Anda di halaman 1dari 3

Nama: Salsa Andalusia H.

Nim: 20190810073

Kelas: B

1. Kasus Pelanggaran Kode Etik

Terbukti Melanggar Kode Etik, Ketua KPK Firli Bahuri Dijatuhkan Sanksi

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri terbukti melakukan pelanggaran
kode etik terkait gaya hidup mewah penggunaan helikopter dalam perjalanan pribadinya ke
Baturaja, Sumatera Selatan. Namun, Firli hanya dijatuhkan sanksi ringan oleh Dewan
Pengawas KPK.

“Menyatakan terperiksa bersalah melakukan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku.
Karena tidak mengindahkan kewajiban, menyadari sepenuhnya bahwa seluruh sikap dan
tindakannya selalu melekat dalam kapasitasnya sebagai insan komisi dan menunjukkan
keteladanan dalam tindakan dan perilaku sehari-hari yang diatur dalam pasal 4 ayat 1 huruf n
dan pasal 8 ayat 1 huruf f Peraturan Dewan Pengawas Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi,” kata Ketua
Dewas KPK, Tumpak Hatorangan Panggabean membacakan putusan dugaan pelanggaran
kode etik Firli Bahuri di Gedung ACLC KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (24/9).

Firli dijatuhkan sanksi ringan berupa teguran tertulis dua. Sebagaimana diatur dalam
Peraturan Dewan Pengawas Nomor 2 Tahun 2020, sanksi teguran tertulis dua berlaku selama
enam bulan. Selain itu, selama enam bulan Firli tidak bisa mengikuti program promosi,
mutasi, rotasi maupun pelatihan. Baik yang diselenggarakan di dalam maupun luar negeri.

Menurut saya jika permasalahan Firli terjadi kembali, maka sanksinya tidak bisa sama seperti
sanksi yang sudah dijatuhkan. Firli akan dikenakan sanksi lebih berat karena mengulangi
perbuatannya melanggar kode etik. Firli terbukti melanggar kode etik dan pedoman perilaku
‘Integritas’ pada Pasal 4 ayat (1) huruf c yaitu “Menjaga citra, harkat, dan martabat Komisi di
berbagai forum, baik formal maupun informal di dalam maupun di luar negeri” atau huruf n
yaitu “Menyadari sepenuhnya bahwa seluruh sikap dan tindakannya selalu melekat dalam
kapasitasnya sebagai Insan Komisi” . Pasal 4 ayat (2) huruf m yaitu “Menunjukkan gaya
hidup hedonisme sebagai bentuk empati kepada masyarakat terutama kepada sesama Insan
Komisi”. dan/atau perilaku ‘Kepemimpinan’ pada Pasal 8 Ayat (1) huruf f Peraturan Dewan
Pengawas Nomor 2 Tahun 2020 yaitu “Menunjukkan keteladanan dalam tindakan dan
perilaku sehari-hari”.

https://www.jawapos.com/nasional/24/09/2020/terbukti-melanggar-kode-etik-ketua-
kpk-firli-bahuri-dijatuhkan-sanksi/

https://www.kpk.go.id/images/01/kodeetik/PERDEWAS-02-Tahun-2020-Penegakan-
Kode-Etik--Pedoman-Perilaku-KPK.pdf

https://www.jawapos.com/nasional/24/09/2020/alasan-firli-dijatuhi-sanksi-ringan-
meski-terbukti-melanggar-etik/
2. Kasus Profesi Psikolog

Dedy Susanto, Dokter Psikologi yang Dianggap Melanggar Kode Etik hingga Dugaan
Pelecehan Seksual

Terdapat puluhan korban Dedy Susanto yang mengaku diperlakukan tidak senonoh saat


melakukan terapi. Dedy Suasanto dikenal oleh pengikutnya di media sosial sebagai dokter
psikolog dan terapis handal dalam menyembuhkan luka batin. Dengan lisesinya yang
diragukan juga surat izin praktek psikologinya dipertanyakan lantaran tidak terdaftar di
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). Dalam Kode Etik Psikologi Indonesia Pasal 44
tentang Kekraban Seksual dengan Peserta Pendidikan dan/atau Pelatihan atau Orang yang di
Supervisi.

Dalam Pasal 1 disebutkan, psikolog dan/atau ilmuwan psikologi tidak terlibat dalam
keakraban seksual dengan peserta pendidikan dan/atau pelatihan atau orang yang sedang
disupervisi, orang yang berada di agensi atau biro konsultasi psikologi, pusat pelatihan atau
tempat kerja di mana Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi tersebut mempunyai wewenang
akan menilai atau mengevaluasi mereka. Sementara itu dalam Pasal 2, bila hal di atas tidak
terhindar karena berbagai alasan misalnya karena adanya hubungan khusus yang telah
terbawa sebelumnya, tanggung jawab tersebut harus dialihkan pada Psikolog dan/atau
ilmuwan psikologi lain yang memiliki hubungan netral dengan peserta untuk memastikan
konektivitas dan meminimalkan kemungkinan-kemungkinan negatif pada semua pihak yang
terlibat. Dedy kerap kali memposting testomoni dari pasien-pasiennya ke Instagram miliknya,
selain itu Dedy juga mengunggah video saat kegiatan terapi tersebut dilakukan. Hal tersebut
sangatlah bertentangan degan kode etik psikologi Indonesia yang telah ditetapkan.

https://bekasi.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-12341240/dedy-susanto-dokter-psikologi-
yang-dianggap-melanggar-kode-etik-hingga-dugaan-pelecehan-seksual
Seorang psikolog laki-laki melakukam psikotes untuk penerimaan pramugari suatu perusahaan penerbangan
terkemuka tempatnya bekerja. Ia tertarik dengan salah seorang perempuan cantik yang menjadi calon pramugari
tersebut, namun ternyata ia gagal dalam tes. Psikolog tersebut melihat bahwa perempuan tersebut sangat
membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Calon pramugari itu kemudian menawarkan bahwa ia
mau melakukan hubungan seksual dengan psikolog itu, dengan syarat ia dapat diterima di perusahaan itu. Dan
akhirnya psikolog itu tergiur dan menyepakati syarat pramugari tersebut.
(Source : http://klista123.blogspot.com/2011/04/pelanggaran-kode-etik-psikologi-2.html)

Pasal-pasal yang dilanggar, sebagai berikut:



Pasal 4 Ayat 3 Penyalagunaan di bidang Psikologi
c) Pelanggaran Berat, yaitu:Tindakan yang dilakukan oleh psikolog dan/atau ilmuwan psikologi yang secara
sengaja memanipulasi tujuan, proses maupun hasil yang mengakibatka kerugian salah
satu pihak dibawah ini:
i. Ilmu psikologi
ii. Profesi psikologi
iii. Pengguna jasa layanan psikologi
iv.Individu yang menjalani pemeriksaan psikologi
v.Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya.

Pasal 13 Sikap Profesional
Psikolog atau ilmuwan psikologi dalam memberikan layanan psikologi, baik yang
bersifat perorangan, kelompok, lembaga atau organisasi/institusi, harus sesuai dengan
keahlian dan kewajibannya serta berkewajiban untuk:
a) Mengutamakan dasar-dasar profesional.
b) Memberikan layanan kepada semua pihak yang membutuhkannya.
c) Melindungi pemakai layanan psikologi dari akibat yang merugikan sebagai dampak
layanan psikologi yang diterimanya.
d)Mengutamakan ketidak berpihakan dalam kepentingan pemakai layanan psikologi
serta pihak-pihak yang terkait dalam pemberian pelayanan tersebut.
e) Dalam hal pemakai layanan psikologi menghadapi kemungkinan akan terkena dampak negatif yang tidak
dapat dihindari akibat pemberian layanan psikologi yang dilakukan oleh psikolog dan/atau ilmuwan psikologi maka
pemakai layanan psikologi tersebut harus diberitahu.

Pasal 14 Ayat 1 Pelecehan Seksual
Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi dalam penerapan keilmuwannya tidak terlibat dalam pelecehan seksual.
Tercakup dalam pemgertian ini adalah permintaan hubungan seks, cumbuhan fisik, perilaku verbal atau non verbal
yang bersifat seksual, yang terjadi dalam kaitannya dengan kegiatan atau sebagai psikolog dan/atau ilmuwan psikologi.

Pasal 18
ayat 1 Eksploitasi
c) Pemanfaatan/ eksploitasi
atau terlibat dalam hal-hal yang mengarah pada hubungan seksual dengan pengguna layanan psikologi.

Pasal 19 ayat 1 Hubungan Antar Profesi
a) Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi wajib menghargai, menghormati dan menjaga hak-hak serta nama baik
rekan profesinya yaitu sejawat akademisi psikolog dan/atau ilmuwan psikologi.

https://nanopdf.com/download/ol-1-saptini_pdf

Anda mungkin juga menyukai