Anda di halaman 1dari 6

ISSUE KEBIDANAN

Dugaan Malpraktik Kematian Paulina Dan Bayinya Megi Fobia

Disusun Oleh:

Nur Nofiana

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO

TAHUN AKADEMIK 2020L2021


RSUD Soe Perlu Bertanggungjawab Atas Dugaan Malpraktik Kematian Paulina Dan
Bayinya Megi Fobia

Penetapan dua orang bidan RSUD Soe yaitu LED dan MID sebagai tersangka kasus
dugaan malpraktik yang menyebabkan pasien Paulina Herlince Takaeb (PHT) dan bayinya
meninggal dunia, adalah langkah maju yang dilakukan aparat Kepolisian, khusunya jajaran
Polres TTS. Meski demikian, bukan saja bidan atau dokter yang harus bertanggung jawab,
pihak manajemen RSUD Soe juga patut dimintai pertanggungjawaban.

Penegasan tersebut dikemukakan Direktris (Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat


(PIAR) NTT juga juga aktivis kemanusiaan di TTS Sarah Lery Mboeik kepada VN, Minggu
(22/7).

Bagi Lery, bagaimana pun rumah sakit (RS) juga memiliki tanggung jawab atas
layanan kesehatan yang diselenggarakannya. Demikian pula dokter/bidan yang juga bukan
profesi yang kebal hukum. Sehingga pasien dapat mengadu apabila timbul kerugian akibat
malpraktik.

“Kedua pihak (dokter/bidan dan RS) memiliki tanggungjawabnya masing-masing. Jika


dokter/bidan, ya dia akan bertanggung jawab atas tindakan medis yang dilakukan. Sementara
rumah sakit juga harus bertanggung jawab atas layanan kesehatan yang diselenggarakan,”
tegas Lery.

Apresiasi Polisi

Lery memberikan apresasi kepada Polres TTS yang sudah berupaya menuntaskan
kasus itu. Karena jika sampai pada penuntutan dan putusan, maka kemungkinan inilah kasus
dugaan malpraktik pertama di NTT yang berujung putusan hakim.

“Pengamatan kami, dugaan kasus malpraktik sering bermunculan. Namun seringkali tidak
pernah dilaporkan karena korban tidak berani menghadapinya karena kurang paham.
Beberapa waktu lalu misalnya muncul kasus yang sama di salah satu RS tapi kemudian
tenggelam,” bebernya.

Khusus di TTS, lanjut Lery, kasus ini menarik karena keluarga pasien merasa
dirugikan dan berani melakukan gugatan hukum untuk meminta pertanggungjawaban. “Di
TTS, polisi sudah menetapkan tersangka atas kelalaian yang dilakukan dalam menjalankan
profesi sehingga menyebabkan kerugian bagi pasien. Nah ini sesuai dengan KUHP pasal 361.
Artinya bidan akan mempertanggungjawabkan sendiri tindakan medis yang menyebabkan
malpraktik dan yang menentukan adalah pengadilan,” tambah mantan anggota DPD RI itu.

Ia menambahkan, secara pidana, dokter/bidan yang akan menanggung sendiri akibat dari
tindakannya. Tapi secara perdata tidak selalu demikian. Sebab KUH Perdata mengenal
perbuatan hukum tidak langsung, seperti tercantum dalam pasal 1367.

“Ini berarti rumah sakit juga punya tanggung jawab atas tindakan dokter/bidan yang
menyebabkan kerugian bagi pasien. Karena itu, tidak salah jika tuntutan ganti rugi juga
ditujukan kepada rumah sakit. Ini penting untuk menjadi pelajaran bagi RS, dokter, maupun
publik,” pungkasnya.

Janji Tuntaskan

Kapolres Timor Tengah Selatan (TTS) AKBP Totok Mulyanto menegaskan bahwa ia
tidak main-main dengan kasus kematian PHT. Kasus yang sudah dilaporkan suami Paulina
Takaeb itu menjadi salah satu kasus yang mendapatkan atensi khusus sehingga harus
dituntaskan.
Kapolres Totok mengatakan kasus tersebut akan diusut sesuai aturan, apalagi berkaitan
dengan hilangnya dua nyawa manusia. “Penyidik periksa semua dulu baru dilakukan gelar
perkara. Ada tim dari Polda NTT yang juga ikut. Namun, kita mencari dulu apa yang
sebenarnya terjadi dan akan gelar perkara, baik di Polres TTS maupun Polda NTT,” jelasnya.

Menurutnya, saksi-saksi yang diperika yaitu dari RSUD Soe, Puskesmas Binaus dan
keluarga korban. Selain pemeriksaan terhadap tenaga medis di RSUD Soe, Puskesmas Binaus
dan Keluarga korban, penyidik juga memeriksa saksi ahli dari Dinas Kesehatan Provinsi
NTT. Yang memeriksa saksi ahli adalah penyidik Polda NTT. sebelumnya, anggota Komisi
IX DPR RI dari Fraksi NasDem Amelia Anggraini mengecam manajemen RSUD Soe
tersebut. Menurutnya, RSUD Soe telah mengabaikan mandat Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan.

“SPM Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal,” kata
Amelia di Kompleks Parlemen Senayan.

Amelia mengatakan, SPM Bidang Kesehatan itu sendiri di antaranya meliputi, setiap
ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar; setiap ibu bersalin mendapatkan
pelayanan persalinan sesuai standar; setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar. Dalam konteks kasus ibu melahirkan Paulina Herlince, Amelia mencurigai
pihak RSUD TTS tak mengikuti standar, sehingga berakibat pasien tersebut meninggal.

“Ini kasus bukan sekali dua kali terjadi. Sudah sering terjadi di beberapa rumah sakit baik
pemerintah dan swasta. Kita ingin tahu apa yang dilakukan tim pengawas RS sekarang!,”
tegasnya.Amelia juga mewanti-wanti Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan
pelayanan dasar. Dan ini, merupakan kewajiban bagi pemerintah daerah untuk menjamin
setiap warga negara memperoleh kebutuhan dasarnya; serta berlaku secara nasional.

TANGGAPAN

Setelah saya membaca mengenai issue yang terjadi diatas saya dapat memberikan
tanggapan dimana tindakan yang dilakukan oleh petugas yang berwajib sudah sangat tegas
dalam memecahkan sebuah masalah diatas. Petugas berwajib tdak memandang dari satu
perkara saja melainkan dari banyak pandangan. Kejadian itu terjadi di RSUD SOE dan
menewaskan dua nyawa. Kejadian itu bermula saat seorang ibu hamil yang hendak
melahirkan di sebuah instansi rumah sakit.

Sebagai masyarakat kita tidak bisa langsung berkata bahwa bidan atau dokter yang
melakukan kesalahan. Sedangkan kesalahan itu dapat dilihat dari satu aspek saja. Namun, jika
diliat dari aspek masyarat tentunya juga salah, karena dari kejadian itu telah menewaskan dua
nyawa sekaligus . jika kejadian itu sudah pernah terdengar dan hilang begitu saja tentunya itu
bukanlah suatu kejadian yang terjadi begitu saja. Maka dari itu butuh penyelidikan agar tidak
terjadi dan terulangnya peristiwa ini lagi. Selain itu standar pemeriksaan juga menjadi
perhatian dalam peristiwa yang menewaskan duan nyawa ini.

Oleh karena itu hendaknya selalu diberikan sebuah penyuluhan kepada semua ibu
hamil agar selalu memeriksakan kandungannya. Memeriksakan kandungan bukan jika hanya
karena kandungan bermasalah, namun juga dirasa saat setiap beberapa minggu atau bulan
guna mengetahui janin yang ada didalamnya. Memeriksakan kandungan pun sebuah instansi
harus mempunyai standar nya tersendiri, bukan Cuma-Cuma. Jadi standar dala pemeriksaan
ibu hamil tidak dapat dilakukan dengan alat yang seadanya dan pemeriksaan harus dilakukan
dengan benar agar tidak terjadi peristiwa ini lagi.

Seperti yang dikatakan oleh , anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi NasDem Amelia
Anggraini mengecam manajemen RSUD Soe tersebut. Menurutnya, RSUD Soe telah
mengabaikan mandat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. Dari tanggapan saya disini saya berharap agar
kedepannya sebuah instansi rumah sakit dapat memberikan dan mematuhi peraturan standar
yang telah dibuat, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Standar yang menjadi patokan dalam instansi rumah sakit baik ialah Timbang berat
badan, disini peran timbang berat badan berguna untuk mengetahui seberapa besar massa dari
tubuh manusia, dan dari situ kita dapat mengetahui tentang perkembangan janin dari usia
hingga usia seterusnya. Mengukur tekanan darah fungsi ini berguna untuk proses dalam
bersalinan sehingga seorang ibu hamil yang hendak melahirkan tidak kekurangan atau
kelebihan darah dalam arti darah tinggi . Mengukur tinggi fudusnya peran ini juga sangat
penting dalam proses persalinan seorang ibu hamil. Pemberian imunisasi TT (Tetanus
Toxoid) lengkap Pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilannya guna
dari pemberian imunisasi, pemberian tablet zat besi juga sangat berguna untuk sebuah
kelancaran pada saat proses kehamilan.

Berkonsultasi juga memberikan peran yang penting dalam masa kehamilan, konsultasi
ini hendaknya dilakukan dengan seorang bidan atau dokter. Konsultasi ini bertujuan agar
seorang ibu dan bayi dapat melahirkan dengan sehat. Konsultasi sendiri hedaknya dilakukan
dalam waktu yang tidak jauh dari wakru konsultasi pertama dan kedua hingga seterusnya,
karena kita tidak dapat mengetahui apa saja yang sedang terjadi dalam janin. Maka dari itu
konsultasi harus selalu dilakukan. Selain iru konsultasi juga dapat membantu seorang ibu
yang pertama kalinya hamil agar tidak stres dan menjauhi larangan serta melakukan kebiakan
untuk janinnya.

Dan disini saya sangat menghargai dan berbangga hati dengan tindakan yang
dilakukan oleh petugas yang berwajib. Dengan kejadian ini saya berharap adanya komunikasi
antara masyarakat yang bersangkutan dengan petugas berwajib serta dengan instansi rumah
sakit. Dimana masyarakat setempat dapat mengatakan keluh kesahnya tanpa rasa takut dan
rumah sakit dapat mematuhi segala standar kesehatan yang telah ditetapka oleh pemerintahan.
Itu semua bertujuan agar berjalannya dunia kesehatan lebih maju dan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik di masyarakat.

Selain itu saya berharap agar pemerintah dapat melakukan penyuluhan dan pembinaan
agar semua instansi di rumah sakit dapat berjalan dengan standar yang telah ditetapkan,
sehingga tidak akan ada instansi rumah sakit yang kekurangan dalam standar kesehatan,
sehingga tidak menjadi alasan kembalinya peristiwa hilangnya dua nyawa ini. Semoga
peristiwa ini dapat segera ditinjaklanjuti dan tidak akan ada adalagi yang merasa dirugikan
degan sepihak baik masyarakat yang setempat atau yang mengalami kejadian dan instansi
rumah sakit.

Dari kejadian ini hendaknya dapat memberikan hikmah dan contoh bagi instansi rumah sakit
lain agar selalu mentaati standar kesehatan yang telah ditetapkan dan juga masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai