Anda di halaman 1dari 33

TRAUMA TUMPUL

Siska Mayasari 20170420162


Sita Putri Sekarsari 20170420163
Anatomi Mata
Konjungtiva
• Membran mukus yang tipis dan transparan yang membungkus
permukaan posterior palpebra (konjungtiva palpebra) dan baigan
anterior sklera (konjungtiba bulbi).
• Konjungtiva palpebra melapisi permukaan posterior kelopak mata
dan melekar erat pada tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus,
konjungtiva melipat ke posterior dan membungkus jaringan episklera
menjadi konjungtiva bulbi. Konjungtiva dibagian tepi palpebra
bersambungan dengan kulit sedangkan dengan epitel kornea di
limbus
Sklera
Pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar. Sklera padat dan
putih, bagian anteriornya berbatasan dengan kornea. Pita-pita kolagen
dengan jaringan elastis membentang di sepanjang foramen sklera
posterior, membentuk lamina cribosa, yang diantaranya dilalui oleh
berkas akson nervus optikus
Kornea
Jaringan transparan dan avaskular, bersama-sama dengan konjungtiva,
kornea merupakan batas depan dari bola mata. Disamping sebagai
membran yang protektif, kornea juga berfungsi sebagai media refraksi
dengan kekuatan refraksi +43 dioptri
Traktus uvealis
• Iris merupakan perpanjangan corpus ciliaris ke anterior. Iris terletak
bersabungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan kamera
okuli anterior dari kamera okuli posterior, yang masing-masing berisi
aqueous humor
• Corpus ciliare membentang ke depan dari ujung anterior koroid
hingga pangkal iris. Corpus ciliare terdiri dari pars plicata dan pars
plana. Prossesus ciliaris berasal dari pars plicata
• Koroid adalah segmen posterior uvea, antara retina dan sklera
Lensa
Lensa berbentuk biconvex, avaskulas, tidak berwarna, dan transparan.
Ketebalan sekitar 4 mm dengan diameter 9 mm. Lensa terletak di
posterior chamber di antara permukaan posterior iris dan fossa hyaloid.
Lensa difiksasi di tempatnya oleh ligamnetum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula (Zonula Zinni) yang muncul dari permukaan
corpus ciliaris dan menyisip ke dalam equator lensa
Retina
Lapisan paling dalam dari dinding bola mata yang terdiri dari bagian
fotoreseptif yaitu pars optica retinae dan bagian non-fotoreseptif yaitu
pars caeca retinae. Retina pars optica akan bergabung dengan pars
caeca di ora serrata
Vaskularisasi Bola Mata
• Cabang-cabang arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang
memvaskularisasi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-
cabang muskularis ke berbagai otot orbita, arteri siliaris posterior
longus dan brevis, arteri palpebra medialis ke kedua kelopak mata,
dan arteri supra orbitalis serta supra troklearis
• Arteri siliaris posterior brevis memvaskularisasi koroid dan bagian
nervus optikus. Kedua arteri siliaris longus memvaskularisasi badan
siliar, beranastomosis satu dengan yang lain, dan bersama arteri
siliaris anterior membentuk sirkulus arteriosus major iris. Arteri siliaris
anterior berasal dari cabang-cabang muskularis dan menuju ke
muskuli rekti. Arteri ini memvaskularisasi sklera, episklera, limbus,
konjungtiva, serta ikut membentuk sirkulus arteriosus major iris
• Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena oftalmika
superior dan inferior, yang juga menampung darah dari vena
vorticose bilik mata depan, vena siliaris anterior, dan vena sentralis
retina. Vena oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui
fisura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus
melalui fisura orbitalis inferior
Inervasi Bola Mata
• Nervus siliaris brevis berasal dari ganglion siliaris dan dianggap
sebagai cabang CN V1. Mereka membawa serat parasimpatis dan
simpatik ke badan siliaris dan iris. Nervus siliaris longus, cabang saraf
nasokiliaris (CN V1) yang membawa serat simpatis postsynaptic ke
dilator pupil dan serabut aferen dari iris dan kornea
Trauma Mata
• Trauma mata adalah kerusakan yang dapat mengenai satu atau kedua mata yang terjadi akibat berbagai
faktor, seperti terkena pukulan atau benda tajam, terkena bahan kimia, kecelakaan yang mengenai mata,
dan sebagainya. Efek yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat dan dapat menimbulkan kebutaan.

Trauma mata berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi :


1. Mekanis
• Tumpul
• Tajam
2. Bahan Kimia
• Asam
• Basa
3. Fisik
• Cahaya
• Ledakan
• Kebakaran
• Radiasi (Lang, 2000)
Trauma Mata
• Terdapat istilah baru untuk membedakan jenis trauma mata berdasarkan
luka yang terbentuk pada eyewall (sklera dan kornea), yaitu :
1. Close Globe Injury, luka yang terbentuk pada eyewall (sklera dan kornea)
tidak sampai tembus, tetapi terdapat kerusakan intraocular. Biasanya kasus
close globe injury berkaitan dengan trauma benda tumpul (Kanski, 2003;
Khurana, 2007; Lang, 2000).
2. Open Globe Injury, luka yang terbentuk sampai menyebabkan eyewall
(sklera dan kornea) terbuka atau menyebabkan luka tembus. Kasus open
globe injury berkaitan dengan trauma benda tajam. Ada 2 jenis :
• Penetrating injury yaitu hanya terdapat satu luka tunggal pada eyewall
(luka masuk).
• Perforating injury yaitu terdapat luka ganda, satu luka masuk dan satu luka
keluar, sehingga eyewall tembus (Khurana, 2007; Lang, 2000).
Trauma Mekanis Benda Tumpul
• Definisi : Trauma mekanis benda tumpul adalah suatu trauma yang
diakibatkan benda tumpul yang mengenai mata secara cepat atau lambat
dan dapat menimbulkan kelainan pada bagian-bagian mata tertentu (Ilyas,
2014).
• Etiologi : Trauma mata benda tumpul dapat terjadi akibat:
Pukulan langsung ke bola mata dengan kepalan tangan, tongkat, ataupun
benda-benda tumpul lainya.
Mata yang terkena lemparan bola.
Kecelakaan yang mengakibatkan mata terbentur pada suatu benda tumpul
baik kecelakaan lalu lintas ataupun kecelakaan kerja.
Benda-benda tumpul lainya yang dapat menghantam mata (Khurana, 2007;
Lang, 2000).
Trauma Mekanis Benda Tumpul
• Epidemiologi
Trauma tumpul pada mata dapat terjadi pada semua usia, namun
prevalensi tertinggi didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda. Laki-
laki juga memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dibandingkan wanita.
• Klasifikasi
Kontusio
• Kerusakan diakibatkan oleh kontak langsung dengan benda dari luar
terhadap bola mata, tanpa menyebabkan robekan pada dinding bola mata.
Konkusio
• Kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma terjadi pada jaringan
disekitar mata, kemudian getaranya sampai ke bola mata.
Ruptur
• Diskontinuitas jaringan mata
Trauma Mekanis Benda Tumpul
• Patofisiologi
Trauma tumpul pada bola mata menyebabkan kerusakan dengan berbagai
cara:
Hantaman langsung ke bola mata
Hantaman langsung dapat menyebabkan kerusakan yang maksimal di titik
dimana hantaman itu mengenai bola mata.
Compression wave force
Gaya yang diterima kemudian disebarkan melalui cairan ke segala arah
sehingga bisa menghantam sudut dari camera anterior, mendorong iris
dan lensa kebelakang dan juga menghantam retina dan koroid. Hal ini
menyebabkan kerusakan yang luas. Kerusakan maksimum dapat terjadi di
lokasi yang jauh dari lokasi hantaman yang sebenarnya yang disebut conte-
coup-damage.
Trauma Mekanis Benda Tumpul
Reflected compression wave force
Merupakan lanjutan dari compression wave force, setelah
menghantam lapisan terluar, gelombang dipantulkan terfokus ke
bagian posterior sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada
fovea.
Rebound compression wave force
Setelah menghantam dinding posterior dari bola mata, gelombang
tersebut akan memantul kembali (rebound) ke arah anterior. Gaya ini
dapat merusak retina dan koroid oleh gaya tarik kedepan dan
merusak lensa-iris karena terdorong ke bagian depan.
Indirect force
Kerusakan mata yang disebabkan oleh gaya tidak langsung, yang
dihasilkan oleh tulang-tulang dan materi elastic orbita. Terjadi ketika
bola mata menghantam struktur-struktur tersebut (Khurana, 2007).
Lesi Trauma Benda Tumpul
Palpebra
• Biasanya akibat terkena pukulan atau terkena terkena lemparan bola
yang akan menghasilkan gambaran seperti kaca mata di sekitar
palpebra yang disebut sebagai brill hematoma.
• Hal ini terjadi akibat pecahnya arteri opthalmica akibat gaya yang
menyebar setelah terkena benturan. Darah yang pecah dari arteri
tersebut akan mengisi rongga orbita.
• Manajemen: kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan
menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, dilakukan kompres hangat
untuk memudahkan absorbs darah (Ilyas, 2014; Khurana, 2007).
Lesi Trauma Benda Tumpul
Konjungtiva
1.Kemosis Konjungtiva
• Kemosis konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak dapat
tertutup.
• Manajemen: pemberian dekongestan untuk mencegah cairan di dalam
selaput lendir konjungtiva.
2.Perdarahan subkonjungtiva
• Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat di bawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.
• Pecahnya arteri tersebut akibat gaya yang disebarkan dan akhirnya
mengenai arteri setelah mata menerima hantaman benda tumpul.
• Manajemen: Perdarahan subkonjungtiva bersifat self-limiting disease (1-2
minggu) atau dapat juga diberikan kompres hangat (Ilyas, 2014; Khurana,
2007).
Lesi Trauma Benda Tumpul
 Kornea
1. Edema kornea
• Keluhan penglihatan kabur dan ketika melihat cahaya akan tampak pelangi.
• Pada kasus yang berat dapat mengakibatkan masuknya sek radang dan neovaskularisasi ke dalam jaringan
stroma kornea.
• Manajemen: diberikan larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam 2-8% glucose 40% dan larutan
albumin .
2. Erosi kornea
• Akibat adanya trauma benda tumpul, terjadi gesekan antara benda tumpul dengan permukaan epitel
kornea, sehingga epitel kornea lepas.
• Sifat dari epitel kornea medah regenasi, sehingga lika cepat menutup kembali. Terapi utamanya adalah bebat
tekan.
• Keluhan: merasa sakit sekali, mata berair, blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, penglihatan terganggu bila
terdapat lesi di visual axis.
• Diagnosa dengan pewarnaan fluorescein. Apabila terdapat erosi, maka akan tampak warna hijau yang
menandakan terdapat defek epitel.
• Manajemen: pemberian antibiotik topikal
• Biasanya sembuh dalam waktu 24 jam dengan bebat tekan setelah pemberian salep antibiotik
Lesi Trauma Benda Tumpul
Sklera
• Trauma tumpul yang mengenai bola mata dapat meneruskan gaya tersebut
sampai bagian posterior mata dan terpantul pada dinding bola mata. Hal ini
dapat mengakibatkan adanya partial thickness sclera wounds ( lamellar sclera
laceration).
Anterior Chamber
• Hifema berasal dari trauma pada pembuluh darah iris atau korpus siliaris.
• Keluhan: sakit, epifora, blefarospasme, penglihatan akan sangat menurun. Bila
pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan.
• Terapi: Tirah baring dengan kepala 30 derajat lebih tiinggi dan pemberian obat-
obatan koagulasi. Diberikan asetozolamida apabila terdapat penyulit glaucoma.
Biasanya hifema akan hilang sempurna dalam 5 hari. Parasentesis hanya
dilakukan apabila ada indikasi glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna
hitam dimana setelah 5 hari tidak ada tanda-tanda hifema berkurang.
Lesi Trauma Benda Tumpul
Uvea (iris, pupil, badan siliaris)
• Iridoplegia
• Terjadi kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga pupil menjadi lebar atau
midriasis (Ilyas, 2014; Khurana, 2007).
• Keluhan: sulit melihat dekat, silau, pupil tidak sama bbesar (anisokor) bentul pupil
ireguler, pupil tidak bereaksi terhadap sinar. Berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu (Ilyas, 2014).
• Terapi: istirahat untuk mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian
roboransia (Ilyas, 2014).
• Iridodialisis
• Robekn pada pangkal iris, sehingga terjadi pelepasan iris dari badan siliaris yang
menghasilakn bentuk “D” pada pupil dan area bikonveks gelap pada perifernya.
• Keluhan: pasien melihat ganda, bentuk pupil berubah lonjong
• Terapi: pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas
Lesi Trauma Benda Tumpul
Lensa
1. Vossius ring
• Merupakan cincin sirkular dari pigmen coklat terletak pada kapsul anterior. Kelainan ini terjadi
akibat hantaman tepi pupil yang berkontraksi terhadap lensa kristalina.
2. Katarak trauma
• Akibat masuknya aqueous dan sebagian karena efek mekanik langsung pada serat lensa. Dapat
diperkirakan bentuknya sebagai berikut:
• Discreate subepithelial opacities paling sering terjadi
• Diffuse concussion cataract (punctate): tampak sebagai garis tipis opasitas sepanjang garis suture
berbentuk bintang; biasanya pada posterior cortex.
• Late rosette cataract: berkembang di posterior cortex 1 sampai 2 tahun setelah cedera.
Pemanjangan sutural lebih pendek dan lebih padat daripada early rosette cataract.
• Traumatic zonular cataract (jarang)
• Diffuse(total) concussion cataract
• Early maturation of senile cataract
Lesi Trauma Tumpul Mata
3. Traumatic absorption of lens dapat terjadi pada anak-anak dan dapat
menyebabkan afakia.
4. Subluksasio lensa
• Akibat sobekan parsial dari zonula zinii. Menyebabkan lensa sedikit
bergeser tetapi masih berada pada area pupil.
• Keluhan: penglihatan berkurang, mata akan menjadi lebih miopik.
Dapat mengakibatkan glaucoma sekunder (Ilyas, 2014).
• Terapi: bils tidak ada penyulit (glaucoma atau uveitis), tidak dilakukan
pengeluaran lensa. Hanya diberikan kaca mata koreksi (Ilyas, 2014).
Lesi Trauma Benda Tumpul
5. Luksasi lensa
a.Anterior
• Apabila seluruh zonula zinii ruptur maka lensa dapat masuk kedalam bilik mata depan. Akibatnya
akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata.
• Keluhan: penglihatan menurun mendadak, rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dan
blefarospasme. TIO sangat tinggi
b.Posterior
• Lensa terlepas dan masuk kedalam badan kaca, tenggelam di dataran bawah polus anterior
fundus okuli.
• Keluhan : adanya skotoma pada lapang pandangnya, keluhan seperti afakia
Vitreous
• Datacment dari vitreous baik anterior maupun posterior
• Vitreous haemorrahage
• Vitreous herniation pada anterior chamber dapat terjadi dengan subluxation atau dislokasi lensa
Lesi Trauma Benda Tumpul
Koroid
 Ruptur koroid
• Biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optic
• Bila ruptur koroid ini mengenai daerah macula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan
sangat
 Choroidal haemorrhage: dapat terjadi di bawah retina (subretina) atau bahkan memasuki vitreous jika retina
juga robek.
 Choroidal detachment
 Traumatic choroiditis dapat terlihat pada pemeriksaan funduskopi sebagai bercak
Retina
• Berlin’s oedema
• Manifestasinya sebagaia cairan putih susu keruh meliputi area polus posterior tanpa adanya
cherry red spot pada region fovea.
• Keluhan: penglihatan menurun. Penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu akan
tetapi dapat juga berkurang akibat timbulnya daerah makula oleh sel pigmen epitel.
Lesi Trauma Benda Tumpul
• Ablasio retina
• Pasien telah memiliki bakat untuk terjadinya ablasi retina seperti retina tipis
akibat retinitis semata, myopia dan proses degenerasi lainya.
• Keluhan: adanya selaput yang seperti tabir mengganggu lapang pandanganya.
Apabila mengenai makula, maka tajam penglihatan akan menurun
• Funduskopi: retina berwarna abu-abu dengan pembuluh darah terlihat tarangkat
dan berkelok-kelok.
• Terapi: pembedahan
• Retinal Haemorrhage
• Paling umum terjadi pada trauma benturan dimana terlihat perdarahan
berbentuk flame dan D-shape yang berkaitan dengan retinopati traumatik
• Retinal tears
• Traumatic proliferation retinopaty
• Concussion changes at macula
Lesi Trauma Benda Tumpul
Saraf Optik
a. Avulsi papil saraf optic
• Saraf optic terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata. Akan mengakibatkan turunya tajam
penglihatan dan sering berakhir dengan kebutaan.
b. Optik neuropati traumatic
• Terjadi kompresi pada saraf optic, perdarahan dan edema sekitar saraf optik.
• Keluhan: penglihatan berkurang setelah cedera bola mata, gangguan penglihatan warna dan
lapang pandang.
Perubahan tekanan intraoculer pada closed globe injury
a. Glaukoma traumatik
b. Hipotoni traumatik, mengikuti kerusakan korpusnsiliaris dan bahkan merupakan hasil dalam phthisis bulbi .
Perubahan refraksi pada trauma
• Miopia mungkin mengikuti spasme siliaris atau rupture zonula zinii atau pergeseran lensa ke anterior.
• Hipermetropi dan hilangnya akomodasi mata mungkin hasil dari kerusakan korpus siliaris (cycloplegia) .
Penatalaksanaan
• Prinsip penanganan trauma tumpul pada bola mata adalah apabila
tampak jelas adanya rupture bola mata, maka manipulasi lebih lanjut
harus dihindari sampai pasien mendapat anastesi umum.
• Sebelum pembedahan tidak boleh diberikan sikloplegik atau
antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas obat akan meningkat
pada jaringan intraokuler yang terpajan.
• Untuk cedera yang menyebabkan rupture bola mata, sebagian besar
efek kontusio-konkusio mata tidak memerlukan terapi bedah segera.

Anda mungkin juga menyukai