Anda di halaman 1dari 6

Pembukaan (Perkenalan Kelompok)

Wahyu Dwi Firdana


Natasya Aufia
Abdul Mujib

Analisis kasus Pelanggaran Kode Etik Psikologi


dalam lingkup BAB II: Mengatasi Isu Etika)

Kasus : Motivator Doktor Psikologi Dedy Susanto diduga melakukan pelecehan


seksual terhadap selebgram Revina VT
Tanggal Publikasi : 24 Februari 2020
Sumber : CNN Indonesia, Kompas, Detiknews, Tribunnews, Liputan 6

Pada tanggal 24 Februari 2020 banyak media, seperti CNN, Liputan 6,


Kompas, Tribunnews, Detiknews, sedang membicarakan isu pelecehan seksual
yang dilakukan oleh psikolog Dedy Susanto. Meskipun masih terduga dan belum
ditetapkan sebagai tersangka, hal ini menjadi perbincangan yang hangat di
masyarakat.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus,
menjelaskan kronologi kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh terduga
psikolog dedy susanto kepada seorang selebgram Revina VT. Kombes Yusri
Yunus memperoleh informasi ini berdasarkan keterangan yang dipaparkan oleh
Revina yang mengaku sebagai korban dan melaporkan hal ini kepada kepolisisian
setempat.
Berdasarkan keterangan Revina VT, Dedy mengajak Revina untuk
berkolaborasi di channel YouTube. Namun, sebelum berkolaborasi, Revina lebih
dulu mencari tahu sosok Dedy. Saat itu, Revina mendapati informasi bahwa Dedy
diduga pernah melakukan pelecehan seksual kepada kliennya saat melakukan
proses terapi. Modusnya, mengajak korban untuk melakukan sesi terapi di kamar
hotel. Sejumlah warganet pun menudingnya belum memiliki izin praktik sebagai
psikolog.
Dari pengakuan Ketum Himpsi Dr Seger Handoyo, Psikolog, Dedy Susanto
tidak terdaftar sebagai anggota HIMPSI serta tidak memiliki Surat Sebutan
Psikolog (SSP) dan Surat Ijin Praktik Psikolog (SIPP) yang menjadi syarat dalam
melakukan terapi. Sumber : https://news.detik.com/berita/d-4925649/pelapor-
kasus-doktor-psikologi-dedy-susanto-ungkap-surat-himpsi/2
Sampai dengan sekarang kepolisian masih mencari kebenaran atas kasus ini,
apakah dedy memang melakukan tindak pidana pelecehan seksual atau tidak.

Analisis Kasus
(Jika terbukti bersalah melakukan Pelanggaran Kode Etik Psikologi)
1. Bagaimana jika terduga psikolog dedy susanto ini memang benar
tersangka pelecehan seksual?, maka pasal berapa saja yang dia langgar
berasarkan dalam kode etik psikologi Indonesia? namun kita hanya akan
membahas pasal yang dilanggar berdasar BAB II : Mengatasi Isu Etika. Jadi,
tindakan yang dilakukan oleh psikolog dedy memmang jika terbukti bersalah
maka hal ini merupakan pelanggaran berat.
Berdasarkan pasal 4: Penyalahgunaan di bidang psikologi
Sesuai dengan Pasal 4 (3) menyebutkan bahwa: Pelanggaran kode etik
psikologi adalah segala tindakan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang
menyimpang dari ketentuan yang telah dirumuskan dalam Kode Etik
Psikologi Indonesia. Termasuk dalam hal ini adalah pelanggaran oleh
Psikolog terhadap janji/sumpah profesi, praktik psikologi yang dilakukan
oleh mereka yang bukan Psikolog, atau Psikolog yang tidak memiliki Ijin
Praktik, serta layanan psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku dalam Kode Etik Psikologi Indonesia. Pelanggaran berat yaitu
Tindakan yang dilakukan oleh Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi yang
secara sengaja memanipulasi tujuan, proses maupun hasil yang
mengakibatkan kerugian bagi Ilmu Psikologi, Profesi Psikologi, Pengguna
Jasa layanan psikologi, Individu yang menjalani Pemeriksaan Psikologi,
Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya.

Selain itu, Pasal 4 (4) menyebutkan jenis pelanggaran dan sanksi akan diatur
dalam aturannya sendiri (kasus pelecehan seksual pada BAB IV: Hubungan
Antar Manusia, Pasal 14).

2. Apa yang harus dilakukan oleh Dedy Susanto jika ia terbukti menjadi
tersangka pelanggaran kode etik psikologi (pelecehan seksual)?
Sesuai dengan pasal 5 (1) memaparkan bahwa: Apabila tanggungjawab etika
psikologi bertentangan dengan peraturan hukum, hukum pemerintah atau
peraturan lainnya, Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menunjukkan
komitmennya terhadap kode etik dan melakukan langkah-langkah untuk
penyelesaian konflik sesuai dengan yang diatur dalam Kode Etik Psikologi
Indonesia. Apabila konflik tidak dapat diselesaikan dengan cara tersebut,
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi diharapkan patuh terhadap tuntutan
hukum, peraturan atau otoritas hukum lainnya yang berlaku.

3. Kemudian, apa yang harus dilakukan Pengurus HIMPSI dan MPI, jika
memang dedy melakukan pelanggaran Kode Etik Psikologi (Pelecehan
Seksual)?
Sesuai dengan pasal 5: Penyelesaian Isu Etika butir (4, 5, & 6)
Pasal 5 (4) menyebutkan : Kerjasama antara Pengurus Himpsi dan Majelis
Psikologi Indonesia menjadi bahan pertimbangan dalam penyelesaian kasus
pelanggaran Kode Etik (seperti pelanggaran yang dilakukan oleh terduga
Dedy Susanto. Kerjasama tersebut dapat dilakukan dalam pelaksanaan
tindakan investigasi, proses penyidikan dan persyaratan yang diperlukan
untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan memanfaatkan sistem di
dalam organisasi yang ada. Dalam pelaksanaannya diusahakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada dengan tetap memegang teguh prinsip
kerahasiaan.
Pasal 5 (5) menyebutkan : Apabila terjadi pelanggaran Kode Etik Psikologi
Indonesia, Pengurus Pusat bekerjasama dengan Pengurus Wilayah terkait
dapat memberi masukan kepada Majelis Psikologi Wilayah atau Pusat dengan
prosedur sebagai berikut.
a. Mengadakan Pertemuan guna membahas permasalahan (dedy susanto)
b. Meminta klarifikasi kepada pihak yang melakukan pelanggaran (dedy
susanto)
c. Berdasarkan klarifikasi yang ada, kemudian menentukan jenis
pelanggaran.

Pasal 5 (6) menyebutkan : Majelis Psikologi akan melakukan klarifikasi pada


anggota yang dipandang melakukan pelanggaran. Berdasarkan keterangan
anggota yang bersangkutan dan data-data lain yang berhasil dikumpulkan,
maka Majelis Psikologi akan mengambil keputusan tentang permasalahan
pelanggaran tersebut.

(Jika terbukti tidak bersalah melakukan Pelanggaran Kode Etik


Psikologi)
Maka, sesuai dengan Pasal 6 tentang diskriminasi yang tidak adil terhadap
keluhan menyebutkan bahwa Himpunan Psikologi Indonesia dan Majelis
Psikologi tidak menolak siapapun yang mengajukan keluhan karena terkena
pelanggaran etika. Keluhan harus di dasarkan pada fakta-fakta yang jelas dan
masuk akal.

Selain itu dalam Pasal 3 (2) juga menyebutkan bahwa Penyelesaian masalah
pelanggaran Kode Etik Psikologi Indonesia oleh Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi, dilakukan oleh Majelis Psikologi dengan memperhatikan laporan
yang masuk akal dari berbagai pihak dan kesempatan untuk membela diri.
Jadi, terdapat kesempatan untuk membela diri bahwa dirinya (dedy susanto)
memang tidak bersalah.
Berita Terbaru
Berdasarkan berita terbaru pada tanggal 1 mei 2021 ternyata Dedy Susanto
terbukti tidak bersalah dan menjadi korban pencemaran nama baik oleh
Revina VT. Namun, dedy memaafkan perilaku Revina itu. Berdasarkan bukti,
dedy tidak pernah mengungkapkan bahwa dirinya adalah seorang psikolog.
Wajar jika tidak ada daftar keanggotaannya dalam HIMPSI. Namun gelar
doctor psikologi memang benar adanya. Karena dia pernah mengambil kuliah
dan menamatkan program doctor jurusan psikologi di salah satu universitas di
Indonesia. sumber: https://news.detik.com/berita/d-4925649/pelapor-kasus-
doktor-psikologi-dedy-susanto-ungkap-surat-himpsi/2

Penutup
Terima kasih dan mohon maaf lahir dan batin
Selamat Hari Raya hehehe…….

Sumber :
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200224120737-12-477460/motivator-
doktor-psikologi-dedy-susanto-dilaporkan-ke-polisi
https://sains.kompas.com/read/2020/02/16/130935623/viral-dedy-susanto-
siapa-yang-disebut-psikolog-dan-berhak menerapi?
utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
https://www.tribunnews.com/seleb/2020/08/19/sempat-viral-karena-kasus-
pelecehan-seksual-dedy-susanto-mengaku-dilaporkan-atas-kasus-izin-
praktek
https://www.liputan6.com/news/read/4186287/psikolog-dedy-susanto-
dilaporkan-ke-polisi
https://news.detik.com/berita/d-4911480/motivator-doktor-psikologi-dedy-
susanto-dipolisikan

Anda mungkin juga menyukai