Disusun Oleh :
Elvira Fakhrana Razan
2020207209207
KONVERSI NERS RS KOTA
1. Definisi
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata dan merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan
sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata (Sidarta, 2005).
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh zat
kimia maupun oleh benda keras dan tajam (Anas, 2010).
Trauma mata merupakan masuknya benda asing yang keras atau tidak keras dimana
benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat, yang pada umumnya
dari akibat tindakan sengaja atau tidak sengaja yang menimbulkan perlakuan mata yang
terjadi pada pria dan wanita dan akhirnya dapat menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata (Ilyas S., Ilmu Penyakit Mata, 2002).
2. Klasifikasi
a. Trauma Mekanik
Trauma Tumpul: trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang
relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Taruma tumpul dapat
menyebabkan cedera perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata
dapat mengenai organ eksterna (orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva,
kornea, iris atau badan silier, lensa, korpus vitreus, retina dan nervus optikus
(N.II).
Trauma Tajam: trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang
masuk ke mata.
b. Trauma Kimia/Khemis
Trauma Kimia Asam: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.
Trauma Kimia Basa: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.
c. Trauma Fisis
Trauma termal: misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
Trauma bahan radioaktif: misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.
3. Etiologi
Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
a. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar,
tumpul, keras maupun tidak keras misalnya terpukul, kena bola tenis, atau
shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
b. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda asing yang
masuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu berkecepatan tinggi, percikan
proses pengelasan, dan peluru.
c. Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan alkali yang
masuk ke mata.
d. Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam dilaboratorium (asam sulfat, asam
hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, asam hidroflorida).
e. Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan pembersih lantai, kapur,
lem perekat.
4. Pathway
5. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
a. Trauma Tumpul
Rongga Orbita: suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang
yang membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila,
platinum dan zigomatikus.Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka
akan terjadi fraktur orbita, kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam
rongga orbita, gangguan gerakan bola mata.
Palpebra: Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan
komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi
bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak
mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan
penutupan kelopak (lagoftalmos) akan mengakibatkan keringnya permukaan
mata sehingga terjadi keratitis. Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul
maka akan terjadi hematom, edema palpebra yang dapat menyebabkan kelopak
mata tidak dapat membuka dengan sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak
mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).
b. Trauma Tajam
Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan
posisi bola mata.
Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator
apoeurosis).
Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata.
Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier
dan koroid yang berwarna gelap).
Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g disertai
penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada
kornea, edema.
Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus
vitreus dan ablasi retina.
c. Trauma Kimia
Asam: Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea.
Basa/Alkali: Kebutaan, penggumpalan sel kornea atau keratosis, edema kornea,
ulkus kornea, tekanan intra ocular akan meninggi, hipotoni akan terjadi bila
terjadi kerusakan pada badan siliar.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada trauma mata menurut (Suzanne C. Smeltzer, 2002) :
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
Dengan menggunakan snellens chart dan test brigshtess dilakukan untuk mengetahui ketajaman
penglihatan, normalnya tajam penglihatan 6/6, sedangkan pada pasien trauma mata hanya 1/30.
2. Pemeriksaan lapang pandang
Dapat diperiksa dengan cara konfrontasi yaitu dengan cara meminta pasien untuk memejamkan
salah satu matanya dan memfokuskan matanya pada salah satu tempat atau satu titik dihadapannya,
pada pasien trauma mata pada bagian mata yang trauma maka lapang pandangannya agak sedikit
kabur atau berkurang, namun pada mata yang normal lapang pandangan masih normal atau jelas.
3. Foto rontgen orbila
Dilakukan untuk memastikan adanya benda asing di dalam mata, pada trauma mata apabila terdapat
benda asing yang masuk dalam mata maka akan terlihat dengan jelas.
4. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography
Mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).
6. Penatalaksanaan
Berikut penatalaksanaan menurut(Suzanne C. Smeltzer, 2002) :
Penatalaksanaan Medis
1. Diberikan antibiotika topikal, mata ditutup dan segera dilakukan pembedahan oleh dokter.
2. Diberikan atibiotik sistemik secara oral atau intravena, anti tetanus, analgesik dan sedative.
3. Pembedahan untuk mengeluarkan benda asing pada bola mata.
4. Anastesi lokal untuk penanganan trauma mata ringan.
Penata laksanaan perawat
1. Perawatan pasca pembedahan.
2. Meningkatkan nurtisi.
3. Membantu pasien menyesuaikan diri terhadap ketidakmampuan melihat atau hampir tidak
dapat melihat.
4. Memberikan pendidikan dalam hal mata, keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata.
4 Pemeriksaan Fisik
1. B3 (Brain)
Pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan TIO (Tekanan Intra Oral)
6 Pemeriksaan Diagnostik
Pengukuran tekanan IOL dengan tonography.
Luas lapang pandang.
Foto rontgen orbila.
3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Pre Op
1. Nyeri b.d. prolaps jaringan bola mata
2. Gangguan persepsi sensori melihat b.d. penurunan visus.
3. Ansietas b.d. kurang pengetahuan dan informasi terhadap prosedur pembedahan.
2 Diagnosa Keperawatan Post Op
1. Resiko infeksi b.d. diskontuinitas jaringan sekunder dengan pembedahan.
2. Kurangnya pengetahuan perawatan luka b.d. keterbatasan informasi.
4 Rencana Keperawatan
4. Me
nceg
ah
terja
diny
a
pan
dan
gan
kab
ur,
dan
irita
si
mat
a.
3. Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau 1. Unt
keperawatan selama 2x24 jam respon uk
dengan tujuan kecemasan fisik men
menghilang/ berkurang. seperti entu
KH : takikardi kan
1. Klien dan dera
mengata gelisah. jat
kan 2. Terangk cem
sudah an as.
mengerti kepada
tengtang pasien 2. Klie
prosedur tentang n
pembed prosedur akan
ahan. pembeda men
2. Klien han. gerti
aktif 3. Berikan tent
dalam lingkung ang
melakuk an pros
an tenang. edur
tindakan yan
yang g
diberika akan
n dila
perawat. 4. Beritahu kuk
3. Klien kepada an.
dapat keluarga 3. Me
meneran untuk mbe
gkan menduku rika
kembali ng dan n
tentang bedo’a rasa
penanga untuk nya
nan kesembu man
yang han agar
akan klien. klie
dilakuka n
n 5. Kolabora tida
4. Klien si dengan k
nampak dokter me
lebih pemberia miki
tenang n obat rkan
dan penenang hal
tidak . yan
gelisah g
me
mbu
atny
a
cem
as.
4. Den
gan
dan
ya
duk
ung
an
dari
kelu
arga
klie
n
akan
lebi
h
tena
ng.
5. Oba
t
pene
nan
g
dapa
t
men
ghil
ang
kan
cem
as
dan
me
mbu
at
klie
n
terti
dur.
Post Op
N TUJUAN/ KH INTERVENSI RASIONAL
O
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Bersihkan 1. Unt
keperawatan selama 2x24 jam area uk
dengan tujuan tidak terjadi infeksi. sekitar men
KH : yang di ghil
1. Tidak operasi. ang
ada kan
tanta- kum
tanda 2.Beritahu an
infeksi pasien dan
pasca agar tidak bakt
bedah. membuka eri
2. Klien perban. yan
aktif g
dalam timb
melaku 3.Anjurkan ul di
kan pasien luka
tindaka makan .
n yang makanan 2. Sek
diberika penuh itar
n dengan area
perawat nutrisi. luka
. 4.Kolaborasi tida
3. Klien dengan k
tidak dokter terk
mengel pemberian onta
uhkan Obat Anti min
sakit. Inflamasi asi
4. TTV Non den
TTD normal Steroid gan
(OAINS) udar
a
koto
r.
3. Me
ning
katk
an
kese
mbu
han
luka
pasc
a
beda
h.
4. OA
INS
untu
k
men
cega
h
terja
diny
a
infe
ksi
yan
g
lebi
h
para
h
2. Setelah dilakukan asuhan 1. Jelaskan 1. Aga
keperawatan selama 2x24 jam cara r
dengan tujuan klien mengetahui perawatan klie
prosedur perawatan. setelah n
KH : operasi. men
1. Klien gerti
memaha 2. Jelaskan tind
mi kepada akan
prosedu klien agar yan
r tidak g
perawat mengguna akan
an. kan obat dila
2. Klien tetes mata kuk
aktif sembarang an.
dalam an. 2. Upa
melaku ya
kan 3. Beritahu penc
tindaka klien agar egah
n yang tidak an
diberika membaca, agar
n mengguna trau
perawat kan ma
. handpohe, tida
3. Klien dan k
mengert meninton mun
i tujuan TV. cul
perawat kem
4. Beritahu
an yang bali.
klien pada
diberika
saat tidur
n.
untuk
4. Klien
mengatur
mampu 3. Unt
cahaya
melaku uk
lampu.
kan me
perawat muli
an hka
mandiri n
sesuai mat
yang a
diajarka agar
n. nor
mal
kem
bali.
4. Pad
a
saat
tidur
mat
a
butu
h
istir
ahat
dan
tida
k
terel
alu
terk
ena
caya
tera
ng.
DAFTAR PUSTAKA