri dari:
• Uvea anterior
• Iris
• Korpus siliaris
• Uvea posterior
• Koroid
Tunika nervosa
• Terdiri dari:
• Retina
Orbita
• Kejernihan berasal dari susunan epitel yang rapih, serabut kolagen yang rapih dan padat, kadar air yang
konstan, dan avascular
• Lapisan kornea terdiri dari epitel, membran bowman, stroma, membrane descement, dan endotel
Sklera
• Warna putih dan kaku karena susunan jaringan yang tidak teratur
• Vaskularisasi: a. cilliaris
• Pas plana biasanya menjadi tempat insersi jarum ke korpus vitreous karena mengandung sedikit pembuluh
darah
Koroid
• Koroid terdiri dari anyaman pembuluh darah (mengakibatkan refleks fundus merah)
• Lapisan terdiri dari suprakoroid, pembuluh darah koriokapiler, dan membrane bruch
Retina
• Berfungsi untuk menerima cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal elektrokimiawi untuk diteruskan ke otak
• Lapisan sensoris mengandung fotoreseptor, sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel ganglion
Tunika Nervosa
• Lapisan tunika nervosa yang terdiri dari retina merupakan 2/3 dari
lapisan dinding bola mata dan merupakan lapisan paling dalam
Ruang Bola Mata
• Segmen anterior
• Bilik mata depan
• Segmen posterior
Humor Akuos
• Korpus vitreous atau benda kaca mengisi 4/5 bagian dari isi bola mata
• Berfungsi sebagai media refraksi indeks bias 1.33, membentuk bola mata, serta perlekatan retina, diskus
optikus, dan ora serrata
• Dikelilingi hyaloid
Lensa
• Berfungsi sebagai media refraksi indeks bias 1.4 sentral dan 1.36 tepi
• Lensa jernih karena mekanisme kontrol keseimbangan cairan dan elektrolit yang baik, struktur yang
avaskular, serta akibat susunan komponen mikro dan makro molekul
Klasifikasi Trauma Mata
• Kimiawi
• Mekanis
• Trauma tumpul akibat getaran yang disebabkan oleh benturan benda tumpul ke mata
• Pada dewasa umumnya karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan di tempat kerja, dan penyerangan atau
perkelahian
• Pada lansia umumnya karena jatuh sendiri dan terbentur benda tumpul
Epidemiologi
• Edema palpebra
• Hematoma periocular
• Hematoma subkonjungtiva
• Edema kornea
• Ruptur kornea
Hifema
• Perdarahan pada bilik mata
• Awalnya terjadi kontusio, ekspansi ekuatorial bola mata, peregangan jaringan limbal, aliran akuos
ke bagian posterior dan perifer mata, retrodisplacement iris dan lensa, kemudian robekan pada
korpus siliaris.
• Perdarahan dapat berasal dari arteri dan cabangnya pada korpus siliaris, arteri koroidalis, atau
pembuluh darah iris di sekeliling pupil
Hifema
• Dapat ditemukan angle recession, iritis traumatika, cincin vossius, iridodialisis, kerusakan kornea, katarak,
subluksasi atau luksasi lensa, trauma segmen posterior, dan neuropati optik
• Hifema dapat menyebabkan corneal staining dan glaukoma sekunder pada mata
• Hifema dapat dibedakan menjadi primer (langsung terjadi pada saat trauma) dan sekunder (terjadi 3-5 hari
setelah terjadi trauma) sesuai onsetnya
• Hifema dapat dibedakan sesuai volume darah yang menutupi bilik mata depan
Hifema
• Pada hifema derajat II dengan kornea jernih, dapat dilakukan tirah baring dengan elevasi kepala 30-60 derajat
• Tatalaksana umumnya dengan obat koagulansia, sikloplegik, dan steroid sistemik atau topical
• Tindakan bedah harus segera dilakukan sesuai indikasi untuk mencegah perlekatan iris bagian tepi dan
trabekulum
• Tindakan bedah dengan parasintesis sederhana atau irigasi aspirasi dan insisi luas
Indikasi Bedah pada Hifema
• TIO>25 mmHg selama 5 hari dengan hifema grade III ke atas (untuk menghindari hemosiderosis kornea)
• Iridoplegia
• Iridodialisis
• Katarak traumatika
Tatalaksana dengan ekstraksi lensa (apabila mata tenang, ekstraksi dapat ditunda)
• menyebabkan dialisis retina dan robekan retina perifer karena energi traksi yang besar pada dasar vitreous
akibat peningkatan diameter ekuator bola mata secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat
• Hal ini kemudian dapat menyebabkan edema retina, robekan atau lubang retina, dan ablasio retina
• Keluhan berupa penurunan penglihatan dengan gambaran retina yang sembab (kehilangan
penampakan struktur vaskular) terutama di polus posterior
• Sebanyak 60% kasus mengalami perbaikan spontan, sedangkan sisanya mengakibatkan gangguan
permanen dengan derajat yang bervariasi
Trauma Tumpul pada Retina
Trauma Tumpul pada Retina
• Ablasio retina merupakan kondisi lepasnya lapisan epitel berpigmen retina dari lapisan
sensoris lainnya sehingga lapisan tersebut tidak bisa mendapatkan nurtrisi dan oksigen dari
koroid.
• Keluhan berupa adanya selaput seperti tabir atau tirai yang mengganggu lapang pandang.
• Tajam penglihatan akan menurun secara drastis apabila ablasio retina terjadi di daerah
makula.
• Trauma tumpul pada mata dapat menimbulkan perdarahan pada vitreous atau disebut
hemoftalmos.
• Kondisi ini dapat disebabkan oleh robekan pada retina, iridodialisis, dan ruptur koroid.
• Pada kasus yang ringan, perdarahan cukup diobservasi sampai terjadi penyerapan spontan.
• Pada kasus yang lebih berat, dengan penurunan penglihatan dan tidak adanya perbaikan
pada observasi, tindakan vitrektomi perlu dipertimbangkan
Trauma Tumpul Korpus Vitreous
Trauma Tumpul pada saraf Optik
• Pada neuropati optik traumatika, terjadi kompresi dan edema hingga perdarahan di
saraf optik.
• Hal ini mengakibatkan penurunan penglihatan, gangguan penglihatan warna, dan
gangguan lapang pandang.
• Pada pemeriksaan dapat ditemukan defek aferen pupil tanpa gangguan signifikan
pada retina.
• Terapi yang dapat diberikan adalah steroid pada masa akut dan rujuk ke dokter
mata untuk penanganan selanjutnya.
Trauma Tumpul pada Saraf Optik
Fraktur Orbita
• Merupakan cedera traumatik pada tulang-tulang orbita yang pada
umumnya disebabkan oleh trauma tumpul pada wajah atau mata
• Fraktur orbita dapat dibagi menjadi fraktur zigoma (ZMC), apeks
orbita, atap orbita, dinding medial orbita, dan dasar orbita
Fraktur Orbita
• Pada fraktur ZMC, dapat ditemukan perubahan kedudukan bola mata
dan penglihatan ganda.
• Apabila tulang zigoma tidak bergeser atau mengalami displacement,
umumnya tidak dibutuhkan tindakan operasi.
• Pada operasi dapat dilakukan open reduction fracture dan fiksasi
menggunakan plate and screw.
Fraktur Orbita
• Apeks orbita umumnya melibatkan kanalis optikus, fissura orbitalis
superior, dan struktur lain yang terletak di dalamnya.
• seringkali terjadi komplikasi berupa kerusakan saraf optik hingga
mengakibatkan penurunan penglihatan yang tajam karena.
• fraktur pada apeks orbita dapat menyebabkan nervus optikus teregang
akibat desakan dari patahan tulang.
Fraktur Orbita
• Fraktur pada atap orbita umumnya disebabkan oleh trauma tumpul, terutama pada
anak-anak yang sinus frontalnya belum terbentuk sempurna.
• Dapat ditemukan ptosis, pergerakan mata yang tidak seimbang, hingga
eksoftalmos
Fraktur orbita
• Fraktur pada dinding medial orbita melibatkan prosesus frontalis sinus
maksila, tulang lakrimal, dan tulang ethmoid.
• Terdapat 3 tipe:
1. Pada tipe I, tendon kantus medial masih melekat pada fragmen
tulang yang patah.
2. Pada tipe II, serangkaian tulang patah pada dinding medial di bagian
sentral.
3. Pada tipe III, fraktur dinding medial menyebabkan avulsi tendon
kantus medial.
Fraktur Orbita
Fraktur Orbita
• Dapat mencederai otak dan bola mata, seperti hematoma orbita,
kerusakan sistem ekskresi lakrimal, dan pergeseran dinding medial ke
arah lateral
• Pemeriksaan radiologis posisi caldwell untuk mengevaluasi sinus-
sinus ethmoidalis pada fraktur dinding medial orbita.
• Penatalaksanaan dengan operasi rekonstruksi menggunakan fiksasi
miniplate dan bila diperlukan dengan transnasal wiring kantus medial.
• Apabila terjadi kerusakan pada sistem ekskresi lakrimal, dapat
dilakukan dakriosistorinostomi dengan tube silikon.
Fraktur Orbita
• Fraktur pada dasar orbita disebut blow-out fracutre.
• Diakibatkan oleh objek tumpul berukuran lebih besar dari diameter
orbita dan mengenai seluruh permukaan orbita sehingga terjadi
kompresi pada orbita.
• Mengakibatkan dasar orbita melengkung dan patah.
• Dapat ditemukan ekimosis dan edema palpebra.
• Pasien biasanya akan mengeluhkan penglihatan ganda dengan
keterbatasan gerak bola mata.
• Dapat terjadi proptosis, krepitasi, dan enoftalmos.
Fraktur Orbita
Fraktur Orbita
• Enoftalmos atau masuknya bola mata ke dalam rongga orbita dapat terjadi melalui 4
mekanisme.
1. Adanya lemak dan jaringan orbita bagian posterior dan inferior yang masuk ke
dalam antrum maksilaris akibat fraktur sehingga bola mata kehilangan struktur
penyokong posterior dan inferiornya.
2. fragmen tulang yang masuk ke antrum maksilaris mengakibatkan lemak orbita
bergeser untuk mengisi pertambahan volume tersebut sehingga mata kehilangan
penyokong di bagian posterior bola mata.
3. Ketiga, muskulus rektus inferior terjerat pada tulang yang fraktur dengan struktur
orbita lain terdesak ke orbita posterior sehingga bola mata terkekang ke belakang.
4. Keempat, atrofi lemak orbita setelah trauma memperlemah jaringan penyokong di
belakang bola mata dan menyebabkan bola mata lebih tertekan ke posterior.
Fraktur Orbita
• Fraktur blow-out sering disertai dengan jejas pada bola mata dan
jaringan adneksa mata
• Dapat menyebabkan kebutaan karena rusaknya nervus optikus.
• Dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan mendadak atau setelah
beberapa waktu karena kontusio, avulsi, atau infrak nervus optikus.
Fraktur Orbita
• Pemeriksaan OCT potongan koronal untuk diagnosis dan penatalaksanaan fraktur
dasar orbita.
• Foto kepala posisi waters merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
deteksi dini pasien yang dicurigai menderita fraktur dasar orbita
Fraktur Orbita
• Tatalaksana pada fraktur dinding dasar orbita dibagi menjadi terapi
dini dan tunda. Pada terapi dini, tindakan operasi dilakukan paling
lama 1 bulan setelah trauma dimana biasanya dilakukan 2 minggu
setelah trauma
• Terapi tunda bertujuan menangani gejala sisa yang terjadi akibat
fraktur serta enoftalmos residual dan dilakukan 2 bulan atau lebih
setelah trauma.
Thank you