Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANDI DIAN HAJRIANA

NIM : 70600117045

SuaraJatim.id - Kasus pencabulan terhadap anak yang diduga dilakukan


seorang dokter berinisial AD (57) di Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto kekinian
mendapat sorotan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Mojokerto.

Bahkan, Ketua IDI Mojokerto dr Rasyid Salim berjanji menjatuhkan sanksi kepada dokter
pelaku asusila kepada anak di bawah umur jika terbukti bersalah. Namun, sebelumnya akan
digelar Komisi Etik Kedokteran (KEK) tingkat Cabang Mojokerto untuk membuktikan
dokter berinisial AD terbukti atau tidak melakukan perbuatan cabul.

“Hasil Komisi Etik Kedokteran akan kami bawa ke tingkat provinsi (Jawa Timur) hingga
pengurus pusat (Jakarta) untuk menjatuhkan sanksi. Itu jika terbukti bersalah di mata
hukum,” kata Rasyid Salim seperti diberitakan Jatimnet.com-jaringan Suara.com pada
Minggu (24/11/2019).

Selain itu, pihak IDI juga masih menunggu hasil pemeriksaan dari kepolisian. Pun tidak
menutup kemungkinan IDI Mojokerto akan memanggil dokter yang bersangkutan untuk
diminta klarifikasi.
“Bisa kami klarifikasi dulu, apakah melanggar kode etik atau tidak. Kalau bersifat personal,
dan tidak melanggar, IDI tidak ikut campur. Tapi kalau ranahnya etik, IDI akan bertindak,”
Rasyid Salim menambahkan.

Selain menunggu klarifikasi dan pemeriksaan dari kepolisian, IDI Mojokerto akan bekerja
sama dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI) untuk mendapatkan keterangan.
Sebab AD merupakan dokter spesialis obstetri dan ginekologi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan keterangan yang didapat dari organisasi kedokteran dan
kepolisian sangat penting untuk mengambil dasar keputusan agar sesuai koridor dan
ketentuan organisasi.

“Karena kami tidak boleh percaya satu pihak, takutnya ada pihak yang berbohong. Jadi harus
kedua belah pihak yang didengarkan. IDI tidak bisa mencampuri ranah hukum bila yang
bersangkutan melanggar kode etik," paparnya.

Untuk diketahui, dokter spesialis AD diduga melakukan perbuatan asusila kepada AN (15)
warga Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. Perbuatan asusila tersebut diduga mengarah ke human
trafficking atau perdagangan manusia.

Sementara itu, Kapolres Mojokerto AKBP Setyo Koes Heriyatno mengaku telah
mendapatkan alat bukti baru terkait dugaan tindak asusila yang dilakukan oknum dokter yang
ber sangkutan.
CARA UNTUK MENANGGULANGI :

Secara umum, penyimpangan seksual lebih banyak dialami laki-laki daripada perempuan dan


terdapat teori yang mengatakan bahwa Fetishism berkembang sejak masa kanak-kanan.
Namun, ada pula yang mengatakan onset-nya adalah saat masa pubertas

Untuk melakukan penyembuhan, gangguan Fetihistik bisa diterapi dengan berbagai modalitas


psikoterapi baik individual maupun kelompok serta dapat dilakukan pemberian terapi obat-
obatan dan hormon.

 Untuk menghindari gangguan Fetihistik, hendaknya masyarakat menciptakan lingkungan


yang ramah anak, peduli pada kesehatan anak baik secara fisik maupun mental, dan bersikap
melindungi anak dari paparan kekerasan baik kekerasan fisik, mental, maupun seksual,

Bagi doker agar lebih mengamalkan nilai-nilai yang terdapat di Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI) dalam menjalankan praktik

.Bagi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar dapat me-refresh kembali pentingnya penerapan
nilai KODEKI di kepada dokter . Bagi instansi pendidikan untuk mengajarkan nilai-nilai
yang terdapat di KODEKI dimulai dari masa pendidikan sehingga nantinya akan
menghasilkan dokter yang memiliki profesionalisme dan beretika dalam pekerjaan.

Dilain sisi, Psikolog anak dan keluarga, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd, menuturkan
agar orang tua lebih menghormati keputusan anak ketika dia tidak suka melakukan hal-hal
tertentu. Juga diajarkan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh orang asing lakukan
terhadapnya.

Saat orang tua tidak menghormati keputusan anak, secara psikologis mereka bisa jadi akan
selalu menuruti perkataan orang yang lebih dewasa dari dirinya. Akibatnya, anak tidak bisa
membedakan mana yang merupakan tindakan afeksi atau gambaran tentang kasih sayang
dengan hal-hal yang bersifat pelecehan

SOP pelayanan kesehatan, pasien berhak ditemani oleh keluarganya ketika diperiksa
oleh dokter, apalagi yang berbeda jenis kelamin. Hal ini dilakukan untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan termasuk potensi adanya pelecehan seksual. beberapa SOP
dalam pelayanan kesehatan antara lain ketika mengobati pasien berbeda jenis kelamin
maka dokter harus didampingi oleh perawat yang satu jenis kelamin dengan pasien.
Hal yang sama juga berlaku pada pasien.

Kesimpulannya, seorang dokter harus sadar tugas mulia yang diemban dengan
memuliakan pasiennya begitu pula si pasien agar tetap waspada terhadap hal hal yang
berbau pelecehan.

Sangat penting agar setiap insan manusia dibekali dengan ilmu agama yang dapat
menghindarkan dari hal hal yang buruk demikian.

Anda mungkin juga menyukai