Referat Konjungtivitis - LM Yakdatamare Yakub - K1a1 13 152
Referat Konjungtivitis - LM Yakdatamare Yakub - K1a1 13 152
KONJUNGTIVITIS
Oleh :
LM Yakdatamare Yakub, S.Ked
K1A1 13 152
Pembimbing :
dr. Suryani Rustam, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Referat : Konjungtivitis
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian
Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
2
KONJUNGTIVITIS
LM Yakdatamare Yakub, Suryani Rustam
A. Pendahuluan
Mata merupakan salah satu organ yang memiliki peranan penting bagi
terluarnya. Hal ini membuat konjungtiva rentan terhadap paparan bahan atau
zat serta agen-agen infeksi. Berbagai reaksi inflamasi dapat terjadi sebagai
respon utama terhadap adanya paparan bahan atau agen infeksi yang
menyerang mata. Hal ini biasanya bermanifestasi sebagai gejala berupa mata
merah.1
umum di dunia dan bervariasi dari hiperemia ringan dengan mata berair
oleh berbagai faktor baik eksogen maupun endogen. Faktor eksogen meliputi
bakteri, virus, jamur, maupun zat kimiawi irritatif, seperti asam, basa, asap,
B. Anatomi
3
Pusat cornea atau pusat pupil digunakan sebagai "kutub
arah gerakan kutup anterior pada saat kutup ini berputar pada 3 sumbu
elevasi adalah rotasi mata ke atas, depresi adalah rotasi mata ke bawah,
abduksi adalah rotasi mata ke lateral, dan aduksi adalah rotasi mata ke
obliquus inferior.2
medial sumbu vertical bola mata, otot-otot ini tidak hanya mengangkat
dan menurunkan cornea, tetapi juga memutar bola mata ke medial. Agar
ini harus dibantu oleh musculus obliquus inferior. Agar musculus rectus
4
melekat ke os frontaie. Tendo kemudian berbelok ke belakang dan
c. Otot-Otot lntrinsik
ikut berperan pada gerakan bola mata dan akan dibicarakan kemudian.2
limbus corneae. Selubung ini memisahkan bola mata dari corpus adiposum
orbitae dan menyediakan wadah agar bola mata dapat bergerak dengan
bebas. Selubung fascial ini ditembus oleh tendo otot-otot orbita dan
untuk tendo musculus rectus medialis dan lateralis melekat pada dinding
3. Struktur Mata
dipisahkan dari corpus adiposum ini oleh selubung fascial bola mata. Bola
5
mata terdiri dari tiga lapisan, dari luar ke dalam adalah tunica fibrosa,
1) Tunica Fibrosa
Sclera
opticus. Sclera juga ditembus oleh arteri dan nervus ciliaris dan
limbus.2
Cornea
dipinggirnya.2
6
Persarafan: Nervi ciliares longi dari divisi ophthalmica nervus
trigeminus.2
Choroideo
Corpus Ciliare
7
serabut-serabut posganglionik berjalan ke depan ke bola mata di
refraksi lensa.2
permukaan posterior.2
8
oleh serabut simpatik, yang berjalan ke depan ke bola mata di dalam
centralis.2
medial macula lutea melalui discus nervi optici. Discus nervi optici
9
agak cekung pada bagian tengahnya, yaitu merupakan tempat di
discus nervi optici tidak terdapat selsel batang dan kerucut, sehingga
tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai "bintik buta". Pada
merah muda pucat, jauh lebih pucat dari area retina di sekitamya.2
a. Humor Aquosus
b. Corpus Vitreum
10
Corpus vitreum mengisi bola mata di belakang lensa dan
sempit yang berjalan melalui corpus vitreum dari discus nervi optici ke
c. Lensa (Lens)
terbatas pada permukaan anterior lensa; dan fibrae lentis yang dibentuk
d. Konjungtiva
yang melapisi bagian anterior bola mata dan bagian dalam palpebra.
palpebra, dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu marginal, tarsal dan
11
palpebra, bagian tarsal melekat di tarsal plate, sedangkan bagian orbital
12
C. Definisi
yang menutupi bagian depan mata. Biasanya disebabkan oleh infeksi virus
atau bakteri tetapi alergi juga terlibat. Kondisi ini biasanya sembuh sendiri
dan biasanya akan sembuh secara spontan pada individu yang sehat.4
vaskuler, sel infiltrat, dan eksudat. Penyakit ini bervariasi mulai dari
D. Epidemiologi
usia, jenis kelamin, dan strata sosial. Walaupun tidak ada data yang akurat
satu penyakit mata yang paling umum. Pada 30% kunjungan di Departemen
konjungtivitis akibat bakteri dan virus, dan 15% lainnya adalah keluhan
penyakit mata yang paling umum di Nigeria bagian Timur, dengan insidensi
pada tahun 2004, hingga 2006.6 Di Amerika Serikat, dari 30% kunjungan di
13
Departemen Penyakit Mata, 15% di antaranya merupakan keluhan
jalan terbanyak pada tahun 2009, tetapi belum ada data statistik mengenai
jenis konjungtivitis yang paling banyak dan akurat yang diderita oleh
(5,3%). Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang
E. Etiologi
sebab lain konjungtivitis, antara lain klamidia, parasit (jarang terjadi, namun
bila terjadi sifatnya kronis), autoimunitas, zat kimia, idiopatik, dan sebagai
penyulit dari penyakit lain. Penyebab bacterial untuk yang hiperakut atau
14
oleh streptococci, coliforms, Moraxella catarrhalis, Proteus spp,
yang jarang misalnya tifus, tifus Murine, Scrub typhus, Rocky mountain
F. Patofisiologi
Shigella spp. Pada infeksi virus, adhesi sekaligus memfasilitasi proses invasi
melalui interaksi molekul virus dengan sel hospes seperti interaksi kapsul
tubuh dan bereplikasi seperti pada infeksi HSV, virus varisela serta herpes
15
zoster namun sebagian besar infeksi lainnya dapat dieradikasi oleh sistem
imun tubuh.3
G. Klasifikasi
dan tidak menular. Virus dan bakteri merupakan penyebab infeksi menular
dan proses neoplastik. Penyakit ini juga dapat diklasifikasikan menjadi akut,
hiperakut, dan kronis sesuai dengan onset dan tingkat keparahan klinis. Selain
itu dapat berupa primer atau sekunder untuk penyakit sistemik seperti gonore,
1. Konjungtivitis Bakteri
a. Definisi
b. Etiologi
16
Gambar 2. Penyebab Konjungtivitis Bakterial9
c. Epidemiologi
orang yang terinfeksi atau dapat terjadi akibat proliferasi transmisi flora
d. Manifestasi Klinis
17
tidak merespons untuk terapi antibiotik standar pada pasien yang aktif
lensa kontak, yang harus dirawat dengan antibiotic topical dan dirujuk
e. Tatalaksana
Dalam analisis besar-besaran, yang terdiri dari 3673 pasien dalam 11 uji
klinis acak, ada peningkatan sekitar 10% dalam tingkat perbaikan klinis
18
Gambar 4. Konjungtivitis Bakterial20
berubah.10
2. Konjungtivitis Viral
a. Definisi
19
umum dan banyak kasus yang tidak dibawa ke perhatian medis, statistik
b. Etiologi
Korea dan Taiwan paling banyak patogen umum yang diisolasi dari
c. Epidemiologi
20
keratokonjungtivitis epidemik.Lebih dari 50 serotipe adenovirus yang
d. Manifestasi Klinis
kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah
juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung.
mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang
e. Tatalaksana
sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan
21
dibutuhkan cuci tangan secara berkala dan menggunakan handuk serta
3. Konjungtivitis Alergi
a. Definisi
tipis jaringan yang menutupi bagian depan mata dan bagian dalam
b. Etiologi
terhadap rumput dan serbuk sari pohon, debu atau tungau binatang. Ini
jauh lebih umum pada mereka yang memiliki riwayat alergi atau
c. Epidemiologi
lebih umum di daerah tropis yang panas dan lembab. Banyak faktor
dan terjadinya alergi pada awal masa kecil telah diusulkan sebagai agen
d. Manifestasi Klinis
menjadi merah muda atau merah. Mata biasanya berair dan gejala alergi
lainnya seperti bersin dan pilek mungkin ada. Konjungtivitis alergi jenis
22
musiman akan bervariasi sesuai tahun dan kondisi cuaca. Pasien dengan
e. Tatalaksana
lebih buruk.
gejala
Antistin) memberikan efek yang lebih langsung. Obat ini tidak akan
23
4. Konjungtivitis Vernal
a. Definisi
Pasien dengan atopi mempunyai risiko lebih besar untuk menderita KV.
berkembang.16
b. Etiologi
24
Penyebab utama konjungtivitis vernal adalah reaksi allergi, hal
didapatkan eosinofil 3) Lebih sering diderita oleh anak dan usia muda.16
c. Epidemiologi
d. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama adalah rasa gatal yang terus menerus pada
mata, mata sering berair, rasa terbakar atau seperti ada benda asing di
seperti benang tebal berwarna hijau atau kuning tua. KV dapat terjadi
dijumpai satu atau lebih papil berwarna putih yang disebut sebagai
25
vernalis (KKV) dan digolongkan ke dalam penyakit yang lebih berat,
e. Tatalaksana
alergen penyebab.
26
kortikosteroid topikal. Allansmith melaporkan bahwa pemberian
gejala pada pasien KV yang juga menderita asma atau pada pasien
27
sebagai terapi alergi pada mata sampai saat ini belum memberikan
reepitelisasi kornea.15
H. Diagnosis
1. Anamnesis
dan berair, kadang disertai sekret. Keluhan tidak disertai penurunan tajam
penglihatan.19
2. Pemeriksaan Fisik
a. Visus normal
b. Injeksi konjungtival
penyebab
28
e. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, papil atau papil
3. Pemeriksaan Penunjang
I. Tatalaksana
2. Pada alergi: Flumetolon tetes mata dua kali sehari selama 2 minggu.
tetes tiap jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap hari
berturutturut.
hari.19
bersih-bersih.
29
2. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni
rumah lainnya.
K. Komplikasi
Keratokonjuntivitis19
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Insani ML, Adioka IGM, Artini IGA, Mahendra AN. Karakteristik Dan
Denpasar Periode Januari-April 2014. E-Jurnal Medika, Juli 2017, 6(7): 1-6.
45-47.
7. Yogo G. 2017. Buku Ilmu Penyakit Mata UGM. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
31
10. Azari AA, Barney NP. Conjunctivitis: A Systematic Review of Diagnosis and
11. Lovensia. Oculi Dextra Conjunctivitis ec. Suspect Viral. Jurnal Medula Unila,
14. Rathi VM, Murthy SI. Allergic conjunctivitis. Community Eye Health
15. Widyastuti SB, Siregar SP. Konjungtivitis Vernalis. Sari Pediatri, Maret
19. Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Di
Indonesia. Jakarta.
20. Chen JY, Tey A. 2014. GP guide to the diagnosis and management of
32